BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah salah satu negara yang telah diakui oleh IMO dan mendapat status white list, untuk itu para pelaut di Indonesia harus dapat berkompetisi dengan para pelaut asing. Kapal merupakan sarana angkutan laut yang banyak digunakan di negara kita Indonesia karena negara kita yang terdiri dari beberapa ribu pulau, yang membutuhkan sarana transportasi laut yang lancar untuk menggalakkan mobilitas penduduk dan pengangkutan barang–barang guna menunjang pembangunan di negara kita Indonesia. Perlu diketahui betapa penting peranan motor diesel generator pada sebuah kapal. Oleh karena itu motor diesel generator ini harus selalu dirawat terutama pelumasannya sesuai dengan fungsi minyak lumas untuk mengurangi keausan permukaan bantalan, mendinginkan permukaan bantalan serta sebagai peredam suara gesekan. Jika sirkulasi minyak lumas dapat berfungsi dengan baik, maka sistem pelumasan dapat berjalan dengan baik pula. Minyak pelumas pada suatu sistem permesinan berfungsi untuk memperkecil gesekan-gesekan pada permukaan komponen-komponen yang bergerak dan bersinggungan. Selain itu minyak pelumas juga berfungsi sebagai fluida pendinginan pada beberapa jenis motor. Seiring
1
dengan umur mesin yang digunakan terhadang kita berhadapan dengan beberapa kondisi dimana perlunya maintenance terhadap mesin khususnya system pelumasan. Oleh karena itu penulis membuat makalah dengan judul “FAKTOR PENYEBAB BERKURANGNYA L.O PADA CRANKCASE AUXILIARY ENGINE PADA SAAT DIOPERASIKAN DI KM. YU NO.2”, yang mana penulis menganggap demikian pentingnya menjaga system pelumasan Auxiliary Engine dikapal demi kelancaran pengoperasian secara keseluruhan.
B. Rumusan Masalah Bertolak pada uraian identifikasi masalah dan batasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan pembahasan masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya sebagai berikut : 1. Faktor penyebab berkurangnya L.O pada crankcase saat Auxiliary Engine dioperasikan di KM. YU NO.2 ? 2. Bagaimana berkurangnya
tindakan L.O
penanggulangan
pada
crankcase
terhadap saat
penyebab
Auxiliary
Engine
dioperasikan KM. YU NO.2 ?
2
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Adapun tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab berkurangnya L.O
pada crankcase saat Auxiliary Engine dioperasikan. b. Untuk mengetahui tindakan penanggulangan terhadap penyebab berkurangnya L.O pada crankcase saat Auxiliary Engine dioperasikan. 2. Kegunaan penelitian ini adalah : a. Menambah wawasan dalam hal fungsi dan peranan system pelumasan pada Auxiliary Engine. b. Sebagai bahan penambah pengetahuan cara perawatan dan perbaikan system pelumasan Auxiliary Engine
D. Metode Penelitian Data dan informasi yang diperlukan untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah Terapan ini dikumpulkan melalui : 1. Metode Penelitian Lapangan Penelitian yang dilakukan dengan cara peninjauan langsung pada objek yang diteliti dan data informasi ini dikumpulkan melalui : a. Observasi Pengamatan secara langsung di lapangan penelitian.
3
b. Wawancara Suatu cara untuk mendapatkan data melalui temu wicara dan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak terkait di atas kapal. 2. Metode Penelitian Pustaka Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur, buku dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Untuk menunjang kelengkapan pembahasan penulisan ini, adapun sumber data yang penulis gunakan terdiri dari : a. Data Primer. Merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung. Data penelitian ini diperoleh dengan cara metode Survei yaitu: Dengan mengamati, mengukur dan mencatat secara langsung di lokasi penelitian. b. Data Sekunder. Merupakan data pelengkap dari data primer yang didapat dari sumber kepustakaan dan perusahaan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan penelitian.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Mesin Diesel Menurut Jusak Johan Handoyo, (2015:34), menyatakan bahwa Mesin diesel adalah satu pesawat yang mengubah energy potensial panas langsung menjadi energy mekanik, atau juga disebut Combustion Engine System. Sistim pembakaran dibagi dua yaitu : 1. Mesin Pembakaran dalam (Internal Combustion) Adalah pesawat tenaga , dimana pembakarannya dilaksanakan didalam pesawat itu sendiri, contoh: Mesin Diesel, Mesin Bensin, Turbine Gas, Ketel uap dan lain-Iainnya. 2. Mesin Pembakaran luar (External Combustion) Adalah pesawat tenaga, dimana pembakarannya dilaksanakan diluar pesawat itu sendiri, contoh: Turbine Uap, Mesin Uap. Prinsip kerja Mesin Diesel ada dua macam yang sangat populer disebut dengan Mesin Diesel 4-Tak dan Mesin Diesel 2-Tak. Pengertian "Tak (tack)" disini yang dimaksudkan adalah langkah torak, jadi 4-Tak sama dengan
4-langkah torak yang
menhasilkan 1(satu)
usaha
potensial, demikian juga Mesin Diesel 2-Tak sama dengan 2-langkah torak menhasilkan 1(satu usaha potensial). Salah satu alat yang berperan dalam menggerakkan kapal adalah mesin diesel. Pengertiannya, mesin diesel merupakan pesawat yang
5
melakukan pembakaran di dalam mesin itu sendiri. Adapun prinsip kerja mesin induk yaitu : a. Langkah pertama Yaitu Langkah Hisap (suction stroke): piston bergerak turun dari TMA (Titik Mati Atas) ke TMB (Titik Mati Bawah), Intake Valve akan terbuka untuk menghisap udara yang masuk ke dalam ruang pembakaran (cylinder). b. Langkah kedua Yaitu Langkah Kompresi (compression stroke): piston akan bergerak naik dari TMB (Titik Mati Bawah) ke TMA (Titik Mati Atas), Intake Valve dan Exhaust Valve akan tertutup, lalu udara di dalam ruang pembakaran dimampatkan hingga mencapai tekanan tertentu. c. Langkah ketiga Yaitu Langkah Usaha (expansion stroke): terjadi pembakaran atau ledakan dari proses kompresi udara dan pengabutan bahan bakar di ruang pembakaran, sehingga piston akan bergerak Turun dari TMA (Titik Mati Atas) ke TMB (Titik Mati Bawah), Intake Valve dan Exhaust Valve yang masih tertutup. Karena di dalam silinder akan mencapai suhu tinggi di akhir langkah kompresi bahan bakar yang dikabutkan melalui pengabut yang secara otomatis akan menyala dan terbakar. Pembakaran akan menciptakan tekanan dan suhu di dalam
silinder
akan
mendongkrak
torak
ke
bawah
yang
menghasilkan mekanisme luar.
6
d. Langkah keempat Yaitu Langkah Buang (exhaust stroke): piston akan bergerak naik ke TMB (Titik Mati Bawah) ke TMA (Titik Mati Atas), Exhaust Valve akan terbuka, sedangkan Intake Valve tertutup. Katup hisap tertutup sehingga gas bakar di dalam silinder akan terbuang keluar melalui katub pembuangan.
B. Pengertian Lubrication Oil ( L.O ) Menurut Maleev (1991:190), “Lubrication Oil adalah hidrokarbon, seperti minyak bahan bakar diesel, tetapi dibedakan oleh struktur dalam dari partikelnya, misalnya terutama terlihat dalam viskositasnya yang lebih besar dan berat atau gravitasi spesifiknya yang lebih besar”. Sifat yang di inginkan dari minyak lumas diperoleh dengan pencampuran, atau secara lebih teliti dengan pengadukan, minyak yang disuling dari stok yang disebut bahan tambahan (additives). Menurut Jackson (1999:425), “Lubrication Oil adalah persediaan dasar minyak lumas yang di peroleh dari hasil penyulingan minyak mentah di dalam penempatan penyulingan yang vakum”. Minyak mentah di klasifikasikan ke dalam bentuk paraffin, dimana minyak pelumas mengandung titik tuang tinggi dan indeks kekentalan yang tinggi dan berbentuk aspal. Minyak lumas disuling dan di bentuk dengan berbagai cara untuk mengubah sifatnya, dan minyak di campurkan untuk menghasilkan bermacam-macam minyak pelumas”. Menurut Taylor (2013:153), “Lubrication Oil adalah hasil produksi dari minyak mentah melalui proses penyulingan. Berbagai macam sifat yang di wajibkan oleh minyak dan di peroleh seperti hasil campuran bahan tambahan”.
7
Bahan kimia dan bahan fisika pada minyak diperoleh dari tambahan yang mana untuk mencegah oksidasi, mengurangi keausan, bahan pelumasan, dan pembersih”. Sedangkan menurut Priambodo, (1995:207) “Pelumasan dimaksudkan untuk menghindari hubungan (kontak) langsung dari dua bagian yang bergesekan atau memisahkan dua permukaan yang bersentuhan”. Sumber utama pelumas adalah minyak bumi yang merupakan campuran beberapa organik, terutama hidrokarbon. Segala macam minyak bumi mengandung parafin (CnH2n-2), siklik parafin (naftena) (CnH2n) dan aromatik (CnHn). Jumlah susunan tergantung sumber minyaknya. Menurut Maleev (1941:17), “Pelumasan adalah pemberian minyak lumas antara dua permukaan bantalan yaitu permukaan yang bersinggungan dengan tekanan dan saling bergerak satu terhadap yang lain”. Bantalan pena engkol mesin horizontal kecil dan mesin dua langkah pembilasan karter menggunakan peminyak sentrifugal atau peminyak banyo. Lubang minyak yang mengarah kepermukaan pena engkol seringkali digurdi pada sudut sekitar 30 derajat mendahului titik mati, sehingga cangkang atas menerima minyak sebelum langkah penyalaan dan pada titik yang tekanannya relative rendah”.
C. Sistem Pelumasan Menurut P. Van Maanen, (1983) “Prinsip dasar sistem pelumasan penata gerak merupakan sistem pelumasan sirkulasi, yang mengalirkan minyak ke berbagai titik-titik pelumasan dengan
8
takanan sedangkan minyak pelumas yang keluar dari bantalan dialirkan kembali ke suatu tangki pengumpul dibawah motor, panas geseran dan panas jenis lainnya harus dapat dikeluarkan dari minyak pelumas sehingga untuk keperluan tersebut digunakan pendingin minyak pelumas” Pada umumnya sistem pelumasan yang sering digunakan pada mesin dibagi atas dua bagian yaitu : 1. Sistem pelumasan kering Sistem pelumasan kering yaitu minyak lumas ditampung ditempat yang lain yaitu sump tank. Di kapal sistem pelumasan yang digunakan adalah sistem pelumasan kering yaitu sistem pelumasan tekanan penuh yaitu minyak berasal dari tempat penampungan (sump tank) yang disirkulasikan dengan pompa dengan tekanan tertentu kebagian-bagian mesin yang memerlukan pelumasan kemudian minyak kembali ke tangki penampungan (sump tank). Pada sistem pelumasan yang digunakan di kapal sebelum menghidupkan mesin maka diharuskan melakukan pelumasan awal engkol, torak, bantalan utama,connecting rod, silinder, komponen penggerak katup, dll. 2. Sistem pelumasan basah Sistem pelumasan ini pada mumumnya dipergunakan pada diesel generator kapal yang dayanya kecil, juga di gunakan pada mesinmesin pada umumnya. Ini disebabkan karena konstruksinya yang masih relatif sederhana. Pada sistem pelumasan basah pompa minyak lumas memompa dari oil pan ke bagian yang memerlukan
9
pelumasan dan setiap batang engkol bergerak mencebur ke dalam mangkok tersebut dan memercikkan minyak pelumas dari dalam mangkok membasahi bagian-bagian yang harus dilumasi.
Gambar Istem Pelumasan Basah Sumber : Media Internet
1. Prinsip Pelumasan Maleev (1991:102), Mengemukakan “bahwa bagaimanapun juga hasilnya bagaimanapun juga halusnya dan tepatnya permukaan logam dapat dilihat atau dirasakan, tetapi sebenarnya tidak rata melainkan terdiri atas titik yang tinggi dan rendah, kalau satu permukaan meluncur diatas permukaan yang lain dan suatu gaya menekannya terhadap permukaan yang lain tersebut, maka titik yang tinggi pada kedua permukaan akan saling mengunci dan menghambat gerak relatif”. Dalam meluncur dan mengatasi hambatan ini, maka permukaan yang keras akan melepaskan sebagian dari titik yang tinggi dan
10
permukaan yang lunak tetapi pada saat yang sama dapat kehilangan sebagian dari titik tingginya sendiri. Hambatan untuk meluncur ini disebut gesekan (friction), pelepasan titik yang tinggi (wear).kalau dilihat dengan pembesaran yang kuat maka penampang melintangnya seperti terlihat dalam gambar dibawah.
2. Tekanan Pelumasan Menurut Maleev (1991:116), Mengemukakan tujuan pelumasan sebagai berikut : a. Mengurangi keausan permukaan bantalan dengan menurunkan gesekan diantaranya. b. Mendinginkan permukaan bantalan dengan membawa pergi panas yang dibangkitkan oleh gesekan. c. Membersihkan permukaan dengan mencuci bersih butiran logam yang dihasilkan dari keausan. d. Membantu dalam menyekat ruangan yang berdampingan dengan permukaan bantalan, misalnya silinder mesin dengan toraknya atau ruang karter dengan poros engkol yang berputar. Menurut Maanen, Di beberapa tempat pada motor di antaranya bagian-bagian yang bergerak satu terhadap yang lain diberikan bahan pelumas. Tujuan dari pelumasan adalah : a. Pembatasan gesekan dan keausan gesekan. b. Penyalur panas gesekan. c. Pelindung permukaan terhadap korosi.
11
d. Pembilasan bahan pengotor. e. Peredam suara. f.
Berfungsi sebagai penutup rapat.
3. Sifat - Sifat Minyak Lumas Menurut Maleev (1991:112), Menjelaskan “bahwa sifat minyak lumas baik fisik maupun kimia, ditentukan dengan penyajian yang sama dengan yang digunakan untuk menguji bahan bakar”. Pembahasannya akan diurutkan menurut pentingnya : a. Viskositas adalah sifat yang paling penting yang menunjukkan kefluidaan relative dari minyak tertentu. Jadi merupakan ukuran dari gesekan fluida, atau tahanannya, yang akan diberikan oleh molekul atau partikel minyak satu sama lain kalau badan utama dari minyak sedang bergerak, misalnya dalam sistem peredaran makin berat atau makin malas gerakannya, berarti viskositas lebih tinggi. b. Titik tuang adalah suhu pada saat minyak tidak mau mengalir ketika tabung diuji diletakkan 45 derajat dari horizontal. Titik tuang yang relative tinggi mempengaruhi kemampuan untuk memompa minyak melalui sistem pelumasan mesin dengan sejumlah tabung dan orifis yang berukuran kecil. c. Residu karbon adalah jumlah karbon yang tertinggal setelah zat yang dapat menguap telah diuapkan dan terbakar dengan pemanasan minyak. Ini akan menunjukkan jumlah karbon yang dapat diendapkan dalam mesin yang akan mengganggu operasi.
12
d. Titik nyala adalah suhu pada saat uap minyak di atas minyak akan menyala kalau dikenai api kecil. Titik nyala dari minyak lumas ditentukan dengan metode yang sama seperti yang digunakan untuk minyak bahan bakar. Titik nyala dari berbagai minyak lumas diesel bervariasi dari 340 sampai 430 F. e. Air endapan adalah minyak diuji dengan pemusingan dan harus bebas dari air dan endapan. Tentu saja tidak boleh ada kotoran dalam penyediaan minyak lumas. Sebagian besar dari wadah minyak terbuka pada instalasi diesel yang ada, tetap dalam keadaan terbuka. Kotoran akan terikat dan masuk ke dalam minyak kemudian tinggal didalam saluran minyak. f.
Keasaman adalah minyak lumas harus menunjukkan reaksi netral kalau diuji dengan kertas litmus. Minyak yang asam cenderung mengkorosi atau melubangi bagian mesin dan membentuk emulsi dengan air serta membentuk lumpur dengan karbon.
g. Emulsi adalah campuran minyak dengan air yang tidak terpisah menjadi komponennya, yaitu minyak dan air disebut disuatu emulsi. Minyak lumas tidak boleh membentuk emulsi dengan air. Kalau dikocok dengan air harus segera terpisah darinya. Kemampuan untuk memisah ini terutama penting setelah minyak digunakan untuk beberapa waktu. h. Oksidasi adalah minyak tidak boleh memiliki kecenderungan yang kuat untuk teroksidasi, karena oksidasi menyebabkan pembentukan
13
lumpur. Oksidasi dan pembentukan lumpur dalam carter atau di mana saja dalam sistem pelumasan mesin diesel tidak dikehendaki, karena kemungkinannya untuk mengganggu aliran minyak dan melemahkan pelumasan dalam bagian yang penumpukan lumpur. i.
Abu (ASH) dalam minyak adalah ukuran benda yang dapat menyebabkan pengikisan atau kemacetan dari bagian bergerak yang bersinggungan.
j.
Belerang adalah belerang bebas atau campuran korosi dari belerang tidak diperbolehkan dalam minyak lumas karena mereka mempunyai kecenderungan untuk membentuk asam dengan uap air. Campuran bukan korosi dari belerang diperbolehkan sampai batas tertentu.
k. Warna minyak lumas tidak ada hubungannya dengan mutu pelumasannya. l.
Gravitasi adalah pada umumnya minyak yang viskositasnya tinggi maka gravitasinya tinggi, tetapi tidak ada hubungannya antara kedua karakteristik minyak ini. Menurut Maleev (1991:17), Beberapa sifat penting dari minyak
pelumas adalah sebagai berikut : a. Viskositas. Viskositas suatu minyak pelumas harus cukup tinggi sehingga, pada kondisi tertentu, membentuk lapisan pelumas dengan tebal tertentu antara
poros
dan
bantalan,
viskositas
terlalu
tinggi
akan
14
mengakibatkan kerugian gesek dan pembentukan panas yang tidak diperlukan. b. Titik beku. Hal ini diartikan dengan suhu yang mengakibatkan minyak membeku artinya menjadi padat. Semakin banyak parafin yang dikandung dalam minyak semakin tinggi pula titik beku. c. Ketahanan minyak terhadap oksidasi. Minyak pelumas untuk motor bakar akan berhubungan erat dengan zat asam udara dari udara. bila sebab hal tersebut minyak akan beroksidasi maka akan terbentuk produk cairan kental asam yang akan menyumbat saringan dan akan menyerang motor. d. Angka netralisir. Penambahan zat anti oksidasi ada kalanya kurang cukup untuk mencegah pembentukan bagian asam dalam minyak pelumas, apabila minyak pelumas kemasukan dari produk asam dari luar. e. Zat penahan keausan. Zat penahan keausan, sering merupakan ikatan dari zat belerang dan zat fospor, membentuk suatu lapisan pelindung pada permukaan yang dilumasi sehingga saling melengket dapat dicegah. f.
Detergen. Pada pembakaran bahan bakar dalam sebuah silinder motor terbentuk produk pembakaran yang sebagian berbentuk padat dan dapat mengendap dibagian mesin. Dengan menambahkan diterjen,
15
maka endapan yang melekat tersebut dapat dilepaskan dan
ikut
terbawa oleh minyak pelumas. g. Dispersan. Zat ini memiliki tugas untuk membagi produk pembakaran yang padat keseluruh persediaan minyak pelumas dalam bentuk yang halus dan melayang.Dengan demikian pengendapan dapat dicegah.
4. Persyaratan Pelumasan Menurut Maleev (1991:17), Suatu pelumasan mesin yang ideal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Memelihara film minyak lumas yang baik pada dinding silinder hingga mencegah keausan berlebihan pada landasan silinder, torak, dan cincin torak. b. Mencegah pelekatan cincin torak. c. Merapatkan kompresi dalam silinder. d. Tidak meninggalkan endapan karbon pada mahkota dan bagian atas dari torak dan dalam lubang buang, lubang bilas. e. Tidak melapiskan cat pada permukaan torak suatu silinder. f.
Mencegah keausan bantalan.
g. Mencuci bagian dalam mesin. h. Tidak membentuk Lumpur, penyumbatan saluran minyak, lapisan dan saringan atau meninggalkan endapan dalam pendingin minyak (oil cooler). i.
Dapat digunakan dengan sembarangan jenis saringan.
16
j.
Penggunaannya hemat.
k. Memungkinkan selang waktu lama antara penggantian. l.
Mempunyai sifat baik pada start dingin. Menurut Suharto (2000:19), Menjelaskan syarat-syarat oli mesin
diesel, sebagai berikut : a. Kekentalan harus relative stabil tanpa pengaruh adanya perubahan dalam temperatur. b. Oli mesin harus sesuai dengan penggunaan metal. c. Tidak merusak atau anti karat terhadap komponen. d. Tidak menimbulkan busa.
17
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat KM. YU NO 2
KM. YU NO. 2 adalah salah satu armada dari PT. Unggul Mitra Bahari Lines dengan tipe kapal General Cargo With Crane, yang dibangun di Japan pada tahun 2012 oleh Tokuka Shipbuilding Co.Ltd, KM. YU NO. 2 memiliki GT 1863 KT yang bermesin induk Hanshin 6LU35G dengan dua auxiliary engine Yanmar 6HAL-DTN.
B. Ship Particular KM. YU NO.2 Adapun data dan spesifikasi kapal KM. YU NO.2 dapat dilihat sebagai berikut : Ship Particular KM. YU NO.2 Ship Name
: KM. YU NO.2
Type Of Vessel
: General Cargo With Crane
Class
: BKI
Builder
: Tokuoka Shipbuilding Co.Ltd, Rebuild 2012, Japan
Gross Tonnage
: 1863 KT
Deadweight
: 3200 KT
LOA
: 85.988 M
Beam
: 12.50 M
Depth
: 6.50 M
18
Draft
: 5.3 M
Hatch Size
: 20.40 M x 8.5 M and 16.80 M x 8.5 M
Cargo Hatch Capacity
: No.1 is 1885 M3 No.2 is 1766 M3
Main Engine
: HANSHIN
Type
: 6LU35G
Cylinder
:6
Speed
: 225 RPM
Power
: 1000 PS
Auxiliary Engine
: YANMAR x 2
Type
: 6HAL-DTN
Cylinder
:6
Speed
: 1200 HP
Power
: 220 HP
19
C. Struktur Organisasi dan Tugas Crew KM. YU NO. 2 Struktur Organisasi KM. YU NO. 2
NAHKODA
MUALIM I
KKM
MUALIM II
MASINIS II MASINIS III
SERANG KELASI
COOK
JURU MUDI
OILER
CADET DECK
CADET MESIN
20
Uraian tugas crew kapal KM. YU NO. 2 1. Nakhoda / Master Nakhoda adalah sebagai pimpinan kapal, pemegang kewibawaan, jaksa atau pegawai kepolisisan, pegawai pencatatan sipil dan notaris di atas kapal. a. Nakhoda mempunyai kekuasaan mutlak di atas kapal laut dan di pelabuhan, berdasarkan undang-undang terhadap semua orang yang berada di atas kapal. b. Nakhoda mempunyai tanggung jawab serta wewenang penuh dalam penerapan pelaksanaan sistem manajemen keselamatan kapal (ISM CODE) c. Nakhoda bertanggung jawab penuh atas keselamatan kapal, personel dikapal dan untuk pencegahan polusi menurut standard yang diisyaratkan oleh perusahaan dan kode international manajemen keselamatan untuk operasi kapal yang aman, kelaikan lautan,
efesiensi dan pengoperasian kapal secara
ekonomis
melaksanakan
dan
kebijakan
dalam
bidang
keselamatan dan perlindungan lingkungan, memotivasi awak kapal agar selalu memperhatikan dan mematuhi ketentuan manajemen keselamatan sesuai prosedur secara jelas dan mudah dipahami.
21
2. Kepala Kamar Mesin (KKM) KKM mempunyai tugas dan tanggung jawab penuh atas semua pemesinan
dan
peralatan
yang
ada
dikamar
mesin,
serta
bertanggung jawab atas pengoperasian kapal. 3. Masinis II Masinis II bertanggung jawab atas pengoperasian generator diatas kapal, dan juga mesin kemudi, serta menjalankan pekerjaan sesuai perintah dari kepala kamar mesin. 4. Masinis III Tugas dan tanggung jawab masinis III antara lain : a. Masinis III bertanggung jawab kepada KKM dan membantu masinis II sesuai pembagian tugasnya (job description). b. Melaksanakan perawatan Diesel Generator Set, Main Air Compressor, dan pesawat-pesawat bantu yang berhunungan dengan bahan bakar/lube oil dan termasuk perawatan suku cadangnya. c. Melaksanakan tugas jaga pukul 00.00-04.00 dan 12.00-16.00 secara teratur di Engine Room, pada saat kapal berlayar ataupun sedang berlabuh. d. Melaksanakan perawatan dan perbaikan terencana (PMS) bersama pekerjaan harian, pada saat kapal sedang berlabuh jangkar atau di pelabuhan
22
5. Oiler Adapun tugas dan tanggung jawab oiler ialah : a. Menguasai, mengatasi dan mencatat semua alat-alat indicator pesawat yang sedang berjalan dan memeriksa minyak pelumas. b. Melaporkan kepada Masinis jaga bila ada kelainan pada kapal yang sedang beroperasi c. Melaksanakan pekerjaan harian dikamar mesin, membantu setiap ada tugas yang diperlukan pada waktu olah gerak dan harus berada dikamar mesin. d. Membantu pencegahan pencemaran laut dan keselamtan kerja e. Melaksanakan kebersihan pesawat-pesawat, peraltan kerja serta kamar mesin f.
Melaksanakan tugas lainnya seperti yang diperintahkan oleh Masinis I atau Masinis jaga.
6. Kadet Mesin a. Melakukan tugas harian berturut-turut selama tiga bulan pada saat awal melaksanakan praktek laut. b. Melakukan tugas jaga pada bulan berikutnya selama enam bulan berturut-turut sesuai dengan urutan devisi jaga. c. Melakukan olah gerak mesin kapal pada bulan berikutnya hiingga selesai melaksanakan praktek laut.
23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Faktor Penyebab Berkurangnya L.O Pada Crankcase Saat Auxiliary Engine Dioperasikan Sistem pelumasan basah adalah system yang dipergunakan pada Auxiliary Engine, juga di gunakan pada mesin-mesin pada umumnya. Ini disebabkan karena konstruksinya yang masih relatif sederhana. Pada sistem pelumasan basah pompa minyak lumas memompa dari oil pan ke bagian yang memerlukan pelumasan dan setiap batang engkol bergerak mencebur ke dalam mangkok tersebut dan memercikkan minyak pelumas dari dalam mangkok membasahi bagian-bagian yang harus dilumasi. Proses pelumasan di Auxiliary Engine yang berlangsung relative lama terkadang membuat volume pelumas dalam crankcase pada Auxiliary Engine berkurang, hal ini disebabkan oleh : 1. Terjadinya kebocoran pada system pembakaran mesin a. Celah ring atau pegas torak terhadap dinding silinder terlalu lebar. Kondisi ini disebabkan oleh : pegas torak atau ring torak sudah lemah diakibatkan pemakaian terus menerus dan gesekan yang mengakibatkan celah antara ujung pegas torak melebar yang menyebabkan kompresi bocor dan juga mengakibatkan minyak
24
pelumas dari panci minyak pelumas (carter) masuk ke ruang bakar. b. Lubang silinder sudah berbentuk oval atau sudah aus. Kondisi ini disebabkan oleh : pemakaian terus menerus dan gesekan antara torak dan dinding silinder sehingga panas dan menimbulkan pemuaian, sehingga ada celah pada salah satu bagian antara dinding silinder dan ring torak yang menyebabkan minyak pelumas masuk dari panic minyak pelumas (carter) ke ruang bakar dan meyebabkan udara yang akan dikompresi bocor. c. Oil seals front dan rear side bocor Kondisi ini disebabkab oleh : daya tahan seal dirancang untuk temperatur mesin normal 91oC, apabila terjadi overheating maka seal akan menyusut sewaktu mesin dingin sehingga akan keluar bocor rembes bahkan menetes. d. Minyak lumas ikut keluar ke air breather Kondisi ini disebabkab oleh : ausnya ring piston dan ausnya cylinder liner, sehingga udara kompresi menekan minyak lumas keluar ke air breather. Fungsi dari air breather ini adalah untuk mengurangi atau membuang tekanan udara dari crankcase akibat dari turun naiknya piston, apalagi kalau kompresinya sudah bocor atau ring aus, maka tekanan dalam crankcase akan bertambah besar, breather inilah yang berfungsi untuk melepas
25
tekanan dari ruang crankcase, sehingga uap oli dan olinya terhisap
masuk
ke
engine
melalui
selang
intake,
yang
seharusnya hanya uap oli saja. e. Kebocoran pada packing-packing Kondisi ini disebabkab oleh : Qualitas packing mesin dirancang untuk suhu normal mesin, apabila sewaktu mesin overheating maka akan retak atau pecah sehingga akan keluar bocor rembes bahkan menetes. Terbakarnya minyak pelumas dalam jumlah yang berlebihan mengakibatkan terjadinya endapan atau kerak-kerak pada torak dan dinding ruang bakar . Suara ketukan dari dalam mesin (Knocking), terdengar pada saat sedang berakselerasi. suara ketukan dari dalam mesin (knocking). Knocking disebabkan oleh banyak kerak karbon didalam ruang bakar atau silinder. Kerak karbon dapat meningkatkan temperatur dan tekanan saat pembakaran yang mengakibatkan terjadinya knocking. Masuknya oli ke ruang bakar merupakan akibat komponen-komponen ruang bakar, misalnya cincin piston, dinding silinder sudah aus dikarenakan pemakaian yang terus menerus dan akibat gesekan. Kerak karbon atau arang yang berada didalam ruang bakar (silinder) dapat diatasi dengan mengganti komponen yang menyebabkan minyak pelumas masuk ke bakar atau komponen yang aus seperti ring torak, bouring silinder dan lain sebagainya.
26
2. Adanya penguapan pada minyak lumas minyak lumas bisa saja menguap apabila suhu mesin tinggi. Namun biasanya tiap mesin sudah memperhitungkan nilai penguapan oli dan suhu maksimal yang bisa dicapai mesin dengan merekomemdasikan jenis oli yang memiliki kualutas baik, dan ini erat hubungannya dengan sifat minyak lumas, Kekentalan yang berkurang terjadi karena adanya panas yang berlebihan dari mesin induk, sehingga membuat minyak pelumas tersebut terlalu encer atau viscositynya berkurang dan mudah menguap. Akibat Berkurangnya L.O Pada Crankcase Saat Auxiliary Engine Dioperasikan di KM. YU NO. 2 yang berlangsung relative lama terkadang membuat volume pelumas dalam crankcase pada Auxiliary Engine berkurang, Tenaga mesin berkurang yang disebabkan oleh beberapa komponen mesin mengalami keausan seperti ring torak aus, torak aus, dinding silinder aus sehingga menyebabkan minyak pelumas dari panci minyak pelumas (carter) ke ruang bakar, akibatnya volume minyak lumas di crankcase menurun. Berkurangnya minyak lumas di crankcase dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut : 1. Komponen Mesin Cepat Aus Fungsi utama oli mesin adalah sebagai pelumas, apa arti dari pelumasan itu. Yakni oli akan melapisi komponen-komponen mesin yang bergesekan. Sementara komponen mesin seperti ring piston,
27
silinder dan poros engkol terbuat dari logam. Sehingga jika tidak dilumasi maka bisa saja terjadi goresan antar komponen. Contoh paling mudah ada pada silimder dan ring piston. Dua komponen ini berada dibagian tengah mesin, jika kondisi oli normal maka dua komponen ini bisa terlumasi. Namun jika tidak maka bisa saja terlewat sehingga bisa menyebabkan keausan ring piston dan linner. Hasilnya, tentu kinerja mesin akan terganggu karena kedua komponen ini bisa menyebabkan kompresi mesin menurun sehingga powernya akan berkurang drastis. 2. Bunyi Yang kasar Selain dibagian ring piston, dibagian atas mesin pada head cylinder keadaanya bisa lebih parah lagi karena volume oli yang kurang bisa menyebabkan oli tidak naik ke atas mesin. Padahal dibagian kepala silinder ini terdapat mekanisme katup dan camshaft
yang
juga
memerlukan
pelumasan.
Sehingga
jika
pelumasan tidak didukung dengan baik hasilnya tentu anda bisa mengira-ngira bagaimana suara logam yang saling bergesekan. Selain dari katup timming chain juga menyumbang bunyi mesin yang kasar. Hal ini dikarenakan rantai timming yang berbahan logam juga perlu pelumasan agar suaranya lebih tenang.
28
3. Mesin bisa Overheat Salah satu fungsi oli mesin adalah untuk mendinginkan komponen mesin. Jika volumenya kurang, otomatis sistem pendinginan mesin juga akan terganggu. Jika pada motor hal ini lebih terasa khususnya yang menggunakan pendingin udara. Penyebab
peningkatan
suhu
ini
bukan
hanya
berasal
dari
pembakaran mesin. Gesekan antara komponen juga menghasilkan panas, itulah mengapa fluida ini digunakan untuk melapisinya. Jika tidak maka potensi engine overheat lebih besar 4. Engkol Mesin Terkunci Pada akibat sebelumnya ketika volume oil berkurang maka akan menyebabkan keausan yang disebabkan goresan dan overheat. Mesin yang terlalu panas salah satunya berasal dari gesekan antara komponen mesin yang kurang mendapatkan pelumasan. Karena komponen ini berbahan logam, maka sudah bisa terlihat hasilnya akan ada pemuaian pada komponen yang berhubungan. Jika itu terjadi maka mesin bisa macet atau bahasa lainnya engine lock. Kondisi engine lock bisa dosebabkan karena poros engkol mengalami pemuaian sehingga putaran mesin akan terhambat. Kondisi ini akan menyebabkan mesin mobil atau motor macet tanpa bisa distart atau di engkol. Satu satunya solusi yang bisa anda ambil yakni menunggu hingga mesin dingin, itu juga jika kondisi komponen 29
tersebut belum tergores. Masalah ini masuk ke masalah berat mesin, karena
bisa
membutuhkan
langkah
overhoule
sebagai
cara
penanganan.
B. Tindakan Penanggulangan Terhadap Penyebab Berkurangnya L.O Pada Crankcase Saat Auxiliary Engine Dioperasikan Setiap kali kita melakukan PPM unit, khususnya pada engine, untuk mengetahui pengukuran
performance
yang dilakukan
sebuah adalah
engine, salah mengukur
satu
item
seberapa besar
tekanan blow‐by. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar tingkat kebocoran udara dari crankcase engine yang keluar melalui engine breather. Mengapa itu perlu kita ukur? Lebih lanjut, hal ini digunakan
sebagai
dasar
untuk mengetahui
apakah
tingkat
kebocoran udara saat piston melakukan kompresi, masih standard atau tidak. Jika hasil pengukuran tekanan blow‐by yang kita lakukan ternyata melebihi batas maksimum. Tekanan blow‐by tinggi bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain adalah keausan pada ring piston yang besar, valve & valve seat yang aus. Keakuratan hasil pengukuran menjadi penting ketika
kita gunakan
sebagai
dasar
untuk
menganalisa dimana
kerusakan yang terjadi, Oleh karena itu, metode pengukuran yang tepat akan menghasilkan data yang akurat sehingga kesimpulan dari analisa yang kita lakukan juga akan benar. Terjadinya keausan seperti
30
ring torak aus, torak aus, dinding silinder aus sehingga menyebabkan minyak pelumas dari panci minyak pelumas (carter) ke ruang bakar, akibatnya
volume minyak lumas di
crankcase
menurun. Untuk
penanggulangn penyebab berkurangnya minyak lumas di crankcase maka dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Meningkatkan kompresi mesin Untuk mengatasinya piston, ring piston, dan cylinder liner diganti dengan yang baru. Karena jika tidak akan menyebabkan kompresi bocor dan juga mengakibatkan minyak pelumas dari panci minyak pelumas (carter) masuk ke ruang bakar. 2. Penguapan pada minyak lumas Minyak lumas baik tentu akan tahan terhadap panasnya mesin, bahkan jika digunakan pada mesin yang bekrerja ekstra keras, dan minyak lumas yang tidak bagus dia akan cepat memuai karena tidak tahan panas. Syarat minyak lumas yang baik untuk mesin diesel yaitu : a. Kekentalan harus relative stabil tanpa pengaruh adanya perubahan dalam temperatur. b. Oli mesin harus sesuai dengan penggunaan metal. c. Tidak merusak atau anti karat terhadap komponen. d. Tidak menimbulkan busa.
31
3. Minyak lumas keluar dari air breather untuk mengatasinya mengganti piston dan ring piston yang sudah aus dan mengganti cylinder liner yang aus diganti dengan yang baru karena jika tidak diganti udara kompresi akan menekan minyak lumas keluar ke air breather. 4. Oil seals front dan rear side bocor Untuk mengatasinya mengganti oil seal dengan yang baru karena jika tidak minyak lumas akan rembes bahkan menetes. 5. Kebocoran pada packing-packing Untuk mengatasinya yaitu menghaluskan permukaan lalu mengganti packing-packing dengan yang baru karena jika tidak minyak lumas akan rembes bahkan menetes.
32
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Faktor penyebab berkurangnya minyak lumas pada crankcase saat Auxiliary Engine dioperasikan yaitu adanya kerusakan pada oil seal dan ikutnya minyak lumas keluar ke air breather. 2. Upaya penanggulangan kebocoran yaitu melakukan perbaikan dan pergantian pada kebocoran mesin akibat keausan pada komponen dan kekurangan oli karena kebocoran kompressi ke carter .
B. SARAN 1. Mengatasi kekurangan minyak lumas pada crankcase dengan mengganti komponen mesin yang aus dengan yang baru, yaitu : a. Mengganti oil seal front dan rear side yang bocor dengan yang baru. b. Mengganti piston, ring piston, dan cylinder liner dengan yang baru. 2. Penggunaan sparepart yang sesuai standar harus dibawah pengawasan, agar
komponen mesin dapat bertahan lama.
Pengontrolan volume pelumas harus dilakukan sesering mungkin agar kebutuhan minyak lumas pada mesin dapat terpenuhi.
33