KORAN TEMPO › Print Article
Page 1 of 1
Edisi 18 Februari 2009
Polisi Menduga Wartawan Radar Bali Dibunuh Saat dibuang ke laut, korban masih hidup. DENPASAR - Polisi menduga Anak Agung Gede Bagus Narendra Prabangsa, 41 tahun, tewas dibunuh. Berdasarkan hasil otopsi sementara, ditemukan bekas kekerasan akibat benda tumpul pada kepala korban. "Ada dugaan ini pembunuhan, tapi kami masih mendalaminya," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Bali Komisaris Besar I Gde Sugianyar Dwi Putra kemarin Senin lalu, wartawan harian Radar Bali ini ditemukan tewas mengambang di Pantai Bias Tugel, Desa Padangbai, Karangasem, Bali. Jenazah ditemukan dalam kondisi bengkak, kepala pecah, lidah terjulur, telinga kiri robek, dada dan leher lebam, serta bola mata hilang Koordinator Pelayanan Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Sanglah, Dudut Rustyadi, mengatakan, berdasarkan hasil otopsi pad Senin malam lalu, saat dibuang ke laut, diduga korban masih hidup. "Ini dibuktikan dengan adanya benda laut, seperti pasir, di dalam kerongkongan korban," katanya. Selain jenazah korban sudah membusuk, terdapat luka terbuka pada kepala dan pergelangan tangan kanan akibat kekerasan benda tumpul. Wajah memar serta tulang kepala dan tulang rahang patah. Tangan kanan korban patah seperti menahan sesuatu. Sedangkan hilangnya bagian telinga dan bola mata ada kemungkinan karena dimakan binatang laut. Dudut enggan menjelaskan berapa lama korban berada di laut. Sebab, ini terkait dengan proses penyelidikan oleh kepolisian. "Nanti dijadikan alibi oleh pelaku," ujarnya. Anak Agung Samudera, adik tiri Prabangsa, mengatakan keluarga belum mengetahui motif tewasnya korban. Dia juga mengaku belum menerima hasil otopsi. Soal masalah dengan pihak lain yang membelit kakaknya, lagi-lagi dia juga menyatakan tidak tahu. "Kalau benar kematiannya karena dibunuh, pihak keluarga meminta kasus ini segera diungkap," katanya. Penanggung Jawab Harian Radar Bali Rai Warsa mengatakan kasus ini kemungkinan besar tidak berkaitan dengan pemberitaan di medianya. Prabangsa sudah lama tidak melakukan aktivitas langsung dalam bidang jurnalistik. Namun, dia mengakui, berdasarkan keterangan beberapa teman kantornya, Prabangsa menunjukkan gelagat ketakutan beberapa hari terakhir. Teman di kantornya bahkan dilarang membuka jendela. "Dia mengatakan takut ada orang yang menembak. Waktu itu kami tida terlalu memperhatikan karena dikira hanya lelucon," katanya. Hingga kini polisi masih mencoba mengungkap motif tewasnya Prabangsa. NI LUH ARIE SL | DEWI RINA
http://korantempo.com/korantempo/cetak/2009/02/18/Nusa/krn.20090218.157175.id.html
2/19/2009