1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang
diwilayah Asia yang telah di golongkan menjadi negara dengan tingkat epedemi yang terkosentrasi atau concentrated level epidemic (CLE) karena memiliki kantong-kantong epedemi dengan prevalensi lebih dari 5 % pada sub populasi beresiko terinfeksi HIV/AIDS seperti pekerja seks komersial, narapidana, pengguna narkoba jarum suntik, darah donor, dan ibu hamil. Pravelensi kasus HIV AIDS yang tinggi menjadi permasalah yang pelik di masyarakat (karnirius, 2012). Menurut UNAIDS (2015) jumah orang yang hidup dengan HIV mencapai 34,0 juta sampai 39,8 juta. Dengan jumlah infeksi baru sekitar 1,9 juta. Penurunan terbesar infeksi HIV terjadi di timur dan selatan afrika Sekitar 40.000 infeksi baru HIV dan terjadi penurunan sebesar 4 % di banding tahun 2011. setelah timur dan afrika selatan, terjadi penurunan bertahap di amerika latin dan karibia, barat dan tengah eropa, amerika utara, timur tengah dan afrika utara. Sedangkan angka infeksi HIV baru di eropa timur dan asia tengah meningkat menjadi 57%. Menurut kemenkes RI (2015), jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2015 adalah sebanyak
2
735.256 orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak 85.523 orang). Jumlah kasus baru positif HIV yang dilaporkan pada tahun
2015
sebanyak
30.935
kasus,
dan
telah
menurun
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 adanya kecenderungan peningkatan penemuan kasus baru AIDS, namun pada tahun 2014 dan 2015 terjadi penurunan kasus AIDS menjadi sebesar 7.875 kasus pada tahun 2014 dan 6.081 kasus pada tahun 2015. Diperkirakan hal tersebut terjadi karena jumlah pelaporan kasus AIDS dari daerah masih rendah. Namun demikian, tren penemuan kasus AIDS yang menurun tersebut sejalan
dengan
penurunan
penemuan
kasus
HIV.
Secara
kumulatif, kasus AIDS sampai dengan tahun 2015 sebesar 77.112 kasus. Menurut data dari dinas kesehatan kota malang jumlah ODHA dari tahun 2005 sampai tahun 2016 sebanyak 3888 jiwa sedangkan data dari salah satu Rumah sakit dikota malang tahun 2016 sampai januari 2017 jumlah ODHA sebanyak 249 orang. Jumlah pasien yang sering kontrol sebanyak 103 orang dan yang tidak kontrol >1 bulan sebanyak 136 orang sedangkan Pasien yang baru masuk awal januari 2017 sebanyak 10 orang. HIV/AIDS disembuhkan
merupakan dan
belum
penyakit ditemukan
yang
tidak
dapat
obat
yang
dapat
memulihkan hingga saat ini. Masyarakat masih menganggap penderita HIV AIDS harus dikucilkan dari lingkungan. Beban
3
fisik maupun psikologi berdampak terhadap kelangsungan hidup penderita HIV AIDS (Silvitasari, 2013). Stigma dan diskriminasi pada
ODHA
akan
menyebabkan
ODHA
menjadi
enggan
membuka diri, takut perlakuan keluarga, masyarakat dan tidak bisa bebas akses terhadap pengobatan (Ardhiyanti, 2015). Pengobatan setelah terjadi pajanan infeksi HIV pada seseorang adalah terapi Antiretroviral, yang berarti mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat. Obat ARV perlu diminum sesuai petunjuk dokter baik dosis maupun waktunya. Mengingat bahwa HIV adalah virus yang selalu bermutasi, maka jika mematuhi aturan pemakaian obat ARV, obat yang dikonsumsi tidak bisa lagi memperlambat laju HIV menuju ke tahap AIDS (Silvitasari, 2013). Obat akan bekerja dengan baik bila sistem kekebalan tubuh juga bekerja dengan baik melawan virus. Ketika lupa meminum satu dosis, meskipun hanya sekali, virus akan memiliki kesempatan untuk menggandakan diri lebih cepat. Hasil yang tidak dapat dihindari dari semua tantangan ini adalah ketidakpatuhan, perkembangan resistensi, kegagalan terapi dan resiko pada kesehatan masyarakat akibat penularan jenis virus yang resisten (Ardhiyanti, 2015). Pasien
yang
sedang
mendapatkan
ARV
umumnya
mengalami efek samping. Sekitar 25% penderita menghentikan
4
terapi pada tahun pertama karena efek samping obat dan 25% penderita tidak meminum dosis yang dianjurkan karena takut akan efek samping yang ditimbulkan oleh ARV. Pasien HIV yang melaporkan mengalami efek samping obat yang signifikan cenderung untuk tidak patuh pada pengobatan. Hal ini sangat merugikan pasien karena bisa menimbulkan resistensi obat dan memburuknya kondisi penderita (Nursalam, 2010). Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Emma
Rosamond (2014 ) mengatakan bahwa alasan penderita tidak patuh dalam mengonsumsi obat yaitu lupa untuk mengambil obat (67%), sibuk dengan sesuatu yang lain (63%), tertidur pada saat jam minum obat (60%), dan kehabisan obat (44%). Alasan lainnya berupa jarak rumah dengan rumah sakit jauh (37%), tidak ingin orang lain mengetahui bahwa mereka mengambil obat HIV(35%) dan terlalu banyak pil yang diminum (33%). Kepatuhan antiretroviral
menentukan
(ARV)
dalam
seberapa
baik
menekan
pengobatan jumlah viral
load. Kepatuhan adalah ketaatan pasien dalam melaksanakan tindakan terapi. Kepatuhan terapi pada ODHA merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena jika pasien tidak patuh akan terjadi gangguan berbagai sistem tubuh yang berakibat pada meningkatnya angka kesakitan dan kematian (silvitasari, 2013).
5
Kepatuhan pasien berarti bahwa pasien dan keluarga harus meluangkan waktu dalam menjalani pengobatan yang dibutuhkan
(Friedman,
2010).
keluarga
mempunyai
dibidang kesehatan yang perlu dipahami, yaitu masalah
kesehatan
setiap
anggota
keluarga,
tugas
mengenal mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan
perawatan
mempertahankan
suasana
bagi dirumah
anggota yang
yang
sakit,
menguntungkan
kesehatan, mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Merawat anggota keluarga yang ODHA menimbulkan stress yang berkepanjangan bagi keluarga yang merawatnya, ini disebabkan karena keluarga mengalami kesulitan komunikasi, berinteraksi serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam merawat, oleh karena itu diperlukan penggunaan koping yang
adaptif
agar
dapat
mempertahankan
keadaan
yang
keseimbangan supaya dapat menjalani kehidupan yang efektif dan produktif (setiawati, 2008). Dukungan keluarga pada ODHA saat ini masih minim. Rendahnya dukungan keluarga ini disebabkan oleh masih adanya stigma dimasyarakat terkait dengan penularan penyakit menular HIV/AIDS). Keluarga sebagai support system yang utama dibutuhkan untuk mengembangkan koping yang efektif untk beradaptasi menghadapi stressor terkait penyakit, baik
6
fisik, psikologis maupun sosial. Dukungan keluarga memiliki peran penting dalam meningkatkan kepatuhan arv pada ODHA (krisnha, 2015). Berdasarkan
latar
belakang
yang
sudah
diuraikan,
mendasari peneliti untuk mengetahui pengaruh peran support system family terhadap tingkat kepatuhan arv pada ODHA. Sehingga dapat menjadi contoh
maupun pedoman bagi
keluarga
mengetahui
dan
masyarakat
untuk
pentingnya
dukungan keluarga terhadap tingkat kepatuhan arv pada ODHA.. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah pengaruh peran support system family terhadap peningkatan kepatuhan ARV pada ODHA. 1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu
penelitian umum dan penelitian khusus, untuk penjelasannya adalah sebagai berikut : 1.3.1
Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peran
support system family pada ODHA. 1.3.2
Tujuan Khusus
terhadap peningkatan kepatuhan ARV
7
1. Mengidentifikasi peran keluarga dalam mendukung pasien untuk mengonsumsi Arv pada ODHA. 2. Mengidentifikasi
tingkat
kepatuhan
pasien
dalam
mengonsumsi Arv pada ODHA 3. Menganalisis pengaruh support system family terhadap tingkat kepatuhan ARV pada ODHA.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Teoritis Mendukung konsep dan teori bahwa dengan dukungan
keluarga dapat meningkatkan kepatuhan mengonsumsi Arv pada ODHA. Sehingga dapat di aplikasikan oleh keluarga maupun masyarakat. 1.4.2
Manfaat Praktis
1.4.2.1
Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai peran penting dari dukungan keluarga terhadap penderita HIV/AIDS dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak baik
keluarga,masyarakat
petugas
kesehatan
maupun
pemerintah mengenai pentingnya peran support system family terhadap peningkatan kepatuhan ARV pada ODHA. 1.4.2.2
Bagi keluarga
8
Penelitian ini sebagai salah satu sember informasi bagi keluarga
mengenai
pentingnya
peran
dukungan
keluarga
terhadap ODHA. Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan keluarga untuk meningkatkan kepedulian keluarga terhadap ODHA.. Keluarga merupakan support system utama yang
paling
dekat
dengan
pasien
sehingga
secara
tidak
langsung ikut serta berperan dalam mendukung pasien untuk mengonsumsi obat. 1.4.2.4
Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai informasi baru bagi dunia keperawatan bahwa peningkatan pengetahuan dan skill dari waktu ke waktu dianggap perlu, khususnya mengenai peran support system family dalam meningkatkan kepatuhan berobat. 1.4.2.5
Bagi Peneliti Lain
Hasil
penelitian
dapat
digunakan
sebagai
bahan
informasi bagi penelitian lain yang akan mengembangkan topik yang berkaitan dengan peran support system family terhadap tingkat kepatuhan arv pada penderita HIV/AIDS. 1.5
Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan sebelumnya antara lain sebagai berikut:
9
1. Penelitian Caroline Masquillier yang berjudul Families as catalysts for peer adherence support in enhancing hope for people living with HIV/AIDS in South Africa (2014). Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh dukunga
sebaya
dan
lingkungan
keluarga
terhadap
tingkat harapan hidup pada odha. Responden diambil dari 12 klinik di 5 kabupaten di afrika selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan sebaya maupun keluarga memiliki efek langsung pada tingkat harapan ODHA, akan tetapi dukungan keluarga lebih mempunyai efek postif terhadap harapan ODHA. Interaksi diantara keluarga menghasilkan tingkat harapan yang lebih tinggi yang merupakan
dimensi
penting
dalam
pengobatan seumur hidup. Penelitian
keberhasilan
ini memberikan
wawasan tambahan peran penting yang dimainkan oleh dinamika keluarga dalam perawatan HIV/AIDS. 2. Penelitian Vinami Yulian dan Abi Muhlisin yang berjudul Hubungan
Antara
Support
System
Keluarga
dengan
Kepatuhan berobat klien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (2012). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara support system keluarga dengan kepatuhan pasien untuk mengambil obat di Rumah Sakit Regional Mental Surakarta yang dilakukan di rawat poliklinik di Rumah Sakit Regional Mental Surakarta
10
dengan
100
responden.
penelitian
kuantitatif
penelitian
korelasi,
Penelitian
dengan
ini
merupakan
menggunakan
pendekatan
desain
cross-sectional
dan
retrospektif. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan checklist. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil Regional
kesimpulan
bahwa
Mental
Surakarta
pasien yang
di
Rumah
memiliki
Sakit sistem
dukungan keluarga yang baik, sebagian besar memiliki kepatuhan untuk mengambil obat. dan ada hubungan antara sistem dukungan keluarga dan kepatuhan pasien untuk mengambil obat di Rumah Sakit Regional Mental Surakarta. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti
adalah
tempat
penelitian
dan
kriteria
populasi penelitian serta tujuan penelitian yaitu untuk melihat peran support system family terhadap tingkat kepatuhan ARV pada ODHA.
11
DAFTAR PUSTAKA Ardhiyanti yulrina, novita lusiana (2015). Buku ajar AIDS pada asuhan kebidanan. Yogyakarta : Budi utama. Caroline, Masquillier., Edwin Wouters., Dimitri Mortelmans.,Frederik le Roux Booysen ( 2014 ). Families as catalysts for peer adherence support in enhancing hope for people living with HIV/AIDS in South Africa. Journal of the International AIDS Society. Emma Rosamond Nony Weaver"., Masdalina, Pane., Toni Wandra., Cicilia, Windiyaningsih., Herlina1,Gina Samaan. (2014). Factors that Influence Adherence to Antiretroviral Treatment in an Urban Population, Jakarta, Indonesia. Jakarta. Australian National University, 9, 2-3. Friedman, marlyn, M (2010). Buku ajar keperawatan keluarga riset, teori dan praktek, ed 2. Jakarta: EGC. Ika Silvitasari dkk (2013). Efektivitas Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Pengobatan Arv Pada Odha Di Kelompok Dukungan Sebaya Kartasura.surakarta. Krishna, C., Poudel, David R., Buchanan , Rachel M., Amiya.,Kalpana, Poudel, Tandukar (2015). Perceived Family Support and Antiretroviral Adherence in HIVPositive Individuals: Results from a Community-Based Positive Living With HIV Study. International Quarterly of Community Health Education, 36(1), 72-73.s Nursalam, kurniawan ninuk, (2007). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV AIDS. Jakarta: Salemba medika.
12
Setiawati santun, agus citra dermawan (2008). Penuntun praktis asuhan keperawatan keluarga ed 2. Jakarta: Trans info media. Triyanto Endang, Setyoadi (2012). Strategi Pelayanan Keperawatan bagi Penderita AIDS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Vinami Yulian, Abi Muhlisin. Hubungan Antara Support System Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Klien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Karnirius Harefa, et al. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri Orang HIV/AIDS (ODHA) di Lembaga Medan Plus Medan Tahun 2012.