Konservasi "budaya Religius"

  • Uploaded by: Buat Akun
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konservasi "budaya Religius" as PDF for free.

More details

  • Words: 607
  • Pages: 2
2. Konservasi Budaya Terdapat banyak hal yang dapat kita asumsikan mengenai konservasi budaya. Oleh karena itu, hal yang dipaparkan berikut merupakan beberapa contoh konsep konservasi budaya yang secara sederhana dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Beberapa contoh yang termuat dalam (Wibowo dkk. 2018) menyampaikan mengenai budaya religius, budaya tradisional, budaya jawa, dan olah raga tradisional yang dipaparkan sebagai berikut. 2.1 Budaya Religius Budaya religius merupakan suatu sikap, perilaku, dan kebiasaan suatu masyarakat yang berdasarkan nilai-nilai religius (keagamaan). Nilai-nilai tersebut dijalankan secara menyeluruh. Muhaimin (2012:293) mengatakan bahwa nilai-nilai religius dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (ibadah). Aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural dan bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dilihat dengan mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang pun tetap dikatakan sebagai nilai religius. Karena itu, ada berbagai macam sisi atau dimensi dalam keberagamaan Seseorang untuk melaksanakan nilai-nilai religius. Rakhmat (2010:43-49) menjelaskan lebih mendalam bahwa ada lima Macam dimensi keberagamaan, yaitu: (1) dimensi ideologis, (2) dimensi ritualistik, (3) dimensi eksperensial, (4) dimensi intelektual, (5) dimensi konsekuensional. Berikut ini dijelaskan dimensi sebagai berikut. 1. Dimensi keyakinan ( ideologis) Dimensi ini merupakan bagian dari keberagamaan yang berkaitan dengan apa yang harus dipercayai dan menjadi sistem keyakinan (creed), Doktrin mengenai kepercayaan atau keyakinan adalah yang paling dasar yang bisa membedakan agama satu dengan lainnya. Pada tataran ini keberagamaan ini bersifat dogmatis. 2. Dimensi Ibadah/praktik agama (ritualistik) Dimensi ini merupakan bagian dari keberagamaan yang berkaitan dengan perilaku yang disebut ritual keagamaan seperti pemujaan, ketaatan dan hal-hal lain yang dilakukan untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Perilaku di sini bukan perilaku dalam makna umum, melainkan menunjuk kepada perilaku-perilaku khusus yang ditetapkan oleh agama seperti tata cara beribadah dan ritus-ritus khusus pada hari-hari suci atau hari-hari besar agama. Dimensi ini sejajar dengan ibadah. Ibadah merupakan penghambaan manusia kepada Tuhan sebagai pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk-Nya. 3. Dimensi penghayatan atau pengalaman (eksperensial) Dimensi ini menunjuk pada konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh ajaran agama dalam perilaku umum yang tidak secara langsung dan khusus ditetapkan oleh agama seperti dalam dimensi ritualis. Dimensi ini mendorong kepada umat agama untuk berperilaku

yang baik seperti ajaran untuk menghormati tetangga, menghormati tamu, toleran, berbuat adil, membela kebenaran, berbuat baik kepada fakir miskin dan anak yatim, jujur dalam bekerja, dan sebagainya. Dimensi ini adalah bagian dari keberagamaan yang berkaitan dengan perasaan keagamaan seseorang. Psikologi agama menyebutnya sebagai pengalaman keagamaan (religious experience) yaitu unsur perasaan dalam kesadaran agama yang membawa pada suatu keyakinan (Darajat, 1996). Pengalaman keagamaan ini bisa terjadi dari yang paling sederhana seperti merasakan kekhusukan pada saat melaksanakan ibadah dan ketenangan setelah menjalankannya. Pengalaman yang lebih kompleks adalah seperti pengalaman ma'rzfah (gnosis) yang dialami oleh para sufi yang sudah dalam taraf merasakan bahwa hanya Tuhanlah yang sungguh berarti. Komitmen menjalankan berbagai perintah agama bukan lagi karena melihatnya sebagai kewajiban, tetapi lebih didasarkan pada cinta (mahabbah) yang membara kepada Tuhan. Karena didasarkan dorongan cinta, apapun yang dilakukan terasa nikmat. Pengalaman keagamaan ini muncul dalam diri seseorang dengan tingkat keagamaan yang tinggi. 4. Dimensi Pengetahuan (Intelektual) Setiap agama memiliki sejumlah informasi khusus yang harus diketahui oleh para pemeluknya. Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa oerang-orang yang beragama paling tidak memilki minimal ilmu pengetahuan mengenai dasar-dasar ritual, kitab suci, dan tradisi-tradisi. Dimensi ini menggambarkan sejauh mana seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya, yakni sejauh mana aktivitasnya dalam manambah pengetahuan agama yang dianutnya. 5. Dimensi Pengalaman (Konsekuensional) Pengamalan ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dalam hal ini pengamalan disejajarkan dengan akhlak atau karater yakni menunjuk pada beberapa tingkatan seseorang dalam berperilaku dan dimotivasi oleh ajaran-ajaran agama yang dianutnya.

Related Documents


More Documents from "Firda Retro"

Va Va Voom.docx
April 2020 22
Roses.docx
April 2020 12
Thank You.docx
April 2020 11
Pancasila Sila 3.pptx
April 2020 12