Konsep Dasar Imunisasi Klp X.docx

  • Uploaded by: rudy
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Dasar Imunisasi Klp X.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,421
  • Pages: 26
MAKALAH KONSEP DASAR IMUNISASI

Oleh : Musdalipa, S. Kep., Ns. NIP : 19881223 201101 2 011

PUSKEMAS MADISING NA MARIO KOTA PAREPARE TAHUN 2019

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNYAlah sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Parepare, Maret 2019

Penyusun

2

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden), yaitu penyakit menular dan penyakit degeneratif. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya. Imunisasi salah satu tindakan untuk mencegah penyebaran penyakit ke wilayah lain dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif. Dengan imunisasi, penyakit cacar telah berhasil dibasmi, dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1974. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak. Kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B. Imunisasi perlu didukung dengan upaya surveilans epidemiologi untuk mendeteksi dini peningkatan kasus penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB. Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 kewenangan surveilans epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB merupakan kewenangan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.

3

Selama beberapa tahun terakhir ini, kekhawatiran akan kembalinya beberapa penyakit menular dan timbulnya penyakit-penyakit menular baru kian meningkat. Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan anak, ibu serta masyarakat lainnya.

B.

Tujuan Untuk mengetahui konsep dasar imunisasi yang terdiri dari:  Pengertian imunisasi  Tujuan imunisasi  Manfaat imunisasi  Tipe-tipe vaksin  Jenis-jenis imunisasi  Imunisasi dasar.

4

BAB II PEMBAHASAN

A.

Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu (Mahdiana,2010) Imunisasi berasal dari kata imun, yaitu kebal atau resisten. Bayi di imunisasikan berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu (Hidayat,2008) Imunisasi adalah suatu keadaan tubuh yang kebal terhadap suatu penyakit. Imunisasi adalah suatu perlakuan menyebabkan seseorang menjadi kebal (imun) terhadap suatu penyakit (Desmawati,2013) Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42,2013). Pengertian vaksin sendiri adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.42,2013).

B.

Tujuan Imunisasi Tujuan pemberian imunisasi adalah turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi. a. Mencegah

terjadinya

penyakit

tertentu

menghilangkan penyakit tertentu didunia

5

pada

seseorang

dan

b. Melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak. c. Anak menjadi kebal dan terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. d. Menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta bila mungkin didapateradikasi suatu penyakit. e. Menurunkan

angka

penderitaan

suatu

penyakit

yang

sangat

membahayakankesehatan bahkan bias menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri,tetanus, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air dan TBC. f. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang

C.

Tipe-tipe Vaksin a.

Vaksin mati Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia (formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri atau virus, atau bagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja. Kelebihannya : Keuntungan vaksin mati adalah bisa dipergunakan untuk semua orang, termasuk untuk wanita hamil, mereka yang mengalami kelainan sistim imunologi/sistim pertahanan tubuh, misalnya penderita penyakit HIV AIDs,

orang

yang dicangkok

melakukan hemodialisis,

atau

organ

pasien

tubuh, pasien yang

ginjal yang

mendapat pengobatan

kortiosteroid. Karena hanya mengandung bakteri atau virus mati, tidak ada lagi kemungkinan mutasi genetik dari bibit penyakit kembali menjadi ganas, sehingga aman bagi pemakai vaksin tersebut.

6

Cara menyimpan vaksin mati ini juga lebih mudah daripada vaksin hidup, cukup disimpan dalam suhu 2 – 8 derajat Celsius. Kelemahannya : Kelemahannya adalah karena bakteri atau virus penyebab penyakitnya telah dimatikan, maka reaksi perangsangan terhadap sistim imunologi tubuh lebih lemah, sehingga untuk mendapatkan hasil proteksi yang optimal, dan berlangsung lama, diperlukan pengulangan vaksinasi, yang disebut dosis booster /dosis penguat ulangan. Catatan: dalam penelitian vaksin, ditemukan bahwa vaksin mati lebih baik dipakai untuk mencegah penyakit infeksi karena bakteri daripada penyakit infeksi karena virus Contoh Vaksin Mati (Killed Vaccines / Inactivated Vaccines) :

b.



Vaksin Polio Inactivated (IPV)



Vaksin DPT



Vaksin Hepatitis A dan B



Vaksin Pneumonia



Vaksin Meningitis



Vaksin Hib dan Vaksin Influenza



Vaksin Human Papiloma Virus



Vaksin Demam Typhoid

Vaksin Hidup yang dilemahkan Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulangulang, namun masih mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah. Kelebihannya : Karena mengandung bibit penyakit hidup yang dilemahkan, sehingga menimbulkan reaksi rangsangan yang sangat kuat terhadap sistim imunologi tubuh kita untuk memproduksi zat antibody, dan reaksi ini

7

bertahan

cukup

lama bahkan seumur

hidup,

sehingga

kita tidak memerlukan mengulang vaksinasi atau dosis booster. Kelemahannya: Kelemahannya adalah karena ini mengandung bakteri yang hidup meski telah dilemahkan, sehingga vaksin jenis ini tidak boleh diberikan untuk wanita

hamil,

mereka

yang

mengalami kelainan

sistim

imunologi/sistim pertahanan tubuh, misalnya penderita penyakit HIV AIDs,

orang

yang dicangkok

melakukan dialisis

(cuci)

organ

darah dan

tubuh, penderita

pasien ginjal yang yang

diobati

dengan kortikosteroid. Karena bibit penyakit masih hidup meskipun telah dilemahkan, masih ada kemungkinan terjadi mutasi genetik, dimana bibit penyakit menjadi ganas kembali, sehinggga menimbulkan penyakit bagi penerima vaksin tersebut. Juga dikatakan bahwa kemungkinan efek samping lebih banyak ditemukan dengan vaksin hidup yang dilemahkan daripada dengan vaksin mati Karena mengandung bibit penyakit yang masih hidup, maka dalam penyimpanan vaksin ini diperlukan suhu rendah untuk menyimpannya, biasanya adalah suhu minus 20 derajat Celsius. Catatan : dalam penelitian vaksin, ditemukan bahwa vaksin hidup lebih

baik dipakai

untuk

mencegah

penyakit infeksi

karena

virus daripada penyakit infeksi karena bakteri Contoh vaksin hidup yang dilemahkan (Live Attenauted Vaccines) :

8



MMR



Vaksin Oral Polio (OPV)



Vaksin Varicella



Vaksin Yellow Fever / Demam Kuning



Vaksin Rotavirus

D.

Manfaat Imunisasi a) Bagi anak Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan kecacatan atau kematian. b) Bagi keluarga Bagi keluarga, vaksinasi bermanfaat untuk menghilangkan kecemasan akan kesehatan dan biaya pengobatan jika anak sakit. Menumbuhkan keyakinan dan harapan bahwa anak-anak akan menjalani masa pertumbuhannya dengan amandan ceria. Sehingga, orang tua bisa sedikit terlepas dari kekhawatiran anaknyaterserang dari penyakit-penyakit tertentu yang selalu menjangkiti anak-anak. c) Bagi Negara Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan keluarga.

E.

Jenis-Jenis Imunisasi Imunisasi terbagi dalam dua bagian yaitu pasif dan aktif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja. 1. Imunisasi aktif Imunisasi aktif adalah pemberian satu atau lebih antigen yang infeksius pada seorang individu untuk merangsang sistem imun, merangsang antibodi yang akan mencegah infeksi. Imunisasi aktif terhadap penyakit infeksi dihasilkan dengan cara inokulasi antigen bakteri, virus, dan parasit, baik dalam bentuk kuman hidup yang dilemahkan atau produk dari organisme tersebut. Vaksin diberikan dengan cara disuntikan atau peroral/ melalui mulut, tubuh membuat zatzat anti terhadap penyakit bersangkutan, kadar zat-zat dapat diukur dengan pemeriksaan darah. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh

9

untuk membentuk antibodi. Dalam Imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya, yaitu : a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagi zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan. b. Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan. c. Preservatif, stabilizer dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen. Ada lima (5) jenis imunisasi pada anak dibawah 5 (lima) tahun yang harus dilakukan, yaitu BCG (Bacillus Calmette Geurin), DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), Polio, Campak dan Hepatitis B.

2. Imunisasi Pasif Imunisasi pasif adalah perpindahan antibodi yang telah dibentuk yang dihasilkan host lain. Antibodi ini dapat timbul secara alami atau sengaja diberikan. Imunisasi pasif diberikan dalam bentuk Gama globulin intravena (IVIG) atau serum binatang, menghasilkan proteksi untuk sementara waktu terhadap infeksi atau penyakit. Imunisasi pasif terdiri dari dua macam, yaitu: a. Imunisasi pasif bawaan Imunisasi bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari ibunya selama dalam kandungan, yaitu berupa zat antibodi yang melalui jalan darah menebus plasenta. Namun, zat anti tersebut lambat laun akan menghilang/lenyap dari tubuh bayi. Dengan demikian, sampai umur 5 bulan bayi dapat terhindar dari beberapa penyakit infeksi, seperti campak, difteri dan lain-lain. b. Imunisasi pasif didapat Imunisasi didapat merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat anti. Zat anti ini didapat oleh anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2-3 minggu karena zat anti seperti

10

ini akan dikeluarkan kembali dari tubuh anak, misalnya pemberian serum antitetanus terhadap penyakit tetanus.

Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan. a. Imunisasi wajib Imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu, diberikan sesuai jadwal sebagaimana ditetapkan dalam pedoman penyelenggaraan imunisasi, terdiri dari : Imunisasi rutin : Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal, terdiri atas : a. Imunisasi dasar : Imunisasi pertama diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya. Lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), poliomyelitis, campak, dan hepatitis B. Lima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun tersebut adalah : 1) Imunisasi BCG yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan. 2) Imunisasi DPT, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu. 3) Imunisasi polio, yang diberikan 4 (empat) kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu. 4) Imunisasi campak, yang diberikan 1 (satu) kali pada usia 9-11 bulan. 5) Imunisasi hepatitis B, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 1-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu (Anik maryuni, 2010).

11

Tabel 1. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Usia

Jenis Imunisasi

0 bulan

Hepatitis B0

1 bulan

BCG, Polio 1

2 bulan

DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulan

DPT-HB-Hib 2, Polio 3

4 bulan

DPT-HB-Hib 3, Polio 4

9 bulan

Campak

Catatan: Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta, imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.

b. Imunisasi lanjutan : imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi imunisasi dasar pada bayi yang

12

diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan antenatal.

Tabel. 2 Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Anak bawah 3 tahun Umur

Jenis Imunisasi

18 Bulan

DPT-HB-Hib

24 Bulan

Campak

Tabel. 3 Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Anak Usia Sekolah Dasar Sasaran Kelas 1 SD

Imunisasi

Waktu Pelaksanaan

Campak

Agustus

DT

November

Kelas 2 SD

Td

November

Kelas 3 SD

Td

November

Tabel. 4 Imunisasi Lanjutan Pada Wanita Usia Subur (WUS) Status Imunisasi

Interval Minimal

Masa Perlindungan

Pemberian T1

13

-

-

T2

4 Minggu setelah T1

3 Tahun

T3

6 Bulan setelah T2

5 Tahun

T4

1 Tahun setelah T3

10 Tahun

T5

1 Tahun setelah T4

Lebih dari 25 Tahun

c. Imunisasi Tambahan Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah: 1. Backlog fighting Merupakan upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur di bawah 3 (tiga) tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang selama 2 (dua) tahun berturut-turut tidak mencapai UCI. 2. Crash program Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash program adalah: 1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi. 2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang. 3) Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI. Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi, misalnya campak, atau campak terpadu dengan polio 3. PIN (Pekan Imunisasi Nasional) Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara serentak di suatu negara dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai penyebaran suatu penyakit (misalnya polio). Imunisasi yang diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. 4. Sub PIN Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada wilayah wilayah terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota). 5. Catch up Campaign campak Merupakan suatu upaya untuk memutuskan transmisi penularan virus campak pada anak usia sekolah dasar. Kegiatan ini dilakukan dengan pemberian imunisasi campak secara serentak

14

pada anak sekolah dasar dari kelas satu hingga kelas enam SD atau yang sederajat, serta anak usia 6 - 12 tahun yang tidak sekolah, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi campak pada waktu catch up campaign campak di samping untuk memutus rantai penularan, juga berguna sebagai booster atau imunisasi ulangan (dosis kedua). 6. Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response Immunization/ORI) Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan situasi epidemiologis penyakit masingmasing.

d. Imunisasi Khusus. 1. Imunisasi Meningitis Meningokokus Meningitis meningokokus adalah penyakit akut radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis. Imunisasi

ini

diberikan

kepada

masyarakat

yang akan

melakukan perjalanan ke negara endemis Meningitis diberikan minimal 30 (tiga puluh) hari sebelum keberangkatan. Bila imunisasi diberikan kurang dari 30 (tiga puluh) hari sejak keberangkatan ke negara yang endemis Meningitis harus diberikan profilaksis dengan antimikroba yang sensitif terhadap Neisseria meningitidis. 2. Imunisasi Yellow Fever (Demam Kuning) Demam kuning adalah penyakit infeksi virus akut dengan durasi pendek masa inkubasi 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) hari dengan tingkat mortalitas yang bervariasi. Disebabkan oleh virus demam kuning dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae, vektor perantaranya adalah nyamuk Aedes aegypti. Vaksin demam kuning efektif memberikan perlindungan 99%. Antibodi terbentuk 7-10 hari sesudah imunisasi dan bertahan sedikitnya

15

hingga 30-35 tahun. Walaupun demikian imunisasi ulang harus diberikan setelah 10 (sepuluh) tahun. Pemberian imunisasi ini kepada orang yang akan menuju negara endemis demam kuning selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sebelum berangkat 3. Imunisasi Rabies Penyakit anjing gila atau dikenal dengan nama rabies merupakan suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies yang ditularkan oleh anjing, kucing dan kera. Vaksin rabies dapat mencegah kematian pada manusia bila diberikan secara dini pasca gigitan.

b. Imunisasi Pilihan/ Imunisasi yang Dianjurkan Imunisasi lain yang tidak termasuk dalam imunisasi wajib, namun penting diberikan pada bayi, anak, dan dewasa di Indonesia sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular tertentu mengingat beban penyakit dari masing-masing penyakit. Yang termasuk dalam imunisasi pilihan ini adalah: 1. MMR (measles/campak, mumps/parotitis, rubela/campak jerman) Adalah vaksin kombinasi antara vaksin campak, parotitis dan rubela. Parotitis merupakan penyebab terbanyak ensefalitis pada anak. Vaksin parotitis adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan dengan ditumbuhkan pada kultur sel emrio ayam. Vaksin ini harus disimpan pada suhu dingin (5-8 derajat C) karena tidak tahan sinar matahari dan panas. Efek samping vaksin ini sangat jarang terjadi, biasanya berupa pembengkakan kelenjar liur yang timbul 10-14 hari setelah vaksinasi. Vaksin rubela pada masa kanak-kanak merupakan penyakit infeksi yang ringan. Penyakit ini penting karena berhubungan dengan sindrom rubela kongenital. Bila ibu terinfeksi rubela pada 20 minggu pertama kehamilan, resiko infeksi janin adalah 80%. Bila infeksi terjadi pada 12 minggu kehamilan biasanya bayi akan mengalami kecacatan multipel yang berat dan permanen seperti buta karena

16

katarak, tuli dan defek jantung kongenital. Pada 20% kasus infeksi ini bersifat fatal yang menyebabkan aborsi spontan dan lahir mati. Bila infeksi terjadi anatara minggu ke 16 dan minggu ke 20 biasanya bayi akan lahir dengan ketulian. Tanpa imunisasi rubela adalah penyakit endemik dan kebanyakan anak akan terjangkit sebelum usia subur. Dinegara maju vaksin ini biasanya diberikan sebagai pengganti vaksin campak tunggal. Tidak dapat diberikan pada ibu hamil karena adanya resiko terhadap janin. Efek samping pasca vaksinasi biasanya sangat ringan yaitu demam ringan, nyeri tenggorokan, pusing, arthralgia, ream dan pembengkakan kelenjar. Dosis tunggal 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau subkutan dalam. a. Diberikan pada usia 12–18 bulan. b. Pada populasi dengan insidens penyakit campak dini yang tinggi, imunisasi MMR dapat diberikan pada usia 9 (sembilan) bulan. 2. Hib (Haemophilus influenzae b) Hib merupakan bakteri penyebab meningitis dan berbagai infeksi series yang mengancam jiwa seperti pneumonia, epiglotis dan sepsis pada bayi dan anak. Penggunaan vaksin ini terbukti dapat menurunkan insiden meningitis Hib. Dosis dan Jadwal: a. Vaksin Hib diberikan sejak umur 2 bulan, diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak waktu 2 bulan. b.Dosis ulangan umumnya diberikan 1 tahun setelah suntikan terakhir. 3. Vaksin Tifoid Demam tifoid setiap tahun menyebabkan 560.000 kematian secara global. Kebanyakan daerah endemis isiden demam tifoid tertinggi pada umur 5-19 tahun sehingga dibutuhkan vaksin yang dapat membentengi imunitas pada usia sekolah. Vaksin tifoid oral mengandung strain Salmonella thypi yang telah dilemahkan. Vaksin ini cukup aman dan efektif.

17

4. Vaksin Varisela Vaksin virus hidup varisela-zoster yang dilemahkan terdapat dalam bentuk bubuk kering. Vaksin dapat diberikan bersama dengan vaksin MMR (MMR/V). Infeksi setelah terpapar apabila telah diimunisasi dapat terjadi pada 1%-2% kasus setahun, tetapi infeksi umumnya bersifat ringan,vaksin dapat diberikan mulai umur masuk sekolah (5 tahun). Pada anak ≥ 13 tahun vaksin dianjurkan untuk diberikan dua kali selang 4 minggu. 5. Hepatitis A Adalah vaksin virus hepatitis A yang sudah diinaktivas (dimatikan)i. Vaksin hepatitis A dianjurkan diberikan di daerah dengan pajanan rendah pada umur lebih dari 2 tahun. Imunisasi ini cukup diberikan 2 kali dengan interval 4 minggu. 6. Vaksin Influenza Vaksin influenza mengandung virus yang tidak aktif (inactivated influenza virus), mengandung antigen dari dua sub tipe virus influenza A dan satu sub tipe virus influenza B, subtipenya setiap tahun direkomendasikan oleh WHO berdasarkan surveilans epidemiologi seluruh dunia. Vaksin ini tidak boleh diberikan pada seseorang yang sedang menderita penyakit demam akut yang berat. 7. Vaksin Pneumokokus Terdapat dua macam vaksin pneumokokus yaitu vaksin pneumokokus polisakarida (pneumococcal polysacharide vaccine/PPV) dan vaksin pneumokokus polisakarida konyugasi (pneumococcal conjugate vaccine/PCV). 8. Vaksin Rotavirus Terdapat dua jenis Vaksin Rotavirus (RV) yang telah ada di pasaran yaitu vaksin monovalent dan pentavalent. 9. Vaksin Japanese Ensephalitis Vaksin diberikan secara serial dengan dosis 1 ml secara subkutan pada hari ke 0,7 dan ke 28. Untuk anak yang berumur 1–3 tahun dosis yang

18

diberikan masing-masing 0,5 ml dengan jadwal yang sama. Booster diberikan pada individu yang berisiko tinggi dengan dosis 1 ml tiga tahun kemudian. 10. Human Papiloma Virus (HPV) Vaksin HPV yang telah beredar di Indonesia dibuat dengan teknologi rekombinan. Vaksin HPV berpotensi untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan infeksi HPV. Vaksin HPV mempunyai efikasi 96–98% untuk mencegah kanker leher rahim yang disebabkan oleh HPV tipe 16/18. Imunisasi vaksin HPV diperuntukkan pada anak perempuan sejak usia > 10 tahun.

F.

Imunisasi Dasar 1. Bacillus Calmette Guerin (BCG) Merupakan imunisasi yang mengandung jenis kuman TBC yang masih hidup tapi telah dilemahkan. Imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Imunisasi BCG diberikan pada usia kurang dari 2 bulan dengan dosis 0,05 ml, vaksin BCG diberikan secara intrakutan didaerah lengan atas pada insertio M. Deltoideus. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tak perlu diulang (Booster) sebab vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga anti bodi yg dihasilkan tinggi terus. Vaksin BCG memberikan proteksi yang bervariasi antara 50-80% terhadap tubercolosis. Pemberian vaksin BCG sangat bermanfaat bagi anak, sedangkan bagi orang dewasa manfaatnya masih kurang jelas. Efek samping imunisasi umumnya tidak ada namun, beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (diselangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha) biasanya akan timbul sendiri. Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat/menahun.

19

Gambar Vaksin BCG

2. Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HBHib); Imunisasi DPT adalah imunisasi yang akan menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin Difteri dibuat dari toksin atau racun kuman difteri yang telah dilemahkan dinamakan toksoid. Vaksin tetanus dibuat dari toksoid tetanus atau toksin/racun kuman tetanus yang sudah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Sedangkan vaksin pertusis terbuat dari kuman bordetella pertusis yang telah dimatikan selanjutnya dikemas bersama vaksin difteri dan tetanus. Imunisasi DPT diberikan 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan. Namun biasa ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun, imunisasi diberikan melalui suntikan intra muskuler (IM). Imunisasi DPT ditandai dengan gejala-gejala ringan seperti sedikit demam dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan,pembengkakan, agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan yang akan hilang sendiri dalam bebrapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurunan panas pada bayi. Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat

20

keturunan atau bawaan, seperti epilepsy, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak.

Gambar Vaksin DPT-Hib 3. Hepatitis B Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit yang disebabkan virus hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati. Hepatitis B disebabkan oleh Virus hepatitis B (VHB), suatu anggota yang family hepadnavirus yaitu suatu virus DNA yang berlapis ganda dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang pada sebagian kecilkasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati (hati mengeras dan mengecil) atau kanker hati. Imunisasi ini sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir, dengan syarat kondisi bayi dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paruparu dan jantung. Kemudian dilanjutkan pada saat bayi berusia 1 bulan dan usia 3-6 bulan. Pemberian imunisasi melalui intra muskuler (I.M) di lengan deltoid atau paha anterolateral bayi, penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena biasa mengurangi efektivitas vaksin.Imunisasi ini umumnya tidak ada efek samping, jika-pun terjadi namun sangat jarang berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan, namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.

21

Gambar Vaksin Hepatitis B

4. Polio Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Imunisasi polio diberikan pada bayi umur 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT. Pemberian imunisasi polio melalui oral/ mulut. Di luar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui suntikan (Inactivated PoliomyelitisVaccine / IPV). Imunisasi polio hampir tidak ada efek samping, hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot, kasusnya pun sangat jarang Imunisasi polio sebaiknya tidak diberikan pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 38°C). Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk tidak diberikan imunisasi polio.

22

Gambar Vaksin Polio

5. Campak. Penyakit campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis,dan ruam kuli. Campak merupakan penyebab kematian bayi berumur <12 bulan dan anak usia 1-4

tahun.Penyakit campak di sebabkan oleh

paramiksovirus dan genus morbili.Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan, hidung dan saluran pernafasan. Tiga fase tanda dan gejala klinis campak, yaitu : 1. Fase Pertama Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari,pada tahap ini anak yang sakit belum memperlihatkan tanda dan gejala sakit. 2. Fase kedua (fase prodormal) Pada Fase ini timbul gejala yang mirip penyakit flu seperti batuk, pilek, dan demam tinggi dapat mencapai 38°-40°C, mata merah berair, mulut muncul bintik putih (bercak koplik) dan kadang disertai mencret. 3. Fase ketiga Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring demam tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul diseluruh

23

tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang telinga,leher, dada, muka, tangan dan kaki. Imunisasi diberikan satu kali pada usia 9 bulan, dan dianjurkan sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak di usia balita. Jika sampai usia 12 anak belum mendapat imunisasi campak, maka 12 bulan ini anak harus di imunisasi. Cara pemberian imunisasi melalui subkutan, biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisai, mungkin terjadi demam ringan/ bercak merah pada pipi bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah hari penyuntikan. Imunisasi campak tidak diberikan pada anak dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam, penyakit

gangguan kekebalan,

penyakit

TBC tanpa

pengobatan, kekurangan gizi berat, penyakit keganasan, kerentanan tinggi terhadap protein telur.

Gambar Vaksin Campak

24

BAB III KESIMPULAN Imunisasi berasal dari kata imun, yaitu kebal atau resisten. Bayi diimunisasikan berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Pemberian imunisasi dapat mencegah terjadinya penyakit tertentu, mencegah penyakit menular, serta menurunkan angka morbilitas dan mortalitas. Terdapat dua jenis imunisasi yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif. Lima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun tersebut adalah : Imunisasi BCG, Imunisasi DPT, Imunisasi polio,Imunisasi campak, Imunisasi hepatitis B. Berdasarkan

sifat

penyelenggaraannya,

imunisasi

dikelompokkan

menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan. Vaksin sendiri adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.

25

DAFTAR PUSTAKA

Abraham.2008.Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta. PT.Rineka Cipta Alimul.2006.Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta.Salemba Medika Facri Umar.2009.Program Imunsasi di Indonesia.Jakarta Hasdianah HR, Dr. dkk, (2014). Imunologi Diagnosis dan Tehnik Biologi Molekuler. Yogyakarta: Nuha Medika Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 (2013), Penyelenggaraan Imunisasi Hidayat.2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Marimbi. (2010). Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada Balita Yogyakarta: Nuha Medika. Mahdiana, R. (2010). Panduan Lengkap Kesehatan, Mengenal, Mencegah, Mengobati, Penularan, Penyakit dari Infeksi. Jakarta: Citra Pustaka.

26

Related Documents

Konsep Dasar
May 2020 49
Konsep Dasar
November 2019 61
Konsep Dasar
November 2019 71
Imunisasi Dasar Wajib.docx
December 2019 8

More Documents from "Dea Ariyani"