Konsep Dasar

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Dasar as PDF for free.

More details

  • Words: 3,232
  • Pages: 18
BAB 1 Konsep Dasar

1

BAB 2 PDB Linier Order Satu

2

BAB 3 Aplikasi PDB Order Satu

3

BAB 4 PDB Linier Order Dua Untuk memulai pembahasan ini terlebih dahulu akan ditinjau beberapa teorema tentang konsep umum PDB order n.

4.1 PDB Order n Homogen Denisi 4.1.1 Bila f1 f2 : : :  fm adalah fungsi kontinyu pada sebarang x 2 a b] dan c1  c2  : : :  cm adalah konstanta sebanyak m maka kombinasi linier fungsi ini ditulis dengan c1 f1 + c2 f2 +    + cm fm

Denisi 4.1.2 Fungsi f1 f2 : : :  fm dikatakan tergantung linier pada interval a b] bila terdapat c1 c2  : : :  cm yang tidak semuanya nol sedemikian hingga c1f1 +

c2f2 +    + cmfm = 0 untuk sebarang x 2 a b], dan dikatakan bebas linier bila semua c1 c2  : : :  cm sama dengan nol.

Teorema 4.1.1 Suatu PDB disajikan dalam a0 (x)y(n) + a1(x)y(n;1) +    + an(x)y = 0 dimana a0 (x) 6= 0: 38

(4.1)

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA

39

Misal f1  f2  : : :  fm solusi sebanyak m maka solusi umum PDB ini merupakan kombinasi bebas linier dari fungsi-fungsi ini, yaitu y = c1 f1 + c2 f2 +    + cm fm .

Bukti : Turunkan solusi umum ini sebanyak n kali kemudian substitusikan kedalam persamaan (4.3).

y = c1f1 + c2f2 +    + cmfm y0 = c1f10 + c2f20 +    + cmfm0 ... y(n;1) = c1f1(n;1) + c2f2(n;1) +    + cmfm(n;1) y(n) = c1f1(n) + c2f2(n) +    + cmfm(n)    (n) (n) (n) maka a0(x) c1f1 + c2f2 +    + cmfm + a1(x) c1f1(n;1) + c2f2(n;1) +    +    (n;1) cmfm +    + an(x) c1f1 + c2f2 +    + cmfm = 0, dan dapat disederhanakan    (n) (n;1) menjadi c1 a0(x)f1 + a1(x)f1 +    + an(x)f1 + c2 a0(x)f2(n) + a1 (x)f2(n;1) +    (n) (n;1)    + an (x)f2 +    + cm a0 (x)fm + a1 (x)fm +    + an (x)fm = 0. Analog dari persamaan (4.3) maka ruas kiri persamaan terakhir akan sama dengan nol, sehingga terbukti y = c1f1 + c2f2 +    + cmfm merupakan solusi umum.

2

Denisi 4.1.3 Misal f1 f2 : : :  fm adalah fungsi riel yang kontinyu pada turunan ke (n ; 1) dalam interval a b] maka

  f1 f2  f20  f0 W (f1 f2  : : :  fn ) =  .1 ..  .. .   f1(n;1) f2(n;1)

:::

fn

:::

fn0

.. .

.. .

: : : fn(n;1)

      

disebut determinan matrik "Wronskian" yang terdenisi pada a b].

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA

40

Teorema 4.1.2 Fungsi-fungsi solusi f1 f2 : : :  fn dari PDB homogen order n dikatakan bebas linier bila W (f1  f2  : : :  fn ) 6= 0

Contoh 4.1.1 Buktikan bahwa 1. Jika sin x cos x merupakan solusi dari y00 + y = 0 maka y = c1 sin x + c2 cos x juga solusi PDB ini, dan buktikan solusi-solusi itu bebas linier. 2. Jika ex  e;x  e2x merupakan solusi dari y00 ; 2y00 ; y0 + 2y = 0 maka y =

c1ex + c2e;x + c3e2x juga solusi PDB ini, dan buktikan solusi-solusi itu bebas linier.

Cara sederhana untuk menyelesaikan PDB homogen order n ini adalah dengan cara mereduksi ordernya.

Teorema 4.1.3 Suatu PDB a0 (x)y(n) + a1(x)y(n;1) +    + an(x)y = 0 a0(x) 6= 0 maka permisalan y = f (x)v akan mengurangi order PDB menjadi (n ; 1).

Contoh 4.1.2 Salah satu solusi PDB (x2 + 1)y00 ; 2xy0 + 2y = 0 adalah f1 = x maka tentukan solusi umumnya.

Penyelesaian 4.1.1 Misal f2 = y = f1v = xv y0 = v + xv0 y00 = 2v0 + xv00:

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA

41

Substitusikan kedalam PDB pada persoalan ini didapat x(x2 +1)v00 +2v0 = 0 dan misal w = v0 maka

x(x2 + 1) dw dx + 2w = 0 dw = ; 2w dx x(x2 + 1) 1 dw = ; 2 dx 2 w x(x 2+ 1) 2x  = ; ; + 2 x (x + 1) dx

ln w = ln x;2 + ln(x2 + 1) + ln c ln w = ln 12 (x2 + 1) x

sehingga solusi umunnya adalah ) w=

1 (x2 + 1): x2

Sementara w = v0 , maka persamaan terakhir dapat diperoses menjadi

dv = c(x2 + 1) dx x2 2 dv = (x x+2 1) pilih c = 1  1 dv = 1 + x2 dx v = x ; x1 : ;  Sekarang f2 = f1v = x x ; x1 = x2 ; 1 maka solusi umum dari PDB diatas adalah ) y = c1 x + c2 (x2 ; 1):

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA

42

4.2 PDB Order n Nonhomogen Suatu PDB order n nonhomogen disajikan dalam bentuk

a0(x)y(n) + a1 (x)y(n;1) +    + an(x)y = F (x) a0(x) 6= 0

(4.2)

Teorema 4.2.1 Bila u adalah solusi umum PDB homogen dari persamaan (4.4) dan v solusi khusus persamaan (4.4) maka u + v adalah solusi umum PDB nonhomogen.

Misal diberikan PDB y00 + y = x. Bila solusi umum PDB y00 + y = 0 adalah

yu = c1 sin x + c2 cos x dan solusi khusus y00 + y = x adalah yk = x maka solusi umum PDB ini adalah y = yu + yk atau y = c1 sin x + c2 cos x + x.

4.3 PDB Order Dua 4.3.1 PDB Order Dua Homogen Suatu PDB order dua didenisikan dengan persamaan

p(x)y00 + q(x)y0 + r(x)y = 0

(4.3)

bila p q r adalah fungsi konstan maka dapat ditulis dengan persamaan berikut

ay00 + by0 + cy = 0:

(4.4)

Persamaan karakteristik dari persamaan ini diperoleh dengan cara memisalkan

y = ert y0 = rert y00 = r2ert

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA

43

sehingga persamaan (4.4) menjadi

ar2 ert + brert + cert = 0 (ar2 + br + c)ert = 0: Bila ert 6= 0 maka ar2 + br + c = 0 merupakan persamaan karakteristik dari PDB order dua homogen dengan dengan koesien konstan, dan y = ert merupakan solusi dari persamaan (4.4).

Akar-Akar Riel dan Berbeda Bila persamaan karakteristik mempunyai akar-akar riel dan berbeda (D > 0) maka ditemukan r1 6= r2 sehingga solusi PDB dalam persamaan (4.4) adalah )

y = c1er1t + c2er2t :

Misal diberikan PDB y00 + 5y0 + 6y = 0 maka persamaan karakteristiknya adalah r2 + 5r + 6 = 0, dengan akar-akar r1 = ;2 dan r2 = ;3, sehingga solusi umumnya y = c1e;2t + c2e;3t. Selanjutnya bila diterapkan nilai awal y(0) = 2 dan y0 (0) = 3 maka nilai c1 c2 dapat diperoleh dengan cara menurunkan solusi umum dua kali, yaitu y0 = ;2c1e;2t ; 3c2e;3t dan y00 = 4c1e;2t + 9c2e;3t dan substitusikan kedua nilai awal itu kedalam persamaan ini, diperoleh sistem

c1 + c2 = 2 ;2c1 ; 3c2 = 3

dimana c1 = 9 dan c2 = ;7 dan solusi khususnya menjadi y = 9e;2t ; 7e;3t.

Contoh 4.3.1 Selesaikan persoalan berikut 1. 4y00 ; 8y0 + 3y = 0 y(0) = 2 y0 (0) = 12

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA

44

2. 6y00 + 4y0 + 3y = 0 y(0) = 4 y0 (0) = 0 3. y00 + 5y0 + 3y = 0 y(0) = 1 y0 (0) = 0

Akar-Akar Komplek Persamaan karakteristik persamaan PDB order dua homogen adalah ar2 +br +c = 0. Jika D < 0 maka akar-akarnya adalah bilangan komplek, yaitu r1 =  + i dan r2 =  ; i, dengan demikian solusi kompleknya adalah

y1 = c1e(+i)t y2 = c1e(;i)t

(4.5) (4.6)

Teorema 4.3.1 (Teorema Taylor) Jika f (t) mempunyai n + 1 turunan kontinyu pada interval a b] untuk beberapa n  0 dan bila t t0 2 a b] maka

f (t)  pn(t) + Rn+1(t) n pn(t) = f (t0) + (t ;1!t0) f 0 (t0) +    + (t ;n!t0) f (n)(t0 ) Zt 1 Rn+1(t) = n! (t ; t)nf (n+1)(t)dt t0 n+1 = (t ; t0 ) f (n+1)( ) (n + 1)! untuk  antara t0 dan t.

Dengan menerapkan teorema ini maka aproksimasi untuk fungsi-fungsi berikut pada t0 = 0 adalah:

1 3 n 2 X eat = 1 + at + (at2!) + (at3!) +    = (atn!) n=0 1 3 5 1 X ( at ) ( at ) (at)2n;1 ( at ) ; + ;    = (;1)n;1 sin at = 1! 3! 5! (2n ; 1)! n=1 1 0 2 4 2n X ( at ) ( at ) ( at ) ( at ) n cos at = 0! ; 2! + 4! ;    = (;1) (2n)! n=0

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA

45

Selanjutnya dalam ekspresi solusi komplek eit dapat ditulis sebagai berikut 2 3 eit = 1 + it + (it2!) + (it3!) + : : : 1 1 2n 2n;1 X X ( at ) n = (;1) + i (;1)n;1 (at) (2n)! n=1 (2n ; 1)! n=0 = cos t + i sin t:

Dengan menerapkan persamaan terakhir ini maka solusi komplek (4.5) dan (4.6) menjadi

;  y1 = e(+i)t = et cos t + i sin t ;  y2 = e(;i)t = et cos t ; i sin t :

Bila keduanya dijumlahkan dan dikurangkan maka

u(t) = y1 + y2 = 2et cos t v(t) = y1 ; y2 = 2iet sin t: Abaikan bilangan 2 dan 2i dengan pertimbangan diganti dengan konstanta esensial lainnya maka solusi umum PDB dengan persamaan akar karakteristik komplek adalah )

y = c1u(t) + c2v(t) = c1et cos t + c2et sin t :

Suatu contoh dapat ditunjukkan untuk menyelesaikan PDB y00 + y0 + y = 0. Persamaan karakteristik PDB ini adalah r2 + r + 1 = 0 sehingga akar-akar kompleknya adalah r12 = ; 12  i umunya y = c1e; 21 t cos

q

3 4

q

3 4

. Jadi  = ; 12 dan  =

t + c2e; 12 t sin

q

3 4

t.

q

3 4

sehingga solusi

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA

46

Akar-Akar Riel dan Sama Untuk kasus ini, persamaan karakteristik ar2 + br + c = 0 akan mempunyai

D = b2 ; 4ac = 0 sehingga r1 = r2 = ; 2ba . Dengan demikian salah satu solusi PDB adalah yk = e; 2ba t. Misal solusi umumnya adalah y = v(t)yk (t) = v(t)e; 2ba t maka

y0 = v0 (t)e; 2ba t ; 2ba v(t)e; 2ba t 2 y00 = v00 (t)e; 2ba t ; ab v0 (t)e; 2ba t + 4ba2 v(t)e; 2ba t Sehingga dengan mensubstitusikan kedalam PDB ay00 + by0 + cy = 0 diperoleh      2 b b b 00 0 0 a v (t) ; a v (t)+ 4a2 v(t) + b v (t) ; 2a v(t) + cv(t) e; 2ba t = 0: Bila e; 2ba t 6= 0   2 b maka av00 (t)+ ; 4a + c = 0: Karena b2 ; 4ac = 0 maka persamaan ini menjadi av00 (t) = 0 dimana solusi umumnya adalah v(t) = c1t + c2. Dengan demikian solusi umum PDB dengan akar persamaan karakteristik berulang adalah: )

y = v(t)y1 (t) = c1e; 2ba t + c2te; 2ba t

4.3.2 PDB Order Dua Nonhomogen Suatu PDB disajikan dalam persamaan berikut:

Ly] = y00 + p(t)y0 + q(t)y = g(t)

(4.7)

Ly] = y00 + p(t)y0 + q(t)y = 0

(4.8)

Teorema 4.3.2 Jika Y1 dan Y2 adalah solusi persamaan (4.7) maka Y1 ; Y2 adalah solusi persamaan (4.7). Dan bila y1  y2 solusi persamaan (4.7) maka

Y1(t) ; Y2(t) = c1y1(t) + c2y2(t)

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA

47

Ini berarti solusi umum dari persamaan (4.7) adalah )

y(t) = |c1y1(t){z+ c2y2}t +yk (t) solusi homogen

Diberikan PDB y00 ; 3y0 ; 4y = 3e2t. Solusi persamaan homogennya adalah

yh = c1e;t + c1e4t . Kemudian akan ditentukan solusi persamaan nonhomogen dengan memisalkan yk = Ae2t sebagai solusi. Berikutnya adalah menentukan nilai

A yang dalam dalam hal ini diperoleh dari menurunkannnya dua kali yk0 = 2Ae2t dan yk00 = 4Ae2t kemudian mensubstitusikan kedalam PDB diperoleh A = ; 12 . Sehingga solusi umumnya adalah y = c1e;t + c1e4t ; 12 e2t : Permasalahan yang paling banyak dihadapi nantinya adalah bagaimana membuat permisalan untuk menentukan solusi khusus yk . Kadangkala pemisalahan itu harus diulang dua kali untuk menentukan koesien yang tepat bagi solusi ini. Oleh karena itu untuk memudahkannya diberikan panduan berikut.

gi (t) n Pn(t) = a0t + a1tn;1 +    + an Pn(t) eat sin t at Pn(t)e cos t



Yi(t) s n t (A0t + A1 tn;1 +    + aN ) ts (A0tn + A1tn;1 +    + aN )eat

ts (A0tn + A1tn;1 +    + aN )eat cos t+  n n ; 1 at (A0t + A1t +    + aN )e sin t

Tabel 4.1: Panduan permisalan solusi khusus PDB non homogen.

Contoh 4.3.2 Selesaikan persoalan berikut 1. y00 ; 3y0 ; 4y = 2 sin t 2. y00 ; 2y0 ; 3y = ;8et cos 2t 3. y00 ; y00 ; 2y = 5e5t + 2 sin 3t ; 18et cos 4t

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA

48

Variasi Parameter Diberikan PDB nonhomogen

y00 (t) + p(t)y0 (t) + q(t)y(t) = g(t)

(4.9)

maka yh(t) = c1y1(t) + c2y2(t) adalah solusi PDB homogen

y00 + p(t)y0 + q(t)y = 0:

(4.10)

Kemudian bila c1 diganti dengan u1(t) dan c2 dengan u2(t) maka diperoleh

y(t) = u1(t)y1(t) + u2(t)y2 (t)

(4.11)

adalah solusi umum persamaan (4.9). Turunkan satu kali

y0 (t) = u01(t)y1 (t) + u1(t)y10 (t) + u02(t)y2(t) + u2(t)y20 (t): Set

u01(t)y1 (t) + u02(t)y2(t) = 0

(4.12)

maka

y0 (t) = u1(t)y10 (t) + u2(t)y20 (t) y00(t) = u01(t)y10 (t) + u1(t)y100(t) + u02(t)y20 (t) + u2(t)y200(t): Substitusikan dua persamaan terakhir ini kedalam persamaan (4.9) diperoleh

    00 0 00 0 u1(t) y1 (t)+p(t)y1(t)+q(t)y1(t) +u2(t) y2 (t)+p(t)y2(t)+q(t)y2(t) +u01(t)y10 (t)+ u02(t)y20 (t) = g(t). Suku pertama dan kedua adalah sama dengan nol, karena y1 y2 adalah solusi PDB (4.11) sehingga

u01(t)y10 (t) + u02(t)y20 (t) = g(t)

(4.13)

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA

49

Dua persamaan (4.12) dan (4.13) akan membentuk sistem persamaan linier dimana u01(t) dan u02(t) dapat ditentukan sebagai berikut:

   0 y2(t)    0  g(t) y2(t)  u01(t) = W (y  y )(t) = ; y2(tW)g(t) : 1 2    y1(t) 0    0 (t) g (t)   y 1 u02(t) = W (y  y )(t) = y1(tW)g(t) : 1 2

Sehingga

Z

y2(t)g(t) dt + c 1 Z y (t)gW(t) 1 u2(t) = W dt + c2: u1(t) =

;

Dan solusi umum (4.11) menjadi )

R R y(t) = ; y2(Wt)g(t) dt y1(t) +

y1 (t)g(t) dt y (t) 2 W

Sebagai contoh dapat diselesaikan PDB y00 +4y = 3 csc t. Persamaan homogennya adalah y00 +4y = 0 dengan persamaan karakteristik r2 +4 = 0 dan mempunyai akar komplek r12 = 0  2i. Dengan demikian solusinya yh = c1 cos 2t + c2 sin 2t. Dari keseluruhan soal ini dapat disimpulkan bahwa g(t) = 3 csc t y1 (t) = cos 2t dan y2 = sin 2t sehingga y10 (t) = ;2 sin 2t dan y20 (t) = ;2 sin 2t. Dengan menerapkan prosedur diatas maka

   0 y2(t)    0  g(t) y2(t)  2t csc t u01(t) = W (y  y )(t) = ; 3 sin 2 2cos 2t + sin2 2t] 1 2

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA

50

   y1(t) 0    0  y1(t) g(t)  u02(t) = W (y  y )(t) = 32 csc t ; 3 sin t 1 2 Dengan proses yang sederhana diperoleh

u1(t) = ;3 sin t + c1 u2(t) = 23 ln j csc t ; cot tj + 3 cos t + c2 Sehingga solusi umumnya adalah 3 ) y(t) = c1 cos 2t + c2 sin 2t ; 3 sin t cos 2t + 3 cos t sin 2t + ln j csc t ; cot tj sin 2t 2

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA

51

Latihan Tutorial 4 1. Tentukan solusi umum dari masing-masing persamaan diferensial order dua berikut ini: (a) y00 ; 2y0 ; 8y = 4e2x ; 21e;3x (b) y00 + 2y0 + 5y = 6 sin 2x + 7 cos 2x (c) 2y00 + 32y0 ; 2y = 6x2ex ; 4x2 + 12 (d) y00 + 4y = 4 sin 2x + 8 cos 2x (e) y00 + y0 ; 2y = 6e;2x + 3ex ; 4x2 (f) y00 ; 6y0 + 5y = 24x2ex + 8e5x (g) y00 ; 4y0 + 5y = 6e2x cos x (h) y00 + 4y0 = 4 sin 2x + 8 cos 2x (i) y00 + y0 ; 6y = 10e2x ; 18e3x ; 6x ; 11 (j) y00 + 4y = 12x2 ; 16x cos 2x (k) 4y00 ; 4y0 + y = ex=2 + e;x=2 (l) y00 + 2y0 + 10y = 5xe;2x (m) y00 + 6y0 + 5y = 2ex + 10e5x (n) y00 + 2y0 + 4y = 13 cos 4x 2. Selesaikan masalah nilai awal berikut ini: (a) y00 ; 4y0 + 3y = 9x2 + 4 y(0) = 6 y0 (0) = 8 (b) y00 + 5y0 + 4y = 16x + 20ex  y(0) = 0 y0 (0) = 3

BAB 4. PDB LINIER ORDER DUA (c) y00 ; 8y0 + 15y = 9xe2x y(0) = 5 y0 (0) = 10 (d) y00 + 7y0 + 10y = 4xe;3x y(0) = 0 y0 (0) = ;1 (e) y00 + 8y0 + 16y = 8e;2x y(0) = 2 y0 (0) = 0 (f) y00 + 6y0 + 9y = 27e;6x y(0) = ;2 y0 (0) = 0 (g) y00 + 4y0 + 13y = 18e;2x y(0) = 0 y0 (0) = 4 (h) y00 ; 10y0 + 29y = 8e5x  y(0) = 0 y0 (0) = 8 (i) y00 ; 4y0 + 13y = 8 sin 3x y(0) = 1 y0 (0) = 2 (j) y00 ; y0 ; 6y = 8e2x ; 5e3x y(0) = 1 y0 (0) = 2 (k) y00 ; 2y0 + y = 2xe2x + 6ex  y(0) = 1 y0(0) = 0

52

Related Documents

Konsep Dasar
May 2020 49
Konsep Dasar
November 2019 61
Konsep Dasar
November 2019 71
1. Konsep Dasar Entitas.docx
December 2019 26
Konsep Dasar Diare.docx
November 2019 27