Konsep Imunisasi Pada Anak.docx

  • Uploaded by: Rulyanis Anis
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Imunisasi Pada Anak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,020
  • Pages: 39
KONSEP IMUNISASI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 RULYANIS TEZA AINUN RAISY

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah “KONSEP IMUNISASI Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang berderang seperti sekarang ini. Penyusunan makalah ini merupakan tugas mata kuliah Keperawatan Anak I tahun 2018/2019. Tugas ini disusun sebagai salah satu penunjang nilai yang diberikan oleh dosen dalam proses perkuliahan. Walaupun kami mengalami banyak kendala dalam pembuatannya. Mengingat keterbatasan tersebut, sudah selayaknya penyusun mengharapkan partisipasi dari Pembaca, terutama kritik dan saran yang bersifat membangun. Sehingga pada kesempatan yang akan datang kami dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi. Tak lupa pula, semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah wawasan bagi mahasiswa serta mendatangkan manfaat yang baik bagi kehidupan kita baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan beragama dan bernegara. Amin.

Samata 08 April 2018

Kelompok 3

DAFTAR ISI Sampul Depan ........................................................................................................... Kata Pengantar .......................................................................................................... Daftar isi .................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ Latar Belakang ............................................................................................... Rumusan Masalah .......................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. a. Defenisi Imunisasi……………………………………………………………. b. Tujuan Imunisasi……………………………………………………………... c. Jenis Imunisasi Aktif dan Pasif………………………………………………. d. Defenisi Vaksin………………………………………………………………. e. Jenis-jenis vaksin dan fungsinya serta cara pemberian vaksin………………. f. Program Pengembangan Imunisasi yang diwajibkan……………………… g. Program Pengembangan Imunisasi yang dianjurkan……………………… h. Jadwal imunisai Nasional (Depkes) bagi bayi yang lahir di rumah………… i. Jadwal Imunisasi Nasional (Depkes) bagi bayi yang lahir di RS/RSB…… j. Kontra indikasi pemberian imunisasi………………………………………..

BAB III PENUTUP ................................................................................................. Kesimpulan ................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956 dan mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi program pengembangan imunisasi dalam rangka pencegahan penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Sejak dimulainya program imunisasi di Indonesia pada tahun 1956, saat ini telah dikembangkan tujuh jenis vaksinasi yaitu BCG, Campak, Polio, DPT, DT, TT, Hep.B. (Pusdatin kemenkes RI, 2014) Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti dengan menurunnya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan bayi menurun 10% dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi menurun 5% dari angka sebelumnya menjadi 1,7 juta kematian setiap tahunnya di Indonesia. Di Indonesia sendiri sekitar 7 (tujuh) persen anak belum mendapatkan imunisasi. Keadaan initentu akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kelangsungan tumbuh kembang anak.Imunisasi adalah investasi terbesar bagi anak di masa depan. Imunisasi adalah hak anak yang tidak bisa ditunda dan diabaikan sedikitpun. Imunisasi sudah terbukti bermanfaat, efektif dan teruji keamanannya secara ilmiah dengan berdasarkan kejadian berbasis bukti. Walaupun demikian sampai saat ini masih banyak saja orangtua dan kelompok orang yang menyangsikannya sehingga berpengaruh terhadap tercapainya cakupan imunisasi. (Erlita & Putri et al, 2016) Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), sampai tahun 2013 cakupan imunisasi masih belum mencapai target yang diharapkan. Secara nasional target yang harus dicapai pada tahun 2013 adalah 88% dan

tahun 2014 menjadi 90%. Pencapaian cakupan imunisasi dasar lengkap nasional dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, akan tetapi tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Tahun 2010 cakupan imunisasi baru mencapai 58,3% dan di tahun 2013 naik menjadi 59,2% (Pusdatin kemenkes RI, 2014). B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian imunisasi ? 2. Apa tujuan imunisasi ? 3. Apa pengertian vaksin ? 4. Apa kontra indikasi pemberian imunisasi ? C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari imunisasi. 2. Mengetahui tujuan dari imunisasi. 3. Mengetahui pengertian dari vaksin. 4. Mengetahui kontra indikasi pemberian imunisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.(Ranuh, 2013) Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif. Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan. (Yuliastati & Nining, 2016) Imunisasi berarti mengebalkan, memberi kekebalan pasif (diberi antibodi) yang sudah jadi seperti Hepatitis B imunoglobin pada bayi yang lahir dari ibu dengan Hepatitis B. Sedangkan vaksinasi berasal dari kata “ vaccine ” yaitu zat yang dapat merangsang timbulnya kekebalan aktif seperti BCG, Polio, DPT, Hepatitis B an lain-lain (Sunarti.2012). Imunisasi dasar adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi sesorang. Dengan pengertian lain, imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu Antigen. (Dompas et al, 2015)

B. Tujuan Imunisasi 1. Tujuan Umum Tujuan umum imunisasi adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), measles (campak), polio dan tuberculosis. (Yuliastati & Nining : 2016) 2. Tujuan Khusus, antara lain: a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010. b. Tercapainya ERAPO (Eradikasi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar pada tahun 2008. c. Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal MNTE (Maternal Neonatal Tetanus Elimination). d. Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak turun pada tahun 2006. e. Peningkatan mutu pelayanan imunisasi. f. Menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices). g. Keamanan pengelolaan limbah tajam (safe waste disposal management). (Yuliastati & Nining : 2016) C. Jenis Kekebalan / Imunitas 1. Kekebalan Aktif

Kekebalan aktif adalah pemberian kuman atau racun yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio dan campak. Imunisasi aktif biasanya dapat bertahan untuk beberapa tahun dan sering sampai seumur hidup. (Supartini : 2012) Kekebalan aktif dibagi dua yaitu : a. Kekebalan aktif alami ( naturally acquired immunity), dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya anak yang telah menderita campak setelah sembuh tidak akan terserang lagi karena tubuhnya telah membuat zat penolak terhadap penyakit tersebut. b. Kekebalan aktif buatan (artificially induced active immunity) yaitu kekebalan yang diperoleh setelah orang mendapatkan vaksinasi . Misalnya anak diberi vaksin BCG, DPT, Campak dan lainnya. (Supartini : 2012) 2. Kekebalan Pasif Kekebalan pasif adalah suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat imunoglobin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang di dapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. (Supartini : 2012) Imunisasi pasif dibagi menjadi dua : a. Kekebalan pasif alami atau kekebalan pasif bawaan yaitu kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya.

Kekebalan ini tidak berlangsung lama (± hanya sekitar 5 bulan setelah bayi lahir). b. Kekebalan pasif buatan yaitu kekebalan yang diperolah setelah mendapat suntikan zat penolak misalnya pemberian suntikan ATS (Supartini : 2012) D. Pengertian Vaksin Vaksin adalah suatu zat yang merupakan merupakan suatu bentuk produk biologi yang diketahui berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan. Vaksin diberikan kepada individu yang sehat guna merangsang munculnya antibody atau kekebalan tubuh guna mencegah dari infeksi penyakit tertentu. (Kemkes RI, 2016) Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi

pengaruh

infeksi

oleh

organisme

alami

atau

liar.

(Soetjiningsih : 2015) Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasilhasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan selsel degeneratif (kanker). (Soetjiningsih, 2015) Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi

tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Ada beberapa jenis vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi

reaksi

kekebalan

tanpa

menimbulkan

penyakit.

(Soetjiningsih : 2015) E. Jenis Vaksin dan Fungsinya Serta cara Pemberian Vaksin Menurut Rusli tahun 2015 beberapa jenis vaksin imunisasi lengkap dan manfaat imunisasi yang diberikan antara lain adalah: 1. Imunisasi hepatitis B Pemberian vaksin hepatitis B ini berguna serta bermanfaat dalam rangka untuk mencegah virus Hepetitis B yang dapat menyerang dan merusak hati dan bila hal itu terus terjadi sampai si anak dewasa akan bisa menyebabkan timbulnya penyakit kanker hati di usia mudanya. (Rusli, 2015)

Cara pemberian dan dosis: 1. Dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB PID,secara intramuskuler, sebaiknya pada anterolateral paha. 2. Pemberian sebanyak 3 dosis.

3. Dosis pertama usia0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1bulan). (Hadianti, DKK. 2015) Efek samping: Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari. (Hadianti, DKK. 2015) Penanganan efek samping: 1. Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI). 2. Jika demam, kenakan pakaian yang tipis. 3. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. 4. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam). 5. Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. 2. Imunisasi BCG Pemberian vaksinasi BCG (bacillus Celmette-Guerin) dan juga imunisasi BCG ini bermanfaat dan berguna dalam rangka untuk mencegah timbulnya penyakit TBC berat (TBC otak, TBC tulang dan TBC militer). Dilakukan sekali pada bayi sebelum usia 3 bulan. Bila bayi telah berusia lebih dari 3 bulan dan belum mendapat imunisasi BCG maka harus dilakukan uji teberkulin untuk mengetahui apakah bayi sudah terpapar bakteri TBC. Imunisasi bisa diberikan bila hasil tes tuberkulin negatif. (Rusli, 2015)

Cara pemberian dan dosis: 1. Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1 kali. 2. Disuntikkan secara intrakutan

di daerah lengan kanan atas

(insertion musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml. (Hadianti, DKK. 2015) Efek samping: 2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2–4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2–10 mm. (Hadianti, DKK. 2015) Penanganan efek samping: 1. Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik. 2. Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar anjurkan orangtua membawa bayi ke ke tenaga kesehatan. (Hadianti, DKK. 2015)

3. Imunisasi DPT Diberikan dalam rangka pencegahan terjadinya penyakit difteri, pertusis,

tetanus.

Penyakit

difteri

dapat

menyebabkan

pembekangkakkan dan penyumbatan pernafasan, serta mengeluarkan racun yang dapat melemahkan otot jantung. Penyakit pertusis yang disebut juga dengan batuk rejan, dalam kondisi berat bisa turun kebawah menyebabkan

terjadinya

pneumonia. Kuman tetanus

mengelurkan racun yang menyerang syaraf otot tubuh, sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak dan bernafas. Imunisasi DPT diberikan pada lebih dari 6 minggu, vaksinnya dapat diberikan bersamaan dengan vaksin Hepatitis B. Ulangan DPT diberikan pada usia 18 buln dan 5 tahun. Dan usia 12 tahun diberikan vaksin TT melalui program BIAS (Bulan Imunisasi Anak sekolah). (Rusli, 2015)

Cara pemberian dan dosis: 1. Vaksin

harus

disuntikkan

secara

intramuscular

anterolateral paha atas. 2. Satu dosis anak adalah 0,5 ml. (Hadianti, DKK. 2015) Kontra indikasi:

pada

Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius . (Hadianti, DKK. 2015) Efek samping: Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian. (Hadianti, DKK. 2015) Penanganan efek samping: 1. Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah). 2. Jika demam, kenakan pakaian yang tipis. 3. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam). 4. Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. 5. Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter. (Hadianti, DKK. 2015) 4. Imunisasi Polio Ini adalah jenis vaksinasi yang pemberiannya melalui oral (mulut) dan manfaat imunisasi polio ini untuk mencegah penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau kecatatan. Imunisasi diberikan sebanyak 4 kali, yaitu saat bayi lahir hingga berusia 6 bulan. (Rusli, 2015) a. Vaksin polio Oral (OPV)

Cara pemberian dan dosis: Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu. (Hadianti, DKK. 2015) Kontra indikasi: Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. (Hadianti, DKK. 2015) Efek Samping: Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti biasa. Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi dosis ulang. (Hadianti, DKK. 2015) Penanganan efek samping: Orangtua tidak perlu melakukan tindakan apa pun. (Hadianti, DKK. 2015) b. Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)

Pemberian imunisasi polio bertujuan untuk membetuk kekebalan tubuh terhadap virus polio

Cara pemberian dan dosis: 1. Disuntikkan secara intra muscular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml. 2. Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-turut 0,5 ml harus diberikan pada interval satu atau dua bulan. 3. IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan rekomendasi dari WHO. 4. Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi diberikan 2 suntikan berturut-turut dengan interval satu atau dua bulan. (Hadianti, DKK. 2015) Kontra indikasi: 1. Sedang menderita demam, penyakit akut atau penyakit kronis progresif. 2. Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya.

3. Penyakit demam akibat infeksi akut: tunggu sampai sembuh. 4. Alergi terhadap Streptomycin. (Hadianti, DKK. 2015) Efek samping: Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan, indurasi, dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari. (Hadianti, DKK. 2015) Penanganan efek samping: 1. Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI). 2. Jika demam, kenakan pakaian yang tipis. 3. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. 4. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam). 5. Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. (Hadianti, DKK. 2015) 5. Imunisasi campak Tujuan pemberian imunisasi campak ini adalah mencegah penyakit campak. Campak dapat menyebabkan komplikasi. Pemberiannya hanya sekali saja yaitu pada saat anak berusia 9 bulan. Pemberiannya dapat diulang pada sat anak masuk SD atau mengikuti program BIAS ( Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang dicangkan pemerintah. (Rusli, 2015)

Cara pemberian dan dosis: 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha, pada usia 9–11 bulan. (Hadianti, DKK. 2015) Kontra indikasi: Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma. (Hadianti, DKK. 2015) Efek samping: Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8–12 hari setelah vaksinasi. (Hadianti, DKK. 2015) Penanganan efek samping: 1. Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah). 2. Jika demam kenakan pakaian yang tipis. 3. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. 4. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam). 5. Bayi boleh mandi atau cukup diseka denga air hangat. 6. Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter. (Hadianti, DKK. 2015) 6. Imunisasi MMR ( Mumps, Measles, Rubella) Manfaat yaitu melindungi tubuh dari virus campak, gondok, dan rubella. Campak pada anak selain demam dan kemerahan di kulit, dapat memberikan komplikasi diare dan juga infeksi paru-paru. Gondongan pada anak di bawah 17 tahun dapat menghasilkan

infertilitas dimasa dewasanya sehingga sulit memiliki keturunan. Rubella adalah campak jerman, jika terkena pada bayi dan anak, efeknya merip dengan campak. (Rusli, 2015) MMR dan dicegah dengan vaksin MMR. Vaksin ini aman dan tidak menyebabkan autisme. Diberikan pada usia 15 bulan, dan diulang saat anak berusia 6 tahun. Bisa diberikan pada umur 12 bulan, jika belum mendapat campak diusia 9 bulan. Dengan kata lain, imunisasi campak waktu berusia 9 bulan bisa delewat dan diganti dengan MMR pada usia 12 bulan. (Rusli, 2015)

Cara pemberian dan Dosis : Cara pemberian imunisasi MMR adalah dengan cara menyuntikkan vaksin MMR pada sudut 30 derajat untuk mencapai daerah subkutan (dibawah kulit), dengan dosis penyuntikan vaksin MMR untuk satu orang anak adalah 0,5 mili liter . (Rusli, 2015) Efek samping : Efek samping sangat bervariasi antara anak satu dengan yang lainnya, efek samping yang umum terjadi dapat berupa sakit kepala, muntah, bercak berwarna ungu pada kulit, nyeri daerah tangan atau kaki dan leher yang terasa kaku. (Rusli, 2015) Kontra indikasi :

a. Anak dengan penyakit keganasan yang tak ditangani atau yang kekebalannya berubah, dan mereka yang menerima obat imunosupresif atau radioterapi, atau kortikosteroid dosis tinggi b. Anank yang menerima injeksi vaksin hidup lain dalam 4 minggu c. Anak yang alergi terhadap neomisin atau gelatin d. Anak yang demam akut (imunisasi harus ditunda) e. Bila diberikan pada wanita usia subur, kehamilan harus dihindari untuk 1 bulan (seperti pada vaksin rubella) f. Tidak boleh diberikan dalam 3 bulan setelah injeksi imunoglobin. (Rusli, 2015) 7. Imunisasi Rotavirus Yang bermanfaat mencegah diare kut dan dehidrasi pada bayi dan anak bibawah 2 tahun. Efektif diberikan sedini mungkin, namun tidak efektif pada anak diatas 1 tahun. Mencegah diare pada usia balita. Diberikan pada usia 2 bulan dan 4 bulan atau 2,4,6 bulan. (Rusli, 2015)

Cara pemberian : a. Vaksin rotavirus berbentuk cairan yang diberikan melalui mulut (ditelan) b. Vaksin rotavirus dapat diberikan bersana dengan vaksin lainnya (imunisasi Simultan) (Hadianti, DKK. 2015)

Kontra indikasi : Imunisasi rotavirus tidak dapat diberikan dari : a. Perah terjadi reaksi anafilaksis (alergi berat) terhadap vaksin rotavirus atau komponennya. Jika alergi terhadap lateks, gunakan RV5. b. Pernah menderita intususepsi c. Diagnosis imunodefisiensi berat (immunodeficiency gabungan parah atau SCID). (Hadianti, DKK. 2015) Efek samping : Sebagian besar bayi yang mendapat imunisasi rotavirus tidak terjadi efek samping. Namun, sedikit lebih mudah untuk mendapatkan efek samping ringan yaitu bayi menjadi rewel atau muntah atau diare yang ringan dan berlangsung sementara. Vaksin rotavirus yang tersedia saat ini (RV1 atau RV5) tidak berhubungan dengan kejadian intususepsi. (Hadianti, DKK. 2015) 8. Imunisasi Pneumococcal Disease Manfaat dari imunisasi ini adalah melindungi tubuh dari bakteri pnemukokus yang bisa menyebabkan meningitis, pneumonia, dan infeksi telinga. waktu pemberian : umur 2,4,6 bulan, serta antara 12-15 bulan. Jika anak belum menerima vaksin ini dan usianya saat ini sudah diatas 1 tahun, PCV hanya diberikan dua kali dengan interval 2 bulan. Jika usia anak sudah 2-5 tahun, PCV hanya diberikan 1 kali. Bukan berarti menunggu saja hingga usia 2 tahun baru diberikan vaksinnya agar lebih irit dan Cuma 1 kali pemberian, karena tandanya itu anda

mengambil resiko anak terkena infeksi pneumokokal saat ini. (Rusli, 2015)

Cara pemberian : Vaksin PCV diberikan pda bayi usia 2,4,6 bulan, dan diulang pada umur 12 -15 bulan . pemberian PVC minimal usia 6 minggu interval antara 2 dosis dalam 48 minggu apabila anak datang setelah berumur 7 bulan maka diberika jadwal dan dosis PCV 13 seperti tertera pada tabel : umur datang pertama kali dosis vaksin yang diberikan. 7 – 13 bulan 3 dosis, 12-13 bulan 2 dosis, 24 bulan sampai 5 tahun 1 dosis. Keterangan : 2 dosis interval 4 minggu, dosis ketiga diberikan setelah 12 bulan, paling sedikit 2 bulan setelah dosis kedua, 2 dosis interval minimal 2 bulan. (Hadianti, DKK. 2015) Efek samping : a. Efek samping berupa kemerahan, bengkak, nyeri di tempat penyuntikan. b. Efek sistemik yang sering terjadi berupa demam, gelisah, pusing, tidur tidak tenang, nafsu makan menurun, diare,

urtikaria, demam ringan sering terjadi tetapi demam tinggi diatas 39C jarang dijumpai c. Reaksi KIPI biasa terjadi setelah dosis kedua, tetapi berlangsung tidak lama, akan menghilang dalam 3 hari. (Hadianti, DKK. 2015) 9. Imunisasi Hib Hib singkatan dari Haemophilus influensa type B, yang bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan epiglotis ( infeksi pada katup pita suara dan tabung suara). Waktu pemberian vaksin Hib: Umur 2,4,6 dan 15 bulan( bernarengan denga DPT) dan sudah tersedia bentuk kombo yang hanya 1 kali suntik (Rusli, 2015)

Cara pemberian : Imunisasi Hib dapat diberikan secara tunggal atau bersama imunisasi lain sebagai imunisasi kombinasi agar mengurangi jumlah suntikan yang diberikan pada anak. Imunisasi kombinasi Hib dengan imunisasi lainnya dalam satu suntikan diantaranya DPaT – ( DiptheriaTetanus-acellular pertussis) atau bersama imunisasi hepatitis B rekombinan. (Hadianti, DKK. 2015)

Kontra indikasi : a. Imunisasi Hib tidak boleh diberikan kembali pada anak yang mengalami reaksi alergi saat mendaptkan suntikan Hib pertama, seperti demam yang sangat tinggi, sesak nafas, pucat, jantung berdebar-debar, lemas dalam waktu beberapa menit setelah diberikan b. Tidak diberikan pada bayi yang berusia dibawah 6 minggu dan dirtunda pemberiannya bila anak sedang sakit berat pada saat jadwal pemberian imunisasi tiba. (Hadianti, DKK. 2015) Efek samping : Setelah dilakukan imunisasi HiB umumnya bayi tidak mengalami efek samping atau dampak buruk yang berarti. Artinya efek imunisasi HiB yang ditimbulkan cukup ringan. Kalau pun ada nyeri di bagian yang disuntik itu merupakan sesuatu yang wajar. (Hadianti, DKK. 2015) 10. Imunisasi tipoid Manfaatnya: melindungi tubuh dari bakteri salmonella tiphi yang menyebabkan demam tipoid. Waktu pemberian: pada umur di atas 2 tahun, dan diulang setiap 3 tahun. (Rusli, 2015)

Cara pemberian : Cara pemberian tersebut dapat ditentukan berdasarkan jenis vaksinnya, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Dan vaksin hidup disuntikkan secara subkutan. Untuk suntikan Subcutan, pada anak yang dibawah 12 tahun bagian paha. Untuk suntikan intramuscular pada anak yang didasarkan 12 bulan, penyuntikan dapat dilakukan di paha atas. Pada nak usia 1-2 tahun, penyuntikan dapat dilakukan di paha atas atau lengan atas(bahu) . begitu pula pada anak berusia 3 – 18 tahun. Pada orang dewasa, 19 tahun keatas penyuntikan dilakukan di lengan atas (bahu). (Hadianti, DKK. 2015) Efek samping : Beberapa reaksi ringan dari pemberian imunisasi demam thypoit sintik ini antara lain demam, pembengkakan di daerah bekas suntikan, sakit kepala, kulit bekas suntikan menjadi kemerahan. (Hadianti, DKK. 2015) Kontraindikasi : Ada beberapa orang dengan kondisi tertentu yang tidak boleh menerima vaksin, yaitu : 1. Orang yang dengan reaksi alergi yang berat pada pemberian vaksin sebelumnya 2. Orang orang yang mengalami system kekebalantubuh yang lemah lebih disarankan untuk menerima vaksin thypoit inaktif saja dan tidak direkomendasikan menerima vaksin oral 3. Orang dengan HIV/AIDS 4. Orang dengan gangguan system tubuh

5. Orang menderita kanker 6. Orang yang sedang mengkomsumsi antibiotic. (Hadianti, DKK. 2015) 11. Imunisasi Influenza Manfaat: melindungi tubuh dari beberapa jenis virus influenza, vaksinasi influenza melindungi anak dari serangan flu sebesar 70-90%.

Waktu pemberian yaitu setahun sekali sejak usia 6 bulan, bisa terus diberikan hingga dewasa. (Rusli, 2015)

Cara pemberian : Anak mulai 36 bulan dan dewasa, 1 dosis 0,5 mL. anak 6 – 36 bulan, 1 Dosis 0,25 mL. vaksin influenza diberikan secara intramuscular atau subkutan. (Hadianti, DKK. 2015) Efek samping : a. Reaksi lokal berupa kemerahan, nyeri, bengkak, indurasi dan tekanan, tetapi dapat hilang segera.

b. Reaksi sistemik berupa malaise, fatigue, gemetar, demam, berkeringat, sakit kepala, nyeri sendi dan otot. Gejala diatas dapat hilang dalam 1-2 hari tanpa obat. (Hadianti, DKK. 2015) Kontra indikasi : Hipersensitifitas terhadap zat aktif dan bahan btambahannya telur, protein yang berasal dari ayam, neomisin, formaldehid, dan oktoksinol-9. Imunisasi harus ditunda sekurangnya 2 minggu pada pasien yang mengalami demam dan infeksi akut. (Hadianti, DKK. 2015) F. Program Pengembangan Imunisasi yang di Wajibkan Sesuai dengan program organisasi kesehatan dunia WHO, pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasij bagi anak-anak yang sebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Diantaranya: 1. BCG Vaksin BCG diberikan pada bayi sejak lahir, untuk mencegah penyakit TBC. Jika bayi sudah melakukan lebih dari tiga bulan, harus lakukan dulu tuberculin lebih dulu. BCG dapat diberikan haris dari tuberkulin negative 2. Hepatitis B Hepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama dalam waktu 12 jam setelah lahir. Imunisasi saat ini untuk bayi satu bulan, kemudian diberikan lagi pada saat 3-6 bulan. 3. Polio Imunisasi yang satu ini sering dilakukan dibendung-bendungkan pemerintah karena telah menyediakan cukup banyak. Target

pemerintah membebaskan anak-anak indonesia dari penyakit polio. Polio-0 akan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya vaksin diberikan tiga kali, saat bayi dimulai 2,4 dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini diberikan pada tanggal 18 bulan dan lima tahun. 4. DTP DPT diberikan untuk memungkinkan tiga macam penyakit sekaligus yaitu difteri, tetanus, dan pertusis. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi lebih dari 6 minggu. Lalu saat bayi berdiri 4 dan 6 bulan. Ulangan DTP diberikan umur 18 bulan sampai 15 tahun. Pada anak umur 12 tahun, imunisasi ini diberikan lagi dalam program BIAS SD kelas 6 5. Campak Campak pertama kali diberikan pada saat anak berumur 9 bulan. Campak-2 diberikan pada program BIAS SD kelas 1, umur 6 tahun. (Schwatz,2016) G. Program Pengembangan Imunisasi yang di anjurkan Selain tujuh penyakit yang wajib dicegah, ada penyakit-penyakit lain yang bisa dicegah dan ada imunisasinya. Yang ini sifatnya dianjurkan tergantung orang tua. Kalau yang wajib, pemerintah memberikan secara cuma-cuma. Tapi kalau yang dianjurkan tidak diberikan secara cumaCuma. Vaksin-vaksin tersebut adalah Hib,

Pneumokokus influenza,

MMR, Tifoid, hepatitis A dan Varicela (cacar air). (Schwatz,2016) 1. Imunisasi Hib Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB (Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak sehingga terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis.

Meningitis sangat berbahaya karena dapat merusak otak secara permanen sampai kepada kematian. Selain mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan radang paru dan radang epiglotis. (Schwatz,2016) Mula-mula, kuman ini berada di dalam rongga hidung kemudian masuk ke darah dan menyebar sampai ke otak dengan masa inkubasi satu minggu. Gejala yang muncul bisa berupa demam tinggi lebih dari 38,50C, pusing, menggigil, kejang-kejang, dan kesadaran menurun. Bila sudah terjadi serangan harus diatasi dengan segera dan tepat oleh dokter yang memahami betul penyakit ini. Jika meningitis tak diobati dengan baik atau terlambat ditangani, akan menimbulkan gejala sisa, seperti lumpuh, tuli, bahkan kadang tak bisa melihat. Pada banyak anak perkembangannya juga terlambat, bisa retardasi mental atau cerebral palsy. Itulah mengapa, peran imunisasi HiB dalam mencekal penyakit ini sangatlah penting. .(Schwatz,2016) 2. Imunisasi PCV Jenis imunisasi ini tergolong baru di Indonesia. PCV atau Pneumococcal Vaccine alias imunisasi pneumokokus memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit IPD (Invasive Peumococcal Diseases), yakni meningitis (radang selaput otak), bakteremia (infeksi darah), dan pneumonia (radang paru). Ketiga penyakit ini disebabkan kuman

Streptococcus

Pneumoniae

atau

Pneumokokus

yang

penularannya lewat udara. (Schwatz,2016) Gejala yang timbul umumnya demam tinggi, menggigil, tekanan darah rendah, kurang kesadaran, hingga tak sadarkan diri. Penyakit IPD sangat berbahaya karena kumannya bisa menyebar lewat darah

(invasif) sehingga dapat memperluas organ yang terinfeksi. Diperlukan imunisasi Pneumokukus untuk mencekal penyakit ini.(Schwatz,2016) 3. Imunisasi MMR Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps (gondongan/parotitis), Measles (campak), dan Rubella (campak Jerman). Terutama buat anak perempuan, vaksinasi MMR sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil. Sementara pada anak lelaki, nantinya vaksin MMR mencegah agar tak terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela dapat menyebabkan kecacatan pada janin. Sayangnya, kini banyak orangtua ragu mengimunisasikan anaknya lantaran tersebar berita bahwa imunisasi MMR menyebabkan autisme pada anak. Padahal, sampai saat ini belum ada pembuktian secara ilmiah

mengenai

keterkaitan

antara

MMR

dan

autisme.

(Schwatz,2016) 4. Imunisasi Influenza. Influenza merupakan penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan virus. Penyakit ini dapat menular dengan mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara yang bila terhirup dan masuk ke saluran pernapasan kita langsung tertular. Sebenarnya, influenza tergolong ringan karena sifatnya yang self-limiting disease alias bisa sembuh sendiri tanpa diobati. Penderita hanya perlu beristirahat, banyak minum air putih, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan bergizi seimbang. (Schwatz, 2016) Influenza bisa berisiko pada anak-anak tertentu. Di antaranya, penderita asma dan penyakit paru-paru kronis lainnya, penderita

leukemia, thalassemia, dan jantung bawaan. Juga, anak yang mendapat terapi obat golongan kortikosteroid dan penderita kanker. Anak-anak yang berisiko tinggi ini, jika sampai terkena influenza, daya tahan tubuh mereka akan sangat menurun sehingga penyakit utamanya bertambah parah. Karena itulah, anak-anak ini perlu mendapatkan vaksinasi influenza. (Schwatz, 2016) 5. Imunisasi Tifoid Ada 2 jenis vaksin

tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni

vaksin oral (Vivotif) dan vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif mencekal demam tifoid alias penyakit tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan

bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hidup di

sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan

makanan-

minuman yang tidak higienis. Dia masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna. Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu tubuh yang berangsur-angsur

meningkat

setiap hari, bisa sampai 400c. Basanya di pagi hari demam akan menurun tapi lalu meningkat di waktu sore/malam. Gejala lainnya adalah mencret, mual berat, muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit perut, terkesan acuh tak acuh bahkan bengong, dan tidur pasif (tak banyak gerak). (Schwatz, 2016) Pada tingkat ringan atau disebut paratifus (gejala tifus), cukup dirawat di rumah. Anak harus banyak istirahat, banyak minum, mengonsumsi makanan bergizi, dan minum antibiotik yang diresepkan dokter. Tapi kalau berat, harus dirawat di rumah sakit. Penyakit ini, baik ringan maupun berat, harus diobati hingga tuntas untuk mencegah kekambuhan. Selain juga untuk menghindari terjadi komplikasi karena

dapat berakibat fatal. Namun pencegahan tetaplah yang terbaik, terlebih Indonesia merupakan negara endemik penyakit tifus. (Schwatz, 2016) 6. Imunisasi Hepatitis A Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita akan mengeluarkan virus ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila virus ini menempel di makanan, minuman, atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh anak lain maka dia akan tertular. (Schwatz, 2016) Namun, untuk memastikan apakah anak mengidap VHA atau tidak, harus dilakukan tes darah.

Masa inkubasi berlangsung 18-50 hari

dengan rata-rata kurang lebih 28 hari. Setelah itu barulah muncul gejala seperti lesu, lelah, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, rasa tak enak di bagian kanan atas perut, demam, merasa dingin, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan batuk. Biasanya berlangsung 4-7 hari. Selanjutnya, urine mulai berwarna lebih gelap seperti teh. Biasanya kuning ini menghilang dalam 2 minggu. Tak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A, karena sesungguhnya penyakit ini dapat sembuh sendiri. Pengobatan dilakukan hanya untuk mengatasi gejala seperti demam dan mual. Selebihnya, anak harus banyak istirahat dan mengonsumsi makanan bergizi. Meski tak separah hepatitis B, bukan berarti kita boleh menganggap remeh hepatitis A. Pasalnya, penyakit yang kerap disebut penyakit kuning ini, bisa menjadi berat bila terjadi komplikasi. (Schwatz, 2016) Jadi, pencegahan tetap diperlukan, yakni dengan pemberian imunisasi hepatitis A. Disamping, menjaga lingkungan agar selalu

bersih dan sehat, termasuk kebersihan makanan dan minuman. (Schwatz, 2016) 7. Imunisasi Varisela Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau chicken pox, penyakit yang disebabkan virus varicella zooster. Termasuk penyakit akut dan menular, yang ditandai dengan vesikel (lesi/bintik berisi air) pada kulit maupun selaput lendir. Penularannya sangat mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara yang keluar saat penderita meludah, bersin, atau batuk. (Schwatz, 2016) Namun yang paling potensial menularkan adalah kontak langsung dengan vesikel, yaitu ketika mulai muncul bintik dengan cairan yang jernih. Setelah bintik-bintik itu berubah jadi hitam, maka tidak menular lagi. Awalnya, anak mengalami demam sekitar 3-7 hari tapi tidak tinggi. Barulah kemudian muncul bintik-bintik. Meski dapat sembuh sendiri, anak tetap perlu dibawa ke dokter. Selain untuk mencegah bintik-bintik tidak meluas ke seluruh tubuh, juga agar tak terjadi komplikasi yang bisa berakibat fatal. Sebaiknya penderita dipisahkan dari anggota keluarga lainnya untuk mencegah penularan. Minta anak untuk tidak menggaruk agar tak menimbulkan bekas luka. Atasi rasa gatalnya dengan bedak yang mengandung kalamin. Tingkatkan daya tahan tubuhnya dengan asupan makanan bergizi. (Schwatz, 2016) H. Jadwal Imunisasi Nasional (DEPKES) bagi bayi yang lahir dirumah & RS / RSB Table 1. Jadwal Imunisasi Nasional (Depkes) Bagi Bayi Yang Lahir di Rumah

JADWAL

UMUR

JENIS VAKSIN

TEMPAT

0-7 hari

HB 0

Rumah

1 bulan

BCG, Polio 1

Posyandu(*)

Bayi lahir di

2 bulan

DPT/HB, Polio 2

Posyandu(*)

rumah

3 bulan

DPT/HB Polio 3

Posyandu(*)

4 bulan

DPT/HB Polio 4

Posyandu(*)

9 bulan

Campak

Posyandu(*)

IMUNISASI

Table 2. Jadwal Imunisasi Nasional (Depkes) Bagi Bayi Yang Lahir di RS/RSB JADWAL

UMUR

JENIS VAKSIN

TEMPAT

0-7 hari

HB 0

RS/RB/Bidan

1 bulan

BCG, Polio 1

RS/RB/Posyandu(*)

2 bulan

DPT/HB, Polio 2

RS/RB/Posyandu(*)

3 bulan

DPT/HB Polio 3

RS/RB/Posyandu(*)

4 bulan

DPT/HB Polio 4

RS/RB/Posyandu(*)

9 bulan

Campak

RS/RB/Posyandu(*)

IMUNISASI

Bayi lahir di rumah

Catatan: (*) atau tempat pelayanan kesehatan DPT/HB diberikan dalam bentuk vaksin Combo I. Kontra Indikasi pemberian Imunisasi Ada beberapa kondisi

yang menjadi pertimbangan untuk tidak

memberikan imunisasi pada anak, yaitu :

1. Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius 2. Perubahan pada system imun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup 3. Sedang dalam pemberian obat-obatan yang menekan system imun, seperti sitostatika, transfuse darah, dan immunoglobulin 4. Riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertussis (Yuliastati & Nining, 2016) Menurut Proverawati (2010), kontra indikasi dalam pemberian imunisasi ada 3 yaitu : 1. Analfikasi atau reaksi hipersensitive (reaksi tubuh yang terlalu sensitif) yang hebat, merupakan kontra indikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Reaksi kejang demam dan panas lebih dari 38 derajat selsius merupakan kontra indikasi pemberian DPT dan campak 2. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tandatanda dan gejala AIDS, sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan 3. Jika orang tua sangat keberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi memintahlah ibu untuk kembali lagi setalah bayi sehat. (Soetjiningsuh,2015) J. Manfaat Imunisasi Manfaat yang didapat dari pemberian imunisasi di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit menular yang sering berjangkit. 2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya pengobatan jika anak sakit. 3. Untuk

negara,

bermanfaat

memperbaiki

derajat

kesehatan,

menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Depkes RI, 2005). (Yuliastati & Nining, 2016) Menurut Rizema, P. (2012 ) ada 3 manfaat imunisasi bagi anak, keluarga dan negara adalah sebagai berikut : 1. Manfaat untuk anak adalah untuk mencegah penderitaan yang di sebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian. 2. Manfaat untuk keluarga adalah untuk menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan apabila anak sakit. Mendorong keluarga kecil apabila orang tua yakin menyalani masa kanak-kanak dengan aman. 3. Manfaat untuk negara adalah untuk mamperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa Indonesia diantara segenap bangsa di dunia. (Dompas et al, 2015)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.(Ranuh, 2013) Tujuan imunisasi adalah untuk menurunkan angka

kesakitan dan

kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), measles (campak), polio dan tuberculosis. (Yuliastati & Nining, 2016) Vaksin adalah suatu zat yang merupakan merupakan suatu bentuk produk biologi yang diketahui berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan. Vaksin diberikan kepada individu yang sehat guna merangsang munculnya antibody atau kekebalan tubuh guna mencegah dari infeksi penyakit tertentu. (Kemkes, 2016) Kontra Indikasi pemberian Imunisasi, ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu: Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius, perubahan pada system imun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup, sedang dalam pemberian obat-obatan yang menekan system imun, seperti sitostatika, transfuse darah, dan immunoglobulin, riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya. (Yuliastati & Nining, 2016)

B. Saran Saran kami sebaga penulis sebaiknya otang tua lebih memperhatikan dan mempersering kegiatan penyuluhan tentang program imunisasi dasar lengkap. Agar anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dapat hidup sehat dan terhindar dari penyakit

DAFTAR ISI

Dompas, Robin et al. 2015. Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan. Vol. 2 no 2. Jurnal ilmiah Kebidanan : Poltekkes Kemenkes Manado. Erlita, Chahyani & Putri, Elise et al. 2016. Hubungan pemgetahuam dengan sikap dalam pemberian imunisasi dasar pada ibu yang memiliki bayi0-9 bulan. Vol. 6 no. 2. Jurnal Kebidanan: Akbid Panca Bhakti Pontianak. Hadianti, DKK. 2016. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta Selatan : Pundiknakes Kementrian Kesehatan RI (Kemkes RI). 2016. Vaksin Untuk Pencegahan, Serum Untuk Pengobatan.(di akses pada tanggal 05 april 2018 jam 09.04 am) Rusli, Sukiman. 2015. Imunisasi Sunnatullah Aplikasi Ilmu Pencegahan Untuk Meraih Sehat Wal Afiat. Jakarta: EGC Soetjiningsih. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Schwatz, M. William. 2016. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC Yuliastati Nining. 2016. Keperawatan Anak. Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan Supartini, Yupi. 2012. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan anak. Jakarta : EGC

Related Documents


More Documents from "Nhiya Nurwahdaniyyah"

Vinny Cover.docx
December 2019 23
Why Was Sepang Chosen
June 2020 15
Sumatif Modul 1 Tik.docx
December 2019 24
Anis Zainal
May 2020 24
Panduan Triage.docx
April 2020 28