A. TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu : 1. Melakukan praktek komunikasi terapeutik melalui interaksi antara perawat-klien. 2. Melakukan praktek komunikasi terapeutik melalui interaksi dengan sejawat. 3. Melakukan praktek komunikasi terapeutik melalui interaksi dengan tim medis yang lain.
B. POKOK BAHASAN Komunikasi terapeutik: 1. Definisi komunikasi terapetik 2. Tujuan komunikasi terapetik 3. Tahapan komunikasi terapetik 4. Prinsip komunikasi pada klien sesuai pertumbuhan dan perkembangan
C. MATERI 1. Definisi Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan klien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan. Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan klien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya. 2. Tujuan Mahasiswa mampu melakukan komunikasi terapeutik pada klien sesuai tahapan perkembangannya. 3. Tahapan komunikasi terapetik a. Pra interaksi Pada fase ini perawat mempersiapkan diri dan klien sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. b. Orientasi
c. Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat penggaiian informasi antara perawat dan klien. Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems ana goals, clarificatibn of roles dan contract formation. d. Kerja e. Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan klien untuk berdiskusi tentang masalah-masaiah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan. f. Teminasi g. Pada fase ini perawat mendorong klien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan. 4. Prinsip komunikasi pada klien sesuai pertumbuhan dan perkembangan Komunikasi pada bayi 1) Banyak menggunakan komunikasi non verbal unt menyatakan kebutuhan (misalnya: tersenyum puas; menangis sakit) 2) Usahakan memenuhi kebutuhan bayi secepat mungkin. 3) Berbicaralah dengan suara yang lembut, sentuhan dan belaian, ciuman, mendekap, menggendong, atau dengan gerakan (seperti mengayun memberi kenyamanan atau kesenangan 4) Rangsang taktil (sentuhan) sangat kuat maknanya bagi bayi untuk meningkatkan rasa aman, melindungi bayi dan kedekatan hubungan. 5) Respon bayi terhadap komunikasi: ditunjukkan secara nonverbal misal: tersenyum, menggerakkan badan, tangan dan kaki 6) Bayi lebih 6 bulan: kadang terjadi stranger anxiety (cemas pd orang asing) saat berkomunikasi jangan langsung ingin menggendong atau memangkunya, tetapi lakukan pendekatan lebih dahulu dengan mainan yang dipegangnya atau berbicara dgn ibunya. 7) Berkomunikasilah dengan bermain (cilukba, mainan berbunyi) jika bayi menerima. Komunikasi pada anak batita (1-2 tahun)
1) Panggil anak sesuai yang digunakan anak tersebut bagi dirinya. 2) Gunakan pesan yang pendek dan jelas, suara lembut 3) Pelajari dan gunakan kata-kata yg dipakai anak unt ke kmr mandi, mandi, makan. 4) Perilaku protes yang dilakukan anak (seperti tantrum/mengamuk) dapat digunakan untuk mengatasi tekanan/stres pada anak. Komunikasi pada anak pre sekolah 1) Pada masa ini anak mulai mandiri dan mengembangkan keterampilan dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain. 2) Anak yang lebih kecil belum fasih berbicara (ucapan dan perbendaharaan kata blm memadai sepenuhnya) 3) Anak masih egosentris percakapan tentang dirinya. 4) Berfikir kongkrit: bicara apa adanya (jujur); bila perlu, ijinkan anak untuk menyentuh, memegang, memeriksa barang yang akan berhubungan dengan mereka. 5) Bahasa sederhana belum lancar mengungkapkan perasaan] keinginan komunikasi non verbal 6) Takut kesakitan krn ketdktahuannyajelaskan apa yg akan dilakukan: Jelaskan apa yang akan dilakukan, jelaskan bagaimana rasanya dan berikan penjelasan sederhana 7) Sebagian anak mengalami stranger anxiety yang menjadi barier/penghambat dalam komunikasi. 8) Posisi yang baik pada saat berbicara pada anak adalah: jongkok, duduk di kursi kecil, atau berlutut pandangan mata sejajar dengan anak 9) Berikan pujian atas apa yang telah dicapai oleh anak. 10) Perawat harus konsisten dalam berkomunikasi (verbal/nonverbal) sesuai situasi saat itu (misal tidak tertawa saat anak mengalami kesakitan karena tindakan tertentu) Komunikasi pada anak usia sekolah 1) Berfikir fungsional arah pertanyaanzmengapa, bagaimana, untuk apa sesuatu dilakukan diperlukan: penjelasan yg sederhana disertai alasan, berikan kesempatan untuk bertanya, bila perlu beri kesempatan unt mencoba melakukannya. 2) Gunakan beberapa kosa kata anak dalam penjelasan.
3) Buatlah gambar untuk mendemonstrasikan prosedur/anatomi 4) Hargai privasi anak. Mungkin ada topik pembicaraan yang tidak ingin didiskusikan. 5) Sangat memperhatikan keutuhan tubuh takut terluka perlu pendekatan sehingga anak dapat mengungkapkan perasaannya kecemasannya turun. 6) Anak dengan kecemasan tinggi dapat dialihkan dengan: berbicara, menghadirkan orang dekat kecemasan turun dapat menerima pendapat orang lain. 7) Anak usia sekolah yg lebih besar mampu berpikir kongkrit dpt berkomunikasi lebih baik. Komunikasi pada remaja 1) Bahasa dan kultur tersendiri bahasagaul (istilah tertentu: nyokap, bokap) 2) Peer group / kelompok sebaya yang utama lebih terbuka pd orang lain dp ortu/kelg 3) Komunikasi dgn remaja: memberi perhatian, mendengarkan ungkapan remaja, menghargai dan terbuka terhadap pendapat yang disampaika serta hindari indari menghakimi/mengkritik dengan tajam 4) Hargai keberadaan identitas diri dan harga dirinya 5) Tunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat dengannya 6) Jangan memotong pembicaraan saat anak sedang mengekspresikan pikiran dan perasaannya 7) Hormati privasinya 8) Beri dukungan pada apa yang telah dicapainya secara positif dengan memberikan penguatan positif (pujian). 9) Komunikasi yang baik diperlukan kepercayaan sebagai dasar untuk berkomunikasi yang dibentuk dengan: meluangkan waktu bersama; dorong agar berani mengungkapkan ide/pikiran/perasaan, hargai, hormati pendapat atau pikirannya; toleransi thd perbedaan ide/pikiran; pujian untuk hal yang baik; hormati privasinya, berikan contoh yang baik Komunikasi pada klien dewasa 1) Hargai sudut pandang klien. 2) Hindari panggilan yang merendahkan spt ”nenek", "sayang” selalu mulai secara formal (Tuan, Nyonya, ibu, Bapak) Komunikasi pada lansia
1) Teknik asertif sikap yang dapat menerima, peduli, sabar unt mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan sedang berbicara komunikasi dapat dimengerti 2) Responsip perawat segera bereaksi secara aktif ketika ada perubahan sikap kebiasaan klien dengan menanyakan /klarifikasi tentang perubahan tersebut. 3) Klarifikasi mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari 1 kali agar maksud pembicaraan dapat diterima dan dipersepsikan sama oleh lansia/klien. 4) Sabar dan iklas perawat bersikap sabar dan iklas menghadapi perubahan klien lansia sehingga tercipta komunikasi yang terapeutik. 5. Prosedur pelaksanaan Prosedur A. Tahap Pra Interaksi 1. Melakukan kontrak waktu 2. Mengecek kesiapan klien 3. Menyiapkan alat sesuai kebutuhan B. Tahap Orientasi 1. Memberikan salam kepada klien dengan 2. Menanyakan nama klien dan mengenalkan nama perawat 3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 4. Melakukan kontrak: tempat, waktu, topik tindakan 5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan. C. Tahap Kerja 1. Mendekatkan alat yang akan digunakan 2. Mencuci tangan Mengucapkan " Bismillahirrohmanirrohiim... " sebelum memulai tindakan 3. Melakukan tindakan keperawatan sesuai kontrak Menggunakan komunikasi teraputik baik secara verbal maupun non verbal 4. Mempraktekkan teknik dan sikap komunikasi teraputik selama melakukan tindakan keperawatan 5. Salam: ”Assalammu'alaikum. D. Tahap Terminasi 1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan 2. Berpamitan dengan klien 3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula 4. Mencuci tangan
5. Mencatat respon klien serta keluarga kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
Hal yang harus diperhatikan/Evaluasi a. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan berisi tahapan komunikasi terapeutik b. Komunikasi terapeutik verbal maupun non verbal diterapkan
D. HAI. YANG HARUS DIPERHATIKAN: 1. Untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi, hal yang harus diperhatikan adalah: 2. Mulai komunikasi dgn mengecek pendengaran klien Keraskan suara bila perlu Dptkan perhatian dari klien sebelum berbicara. Pandanglah klien Sehingga klien dapat melihat gerakan mulut perawat 3. Atur lingkungan yg kondusif, kurangi gangguan visual dan auditory, Pasukan pencahayaan cukup 4. Jika komunikasi macet, jangan anggap bahwa klien tidak kooperatif 5. Bertindaklah sbg partner yang memfasiltasi klien untuk mengungkapkan perasaannya 6. Berbicara pelan dan jelas, kalimat pendek, bahasa sederhana 7. Bantu kata-kata dengan isyarat visual 8. Serasikan bahasa tubuh dgn pembicaraan berita yg menggembirakan diiringi senyuman, tertawa secukupnya, dan sebagainya 9. Berilah kesempatan klien unt bertanya 10. Jika klien salah, jangan menegur secara langsung 11. Jadilah pendengar yang baik 12. Arahkan suatu topik pada suatu saat 13. lkutkan keluarga ketika melakukan komunikasi dengan klien 14.