KOMPAS cetak - Guncangan Bangkitkan Trauma Gempa Dan Tsunami
Page 1 of 1
Bencana Alam
Guncangan Bangkitkan Trauma Gempa Dan Tsunami Jumat, 4 September 2009 | 15:08 WIB Gunung Kidul, Kompas - Getaran gempa yang mengguncang Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera hanya dirasakan oleh sebagian dari warga di Gunung Kidul. Namun, gempa berkekuatan 7,3 skala Richter itu telah membangkitkan kembali ingatan warga pada gempa yang mengguncan tiga tahun lalu. Hingga Kamis (3/9), warga masih mengaku trauma gempa dan khawatir terjadi tsunami. Warg yang bermukim di wilayah pantai selatan Gunung Kidul pun mengaku sempat waswas jika gempa diikuti dengan tsunami. Apalagi ketinggian ombak sangat tinggi hingga 6 meter dari biasanya hanya 2 meter. Para penderes kelapa di Desa Banyusoco, Kecamatan Playen, misalnya, hingga kini juga mas trauma gempa. Sebanyak 20 persen dari semua penderes kelapa di tiga dusun tak lagi berani memanjat pohon kelapa dan memilih beralih ke profesi lain. Ketika gempa melanda tahun 200 banyak penderes kelapa berjatuhan dari atas pohon. Warga Dusun Sawah Lor, Desa Banyusoco, Rajiyo, yang dulunya bekerja sebagai penderes kelapa mengaku tak lagi berani memanjat kelapa sejak gempa 2006. Gempa besar Rabu lalu semakin menguatkan tekadnya untuk tidak lagi memanjat pohon kelapa. Rajiyo kini lebih memilih menjadi buruh serabutan dengan merantau ke Yogyakarta. Tanpa pengaman Berbeda dengan Rajiyo, tetangganya, Sariman, tetap menggeluti profesi sebagai penderes kelapa karena tak ada pekerjaan lain. Tiap pagi pukul 03.30-05.30 dan sore hari pukul 16.0018.00, Sariman mengambil nira di 12 pohon kelapa miliknya. Hingga kini, para penderes kelapa masih memanjat pohon tanpa alat pengaman. Ia bersyukur karena belum sempat memanjat pohon kelapa ketika gempa kembali melanda. "Dulu, saya jatuh dari pohon setinggi 7 meter karena digoyang-goyang gempa. Meski sudah berpegangan erat, tetap saja jatuh," katanya mengenang. Mayoritas nelayan yang berlayar di jalur dua dengan maksimal daya tempuh melaut sejauh 4 seperti nelayan di Pelabuhan Sadeng memilih libur melaut. Sementara nelayan di jalur satu seperti nelayan Pantai Gesing, Tukijan, memilih tetap melaut. Ketika terjadi gempa, Tukijan mengaku sedang berada di tengah laut dan sama sekali tidak merasakan guncangan gempa. (WKM)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/09/04/15083847/guncangan.bangkitkan.trauma.gempa ... 9/7/2009