Klt.docx

  • Uploaded by: Anggi Sawitri Vebriana
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Klt.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,984
  • Pages: 17
BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schraiber. Adsorben dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai peunjang fase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram.Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.Pada dasarnya kromatografi lapis tipis (KLT atau TLC = Thin layer Chromatography) sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahannya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastic sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada pross pemisahan berlaku sebagai fasa diam. (Kantasubrata, 1993) Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan isoflavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco serta Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan Torenia violacea. Yang pada senyawa isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelebihan senyawa isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia, di antaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor / antikanker, antikolesterol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan metode kromatografi.Kromatografi juga merupakan pemisahan campuran

senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Untuk itu, kemurnian bahan atau komposisi campuran dengan kand ungan yang berbeda dapat dianalisis dengan benar. Tidak hanya kontrol kualitas, analisis bahan makanan dan lingkungan, tetapi juga kontrol dan optimasi reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas material. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran bahan adalah

prinsip

dasar

kromatografi.Pemisahan

senyawa

biasanya

menggunakan beberapa tekhnik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan.Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen suatu senyawa yang dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis tergantung pada jenis pelarut, zat penyerap dengan sifat daya serap masing-masing komponen. Komponen yang terlarut akan terbawa oleh fase diam (penyerap) dengan membandingkannya dengan standar yang sangat memakan waktu dan harus dilakukan terpisah pada kondisi eluen yang sama. Dalam hal ini untuk mendapatkan resolusi yang baik, penting untuk memilih dua campuran pelarut yang berbeda, meskipun dengan kekuatan pelarut yang sama. 1.1 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:

1. Apa pengertian kromatografi lapis tipis? 2. Bagaimana sejarah penemuan kromatografi lapis tipis? 3. Bagaimana prinsip kerja kromatografi lapis tipis? 4. Bagaimana metode-metode pemisahan pada kromatografi lapis tipis? 5. Bagaimana aplikasi kromatografi lapis tipis dalam dunia farmasi?

1.2 Tujuan 1. Mengetahui pengertian kromatografi lapis tipis. 2. Memahami sejarah penemuan kromatografi lapis tipis. 3. Memahami prinsip kerja kromatografi lapis tipis. 4. Memahami metode-metode pemisahan pada kromatografi lapis tipis. 5. Memahami aplikasi kromatografi lapis tipis dalam dunia farmasi?

BAB II PEMBAHASAN 2.1

Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas tergolong

"kromatografi planar." KLT adalah yang metode kromatografi paling sederhana yang banyak digunakan. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemisahan dan analisis sampel dengan metode KLT cukup sederhana yaitu sebuah bejana tertutup (chamber) yang berisi pelarut dan lempeng KLT. Dengan optimasi metode dan menggunakan instrumen komersial yang tersedia, pemisahan yang efisien dan kuantifikasi yang akurat dapat dicapai. Kromatografi planar juga dapat digunakan untuk pemisahan skala preparatif yaitu dengan menggunakan lempeng, peralatan, dan teknik khusus. (Wulandari, 2011) Kromatografi lapis tipis juga didefinisikan sebagai suatu metode pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti cairan pengembang karena daya serap adsorben (silika gel) terhadap komponenkomponen kimia tidak sama sehingga komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda berdasarkan tingkat kepolarannya dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan. Suatu metode pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti cairan pengembang karena daya serap adsorben (silika gel) terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda

berdasarkan tingkat kepolarannya dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan. 2.2.

Sejarah Kromatografi Lapis Tipis Sekitar tahun l938 pemisahan pada lapisan tipis ditemukan oleh Izmailov

dan Shraiber, melalui teknik sederhana yang hanya membutuhkan sampel dan sorben yang sedikit yaitu dengan memisahkan ekstrak tanaman menggunakan aluminium oksida yang disebar pada lapisan kaca. Sorben ditaruh pada objek glass mikroskop sebagai suatu lapisan padatan yang berair dengan tebal sekitar 2 mm. Sampel (ekstrak tumbuh tumbuhan) diteteskan ke dalam lapisan, kemudian pelarut (metanol) ditambahkan tetes demi tetes dari atas. Pada lapisan sorben diperoleh serangkaian cincin melingkar berbentuk lapisan yang berbeda warna. Dari sini lahirlah teknik baru KLT yang disebut drop kromatografi. (Wulandari, 2011) Pada l949 Meinhard dan Hall menggunakan binder tepung untuk memberikan ketegasan pada masing-masing lapisan pada pemisahan ion anorganik, mereka menyebutnya sebagai permukaan kromatografi. Pada tahun 1950, Kirkner dan koleganya menampilkan KLT seperti yang kita kenal sekarang. Mereka menggunakan gel silika yang diletakkan pada lempeng kaca dengan bantuan bahan pengikat, dan lempeng dikembangkan dengan prosedur naik konvensional seperti yang digunakan pada kromatografi kertas. Kirkner adalah orang yang pertama kali menciptakan istilah "kromatostrips" untuk lapisan yang mengandung indikator fluoresensi. Stahl memperkenalkan istilah "kromatografi lapis tipis" pada akhir 1950-an. Kontribusi besar Stahl adalah pada standarisasi

bahan, prosedur, dan tata-nama serta deskripsi sistem pelarut selektif untuk klasifikasi senyawa. Laboratorium manual pertamanya dipopulerkan dengan nama KLT, dan ia memperoleh dukungan dari perusahaan-perusahaan komersial (Merck, Desaga) untuk menawarkan bahan baku dan peralatan untuk KLT. Teknik lempeng KLT pertama kali dikomersilkan pada 1965. KLT dengan cepat menjadi sangat populer setelah kurang lebih 400-500 publikasi per tahun muncul di akhir tahun 1960 sehingga KLT mulai diakui sebagai prosedur yang relatif cepat dan murah untuk pemisahan berbagai campuran sampel. Sorben yang paling banyak digunakan adalah silika gel dengan ukuran pori rata-rata 60˚A. Modifikasi silika gel dimulai dengan silanisation untuk menghasilkan fase terbalik. Fase terbalik memperbesar kemungkinan pemisahan berdasar partisi dibandingkan dengan adsorpsi seperti yang digunakan dalam teknik sebelumnya. Pengenalan scanner spektrodensitometer komersial memungkinkan kuantifikasi analit secara langsung pada lempeng KLT. (Ahuja, 1998) Awalnya area puncak yang diukur secara manual, tetapi kemudian integrator dapat mengukur area puncak secara otomatis. Kemajuan utama berikutnya adalah munculnya KLTKT (kinerja tinggi lapis tipis kromatografi). Pada l973 Halpaap adalah orang yang pertama mengakui keuntungan penggunaan partikel gel silika yang lebih kecil (sekitar 5-6 mm) pada persiapan lempeng KLT. Ia membandingkan efek ukuran partikel dengan waktu pengembangan, nilai-nilai Rf dan Jarak setara lempeng teori. Pada pertengahan 1970-an, diakui bahwa KLTKT dapat meningkatkan presisi sampai sepuluh kali lipat, waktu analisis dapat dikurangi dengan faktor yang sama, mengurangi kuantitas fase gerak yang diperlukan dan mengurangi jarak pengembangan sampel.

2.3

Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis Pelaksanaan analisis dengan KLT diawali dengan menotolkan alikuot kecil

sampel pada salah satu ujung fase diam (lempeng KLT), untuk membentuk zona awal. Kemudian sampel dikeringkan. Ujung fase diam yang terdapat zona awal dicelupkan ke dalam fase gerak (pelarut tunggal ataupun campuran dua sampai empat pelarut murni) di dalam chamber. Jika fase diam dan fase gerak dipilih dengan benar, campuran komponen-komponen sampel bermigrasi dengan kecepatan yang berbeda selama pergerakan fase gerak melalui fase diam. Hal ini disebut dengan pengembangan kromatogram. (I.G. Gandjar & Abdul Rahman, 2008) Ketika fase gerak telah bergerak sampai jarak yang diinginkan, fase diam diambil, fase gerak yang terjebak dalam lempeng dikeringkan, dan zona yang dihasilkan dideteksi secara langsung (visual) atau di bawah sinar ultraviolet (UV) baik dengan atau tanpa penambahan pereaksi penampak noda yang cocok. Perbedaan migrasi merupakan hasil dari perbedaan tingkat afinitas masing-masing komponen dalam fase diam dan fase gerak. Berbagai mekanisme pemisahan terlibat dalam penentuan kecepatan migrasi. Kecepatan migrasi komponen sampel tergantung pada sifat fisika kimia dari fase diam, fase gerak dan komponen sampel. Retensi dan selektivitas kromatografi juga ditentukan oleh interaksi antara fase diam, fase gerak dan komponen sampel yang berupa ikatan hidrogen, pasangan elektron donor atau pasangan elektron-akseptor (transfer karge), ikatan ionion, ikatan ion-dipol, dan ikatan van der Waals.

Pengambilan sampel, pengawetan, dan pemurnian sampel adalah masalah umum untuk KLT dan metode kromatografi lainnya. Sebagai contoh, pengembangan KLT biasanya tidak sepenuhnya melarutkan kembali analit yang berada dalam lempeng kecuali dilakukan pemurnian sebelumnya (clean up). Metode clean up paling sering dilakukan pada ekstraksi selektif dan kromatografi kolom. Dalam beberapa kasus zat/senyawa perlu dikonversi dahulu sebelum dianalisis dengan KLT. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan turunan senyawa yang lebih cocok untuk proses pemisahan, deteksi, dan / atau kuantifikasi. KLT dapat mengatasi sampel yang terkontaminasi, seluruh kromatogram dapat dievaluasi, mempersingkat proses perlakuan sampel sehingga hemat waktu dan biaya. Kehadiran pengotor atau partikel yang terjerap dalam sorben fase diam tidak menjadi masalah, karena lempeng hanya digunakan sekali (habis pakai). Deteksi senyawa menjadi mudah ketika senyawa secara alami dapat berwarna atau berberfluoresensi atau menyerap sinar UV. Namun, perlakuan penambahan pereaksi penampak noda dengan penyemprotan atau pencelupan terkadang diperlukan

untuk

menghasilkan

turunan

senyawa

yang

berwarna

atau

berfluoresensi. Pada umumnya senyawa aromatik terkonjugasi dan beberapa senyawa tak jenuh dapat menyerap sinar UV. Senyawa-senyawa ini dapat dianalisis dengan KLT dengan fase diam yang diimpregnasi indikator fluoresensi dan deteksi dapat dilakukan hanya dengan pemeriksaan di bawah sinar UV 254 nm.

Pada KLT,

identifikasi awal suatu senyawa didasarkan pada perbandingan nilai Rf dibandingkan Rf standar. Nilai Rf umumnya tidak sama dari laboratorium ke

laboratorium bahkan pada waktu analisis yang berbeda dalam laboratorium yang sama, sehingga perlu dipertimbangkan penggunaan Rf relatif yaitu nilai Rf noda senyawa dibandingan noda senyawa lain dalam lempeng yang sama. Faktor-faktor yang menyebabkan nilai Rf bervariasi meliputi dimensi dan jenis ruang, sifat dan ukuran lempeng, arah aliran fase gerak, volume dan komposisi fase gerak, kondisi kesetimbangan, kelembaban, dan metode persiapan sampel KLT sebelumnya. Konfirmasi identifikasi dapat diperoleh dengan mengerok noda dalam lempeng kemudian analit dalam lempeng dielusi dan dideteksi dengan spektrometri inframerah (IR), spektrometri Nuclear magnetic resonance (NMR), spektrometri massa, atau metode spektrometri lain jika senyawa hasil elusi cukup tersedia. Metode identifikasi ini juga dapat menggunakan untuk menandai zona langsung pada lapisan (in situ). (Lipsy, 2010) Hal-Hal yang perlu diperhatikan pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT)  Lempeng yang akan digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu agar pada proses elusi lempeng silica gel dapat menyerap dan berikatan dengan sampel. Pengaktifan lempeng dilakukan dalam oven pada suhu 1100C selama 30 menit.  Chamber harus dijenuhkan untuk menghilangkan uap air atau gas lain yang mengisi fase penjerap yang akan menghalangi laju eluen.  Pada saat penotolan, hendaknya sampel jangan terlalu pekat sebab pemisahannya akan sulit sehingga didapat noda berekor.  Penotolan harus tepat sehingga didapatkan jumlah noda yang baik.  Eluen yang digunakan harus murni sehingga tidak menghasilkan noda

Noda-noda yang diperoleh disebabkan karena :  Penotolan yang berulang-ulang dan letaknya tidak tepat  Kandungan senyawa yang terlalu asam atau basa  Lempeng yang tidak rata 2.4

Metode Pemisahan dalam Kromatograpi Lapis Tipis. Metode pemisahan pada kromatografi sangat tergantung dari jenis fase

diam yang digunakan. Jenis fase diam yang digunakan menentukan interaksi yang terjadi antara analit dengan fase diam dan fase gerak. Metode pemisahan pada kromatografi terbagi menjadi : a. Pemisahan berdasarkan polaritas Metode pemisahan berdasarkan polaritas, senyawa-senyawa terpisah karena perbedaan polaritas. Afinitas analit tehadap fase diam dan fase gerak tergantung kedekatan polaritas analit terhadap fase diam dan fase gerak (like dissolve like). Analit akan cenderung larut dalam fase dengan polaritas sama. Analit akan berpartisi diantara dua fase yaitu fase padat-cair dan fase caircair. Ketika analit berpartisi antara fase padat dan cair faktor utama pemisahan adalah adsorbsi. Sedangkan bila analit berpartisi antara fase cair dan fase cair, faktor utama pemisahan adalah kelarutan. Prinsip pemisahan dimana analit terpisah karena afinitas terhadap fase padat dan fase cair biasa disebut dengan adsorbs dan metode kromatografinya biasa disebut kromatografi adsorbsi. Sedangkan prinsip pemisahan dimana analit terpisah karena afinitas terhadap fase cair dan fase cair disebut dengan partisi dan metode kromatografinya biasa disebut kromatografi cair.

b. Pemisahan berdasarkan muatan ion Pemisahan berdasarkan muatan ion dipengaruhi oleh jumlah ionisasi senyawa, pH lingkungan dan keberadaan ion lain. Pemisahan yang disebabkan oleh kompetisi senyawa-senyawa dalam sampel dengan sisi resin yang bermuatan sehingga terjadi penggabungan ion-ion dengan muatan yang berlawanan disebut kromatografi penukar ion. Pemisahan yang terjadi karena perbedaan arah dan kecepatan pergerakan senyawasenyawa dalam sampel karena perbedaan jenis dan intensitas muatan ion dalam medan listrik disebut elektroforesis.

c. Pemisahan berdasarkan ukuran molekul Ukuran molekul suatu senyawa mempengaruhi difusi senyawa-senyawa melewati pori-pori fase diam. Pemisahan terjadi karena perbedaan difusi senyawa-senyawa melewati pori-pori fase diam dengan ukuran pori-pori yang bervariasi. Senyawa dengan ukuran molekul besar hanya berdifusi kedalam

pori-pori fase diam yang berukuran besar, sedangkan senyawa dengan ukuran molekul kecil akan berdifusi ke dalam semua pori-pori fase diam, sehingga terjadi perbedaan kecepatan pergerakan molekul melewati fase diam. Senyawa dengan ukuran molekul besar memiliki kecepatan yang lebih besar dibanding senyawa dengan ukuran molekul kecil. Metode pemisahan ini biasa disebut dengan kromatografi permeasi gel. d. Pemisahan berdasarkan bentukan spesifik Pemisahan senyawa berdasarkan bentukan yang spesifik melibatkan ikatan kompleks yang spesifik antara senyawa sampel dengan fase diam. Ikatan ini sangat selektif seperti ikatan antara antigen dan antibody atau ikatan antara enzim dengan substrat. Pemisahan ini biasa disebut dengan kromatogafi afinitas. Fase diam KLT dengan sorben yang memiliki bentukan spesifik dengan selektifitas tinggi dalam bentuk lempeng siap pakai belum tersedia dipasaran. (Wulandari, 2011)

2.5

Aplikasi Metode KLT Dalam Bidang Farmasi Aplikasi metode pemisahan secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat

diterapkan dalam menganalisis komponen kimia pada suatu sampel. Misalnya dalam Jurnal Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Salah satu spesies tanaman dalam famili Cucurbitaceae yang biasa digunakan untuk mengobati penyakit adalah labu siam (Sechium edule Jacq. Swartz.). Spesies ini merupakan satu-satunya spesies dalam genus Sechium (Tjitrosoepomo, 1989). Kebanyakan orang mengenal labu siam sebagai sayuran, namun sejak lama bagian daun dari

tanaman ini digunakan untuk mengobati penyakit batu ginjal, arteriosclerosis dan tekanan darah tinggi. Sedangkan bagian buahnya biasa digunakan untuk mengurangi retensi urin (Suryana D.M., Venty S.,dan Suryono, 2005). Namun pengetahuan tentang kandungan kimia yang sudah dipelajari pada labu siam masih sedikit sekali diantaranya adalah citrulline, asam alfa amino ureido butirat, asam oksalat, dan asam gamma amino butirat (Duke, 2003). Melihat banyaknya khasiat tanaman dari labu siam tersebut diperkirakan tanaman tersebut mengandung bermacam-macam senyawa kimia yang berguna bagi kesehatan. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan analisis komponen kimia buah labu siam dalam ekstrak etanol. Berdasarkan Analisis kromatografi lapis tipis (KLT) Uji alkaloid. Filtrat D pada skrining fitokimia ditambah amonia 25% hingga PH 8-9. Kemudian ditambahkan kloroform, dan dipekatkan diatas waterbath. Fase kloroform ditotolkan pada plat silika gel G60. Elusi dilakukan dengan metanol : NH4OH pekat = 200 : 3. Plat dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Kemudian plat disemprot dengan pereaksi Dragendorff, dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Uji saponin. Sampel ditambah dengan HCl 2M, diaduk, direfluks 6 jam diatas waterbath, kemudian didinginkan. Setelah itu dinetralkan dengan amonia, diuapkan diatas waterbath, ditambah n-heksana kemudian disaring. Filtratnya kemudian diuapkan diatas waterbath, ditambah 5 tetes kloroform, dan ditotolkan pada plat silika gel G60. Elusi dilakukan dengan kloroform : aseton = 4 : 1. Plat dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Kemudian plat disemprot dengan SbCl3 dioven pada suhu 110oC selama 10 menit, dan diamati pada cahaya

tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Uji kardenolin/bufadienol. Sampel ditotolkan pada plat silika gel G60. Dielusi menggunakan CHCl3 : MeOH = 1:1. Plat dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Selanjutnya disemprot dengan pereaksi kedde, dikeringkan di udara, dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Noda biru sampai ungu mengindikasikan adanya lakton tak jenuh. Uji flavonoid. Filtrat C pada skrining fitokimia ditotolkan pada plat silika gel G60. Dielusi dengan butanol : asam asetat : air = 3:1:1, kemudian dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Selanjutnya plat disemprot dengan amonia, dikeringkan dan diamati kembali pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. (Suryana D.M., Venty S.,dan Suryono, 2005).

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1

Kesimpulan  Kromatografi biasanya juga di artikan sebagai teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Kromatografi

lapis

tipis merupakan

salah

satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan

komponen-komponen sampelberdasarkan

perbedaan

kepolaran  Prinsip kerja kromatografi lapis tipis adalah terjadinya hubungan kesetimbangan antara fase diam dan fasa gerak, dimana ada interaksi antara permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Semakin dekat kepolaran antara senyawa dengan eluent maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut, sesuai dengan prinsip “like dissolve like”.  Pada prosedur pengerjaannya Pelarut (fase gerak) perlahan-lahan bergerak naik, komponen-komponen yang berbeda dari campuran berjalanan pada tingkat yang berbeda dan campuran dipisahkan memiliki warna yang berbeda.Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet, Dapat untuk memisahkan

senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan metode kertas tidak bisa, dan masih banyak lagi keuntungan lainnya.  Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat diterapkan dalam menganalisis adanya komponen-komponen kimia di dalam suatu sampel misalnya komponen flavonoid dan alkaloid pada buah labu siam 3.2

Saran Setelah membaca mengenai makalah ini diharpkan pembaca dapat

memberi kritikan serta masukan yang membangun bagi penulis agar kedepannya dapat membuat makalah yang lebih baiklagi. semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca. Khususnya bagi mahasiswa mahasisiwi Universitas Negeri Sriwijaya untuk menambah pengetahuan dan pengembangan professional.

keterampilan

kependidikan

demi

terciptanya

pendidik

DAFTAR PUSTAKA Ahuja, S. (1998). Selectivity and Detectability Optimizations in HPLC. Kanada: A Willey Inc. I.G. Gandjar & Abdul Rahman. (2008). Kimia Farmasi Analisi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Kantasubrata, J. (1993). Kimia Analitik. Jakarta: LIPI. Lipsy, P. (2010). Thin Layer Chromatography Characterization of the Active Ingredients in Excedrin and Anacin. New York: Steven Institute of Technologiy . Suryana D.M., Venty S.,dan Suryono. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Jurnal Biofarmasi, 26-31. Tjitrosoepomo, G. (1989). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wulandari, L. (2011). Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT.Taman Kampus Presindo.

More Documents from "Anggi Sawitri Vebriana"

Kromatografi Lapis Tipis
October 2019 28
Laptap Kiman 6
October 2019 10
Klt.docx
October 2019 12
Laporan Tepung Bess
October 2019 7
Uud
May 2020 46
3f. Diagram Swot.docx
June 2020 42