LAPORAN TETAP PRAKTIKUM HIGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI KONTAMINASI UDARA RUANG PENGOLAHAN
Bessek Delima 05031181722005 B/1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh yang termasuk dalam kateegori sanitasi. Sanitasi merupakan peranan penting dalam industri pangan karena tindakan ini ditetapkan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyakit pada makanan, dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan baik, maka keamanan pangan yang diproduksi akan dijamin aman untuk konsumsi. Faktor penting yang harus diperhatikan, terutama penyediaan air bersih, pembuangan tinja, pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah dan juga, kualitas udara. Udara bukanlah habitat alamiah mikroorganisme, oleh karenanya kuman tidak dapat bertahan lama di dalam udara. Keberadaannya di udara tak bebas dimungkinkan karena aliran udara tidak terlalu besar, sehingga kuman dapat berada di udara dalam waktu yang relatif lama. Dengan demikian kemungkinan untuk mamasuki tubuhpun menjadi semangkin besar. Hal ini dibantu pula oleh taraf kepadatan penghuni ruangan, sehingga penularan penyakit infeksi lewat udara sebahagian besar terlaksana lewat udara tak bebas (Santoso, 1989). Jenis algae, protozoa, ragi, jamur, bakteri merupakan jenis mikroorganisme yang dapat ditemukan di udara dekat
pemukiman.
Spora
jamur
merupakan
bahagian
terbesar
dari
mikroorganisme yang ditemukan di udara. Bakteri yang ditemukan pada umumnya dari jenis gram positif, baik spora maupun nonspora. Selain itu juga ditemukan kokus gram positif dan basil gram negatif (Fitria, et. al, 2008). Mikroorganisme secara alami, tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi dan lainlain. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan padat misalnya debu atau terdapat dalam tetesan air (droplet). Jika dalam suatu ruangan banyak terdapat debu, mikroorganisme yang ditemukan di dalamnya juga bermacam-macam (Budiyono, 2001). 1.2. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui adanya kontaminasi udara pada ruang pengolahan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PDA (Potato Dextrose Agar) PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan jamur di laboratorium karena memilki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0 dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30° C (Cappucino, 2014). Berdasarkan komposisinya PDA termasuk dalam media semi sintetik karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis (dextrose dan agar). Kentang merupakan sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan energi, dextrose sebagai sumber gula dan energi, selain itu komponen agar berfungsi untuk memadatkan medium PDA. Masing-masing dari ketiga komponen tersebut sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroorganisme terutama jamur. Media PDA instan dibuat oleh pabrik- pabrik atau perusahaan tertentu sudah dalam bentuk sediaan siap pakai, namun harganya mahal, higroskopis, dan hanya dapat diperoleh pada tempat tertentu. Melimpahnya sumber alam yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme mendorong untuk menemukan media alternatif dari bahan-bahan yang mudah didapat dan tidak memerlukan biaya yang mahal dan sekaligus dapat mengurangi keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan. Bahan yang digunakan harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan seperti dari bahan yang kaya akan karbohidrat dan protein lalu perbandingan pertumbuhan jamur Aspergillus niger pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dan media cassava dengan hasil jamur dapat tumbuh pada media sumber karbohidrat cassava (Maryani, 2011). 2.2. Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus sering menyebabkan mastitis subklinis maupun mastitis kronis, sehingga kejadian mastitis seringkali dihubungkan dengan infeksi S. aureus. Staphylococcal enterotoxin merupakan agen yang menyebabkan sindrom keracunan dalam makanan pada manusia maupun hewan. Bakteri tersebut berbentuk menyerupai bola dengan garis tengah ± 1 µm tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur (menyerupai buah anggur), dapat pula tersusun empat-empat (tetrad), membentuk rantai (3-4 sel), berpasangan atau satu-satu.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif dan berbentuk kokus Staphylococcus aureus bersifat non-motil, nonspora, anaerob fakultatif, katalase positif dan oksidase negatif. Staphylococcus aureus tumbuh pada suhu 6,5-46º C dan pada pH 4,2-9,3. Koloni tumbuh dalam waktu 24 jam dengan diameter mencapai 4 mm. Koloni pada perbenihan padat berbentuk bundar, halus, menonjol dan berkilau. Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna abu-abu sampai kuning emas tua. Staphylococcus aureus membentuk pigmen lipochrom yang menyebabkan koloni tampak berwarna kuning keemasan dan kuning jeruk. Pigmen kuning tersebut membedakannya dari Staphylococcus epidermidis yang menghasilkan pigmen putih (Todar, 2002). Pigmen kuning keemasan timbul pada pertumbuhan selama 18-24 jam pada suhu 37º C, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25º C). Pigmen tidak dihasilkan pada biak anaerobik atau pada kaldu. 2.3. Escherichia coli Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada dalam saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Escherichia coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat oganik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan mineral. Pada lingkungan, bakteri pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan. Escherichia coli juga merupakan bakteri indikator kualitas air karena keberadaannya di dalam air mengindikasikan bahwa air tersebut terkontaminasi oleh feses, yang kemungkinan juga
mengandung
mikroorganisme
enterik
patogen
lainnya.
Penularan
Escherichia coli dapat menyebabkan diare yang terjadi melalui air yang terkontaminasi kotoran manusia (Iqbal, 2015). 4.2. Pembahasan Praktikum kali ini yaitu membahas uji kontaminasi udara ruang pengolahan dengan tujuan untuk mengetahui apa saja kontaminasi yang terjadi terhadap udara
pada ruang pengolahan. Mendeteksi kontaminasi pada udara maka dilakukanlah pengamatan terhadap beberapa tempat yang ingin diketahui mikroba dominan yang terkandungan pada ruang tersebut dengan meletakkan media yang berbeda. Ada dua media yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu nutrient agar dan potato dextrose agar. Tempat yang digunakan untuk melihat mikroba dominannya adalah Laboratorium KHP, Ruang Timbang, dan Toilet Perempuan. Berdasarkan dari hasil yang diamati setelah media diinkubasi, hanya kelompok 1 shift B yang tidak ditumbuhi mikroba baik terhadap media PDA maupun pada media NA. Hal tersebut dapat disebabkan karena pengaruh dari media yang dipakai saat praktikum belum siap pakai akibat teksturnya belum padat dan jumlah dari media nya lebih sedikit atau lebih tipis dengan media yang biasa digunakan, dan bisa juga kegagalan tersebut dikarenakan populasi dari mikroba pada ruangan itu tidak begitu banyak sehingga cukup sulit untuk menumbuhi kedua media. Berbeda halnya dengan hasil pengamatan pertumbuhan mikroba pada kelompok 1 shift A yang didapatkan pada media NA terdapat koloni dan pada media PDA tidak terdapat koloni yang dapat dideteksi mikrobia yang tumbuh. Diluar dari kedua kelompok tersebut, pada kelompok 2 dan 3 baik dari shift A maupun shift B masing-masing media NA dan media PDA mampu ditumbuhi mikrobia dengan pertanda tumbuhnya jamur di media dalam cawan petri. Berdasarkan hasil yang berhasil mendeteksi mikroba yang mengkontaminasi udara, maka dapat diketahui bahwa dari ketiga ruang yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba tersebut tentu mengandung mikobia baik bakteri ataupun jamur didalamnya. Keterangan yang terdapat pada table hasil hanya menunjukkan keberadaan dari mikrobia namun tidak dapat diberikan spesifik jumlah dari koloni yang ada dikarenakan pertumbuhan dari koloni itu sendiri tidak terlalu tampak dan hanya dapat dideteksi ada atau tidaknya saja. Media PDA termasuk media yang komposisinya terdiri dari ekstrak kentang maka hal tersebut membuat mikroba jenis jamur mudah tumbuh dikarenakan jamur gemar mengkonsumsi makanan berbahan karbohidrat. Lain halnya dengan media nutrient agar yang komposisinya terdiri dari ekstrak daging, yang sepeeti kita ketahui bahwasanya mikroba jenis bakteri suka mengkonsumsinya dikarenakan bakteri mengambil asupan makanan utama dari protein. Sebenarnya mikroba yang terkandung dalam ruang lingkup diudara belum
ada yang spesifik atau dominan namun dari beberapa penelitian menyatakan bahwa diantara berbagai macam jenis mikroorganisme yang terdapat diudara yaitu salah satunya adalah Staphylococcus aureus. Karena apabila dikatakan bahwa e.coli termasuk didalamnya memang benar namun e.coli sendiri lebih mendominasi pada ruang lingkup perairan atau bahan yang mengandung air, begitu juga dengan sallmonela sp yang termasuk didalamnya namun lebih mendominasi atau dominan hidup dalam susu atau ikan yang busuk
BAB 5 KESIMPULAN Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1. Media yang tidak padat atau berbentuk cair tidak dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba secara sempurna 2. Jamur merupakan pengkonsumsi karbohidrat yang sesuai dengan media PDA terbuat dari ekstrak kentang berupa karbohidrat sesuai. 3. Bakteri yang dominan terdapat di ruang lingkup udara adalah Staphylococcus aureus 4. Bakteri merupakan pengkonsumsi sumber protein yang sesuai dengan media NA yang terbuat dari ekstrak daging berupa protein. 5. Tidak ada satupun ruangan yang terhindar dari mikrobia pada udara namun hanya tingkat populasinya yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Dewi, Krishna, H., 2014. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa Penderita Mastitis di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Sain Veteriner Teknologi [online] 31(2), 1-9.
Karimela, John, F., Ijong, Frans dan Dien, Adeleide, H., 2014. Karakteristik Staphylococcus aureus Olahan Tradisional Kabupaten Sangihe. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan [online] 20(1), 226-232. Octavia, Artha dan Wantini, Sri., 2017. Perbandingan Pertumbuhan Jamur Aspergillus flavus pada Media PDA dan Media Alternatif dari Singkong. Jurnal Analis Kesehatan [online] 6(2),139-144. Palawe, V, Billy., Kountul, Constantien dan Waworuntu, Olivia., 2015. Identifikasi Bakteri Aerob di Udara Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUP ROF.DR.R.D.KANDOU Manado. Jurnal e-biomedik [online] 3(3), 22-29. Ulfah, Frilly, N., Erina dan Darniati., 2017. Isolasi dan Identifikasi Escherichia coli pada Ayam Panggang dibeberapa Rumah Makan di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Jurnal Teknologi Pengolahan [online] 5(1), 383390.