Kliping Study Tour 2019.docx

  • Uploaded by: Riki Danu
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kliping Study Tour 2019.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,658
  • Pages: 7
KLIPING STUDY TOUR 2019

Disusun Oleh : 1. Miftahul Ulum 2. Faiz Budi L. 3. Lukman Fajar S. 4. Doni S. 5. Fajril ( Kentung) Kelas VIII F

SMP NU 01 HASYIM ASY’ARI TAHUN 2018-2019

1. Sejarah Masjid Agung Semarang Jawa Tengah

Sejarah Masjid Agung Semarang ini dibangun diatas salah satu petak tanah Masjid Agung Semarang yang telah kembali, Gubernur Jawa Tengah yaitu Mayjend Mardiyanto pada tahun 2006. Membantu Tim Koordinasi Pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah untuk menangani masalah-masalah baik yang mendasar sampai yang sulit. Pembangunan tersebut ditandai dengan pemasangan tiang pancang yang dilakukan Menteri Agama RI, Prof.Dr.H.Said Agil Husen alMunawar, KH.Sahal Mahfudz dan Mayjend Mardiyanto sendiri. Pemasangan yang pertama dihadiri oleh tujuh duta besar dari negara-negara terkenal , yaitu Uni Emirat, Arab Saudi , Qatar, Abu Dhabi , Palestina, Mesir , dan Kuwait. Dengan demikian tokoh-tokoh terkenal dari berbagai negara mendukung dibangunnya Masjid Agung Jawa Tengah tersebut. Seperti pada masjid-masjid bersejarah di pulau Jawa, Masjid Agung Semarang berada di pusat kota dan berdekatan dengan gedung-gedung pemerintahan, dan juga tak berjarak jauh dari pusat perdagangan, merupakan ciri khas tata ruang kota sejak jaman dahulu Di dalam perjuangan bangsa indonesia dulu , Masjid Agung Semarang ini ternyata satu-satunya masjid yang di Indonesia mengumumkan kemerdekaan bangsa Indonesia secara terbuka hanya beberapa waktu setelah Ir Soekarno memproklamasikan Indonesia merdeka. Spesifikasi Masjid Agung Jawa Tengah Kapasitas

: 16000 Jama’ah ( Semua tempat ditambah serambi masjidnya)

Jumlah Kubah

: 1 Buah

Diameter Kubah : 20 Meter Menara

: 4 Menara Masjid + 1 Menara luar

Tinggi Menara

: 62 Meter(Menara Masjid) dan 99 Meter(Menara Asmaul Husna)

Fasilitas Masjid Agung Jawa Tengah Didalam area Masjid Agung Jawa Tengah terdapat Menara Asma AlHusna , dan Area serambi Masjid Agung Jawa Tengah dilengkapi 6 payung raksasa otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi(Arab) , tinggi masingmasing payung listrik adalah 20 meter dengan diameter payung sekitar 14 meter.

Payung ini dibuka setiap sholat-sholat besar seperti sholat Jum’at , Idul Fitri , Idul Adha dengan cata kondisi angin tidak melebihin dari angka 200 knot , namun bila ada pengunjung yang berekreasi dan ingin melihat bagaimana payung tersebut mengembang bisa menghubungi pengurus masjid. Letak Masjid Jawa Tengah dulu berdiri megah tepat di depan alun – alun kota Semarang, namun kemudian sejak tahun 1938 alun – alun tersebut beralih fungsi menjadi kawasan komersil yaitu Pasar Johar, Pasar Yaik, Gedung BPD dan Hotel Metro yang kemudian menjadi area Perdagangan . Masjid Agung Jawa Tengah tersebut kini terkepung oleh banyak bangunan yang tinggi , masjid ini beralamat di Jl.Alun – Alun Semarang No 11 Semarang . Sekarang alamat tersebut sudah tidak lagi berada dalam wilayah kampung melainkan masuk ke dalam wilayah kelurahan Bangunharjo Semarang Tengah. Fasilitas Tambahan : 

Parkir VIP 6 Mobil



Pusat Penampungan Pedagang ( Souvenir shop,70 Kios , 4 Kamar mandi)



Ruang Perkantoran



Ruang Perpustakaan



Ruang Parkir (Bus 30 Buah,680 Mobil, 670 Sepeda Motor)



Taman Masjid



Listrik



Water Supply

2. SUNAN KALIJAGA Sunan Kalijaga atau Sunan Kalijogo adalah seorang tokoh Wali Songo yang sangat lekat dengan Muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan

pengaruh Islam ke

dalam

tradisi Jawa.

Makamnya

berada

di Kadilangu, Demak Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan

demikian

ia

mengalami

masa

akhir

kekuasaan Majapahit

(berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta

atau

Raden

Sahur.

Nama

lain

Sunan

Kalijaga

antara

lain Lokajaya, Syekh

Malaya, Pangeran

Tuban,

dan Raden

Abdurrahman.

Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali. Terkait asal usulnya, ada dua pendapat yang berkembang. Pendapat pertama, adalah yang menyatakan Sunan Kalijaga orang Jawa asli. Pendapat ini didasarkan pada catatan historis Babad Tuban. Di dalam babad tersebut diceritakan, Aria Teja alias 'Abdul Rahman berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, dan mengawini putrinya. Dari perkawinan tersebut Aria Teja kemudian memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Catatan Babad Tuban ini diperkuat juga dengan catatan masyhur penulis dan bendahara PortugisTome Pires (1468 - 1540). Menurut catatan Tome Pires, penguasa Tuban pada tahun 1500 M adalah cucu dari peguasa Islam pertama di Tuban yakni Aria Wilakita, dan Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah putra Aria Wilatikta. Adapun pendapat yang kedua adalah menyatakan Sunan Kalijaga adalah keturunan arab. Pendapat kedua ini disebut-sebut berdasarkan keterangan penasehat khusus Pemerintah Kolonial Belanda, Van Den Berg (1845 – 1927), yang menyatakan bahwa Sunan

Kalijaga adalah

keturunan

Arab

yang silsilahnya

sampai

ke Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Sejarawan lain seperti De Graaf juga menilai bahwa Aria Teja I ('Abdul Rahman) memiliki silsilah dengan Ibnu Abbas, paman Muhammad. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah. Maulana Ishak memiliki anak bernama Sunan Giri dan Dewi Saroh. Mereka adalah kakak beradik.

3. Sejarah Candi Borobudur

Menurut catatan sejarah, Candi Borobudur diperkirakan mulai dibangun pada abad ke-9 yang mana saat itu wilayah Magelang saat ini dikuasai oleh Dinasti Syailendra yang dipimpin oleh Raja Samaratungga. Raja bertitah untuk

membangun sebuah pembangunan Candi yang kala itu dipimpin oleh seorang arsitek bernama Gunadharma. Tanpa bantuan kecanggihan teknologi masa kini, Gunadharma menggambar Candi Borobudur yang luasnya mencapai ratusan meter persegi itu. Dari pembangunan tersebut, Borobudur dapat diselesaikan dalam waktu 50-70 tahun kemudian. Yang mana konon Gunadharma sendiri tidak melihat hasil akhirnya. Nama Borobudur sendiri berarti ‘Vihara Buddha Uhr’ yang berasal dari bahasa Sansekerta dan berarti Biara Buddha di bukit. Memang saat itu, Borobudur terletak di sebuah bukit. itulah sejarah singkat Candi Borobudur sebelum pembangunannya. Namun, setelahnya Borobudur juga menjadi saksi bagi sejarah Indonesia lainnya. Candi Borobudur terletak di kota Magelang, provinsi Jawa Tengah. Alamat Candi Borobudur lengkapnya ada di Jl. Badrawati, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi Candi Borobudur berada sekitar 100 km dari Semarang, 86 km dari Surakarta dan 40 km dari DI Yogyakarta.

Penemuan Candi Borobudur Sejarah candi Borobudur berikutnya memasuki tahap penemuan kembali. Perlu diketahui bahwa candi Borobudur sempat tersembunyi dan telantar selama berabad-abad. Borobudur terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar sehingga Borobudur saat itu benar-benar menyerupai bukit. Masuknya kerajaan Islam di abad ke 15 juga membuat Borobudur kian dilupakan. Meski ada cerita dan legenda candi Borobudur yang beredar mengenai kejayaan candi ini di masa lampau. Baru pada tahun 1814 Masehi, candi Borobudur kembali ditemukan lagi. Saat itu pulau Jawa ada di bawah pemerintahan Inggris yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles selaku gubernur jenderal. Raffles memiliki ketertarikan pada sejarah dan kebudayaan Jawa. Saat melakukan inspeksi ke Semarang, Raffles mendengar kabar adanya monumen besar yang letaknya tersembunyi di dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Ia kemudian mengutus H. C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar ini.

4. Taman Pintar Yogyakarta Taman Pintar didirikan atas gagasan dari Walikota Yogyakarta Herry Zudianto SE, Akt, MM yang selanjutnya dibangun diatas tanah seluas 12.000 m2. Wisatawan yang masuk ke taman ini bisa langsung mencoba dan menyaksikan hasil karya dari sebuah inovasi dan teknologi dan permainan yang sangat menarik dan banyak bermuatan edukasi pagi anak-anak. Taman Pintar dibangun mulai bulan Mei 2006 dan setahun kemudian pada tanggal 9 Juni 2007 diresmikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X bersama dua menteri yaitu Menteri Riset dan Tekhnologi ( Menristek ), Kusmayanto Kadiman, P.h.D dan menteri Pendidikan Nasional ( Mendiknas ), Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA. Taman Pintar berisi materi yang terbagi menurut kelompok usia dan penekanan materi. Untuk kelompok usia dibagi lagi menjadi tingkat pra sekolah, taman kanak-kanak, sekolah dasar sampai sekolah menegah. Sedangkan untuk penekanan materinya disampaikan dalam bentuk interaksi antara pengunjung dengan materi yang disampaikan melalui bentuk anjungan yang ada seperti : anjungan pengenalan, anjungan pengenalan ilmu-ilmu dasar, anjungan permainan dan anjungan penerapan iptek. Taman Pintar ini dibangun dengan biaya Rp.53 milyar yang berisi enam zona yang didalamnya terdapat isi materi antara lain : Gedung Memorabilia, Gedung Kotak lantai 2, Gedung Oval lantai 2, Gedung oval lantai 1, Gedung Paud barat dan timur dan Playground Area.

Lokasi Taman Pintar Yogyakarta Taman

Pintar

berlokasi

di

Jalan

Penembahan

Senopati

No.3,

Yogyakarta. Lokasi ini dahulu digunakan untuk shooping center yang sekarang dipindah sebelah utara taman ini, bersebelahan dengan Taman Budaya Yogyakarta.

Akses ke Taman Pintar Yogyakarta Untuk berkunjung ke Taman Pintar dapat dicapai dengan sangat mudah karena letaknya yang strategis di pinggir jalan pusat kota Yogyakarta. 

Bila anda dari Bandara Adisucipto bisa menggunakan bus Trans Jogja trayek 3B atau 3A menyusuri jalan Malioboro, setelah sekitar 30 menit kemudian sampailah anda di depan Taman Pintar.



Sedangkan bagi anda yang berangkat dari Terminal Giwangan dapat menggunakan bus kota jalur 4 atau 10 yang melewati Jalan Malioboro yang

selanjutnya anda diturunkan di depan Benteng Vredeburg . Dari benteng tersebut wisatawan dapat berjalan ke arah timur menuju Taman Pintar yang terletak tak jauh dari benteng tersebut. 

Bagi wisatawan yang berangkat dari Stasiun Tugu dapat menggunakan becak atau andong yang akan mengantarkan anda ke Taman Pintar.



Wisatawan yang berangkat dari Stasiun Lempuyangan bisa menggunakan taksi untuk mengantarkan anda sampai ke Taman Pintar.



Harga Tiket



Playground Area : Gratis



Gedung Paud Barat dan Timur, Anak-anak usia 2 – 7 tahun Rp.1.000,-



Gedung Oval dan Kotak, Anak – anak usia 5 – 18 tahun Rp.5.000,- dan untuk Dewasa Rp. 10.000,- per orang



Gedung Memorabilia, untuk anak-anak Rp.1.000,- sedangkan Dewasa Rp.2.000.

Fasilitas Taman Pintar Yogyakarta Di Taman in banyak tersedia berbagai fasilitas pendukung seperti mushola, laboratorium, perpustakaan, toilet, ruang pertunjukan indor dan outdoor, kios souvenir, toko buku dan halaman parkir yang cukup memadai. Jika anda datang di Yogyakarta maka sempatkan untuk mengunjungi Taman Pintar Yogyakarta bersama keluarga anda.

Related Documents

Kliping Study Tour 2019.docx
November 2019 29
Kliping
June 2020 23
Tour
October 2019 63
Tour
June 2020 34

More Documents from "XHUNAXHY"