Suatu kala aku bersua dengan wanita bukanlah dara terindah bukan pula terhebat di antara semua, hanya mahkluk biasa. Namun buat aku kian tak berdaya, perasaanku menggelora jiwaku membara.entah mengapa
Aku tak berani melayang terbang mengejar
impian
yang
kuinginkan,
kudapatkan tertawaan dan ejekan saat utarakan perasaan aku tak melawan karena
kenyataan
memang
demikian.mungkin benar aku tak punya harapan
Ku sadari diriku tak berarti akupun tak berani mendekati akupun hanya memandangi hanya membayangkan dan terus
mengharapkan
agar
bisa
mendapatkannya. Aku terus berdoa
Tapi Sungguh! Aku tak mampu lupakan, dari pertama di pertemukan, senyumnya yang lembut laksana venus namun
memiliki
cahaya
laksana
supernova, memecahkan neuron disetiap tendon, bahkan menembus hingga DNA, merubahku menjadi mutan yang haus akan perhatian.
Matanya laksana lubang hitam, menarik dan menyerap aura tanpa sisa, menahan jiwa dan asa, aku tak mampu kembali menariknya, tubuhku melayang dihempas ketengah sorga, ingin aku bersama dia selamanya.
Aku
tersentak
ketika
dia
beranjak tanpa ajakan tanpa lambaian, aku sesaat tergeletak jantungku berhenti sejenak. Dia menghilang tanpa jejak hatiku bergolak dan meledak, hanya tubuhku yang terus bergerak Akupun mencari
pergi
memburunya,
keberadaannya,
untuk
mendapatkannya, tera`an parsec kulalui , ku kelilingi semesta ini. Aku telah mengejarnya ke andromeda, namun sia sia. Aku mencarinya ke magheelan tak juga
ku
temukan,
apakah
harus
kuperiksa setiap femto jagad ini? sampai suatu
saat
nanti
dirinya
dapat
kutemukan, ah! Mengapa begini.
Aku menyergapnya,
terus aku
terbang terus
untuk bertanya
dimanakah dirinya, kutanya makhluk yang ada di betaljusa, katanya dia tak disana, Entah dimana.
Terakhir
aku
mencarinya
di
bumi, ternyata dia memang di tempat ini, di desa sebuah kota, aku bahagia, telah kutemukan seorang yang selama ini kucari, sang pencuri hati
Namun apa yang terjadi ternyata dia telah menjadi istri seorang makhluk di planet ini, kutanya mengapa dia mencintainya, meninggalkannya,
ku dia
pinta
dia
mencaci
dan
menyuruhku pergi oh! betapa aku benci
Tubuhku
menggigil dibanting
sebuah energi, dengan kekuatan lebihi
fusi inti Lidahku kelu dan mulutku kaku darah ku beku, tulang ku remuk kulit ku lapuk daging ku busuk hanya dendam berkecamuk.
Ingin rasanya ku ledakan jagad raya untuk lampiaskan kemarahan, ingin rasanya ku hancurkan semesta tuk manjakan kebencian, namun ku ingat adanya hari pembalasan, aku hentikan kekesalan ku urungkan kedengkian.
Detik dan menit berlalu bergerak beruntun jam, hari, bulan, ke tahun benaku mulai di penuhi tanda tanya
berbagai soal datang menggoda, masih ku pendam segala kegundahan, ku tutup semua
angan, ku simpan seluruh
harapan,ku bekam dalam ingatan, tiba tiba
hasrat ku berontak, batinku
didobrak jiwaku tergerak, penasaran meluap tanya pun terbuncah gundah pun terserak
Akhirnya Aku berlari mencari sebuah arti yang tak jelas dan diselimuti yang terbungkus didalam mimpi, terus bertanya mungkinkah suatu masa akan tiba dimana kudapatkan semua yang ku damba.
Kutemui sang Mentari ku adukan semua yang terjadi dia malah menjadi iri
memandangku
dengan
benci
kudatangi sang Mega jelaskan
semua
padanya
dia
tertawa
membahana
menganggapku orang gila
Aku
malah
semakin
bergairah
pecahkan semua masalah maka aku pun terus bertanya kepada semua yang ada dan terakhir kepada mereka, berharap akan kudapatkan jawaban dari semua yang ku ajukan.
Tapi mengapa? mulutku malah di bekam, gerakku malah diikat, dada di hantam selaksa godam sesak ,pengap, gelap, aku coba berseru lidahku di cabut aku pun bisu coba tuk merangkak cakar pun merobek taring pun
menerkam
tinggalkan luka yang terbuka menganga yang tak pernah kering yang terus berdarah hingga bernanah.
Aku tetap tak mengerti maka takan pernah kembali takan pernah berhenti, takan pedulikan perasaan, terus berjalan dengan arogan, walau terlihat angkuh tanpa senyuman
Aku bersumpah takan terenyuh dengan kesakitan takan tertarik dengan kesenangan takan peduli pada keadaan. meskipun langit bergulung limbung dan hitam kelam selimuti angkasa silau cahaya hiasi pekatnya mega geram membahana penuhi semesta dan insan larut dalam kecemasan
Akupun
pergi
menjauh
dari
kenyataan berlari dari fakta yang ada hindari segenap kemungkinan mengelak dari realita, bosan terhadap keadaan muak
dengan
alasan,
aku
benci
kepadamu, kepada dia, kepada mereka kepada kalian bahkan pada semua.
Di
manakah
letak
jiwaku?
dimanakah letak hatiku? dimanakah letak hasratku? masih belum kutemukan, kemana tujuanku? aku belum tau, apa harapanku? aku belum tau, apa yang selama ini ku damba aku tidak tahu aku tak tahu apa apa, aku tak ingat, aku tak ingat siapa siapa bahkan ku tak ingat siapa diriku
Akhirnya mimpiku tetap misteri kegundahan yang tak terungkap teka teki
tanpa jawaban di semesta yang penuh tanda tanya
Kini aku hanya bisa tertunduk sendu dengan lesu, meratapi semua yang terjadi, hingga kusadari sesali diri tak berarti,
akupun
mengharap
tengadahkan
kemurahan
Yang
tangan Maha
Rahman.
Sedikit yang mampu aku lakukan yaitu berdoa penuh harap
memohon
pada pencipta, agar setiap hujaman yang kurasakan suatu saat menjadi rahmat bagi diriku
Secuil doa yang kupanjatkan” Ya Rabb berikanlah aku pengganti dirinya, yang terbaik menurut-Mu, untuk menjadi pendamping hidupku. Amien” Akupun bahagia karena hingga sekarang mimpi itu masih ada