Duit

DU 1 T Dahulu kala para keparat menciptakanya sebuah benda keramat yang mereka sebut De U 1 ( satu ) Te yaitu harta yang amat berharga. Semua manusia ramai mencarinya tak peduli siang atau malam, seolah hidup hanya untuknya, begitu juga aku, tergoda. Akupun mencoba bersama mereka mencarinya, mengharap untuk menemukannya atau hanya melihatnya Hingga suatu ketika tibalah di tempat gersang berpahatkan kering kerontang, aku memburu terus hingga ke padang tandus, walau haus kian menghunus, aku tertatih sambil merintih, menyisir mencari di setiap inchi , melihat kesemua tempat, Tapi tak kuat, akupun sekarat.

cahaya menyilaukan meggelinding menghampiri , “mugkin sesuatu datang untuk membunuhku”.rutukku, aku mencoba berjaga hanya mempertahankan harapan, “Ternyata benda itu, dan akulah yang temukan”. sebuah benda kecil mungil yang tergeletak tak berdaya, Aku terdiam batinku berbisik ”mengapa mereka begitu tergila gila, memangnya dia bisa apa?.” “Kau meragukan kemampuanku ?“ benda itu menegurku, aku terkejut lalu tersenyum tersipu malu ,“Raihlah ?” dia kembali berkata, akupun mengulurkan tanganku untuk memungut walau ragu terus mengganggu

Saat bersentuhan timbul suatu keanehan, apa yang kuharapkan jadi kenyataan apa yang ku pinta lansung tercipta apa yang ku katakan seolah acuan semua yang kutunjuk tunduk dan takluk Semua serta merta berubah, aku berada didalam istana megah dari permata, ditengah taman bunga yang mekar merekah, di tepi sebuah danau air terjun madu, burung berkicau begitu riang, karena kehausan aku meminumnya. Aku terperangah ternyata rasanya teramat nikmat melebihi segala yang ada ditambah aroma wangi kesturi. Angin bertiup sepoi, Membawa suasana sejuk timbulkan persaan mengantuk Aku memandang berkeliling terlihat dekat air mancur sebuah dipan terbuat dari gading dengan hiasan intan berenda

mutiara, ditilami bulu angsa dibalut beludru berbahan sutra berwarna merah tua, aku rebahkan badan, musik melantun perlahan diselingi nyanyian yang didendangkan para perawan menggiringku ke alam impian Tiba tiba sebuah suara membentak“ buang benda itu!” seseorang datang langsung memukulku,”aww!!!” ternyata kawan ku “sadarlah benda itu hanya menghancurkan, lihatlah kenyataan” Sesaat aku nanar pandangku pudar dan terperangah ternyata diriku berubah, Mata merah membara taring mencuat, lidah mejulur keluar, telinga memanjang, bulu melebat di sekujur tubuhku, tangan berubah menjadi besi dengan kuku meruncing setajam pedang

Ternyata yang ku minum adalah airmata du`afa yang tersiksa, danau itu tebuat dari peluh para buruh, nyanyian yang ku dengar adalah jeritan tertindas ke tidak adilan, Kesturi itu adalah keringat yang di peras ketakutan, aku tidur diatas kerakusan berbantal ketamakan dengan sulaman ke dengkian di selipi keserakahan yang di rajut kekuatan tiran.Taman itu pengangguran istana itu kekejaman kicauan itu suara manusia yang ingin menegakan fakta “sadarlah kawan” teriaknya di dalam tangisan. Namun Aku hanya tersenyum mengacuhkan, Aku telah di kungkung oleh kegelapan jiwaku hitam legam Hatiku tanpa nurani memandang kebelakang temanku menghilang berubah menjadi makanan yang menggiurkan.

Aku lansung menyantap dengan lahap tanpa sisa akibat kelaparan yang tak terkenyangkan akupun masih ingat kalau dia adalah “sahabat” Lama ku duduk di atas singgasana hingga ku dengar kabar bahwa bukan hanya aku yang punya benda itu, akupun kembali berburu, benda itu yang membuat aku sampai ke padamu.