Kinerja 3 Bank Swasta (bca, Mega, Niaga)

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kinerja 3 Bank Swasta (bca, Mega, Niaga) as PDF for free.

More details

  • Words: 723
  • Pages: 3
TUGAS BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA Kelompok 2  Alifia Nur Laili Baiduri  Cisca Olivia Roos  Dina Ariesta Sukma  Evalia Bernadetta  Ruth Valentina Harianja  Vera Purnamasari

ANALISA KINERJA PERBANKAN (BANK UMUM SWASTA DEVISA) Data yang diambil dari laporan keuangan perbankan periode Juni 2009 (www.bi.go.id) : Juni 2009 RASIO KEUANGAN

PT. BANK CENTRAL

PT. BANK CIMB

PT. BANK MEGA

ASIA Tbk.

NIAGA Tbk

Tbk

16.51

15.47

19.44

NPL gross

1.85

2.68

2.01

NPL net

0.3

1.68

1.53

ROA

3.37

1.9

2.11

ROE

30.81

14.46

21.43

NIM

6.88

6.34

5.19

BOPO

70.41

83.48

83.31

48.58

87.23

55.36

Permodalan CAR resiko kredit Aktiva

Rentabilitas

Likuiditas LDR

Analisa Permodalan CAR (Capital Adequacy Ratio) atau rasio kecukupan modal adalah suatu rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau

menghasilkan resiko, misalnya kredit. Rasio ini dapat menunjukkan daya tahan suatu bank dalam menghadapi kredit macet atau kredit tidak lancar. Semakin besar CAR suatu bank, berarti kesiapan bank tersebut dalam menghadapi kredit macet juga makin besar. BI menetapkan minimum CAR untuk seluruh bank di Indonesia sebesar 8%. Dengan melihat data di atas, baik BCA, Niaga, maupun Mega telah memenuhi kualifikasi tersebut, bahkan secara rata-rata CAR nya dua kali lipat dari standar minimum, dan dapat dikatakan ketiga bank tersebut siap menghadapi kredit macet. Namun jika dibandingkan, Bank Mega memiliki kecukupan modal yang paling tinggi dibandingkan Bank BCA dan Bank Niaga, dimana Bank Niaga yang memiliki kecukupan modal paling rendah. Analisa Aktiva (Asset) NPL (Non Performing Loan) sering disebut juga dengan kredit tidak lancar (kredit bermasalah). Semakin rendah NPL, semakin baik kinerja suatu bank. BI menetapkan target indikatif NPL secara net adalah sebesar 5%, yang artinya jika NPL suatu bank telah mencapai 5% atau lebih maka kredit tidak lancarnya sudah berada pada level yang mengkhawatirkan. Berdasarkan tabel di atas, baik NPL gross maupun NPL net ketiga bank masih berada dalam level yang aman karena masih jauh di bawah ketentuan maksimum 5%. Namun jika dibandingkan, bank Niaga memiliki rasio kredit bermasalah yang paling besar dibandingkan bank BCA dan bank Mega. Bank BCA memiliki rasio kredit bermasalah paling kecil. Namun NPL yang kecil belum tentu seluruh kreditnya adalah kredit lancar dan bank tersebut sehat, bisa saja NPL kecil karena bank hanya sedikit menyalurkan kreditnya. Analisa Rentabilitas ROA (Return On Asset) dan ROE (Return On Equity) mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan, dimana semakin tinggi kedua rasio ini maka semakin bagus. NIM (Net Interest Margin) mengukur kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih, semakin tinggi semakin baik. Sedangkan BOPO merupakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan nasional, semakin kecil berarti semakin efisien kinerja bank. Berdasarkan data pada table di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Dilihat dari ROA dan ROE nya, bank BCA menghasilkan rasio keuntungan yang paling besar baik terhadap nilai aktiva maupun nilai ekuitasnya. Bank Mega menempati urutan kedua, dan

Bank Niaga terakhir. Namun pada dasarnya, jika melihat masing-masing rasio tersebut, dapat dilihat bahwa ketiga bank menghasilkan keuntungan yang cukup signifikan. Dilihat dari NIM, bank BCA kembali menunjukkan rasio yang tertinggi dibandingkan kedua bank lainnya, yang berarti BCA sangat baik dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Sedangkan bank Mega belum bisa mengelola aktiva produktifnya sebaik BCA dan Niaga. Dilihat dari BOPO, bank BCA menunjukkan pengelolaan biaya operasional dan pendapatan operasional yang lebih baik dibandingkan bank Mega dan bank Niaga, karena memiliki rasio BOPO yang paling kecil. Analisa Likuiditas LDR (Loan to Deposit Ratio), sesuai namanya, merupakan rasio perbandingan kredit yang disalurkan bank terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun bank, termasuk tabungan dan deposito. Semakin kecil LDR, semakin baik kinerja bank, karena berarti dana yang dihimpunnya semakin lebih besar dibandingkan kredit yang disalurkan ke masyarakat. Dengan berdasarkan data, LDR bank BCA paling kecil dibandingkan keuda bank lainnya, yang berarti fungsi intermediasi bank BCA berjalan paling baik karena berhasil menghimpun dana sangat besar dari masyarakat. Kemungkinan BCA memang mengumpulkan DPK dan cenderung lebih menempatkannya di pasar uang untuk mencari profit dan hanya menyalurkan sedikit kredit. Kesimpulan Dari analisa-analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa bank BCA memiliki kinerja dan efisiensi terbaik dibandingkan bank Mega dan bank Niaga, baik dari segi pengelolaan permodalan, aktiva, rentabilitas, serta likuiditas. Sedangkan bank Niaga memiliki kinerja paling rendah diantara ketiganya. Namun meskipun demikian, pada dasarnya ketiga bank tersebut adalah bank besar yang memiliki kinerja cukup baik. Terbukti dari kepercayaan masyarakat yang cukup besar terhadap ketiga bank tersebut.

Related Documents

Bank Niaga Dan Lippo.pdf
November 2019 18
Bank Bca Dan Bi
April 2020 11
Strategi Sdm Bank Bca
August 2019 17
Bca
June 2020 14
Bca
April 2020 15