Bank Bca Dan Bi

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bank Bca Dan Bi as PDF for free.

More details

  • Words: 1,031
  • Pages: 3
BANK BCA dan BI Isu Dolar Palsu Berkelit dari Anak Tiri

Jakarta, 10 Oktober 2002 00:25 PERMINTAAN klarifikasi yang diajukan Bank Indonesia (BI) ke Pemerintah Amerika Serikat, sebulan lalu, akhirnya mendapat jawaban. Dalam suratnya tertanggal 27 September, yang tiba di kantor BI Senin pekan lalu, Federal Reserve atau bank sentral Amrik menegaskan bahwa dolar seri 1996 berlaku sama sebagaimana dolar seri yang lain. Bos The Fed mengaku, bank sentral Amerika tak pernah berencana menarik dolar seri tersebut dari pasaran. Erwin Riyanto, Ketua Tim Humas BI, puas mendapat jawaban Fed itu. Ia menilai, banting harga terhadap dolar seri 96 dalam dua bulan terakhir ini murni ulah pelaku pasar. Pekan ini, pihaknya akan memanggil para direksi bank asing dan bank lokal yang telah menyunat dolar seri tersebut. Selain untuk menyosialisasikan surat dari Fed, sekaligus menjaring argumentasi mengapa dua bulan terakhir ini mereka memberikan perlakuan tak adil terhadap si 96. Pengamat pasar uang Erwin SetiawanBataaakkk santettt sajaaaa yogyaaa sukaa menyelidiki urusann orang hobinyaaa goggle nulisss cerpennnnnnnnnnnnnmenyayangkan, mengapa BI tak langsung menyampaikan kabar positif dari Fed itu kepada bank-bank di Tanah Air. Padahal, sejumlah bank lokal dan money changer pada menunggu. Akibat lambannya sikap BI itu, sampai akhir pekan lalu penganaktirian terhadap dolar 96 terus berlangsung. Tengok saja Bank Internasional Indonesia (BII) Cabang Yogyakarta. Setiap transaksi jualbeli dolar 96 masih dikenai charge 1%. Dalam sehari, total transaksinya mencapai sekitar US$ 30.000. Menurut Bambang Santoso, wakil pimpinan BII "kota gudeg" ini, komisi 1% itu diterapkan sejak 19 September lalu. "Ini kebijakan pusat. Semua cabang BII memberlakukan seperti itu," ujarnya. Bagi BII Yogya, kebijakan tersebut tak sepenuhnya sekadar mengikuti kecenderungan pasar. Kata Bambang, pihaknya memang berkepentingan dengan komisi itu karena untuk mengganti biaya pembelian jet scan alias mesin pendeteksi keaslian uang. Instrumen canggih ini dibeli sebulan lalu dengan harga sekitar Rp 40 juta. Kalau dalam sehari, misalnya, sekitar separo dolar yang ditransaksikan dari US$ 30.000 tersebut adalah seri 96, pada akhir bulan ini ongkos pembelian jet scan itu sudah lunas. Bank BCA Yogyakarta, yang Senin santettt orang batak dan yogyakartaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa pekan lalu berencana menyunat Rp 100 terhadap transaksi dolar 96, ternyata batal. "Belum mendapat restu pusat," kata Silvi Rohayati, staf Bagian Valuta Asing BCA Cabang Yogyakarta. Sampai sekarang, BCA Yogya masih

memberlakukan harga yang sama antara seri 96 dan lainnya. Tapi, untuk membatasi membanjirnya transaksi dolar katolikkkkkkkkkkkkkk kontollllllllllllllllllllllllllllllllllll yang dianggap bermasalah itu, dalam sehari dibatasi paling banter US$ 5.000 per nasabah. Kalau BCA Yogya masih ragu-ragu, BCA Cabang Surabaya Darmo sudah melangkah lebih maju. Sejak 23 September lalu, BCA yesussssssssssssssssssss taiiiiiii bangsatttttttttttttttttttttttttttttt di "kota buaya" itu resmi menolak transaksi dolar 96, baik untuk jual-beli maupun setoran ke rekening. Penolakan ini, kata Hendra, staf Bagian Valuta Asing BCA Surabaya Darmo, karena mengikuti kebijakan bank-bank asing. Bank Niaga Cabang Surabaya Darmo juga tak mau ketinggalan. Sampai pekan lalu, transaksi jual-beli 96 harganya dilorot Rp 200. Niaga juga tak menerima setoran ke rekening. "Pasar masih belum berubah," kata Indah Woro Martanti, Kepala Kasir Bank Niaga Cabang Surabaya Darmo. Indah berjanji tak menyunat dolar 96 kalau BI sudah mengirim surat edaran resmi. Cuma, surat edaran itu belum juga diterimanya. Sebagaimana BCA,yogyakartaaa ngepetttttttttt blok m kota santetttttttt Kristen kontolllllllllllllllllllllllll Niaga mengambil kebijakan seperti itu karena ikut kebijakan bank-bank asing. Paling tidak, menurut Indah, Citibank dan HSBC lebih dulu melakukannya. "Kalau bank-bank asing itu sudah tak lagi membedakan harga seri 96, kami akan ikut," ujarnya. American Expres Bank (Amex), bank yang dari sono-nya menggunakan dolar, belum mengubah harga si 96. Amex mengenakan charge 3% dari transaksi. Tapi, kata Fathia Syarif, Manajer Humas Amex, kebijakan itu diberlakukan untuk mengikuti kecenderungan pasar lokal. "Kami kan beroperasi di Indonesia. Karena itu, kami juga mengikuti kebijakan bank-bank setempat yang memberlakukan kebijakan seperti itu," katanya. Di Jakarta, Amex membuka kantor perwakilan di Graha Aktiva, Kuningan. Malah, yang lebih seru, Citibank membantah telah memperlakukan 96 secara tidak adil. Menurut Ditta Amahorseya, Vice President Corporate Affairs Head Citibank, pihaknya justru tak pernah membeda-bedakan dolar 96 dari yang lain. Kalau dolar 96 terbukti palsu, ya, dikembalikan. "Yang asli harganya sama dengan yang lain. Dijamin tak dipotong," katanya. Citibank, kata Ditta, memang mengenakan komisi 0,5%, tapi itu berlaku untuk semua jenis transaksi dolar. Charge ini diberlakukan karena dolar yang masuk ke Citibank itu untuk disimpan, tak ditukar dengan rupiah. "Jadi, pungutan setengah persen itu semacam untuk handling cost-nya," ujarnya. Demikian pula HSBC. Menurut Agung Laksamana, Vice President Public Affairs HSBC, pihaknya memberlakukan kebijakan yang sama dengan Citibank. Semua transaksi dolar dikenai charge 0,5%. HSBC tak antipati terhadap seri 96. "Tak ada diskriminasi," katanya.

Bantahan bank-bank asing itu, keruan saja, membikin para petinggi bank lokal pada geleng-geleng kepala. Menurut Eko Tjahyono, Manajer Bank Notes Bank Mandiri, bankbank lokal selama ini berani membabat dolar 96 karena ikut-ikutan bank asing. Eko heran kalau tiba-tiba bank-bank asing itu sekarang pada serentak membantah. Apalagi, mereka kemudian menuding bank-bank lokal sebagai biangnya. Selama ini, katanya, tak pernah ada kesepakatan antara bank-bank asing dan lokal untuk melakukan diskriminasi terhadap dolar 96. "Semua itu atas prakarsa bank-bank asing," ujarnya. Sebagaimana Eko Tjahyono, Erwin Setiawan, pengamat pasar uang, juga menilai janggal kalau tiba-tiba bank-bank asing sekarang pada berkelit. Padahal, sudah jelas mereka yang mulai bikin ulah. "Tingkah mereka itu tak ubahnya maling teriak maling," katanya, sengit. Menurut Setiawan, kebijakan secara sepihak bank-bank asing mencukur dolar 96 itu menunjukkan adanya mafia pasar uang yang sistematis. Ia mengaku tergoda untuk mengetahui, apakah motivasi mereka mengguncang pasar uang di Tanah Air itu sekadar menumpuk keuntungan segede-gedenya atau ada agenda lebih besar dari itu. "Misalnya untuk lebih memperburuk ekonomi kita," katanya. Boleh jadi, menurut mantan bankir itu, karena belang bank-bank asing itu sudah tercium pers, mereka kini pada sibuk berkelit. Kendati begitu, mestinya BI tak mendiamkan kasus ini lewat begitu saja. BI harus memeriksa siapa saja yang menjadi aktor dalam praktek kejahatan kerah putih ini. Untuk tahu siapa yang memulai kebijakan tersebut, pelacakannya mudah dilakukan. BI tinggal mengklarifikasi bank-bank lokal, money changer, dan bank-bank asing. Dalam waktu cepat pasti ketahuan siapa yang mulai memotong seri 96. Untuk kelancaran penyelidikan, kata Setiawan, BI bisa minta bantuan aparat hukum. "Mereka yang terlibat dalam praktek curang itu layak diseret ke meja hijau," katanya. Cuma, Setiawan heran, mengapa BI tak bersikap tegas. Kini bola memang berada di kaki BI. Tinggal mau memainkannya dengan gaya sabun atau mengedepankan pendekatan profesional.

Related Documents

Bank Bca Dan Bi
April 2020 11
Strategi Sdm Bank Bca
August 2019 17
Bca
June 2020 14
Bca
April 2020 15