Kerajaan Maritim Hindu Budha.docx

  • Uploaded by: Add
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kerajaan Maritim Hindu Budha.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,352
  • Pages: 9
Sriwijaya didirikan pertama kali pada abad ke-7 dengan raja pertama bernama Dapunta Hyang. Bukti fisik berupa kronik berita Cina memberitahu bahwa pada tahun 682 Masehi atau abad ke-6 ada seorang pendeta Budha dari Tiongkok yang ingin memperdalam agamanya di tanah India. Sebelum keberangkatan resminya, ia harus sudah menguasai bahasa Sansekerta, karena itulah pendeta bernama I-Tsing tersebut mempelajarinya dulu selama setengah tahun di Sriwijaya. Kronik ini sekaligus memberi sinyal bahwa ternyata pada zaman dulu, Sriwijaya sudah menjadi pusat keagamaan yang mumpuni di kawasan Asia Tenggara. Bahkan I-Tsing juga berhasil menerjemahkan kitab-kitab agama Budha ke bahasa nenek moyangnya setelah mempelajari secara mendalam agama Budha di Sriwijaya. Bukti yang kedua ini memperkuat teori awal pendirian Kerajaan Sriwijaya di abad ke-7. Sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dinamai Kedukan Bukit memiliki angka 683 Masehi. Di tahun tersebut Sriwijaya sedang dipimpin oleh seorang raja bernama Dapunta Hyang yang sedang berusaha memperluas wilayah. Ia menyiapkan bala tentara sampai jumlah 20.000 orang. Penaklukan ini membuahkan hasil setelah 8 hari bertempur di medan perang. Pada akhirnya beberapa wilayah yang kekuatan militernya tak sebanding bersedia menyerahkan upeti ke Sriwijaya sebagai tanda takluk. Tidak ada kronik maupun prasasti lagi yang menjelaskan asal-usul keluarga Dapunta Hyang Srijayanaga sehingga ia menduduki tahta pertama kerajaan. Dalam sejarah berdirinya Sriwijaya, ada sekitar 11 raja yang silih berganti mengurusi negara internasional ini. Nantinya, nama Sriwijaya yang artinya kemenangan yang mulia benar-benar terwujud. Setelah Dapunta Hyang berhasil meraih kesuksesan bersama 20.000 pasukannya, ada sebuah prasasti yang ditemukan di Pulau Bangka, sebuah pulau kecil di dekat Sumatera. Prasasti Kota Kapur adalah nama prasasti yang menyebutkan keinginan Dapunta Hyang meneruskan ekspedisi ke Jawa. Dan prasasti yang berangka tahun 686 Masehi itu pun menjadi bukti sejarah berhasilnya Sriwijaya menaklukkan Jawa yang saat itu dikuasai Kerajaan Tarumanegara. Prasasti-prasasti lainnya yang menjadi peninggalan Kerajaan Sriwijaya menggunakan bahasa melayu kuno dan berhuruf Pallawa. Masa Kejayaan Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya sudah sangat jelas bisa diterangkan. Negara mana yang tidak kaya dengan menguasai selat-selat strategis dan menjadi penguasa tunggal jalur perdagangan internasional. Inilah sumber kekayaan Sriwijaya. Selat Malaka dan Selat Sunda merupakan dua selat internasional yang tidak pernah sepi dari kapal. Hanya bermodalkan kekuatan armada militernya, Sriwijaya berani menerapkan sistem bea cukai yang sampai sekarang dipakai juga oleh Pemerintah Indonesia. Fungsi dan peran armada militer dalam perekonomian Sriwijaya sangat besar. Tanpa adanya jaminan keselamatan, para saudagar Arab dan Tiongkok pasti memilih selat lain sebagai jalur transportasinya. Apalagi sampai memutuskan menetap sementara atau selamanya. Hal ini banyak terjadi karena selain Sriwijaya elok dan berharta, kehidupan bisnisnya akan dilindungi oleh para militer Sriwijaya. Kesuksesan tidak bisa dipandang dari banyaknya harta saja, Sriwijaya dan para petingginya menyadari benar kalimat tersebut. Sehingga kerajaan maritim ini mengembangkan juga kebesaran agama Budha. Selain dengan cara mendirikan sangga –kelompok belajar- untuk memperdalam Buddhisme, Sriwijaya juga sudah menyiapkan banyak guru spiritual Budha. Baik seorang pendeta atau hanya orang yang mendapatkan kelebihan. Guru agama Budha yang paling tersohor di Sriwijaya yaitu Sakyakirti. Fakta yang mengejutkan lain ditemukan di daerah-daerah dekat Palembang yang menjadi titik pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Diduga ada candi yang lebih besar dari Borobudur pernah diciptakan oleh kerajaan ini. Namun sampai sekarang hanya arcanya saja yang ditemukan. Selain itu, ditemukan juga beberapa batu bertulis ‘ziarah yang berhasi’ di daerah Telaga Batu. Kenyataan ini menguatkan Sriwijaya sebagai kerajaan yang religius. Peninggalan lain yang masih bisa dilihat langsung oleh generasi kita berupa candi. Candi-candi yang dibangun bercorak agama Budha. Misalkan candi Muaratakus yang dibangun di Riau dan Biaro Bahal di Sumatera Utara. Kedua candi ini menjadi candi yang terkenal sebagai bekas kejayaan Sriwijaya karena memang tidak banyak candi yang ditemukan di Sumatera.

Pada tahun 860 Masehi, prasasti Nalanda yang berada di India menyeret nama Sriwijaya sebagai nama kerajaan internasional yang sangat peduli dengan pendidikan. Masa keemasan ini semakin meningkatkan pamor Balaputeradewa yang saat itu menjadi Raja Sriwijaya. Dalam prasasti tersebut, Balaputeradewa disebutkan mendirikan asrama pelajar Sriwijaya yang diperuntukkan anak dari Sriwijaya yang sedang menuntut ilmu di Nalanda, India. Tempat itu sudah banyak menghasilkan para pendeta yang dapat mengayomi orang banyak. Pada zaman itu, India dan Benggala tempat beradanya perguruan Nalanda sedang dipimpin oleh Raja Dewapaladewa. Puncak keemasan diperoleh Sriwijaya setelah berjuang dalam hitungan abad. Sriwijaya memperoleh kejayaan ini di abad ke-8 dan ke-9. Hingga pada akhirnya, kejayaan tersebut harus diakhiri pada abad ke-11. Balaputeradewa yang berhasil membawa Sriwijaya mencapai kejayaan itu sebenarnya adalah anak dari Raja Samarattungga. Seorang keturunan Dinasti Syailendra dari bumi Jawa yang memberikan peninggalan berupa candi Borobudur kepada anak cucunya. Di masa pemerintahan Balaputeradewa ini agama Budha benar-benar menunjukkan progressnya. Ada banyak orang yang bermaksud menjadi murid spiritual seorang biksu besar bernama Dharmakirti. B Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya Ada banyak faktor yang menyebabkan berhenti berkibarnya nama Sriwijaya. Kebanyakan faktor tersebut melemahkan Sriwijaya perlahan-lahan. Kekuatan militer yang sudah berlapis-lapis pada ujungnya tidak berdaya juga. Awalnya militer Sriwijaya kalah telak dengan sebuah kerajaan di India Selatan. Kerajaan ini bernama Cola dengan pemimpin Rajendra Cola I. Orang tersebut telah melepaskan kekuasaan atas kapal dan segala jenis transit yang memakan biaya dan cukai. Keadaan diperparah dengan banyaknya kerajaan kecil yang melepaskan diri dari pengaruh Sriwijaya. Semuanya membuat Sriwijaya benar-benar kehilangan sumber pendapatan dari pelabuhan yang ditransiti kapal barang. Serangan ekspedisi pamalayu yang menjadi bagian sejarah kerajaan singasari kemudian benar-benar menghancurkan kejayaan Sriwijaya. Ditambah lagi dengan penerusnya, pembuat sejarah kerajaan majapahit yang menghilangkan beberapa bekas kejayaan Sriwijaya. Kerajaan Majapahit Majapahit merupakan kelanjutan dari Kerajaan Singasari. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan terkaya dan mempunyai jumlah perahu dan kapal terbesar di dunia. Namun juga merujuk kitab-kitab “musuh Majapahit” misalnya Kidung Sundayana, Hikayat Banjar, Hikayat Raja-raja Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah dan sebagainya. Dari situ, terungkaplah berapa jumlah kapal milik Majapahit yang sekitar 2800 perahu/kapal ( minimal ), kerajaan Makasar 200 kapal, kerajaan Siam 100 kapal, kerajaan Cina 100 kapal, kerajaan Portugis 43 kapal. Kekuatan maritime Majapahit memungkin untuk melakukan ekspansi wilayah ke Nusantara yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Indonesia. Ekspansi wilayah dimulai pada masa raja ketiga yaitu Tribhuwana Tungga Dewi Jaya Wisyhu Wardhani (1328-1350) dan dilanjutkan putranya Hayam Wuruk (1350-1389). Motor penggerak penguasaan wilayah adalah Mahapatih Gadjah Mada yang bercita-cita menaklukkan Nusantara dengan “Sumpah Palapa”. KerajaanMajapahit berkembang bukan hanya dari basis ekonomi pertanian namun juga pengembangan kegiatan pelayaran dan perdagangan sebagai sebuah negara maritim. Perdagangan laut itu bukan hanya dilakukan antara satu daerah dengan daerah lain di Nusantara, tetapi juga perdagangan internasional dengan kawasan yang lebih luas. Pigeaud berpendapat bahwa barang-barang impor telah dikenal oleh masyarakat Majapahit hingga pedalaman seperti tekstil dari India dan barang-barang dari Cina seperti mata uang,barang-barang pecah belah dan batu mulia. Chao JuKua memberikan kesaksian bahwa komoditas Cina yang dibeli oleh para pedagang Jawa mencakup emas, perak,sutera, pernis, dan porselin. Begitu berkembangnya daya beli para pedagang Jawa sehingga menyebabkan Kekaisaran Cina pernah melarang perdagangan dengan Jawa karena menyebabkan terjadinya penyedotan mata uang Cina ke Jawa melalui

perdagangan rempah-rempah, khususnya lada. Perlu diingat bahwa Tome Pires yang berkunjung di pelabuhan-pelabuhan di Jawa pada awal abad XVI mendengarkan dengan telinganya sendiri bahwa kebesaran Majapahit sudah beredar di kalangan banyak orang pada waktu itu. Ia mengatakan bahwa: They say that the island of Java used to rule as far as the Moluccas (Maluco) on theeastern side and (over) a great part of the west; and that it had almost all this for a longtime past until about a hundred years ago, when its power began to diminish until it came to its present state. Kemunduran Majapahit sebagai akibat dari perebutan kekuasaan di antara keluarga kraton mengakibatkan ketidakmampuannya untuk mengontrol daerah-daerah yang dikuasai sejalan dengan berkembangnya agama Islam di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai Majapahit.

   





   



Kerajaan Medang Kamulan Medang Kamulan pada hakekatnya merupakan Lanjutan dari kerajaan Mataram Kuno. Meskipun sebenarnya penguasa di kerajaan ini bukan wangsa atau dinasit yang memerintah di Mataram Kuno. Kerajaan Medang Kamulan adalah kerajaan di Jawa Timur, pada abad ke 10. Kerajaan ini merupakan kelanjutan Dinasti Sanjaya (Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah), yang memindahkan pusat kerajaannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Mpu Sindok adalah pendiri kerajaan ini, sekaligus pendiri Dinasti Isyana, yang menurunkan raja-raja Medang. Dinasti Isana memerintah selama 1 abad sejak tahun 929 M. Pemindahan pusat kerajaan tersebut diduga dilatar belakangi karena letusan Gunung Merapi, kemudian Raja Mataram Kuno Mpu Sindok pada tahun 929 memindahkan pusat kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Menurut catatan sejarah ( beberapa prasasti), dapat diketahui bahwa Kerajaan Medang Kamulan terletak di Jawa Timur, yaitu di Watu Galuh, tepi sungai Brantas. Ibu kotanya bernama Watan Mas. Sekarang kira-kira adalah wilayah Kabupaten Jombang ( Jawa Timur ). Wilayah Kekuasaan Wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Mpu Sindok mencakup : Daerah Nganjuk disebelah barat Daerah Pasuruan di sebelah timur Daerah Surabaya di sebelah utara, Daerah Malang di sebelah selatan Dalam perkembangan selanjutnya, wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan mencakup hampir seluruh wilayah Jawa Timur. Sumber Sejarah 1.Berita Asing Berita India. Mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Chola. Hubungan ini bertujuan untuk membendung dan menghalangi kemajuan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa. Berita Cina. Berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman Dinasti Sung. Catatan-catatan Kerajaan Sung itu menyatakan bahwa antara kerajaan yang berada di Jawa dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi permusuhan dan pertikaian, sehingga ketika Duta Sriwijaya pulang dari Negeri Cina (tahun 990 M), terpaksa harus tinggal dulu di Campa sampai peperangan itu reda. Pada tahun 992 M, pasukan dari Jawa telah meninggalkan Sriwijaya dan pada saat itu Kerajaan Medang Kamulan dapat memajukan pelayaran dan perdagangan. 2. Prasasti Prasasti Tangeran (933 m) dari Desa Tangeran ( daerah Jombang ), isinya Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani; Prasasti Bangil, isinya Mpu Sindok memerintahkan pembangunan candi untuk tempat peristirahatan mertuanya yang bernama Rakyan Bawang Prasasti Lor (939 M) dari Lor ( dekat Ngajuk ), isinya Mpu Sindok memerintahkan membangun Candi Jayamrata dan Jayamstambho (tugu kemenangan) di Desa Anyok Lodang; Prasasti Kalkuta, isinya tentang peristiwa hancurnya istana milik Dharmawangsa juga memuat silsilah raja-raja Medang Kamulan. Kehidupan Politik Mpu Sindok ( 929 M – 949 M ). Merupakan raja pertama yang memerintah selama 20 tahun. Mpu Sindok bergelar Sri Maharaja Raka i Hino Sri Isana Wikrama Dharmatunggadewa. Dan dalam pemerintahannya di bantu oleh permaisurinya yang bernama Sri Wardhani Pu Kbin. Kekuasaan dia jalani dengan penuhrasa adil dan bijaksana. Kebijakan: Membangun bendungan/tanggul untuk pengairan; Melarang rakyat menangkap ikan pada siang hari guna pelestarian sumber daya alam; Mpu Sindok memperhatikan usaha pengubahan kitab budha mahayana menjadi kitab sang hyang kamahayanikan







 

  

Dharmawangsa Teguh ( 990M-1016M). Menjadi raja karena menjadi cucu Mpu Sindok. Memiliki tekat untuk memperluas daerah perdagangan yang dikuasai oleh sriwijaya. Kebijakan. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan meningkatkan pertanian dan perdagangan akan tetapi terhalang kekuasaan sriwijaya maka kerajaan medang menyerang sriwijaya.Tetapi serangan itu tidak berhasil bahkan sriwijaya dapat membalas melalui Kerajaan Wurawari ,serangan tersebut di beri nama Pralaya Medang. Pada peristiwa itu, Dharmawangsa gugur Airlangga/Erlangga ( 1019M-1042) Airlangga adalah putera dari Raja Bali Udayana dan Mahendradatta, saudari Dharmawangsa Teguh. Ia dinikahkan dengan putri Dharmawangsa Teguh Saat pernikahan itulah, terjadi Pralaya Medang Tetapi Airlangga dapat melarikan diri ke hutan Wonogiri hingga pada tahun 1019 M ia dinobatkan sebagai raja. Airlangga dapat memulihkan kewibawaan Medang dengan menaklukan raja-raja terdahulu yaitu: Raja Bisaprabhawa (1029); Raja Wijayawarman (1030); Raja Adhamapanuda (1031); Raja Wuwari (1035). Kebijakan Airlangga: Memperbaiki pelabuhan Hujung Galung yang letaknya di Kali Brantas; Membangun waduk waringin sapta guna mencegah banjir; Membangun jalan antara pesisir dengan pusat kerajaan. Berkat jerih payah Airlangga, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran. Runtuhnya Medang Kamulan Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta kerajaan, lalu hidup sebagai petapa dengan nama Resi Gentayu (Djatinindra). Menjelang akhir pemerintahannya Airlangga menyerahkan kekuasaannya kepada putrinya Sangrama Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya lebih memilih untuk menjadi seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri. Dan tahta beralih kedua putra Airlangga yang lahir dari seorang selir Untuk menghindari perang saudara maka Kerajaan Medang Kamulan dibagi menjadi dua oleh Mpu Bharada yakni: Kerajaan Janggala di sebelah timur diberikan kepada putra sulungnya yang bernama Garasakan (Jayengrana), dengan ibu kota di Kahuripan (Jiwana) meliputi daerah sekitar Surabaya sampai Pasuruan, Kerjaan Kediri ( Panjalu ) di sebelah barat diberikan kepada putra bungsunya yang bernama Samarawijaya (Jayawarsa), dengan ibu kota di Kediri (Daha), meliputi daerah sekitar Kediri dan Madiun. Kehidupan Ekonomi Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana dilihat dari usaha yang ia lakukan, seperti banyak membangun bendungan dan kebijaka yang lainnya. Dharmawangsa yakni dengan meningkatkan perdagangan dan pertanian rakyat. Begitu pula pada masa pemerintahan Airlangga, ia berusaha memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai Berantas dengan memberi tanggul-tanggul untuk mencegah banjir dan kebijakan lainnya Kehidupan sosial-budaya Dalam bidang toleransi dan sastra, Mpu Sindok mengizinkan penyusunan kitab Sanghyang Kamahayamikan (Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri beragama Hindu. Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastra Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa dan banyak karya sastra yang dihasilkan. Kerajaan Kutai Kartanegara Kerajaan Kutai Kerajaan Kutai Martadipura merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai diperkirakan muncul pada abad 5 M atau ± 400 M. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur (dekat kota Tenggarong), tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan oleh para ahli karena tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah. Peta Wilayah Kutai Keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk yupa / tiang batu berjumlah 7 buah. Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan, antara lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam Kerajaan Kutai dan

hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu. A. SISTEM POLITIK KERAJAAN KUTAI Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman/Dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli dan masih sebagai kepala suku, yang menurunkan raja-raja Kutai. Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Istilah Waprakeswara–tempat suci untuk memuja Dewa Siwa di pulau Jawa disebut Baprakewara. Mulawarman Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha. Aswawarman Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman. Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur. Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya. ehidupan sosial di Kerajaan Kutai merupakan terjemahan dari prasasti-prasasti yang ditemukan oleh para ahli. Diantara terjemahan tersebut adalah sebagai berikut: Masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur. Masyarakat di Kerajaan Kutai memiliki kemampuan beradaptasi dengan budaya luar (India), mengikuti pola perubahan zaman dengan tetap memelihara dan melestarikan budayanya sendiri. Perpindahan kekuasaan dilakukan secara turun temurun, sehingga setelah berakhirnya masa kekuasaan Kudungga, anaknya yang bernama Aswawarman-lah yang menduduki kekuasaan. Selanjutnya setelah kekuasaan Aswawarman berakhir, kekuasaan kembali diturunkan kepada cucu Kudungga, yaitu Mulawarman. Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman inilah kerajaan Kutai mencapai zaman keemasan, Squad. Kehidupan ekonomi di Kutai, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana. Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh. Apabila emas dan sapi tersebut didatangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatan dagang. Jika dilihat dari letak geografis, Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian. Sementara itu dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) yang disebut Vratyastoma. Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya, sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli, dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh kaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi, terutama

penguasaan terhadap bahasa Sansekerta yang pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan. Kerajaan Kutai juga diperkirakan menjadi tempat singgah jalur perdagangan internasional melewati Selat Makassar, melewati Filipina dan Cina. Sehingga sumber perekonomian kerajaan Kutai berasal dari kegiatan perdagangan. Selain itu, kerajaan Kutai memiliki tradisi melakukan upacara-upacara ditempat suci. Terbukti dengan adanya prasasti yang disebut Yupa atau batu tertulis. Tulisan yang terdapat dalam Yupa menggunakan huruf Pallawa, bahasa Sanskerta. Yupa merupakan tugu peringatan upacara kurban. Dalam suatu prasasti terdapat kata vaprakecvara yang berarti lapangan luas untuk pemujaan. Vaprakecvara berkaitan erat dengan agama Siwa, sehingga dapat disimpulkan bahwa Kutai menganut agama Siwa. Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara

Kerajaan Terumanagara merupakan kerajaan Hindu tertua ke dua setelah Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanagara atau Kerajaan Tarum merupakan kerajaan yang berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 Masehi. Kata Tarumanagara berasal dari kata Tarum dan Nagara. Tarum yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yang sekarang bernama sungai Citarum dan kata Nagara yang diartikan sebagai negara atau kerajaan. Nah, pada kesempatan kali ini Zona Siswa akan mencoba menghadirkan penjelasan lengkap tentang sejarah kerajaan Tarumanegara dari awal berdirinya, masa kejayaanya, keruntuhan, dan kehidupan sosial budaya kerajaan Tarumanegara. Semoga bermanfaat. Check this out!!! A. Beridirnya Kerajaan Tarumanagara Berdirinya Kerajaan Tarumanagara masih dipertanyakan oleh para ahli sejarah. Satu-satunya sumber sejarah yang secara lengkap membahas mengenai Kerajaan Tarumanagara adalah Naskah Wangsakerta. Naskah Wangsakerta tersebut masih menjadi perdebatan diantara para sejarawan tentang keaslian isinya. Menurut Naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 Masehi, pulau dan beberapa wilayah Nusantara lainnya didatangi oleh sejumlah pengungsi dari India yang mencari perlindungan akibat terjadinya peperangan besar di sana. Para pengungsi itu umumnya berasal dari daerah Kerajaan Palawa dan Calankayana di India, pihak yang kalah dalam peperangan melawan Kerajaan Samudragupta (India). Salah satu dari rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh seorang Maharesi yang bernama Jayasingawarman. Setelah mendapatkan persetujuan dari raja yang berkuasa di barat Jawa (Dewawarman VIII, raja Salakanagara), maka Jayasingawarman membuka tempat pemukiman baru di dekat sungai Citarum. Pemukimannya oleh Jayasingawarman diberi nama Tarumadesya (desa Taruma). Sepuluh tahun kemudian desa ini banyak didatangi oleh penduduk dari desa lain, sehingga Tarumadesya menjadi besar. Akhirnya dari wilayah setingkat desa berkembang menjadi setingkat kota (Nagara). Semakin hari, kota ini semakin menunjukan perkembangan yang pesat, karena itulah Jayasingawarman kemudian membentuk sebuah Kerajaan yang bernama Tarumanagara. BACA JUGA:   

Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Kediri

B. Kejayaan Kerajaan Tarumanagara

Kerajaan Tarumanagara mencapai puncak kejayaannya ketika dipimpin oleh Purnawarman. Dimasa kepemerintahan Purnawarman, luas Kerajaan Tarumanagara diperluas dengan menaklukan kerajaankerajaan yang berada disekitarnya. Tercatat Luas Kerajaan Tarumanagara hampir sama dengan luas daerah Jawa Barat sekarang. Selain itu Raja Purnawarman juga menyusun pustaka yang berupa undang-undang kerjaana, peraturan angkatan perang, siasat perang serta silsilah dinasti Warman. Raja Purnawarman juga dikenal sebagai raja yang kuat dan bijak kepada rakyatnya. C. Keruntuhan Kerajaan Tarumanagara Raja ke-12 Tarumanagara, Linggawarman, memiliki dua orang putri. Putri pertamanya bernama Dewi Manasih yang kemudian menikah dengan Tarusbawa dan Sobakencana yang kemudian menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya. Tangku kepemimpian Kerajaan Tarumanegara pun jatuh pada suami Manasih yaitu Tarusbawa. Pada masa kepemerintahan Tarusbawa, pusat kerajaan Tarumanagara ke kerajaanya sendiri yaitu Kerajaan Sunda (Kerajaan bawahan Tarumanagara) dan kemudian mengganti Kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.

Prasasti Ciareteun D. Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanagara Kerajaan Tarumanagara banyak meninggalkan bukti sejarah, diantaranya ditemukannya 7 buah prasati yaitu: 1. Prasasti Ciareteun yang ditemukan di Ciampea, Bogor. Pada prasasti tersebut terdapat ukiran laba-laba dan tapak kaki serta puisi beraksara Palawa dan berbahasa Sanskerta. Puisi tersebut berbuyi "Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara." 2. Prasasti Pasri Koleangkak yang ditemukan di perkebunan Jambu. Parsasti ini juga sering disebut sebagai Prasasti Jambu. Prasasti Jambu berisi "Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya." 3. Prasasti Kebonkopi yang ditemukan di kampung Muara Hilir, Cibungbulang. Isi prasasti Kebon Kopi : yakni adanya dua kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawati (gajah kendaran Dewa Wisnu). Sedangkan Prasasti Jambu berisi tentang kegagahan raja Purnawarman. Bunyi prasasti itu antara lain :"gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya, yang termasyhur Sri Purnawarman, yang memerintah di taruma dan yang baju zirahnya tak dapat ditembus oleh musuh ..." 4. Prasasti Tugu yang ditemukan di dareah Tugu, Jakarta. 5. Prasasti Pasir Awi yang ditemukan di daerah Pasir Awi, Bogor. 6. Prasasti Muara Cianten yang juga ditemukan di Bogor. 7. Prasasti Cidanghiang atau Lebak yang ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, Pandeglang-Banten. Prasasti Didanghiang berisi “Inilah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja”.

Selain dari prasasti, terdapat juga suber-sumber lain yang berasal dari Cina, diantarnya: 1. Berita dari Fa-Hien, seorang musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti (Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. Dalam catatannya di sebutkan rakyat Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang banyak di jumpainya adalah Brahmana dan Animisme. 2. Berita dari Dinasti Soui yang menyatakan bahwa pada tahun 528 dan 535 datang utusan dari negeri Tolomo (Taruma) yang terletak disebelah selatan. 3. Berita dari Dinasti Tang Muda yang menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan dari Tolomo.

E. Raja-raja Kerajaan Tarumanagara Selama berdirinya Kerajaan Tarumanagara dari abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi, kerajaan tersebut pernah dipimpin oleh 12 orang raja, diantaranya: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Jayasingawarman (358-382 M.) Dharmayawarman (382-395 M.) Purnawarman (395-434 M.) Wisnuwarman (434-455 M.) Indrawarman (455-515 M.) Candrawarman (515-535 M.) Suryawarman (535-561 M.) Kertawarman (561-628 M.) Sudhawarman (628-639 M.) Hariwangsawarman (639-640 M.) Nagajayawarman (640-666 M.) Linggawarman (666-669 M.)

F. Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan Kerajaan Tarumanagara Kerajaan ini mulai berkembang pada abad ke-5 M, di bawah kekuasaan Raja Purnawarman. Pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat. Seperti yang disebutkan dalam Prasasti Tugu, Raja Purnawarman membuat pembangunan irigasi dengan cara menggali saluran sungai kurang lebih sepanjang 6.122 tumbak (11 km), yang kemudian disebut sebagai Sungai Gomati. Pembuatan saluran irigasi ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, karena pada akhirnya dapat mengairi ladang pertanian masyarakat. Oleh karena itu, Raja Purnawarman menjadi raja yang diagung-agungkan rakyat. Adanya saluran irigasi ini juga memberi dampak yang besar pada peningkatan ekonomi masyarakat, karena berguna sebagai sarana lalu lintas perdagangan. Selain itu, ia juga menjalin hubungan baik dengan Cina di masa Dinasti Tang, terbukti dari adanya catatan seorang pendeta bernama Fa Hsien yang terdampar di Pulau Jawa pada 414 M. Dalam catatan itu disebutkan bahwa masyarakat sekitar sudah mendapat pengaruh Hindu India. Raja dan sebagian besar masyarakat memeluk agama Hindu, beberapa juga ada yang memeluk agama Buddha dan animisme. Berdasarkan Prasasti Ciaruteun, terdapat telapak kaki Raja Purnawarman yang dianggap rakyat sebagai telapak kaki Dewa Wisnu atau dewa pelindung dunia.

Kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Hal ini dapat diketahui dari isi Prasasti Tugu yakni tentang pembangunan atau penggalian saluran Gomati yang panjangnya 6112 tombak (12 km) selesai dikerjakan dalam waktu 21 hari. Masyarakat Kerajaan Tarumanagara juga berprofesi sebagai pedagang mengingat letaknya yang strategis berada di dekat selat sunda. Pembangunan/penggalian itu mempunyai arti ekonomis bagi rakyat, karena dapat digunakan sebagai sarana pengairan dan pencegahan banjir. Selain penggalian saluran Gomati dalam prasasti Tugu juga

disebutkan penggalian saluran Candrabhaga. Dengan demikian rakyat akan hidup makmur, aman, dan sejahtera. 

Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga atau Holing diperkirakan terletak di daerah Jepara, Jawa Tengah. Berdasarkan berita Cina dari Dinasti Tang, kerajaan Kalingga memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas, di mana sebelah timur berbatasan dengan Po-Li (Bali), di sebelah barat berbatasan dengan To-Po-Teng (Sumatra), sebelah utara berbatasan dengan Ta-Hen-La (Kamboja), sedangkan selatan berbatasan dengan Samudra. Raja yang terkenal di kerajaan Kalingga yaitu Ratu Sima, yang memerintah sekitar tahun 674 M. Ratu Sima adalah pemimpin yang tegas, jujur, dan bijaksana. Ratu Sima akan menghukum siapapun yang melanggar hukum, baik dari kalangan rakyat biasa maupun kerabatnya sendiri. Sehingga keadaan sosial masyarakat menjadi teratur. Rakyat menghormati dan menaati peraturan yang diterapkan Ratu Sima. Kepercayaan utama di kerajaan Kalingga adalah Buddha. Menurut catatan I-Tsing, temannya bernama Hui-Ning dan pembantunya Yunki pada tahun 665 M pergi ke Kalingga untuk menerjemahkan kitab suci agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Tiongkok. Sementara untuk mata pencaharian masyarakatnya adalah bertani dan berdagang di pasar. Pada tahun 742-755 M, kerajaan Kalingga mengalami kemunduran akibat serangan Sriwijaya dalam upaya menguasai perdagangan, akibatnya pemerintahan Kijen mundur ke pedalaman Jawa Tengah.

Related Documents


More Documents from "sendal jepit"

Manajemen Produksi.pptx
November 2019 12
Burdah 4.docx
October 2019 29
Burdah 12.docx
November 2019 27