Kemofix.docx

  • Uploaded by: rizad mohamad
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kemofix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,587
  • Pages: 15
BAB I KONSEP KEMOTERAPI A. Pengertian Kemoterapi Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimia yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker, selain itu kemoterapi dikenal juga sebagai pengobatan dari suatu penyakit dengan bahan-bahan kimia yang dapat menyerang penyebab dari kondisi penyakit tersebut (Bowden, Dicky & Greenberg, 1998) Kemoterapi dapat membunuh sel-sel kanker pada tumor dan juga dapat membunuh sel-sel kanker yang telah lepas dari sel kanker induk atau telah bermetastase melalui darah dan limfe ke bagian tubuh yang lain (Smeltzer, et al., 2008) Kemoterapi efektif untuk menangani kanker pada anak terutama dengan penyakit tertentu yang tidak dapat diatasi secara efektif dengan pembedahan dan terapi radiasi (Bowdwen, et al., 1998)

B. Kegunaan kemoterapi Tujuannya adalah untuk mengobati atau memperlambat pertumbuhan kanker atau mengurangi gejalanya dengan cara (Grunberg, 2004): 1) Pengobatan yaitu beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis kemoterapi atau dengan kombinasi beberapa jenis kemoterapi 2) Kontrol, dimana kemoterapi ada yang hanya bertujuan untuk mengontrol perkembangan kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain, sehingga memungkinkan pasien hidup secara normal 3) Mengurangi gejala, bila kemoterapi tidak dapat menghilangkan kanker, maka kemoterapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul akibat kanker seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran kanker pada daerah tubuh yang terserang Kemoterapi dapat diberikan sesudah atau sebelum proses pengobatan utama yaitu pembedahan. Pemberian sebelum operasi biasanya menggunakan obat-obatan yang bertujuan memperkecil ukuran kanker sehingga hasil pengobatan utama akan lebih 1

efektif, disebut sebagai kemoterapi neoadjuvan, sdangkan pemberian kemoterapi setelah pengobatan utama bertujuan untuk membunuh sisa sel kanker yang tertinggal atau yang dapat berkembang lagi kemudian, disebut sebagai kemoterapi adjuvan (Hesketh, 2008)

C. Cara Pemberian Kemoterapi Kemoterapi dapat diberikan dengan berbagai macam cara sebagai berikut (Grunberg, 2008) : 1) Kemoterapi sebagai terapi primer Sebagai terapi utama yang dilaksanakan tanpa radiasi dan pembedahan terutama pada kasus kanker jenis koriokarsinoma, leukimia dan limfoma. 2) Kemoterapi adjuvan Pengobatan tambahan pada pasien yang telah mendapatkan terapi lokal atau paska pembedahan atau radiasi. 3) Kemoterapi neoadjuvan Pengobatan tambahan pada pasien yang akan mendapat terapi lokal atau mendahului pembedahan dan radiasi 4) Kemoterapi Kombinasi Kemoterapi yang diberikan bersamaan dengan radiasi pada kasus karsinoma lanjut.

D. Jenis Obat Kemoterapi Obat kemoterapi Intravena (IV) 1) Alkylating agents, contoh cyclophosphamide, ifosfamide, dan dacarbazine. 2) Platinum compounds, contoh cisplatin. 3) Antibiotik anthracylones, contoh doxorubicin, idarubicin, dan adriamycin. 4) Antimetabolites, contoh 5-Fluorouracil (5-FU). 5) Topoisomerase-inhibitors, contoh irinotecan dan topotecan. 6) Mitotic inhibitors, contoh vinca alkaloid (vicristine dan vinblastine) dan Taxanes (docetaxel dan paclitexel). 7) Enzim, contoh L-Asparaginase. Golongan obat-obatan diatas pada umumnya diberikan dalam bentuk rejimen multidose yang tidak hanya diberikan dengan dosis tunggal. Hal ini dikarenakan dari setiap golongan obat tersebut memiliki mekanisme kerja yang berbeda dalam memengaruhi sel kanker, sehingga dapat mencapai hasil terapi yang optimal. 2

Obat kemoterapi intra-arteri Kemoterapi intra-aretri (IAC) merupakan metode pemberian obat kemoterapi langsung ke jaringan kanker melalui pembuluh darah arteri dengan menggunakan kateter dan sistem pencitraan X-ray untuk melihat arteri. Metode ini efektif baik sebagai pengobtaan primer atau sekunder (setelah radaisi atau kemoterapi IV) (Gobin dkk., 2012). Keuntungan metode IAC, yaitu: 1) Meminimalkan paparan sistemik terhadap jaringan sehat. 2) Meminimalkan efek samping (seperti mual dan muntah). 3) Meminimalkan toksisitas obat terkait neutropenia, anemia, dan neoplasma sekunder. 4) Memaksimalkan pembunuhan pada jaringan kanker. 5) Penurunan kebutuhan untuk rawat inap. Pada umumnya metode IAC digunakan dalam program pengobatan kanker hati yang diberikan secara langsung melalui arteri femoralis kaki kanan menuju arteri hepatika. Obat kemoterapi IAC yang diberikan dalam dosis tinggi ditargetkan langsung ke jaringan kanker untuk jangka waktu lama. Ini meningkatkan efek biologis, meningkatkan kontrol tumor, dan mengurangi tingkat kekambuhan (Shields dan Shields, 2010). Pemberian obat kemoterapi dengan metode IAC dapat menyebabkan terjadinya kompilkasi yang bersumber dari teknik pengobatan, yaitu: 1) Alergi zat kontras. 2) Kemerahan dan pembengkakan pada area tusukan femoral. 3) Tromboemboli dan stroke hemoragik (jarang terjadi). 4) Pansitopenia transien dari penekanan sumsum tulang, tetapi neutropenia dan anemia jarang memerlukan intervensi. 5) Toksisitas okuler ringan dan berat dalam jangka waktu pendek pada pengobatan retinoblastoma.

Obat kemoterapi oral Obat kemoterapi oral dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi pasien (D’Amatao, 2008) yaitu: 1) Kemungkinan pasien yang menjalani program kemoterapi oral dapat kembali bekerja lebih cepat dibandingkan pada pasien yang menerima pengobatan kanker secara IV.

3

2) Tidak memerlukan akses IV, sehingga pasien dapat merasa lebih nyaman dan terhindar dari komplikasi infus, pembekuan darah, serta infeksi. 3) Pengeluaran biaya pengobatan dan biaya perjalanan ke rumah sakit yang lebih sedikit. 4) Kemungkinan memiliki efek samping yang lebih ringan dibandingkan dengan terapi IV. Penggunaan obat kemoterapi oral secara mandiri di rumah dapat memberikan tantangan tersendiri bagi pasien. Hal ini tentunya dapat menignkatkan resiko terjadinya kesalahan pengobatan yang berakibat pada terganggunya efektivitas obat kemoterapi. Beberapa obat kemoterapi oral mungkin memiliki interaksi obat, sehingga tenaga kesehatan (khususnya perawat) dan pasien perlu memahami mekanisme aski dan potensi interaksi obat untuk mencegah toksisitas yang tidak diinginkan.

Obat kemoterapi intratekal (IT) Kemoterapi IT merupakan komponen penting dari profilaksis atau pengobatan keganasan hematologi dalam sistem saraf pusat, terutama pada pasien dengan leukimia limfoblastik akut dan limfoma agresif. Kemoterapi IT dapat menyebabkan neurotoksisitas, spserti lesi spinal cord (sumsum tulang belakang), kejang, dan ensefalopati. Pada umumnya lesi sumsum tulang belakang mengakibatkan terjadinya tetraplegia, paraplegia, dan sindrom cauda equina.

4

Obat kemoterapi intraperitoneal (IP) Kemoterapi ini dapat digunakan dalam pengobatan beberapa kanker yang tumbuh di daerah abdomen atau organ pencernaan dan ovarium. Kemoterapi ini langsung diberikan melalui rongga peritoneum, yaitu membran (jaringan tipis) yang melapisi rongga abdomen dan mengelilingi organ-organ yang berada di dalam abdomen (Arnold-Korzeniowski, 2015). Kemoterapi IP akan lebih efektif terhadap tumor yang berukuran kurang dari 1 cm, karena kemoterapi IP ini tidak mampu menembus tumor yang ukurannya lebih besar dari 1 cm.

Pemasangan port di abdomen dapat dilakukan selama prosedur pembedahan, baik saat dilakukannya tindakan operasi pengangkatan tumor atau dilakukan oleh tim radiologi intervnsi jika tidak ada operasi atau adanya komplikasi selama operasi. Pemberian kemoterapi IP yang diinfuskan melalui port dapat berlangsung selama 30 menit sampai 180 menit. Cairan infus yang diberikan mungkin hanya obat kemoterapi saja atau kombinasi obat kemoterapi dengan cairan IV, bergantung pada order dokter yang diinstruksikan. Sel-sel kanker yang masih tertinggal dalam jaringsn tubuh pada saat dilakukannya tindakan operasi pengangkatan tumor, dapat langsung dibunuh dengan pemberian HIPEC. HIPEC adalah tindakan kemoterapi yang dilakukan secara langsung setelah tindakan operasi pengangkatan tumor, yang ditujukan untuk mengobati kanker yang terletak di abdomen. Kelebihan pada kemoterapi IP, yaitu: 1) Kemoterapi diberikan secara langsung memengaruhi sel-sel kanker yang dituju.

5

2) Berpotensi menyebabkan efek samping yang lebih sedikit di daerah lain dari tubuh, dibandingkan dengan kemoterapi IV. 3) Pemberian obat kemoterapi dengan dosis yang lebih tinggi akan lebih aman melalui kemoterapi IP daripada kemoterapi IV. 4) Pengobatan menggunakan HIPEC mungkin hanya memerlukan satu siklus kemoterapi saja, yang selesai di ruang operasi. Resiko yang ditimbulkan kemoterapi IP, yaitu : 1) Mual, muntah, ketidakseimbangan elektrolit, sakit perut, dan cedera ginjal. Beberapa pasien akan mengalami jumlah darah yang rendah (mielosupresi), yang mungkin disebabkan oleh pemberian kemoterapi IP secara tunggal atau kemoterapi IP yang diberikan secara bersamaan dengan kemoterapi IV. 2) Efek samping lainnya dari setiap agen kemoterapi yang diberikan. 3) Kebutuhan untuk berbaring dengan jangka waktu lama mungkin sulit bagi beberapa pasien. 4) Masalah dengan port, seperti timbulnya infeksi dan rasa sakit. 5) Kemungkinan metastasis yang berada di luar rongga peritoneum tidak akan terpengaruh oleh kemoterapi IP, karena kurangnya penyerapan obat kemoterapi ke dalam aliran darah.

Obat kemoterapi Intramuskular (IM) Pemberian kemoterapi Intramuskular dapat dilakukan di area otot lengan, paha, atau bokong. Obat kemoterapi IM akan diserap ke dalam darah lebih lambat dari kemoterapi IV, sehingga efek dari kemoterapi IM dapat berlangsung lebih lama dari kemoterapi IV. Kemoterapi IM ini dapat diberikan pada pasien setiap hari, 1x per minggu, atau 2x dalam sebulan. Adapun efek samping yang ditimbulkan, yaitu: 1) Rasa sakit, kemerahan, atau bengkak di area injeksi. 2) Demam. 3) Mual, muntah, atau penurunan nafsu makan dalam beberapa hari. 4) Merasa lelah dan tidak memiliki energi selama beberapa hari. 5) Meningkatkan resiko infeksi di mulut atau daerah tubuh lainnya, seperti luka atau bintik-bintik putih. 6) Sembelit atau diare selama lebih dari 1 hari. 7) Depresi. 8) Jantung berdetak sangat cepat. 6

9) Sering sakit pada saat buang air kecil. 10) Batuk yang tidak hilang dalam beberapa hari.

Obat kemoterapi Subkutan Volume obat kemoterapi yang diberikan harus terbatas, yaitu 1-5 ml untuk mengurangi rasa sakit di area injeksi. Selain itu, kemoterapi SC memerlukan penggunaan formulasi terkonsentrasi dan kadang-kadang dilakukan injeksi di 2 lokasi yang terpisah (Leveque, 2014). Kemoterapi SC dapat menyebabkan efek samping seperti eritema dan rasa sakit di area injeksi.

Perhitungan dosis obat kemoterapi Perhitungan dosis obat kemoterapi didasarkan pada body-surface area (BSA) atau Luas Permukaan Tubuh (LPT) pasien, sehingga setiap pasien akan mendapatkan dosis obat yang berbeda meskipun memperoleh rejimen kemoterapi yang sama. 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 π‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› (π‘π‘š)π‘₯ π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› (π‘˜π‘”

BSA (π‘š2 )=√

3.600

E. Mekanisme Kerja Kemoterapi Dalam pembentukan sel, terdapat 4 fase yang harus dilalui untuk mencapai siklus pertumbuhan sel yang sempurna. Fase tersebut meliputi fase G1 (The first β€œgap”), S (Synthesis Phase), G2 (The second β€œgap”) dan mitosis. Fase G1 yaitu fase yang memiliki variasi waktu yang bermacam-macam yang berlangsung 8-48 jam, dimana pada fase ini, DNA mulai dibentuk dan terjadi sintesis protein dan RNA. Kemudian sel memasuki fase S dimana terjadi sintesis DNA yang berlangsung 10-30 menit, dan selama waktu tersebut isi DNA dari sel menjadi berlipat ganda. Setelah fase S, sel masuk ke fase G2, pada fase ini terjadi sintesis RNA dan protein yang diperlukan untuk mitosis. Proses ini memakakn waktu 3-12 jam. Fase terakhir yaitu mitosis dimana terjadi pembelahan sel yang berlangsung sekitar 1 jam. Dalam mitosis terdapat 4 langkah (profase, metafase, anafase, dan telofase) yang menghasilkan 2 sel identik. Setelah mitosis, sel memasuki fase G0 (The resting phase). Pada fase ini, sel tidak membelah lagi, namun sel telah dapat berfungsi. Pada fase G0 sel tifak dapat membelah sehingga sel kanker sulit diatasi. Namun perlu diketahui bahwa sel-sel kanker mempunyai waktu siklus sel yang singkat dan tumbuh secara cepat karena kondisi 7

yang tidak terkontrol (Renick-Ettinger, 1998). Kemoterapi bekerja dengan merusak proses pembentukan sel kanker pada berbagai fase melalui kombinasi obat-obatan antikanker yang bertindak mengganggu atau merusak siklus sel-sel kanker.

F. Efek samping Kemoterapi Penatalaksanaan efek samping kemoterapi merupakan bagian penting dari pengobatan dan perawatan pendukung atau suportif pada penyakit kanker. Efek samping disebabkan dari efek non-spesifik dari obat-obat sitotoksik sehingga menghambat proliferasi tidak hanya selsel tumor melainkan juga sel normal. Efek samping obat kemoterapi atau obat sitotoksik dapat berupa mukositis, alopesia, infertilisasi, tromsitopenia, anemia, serta mual muntah (Hesketh, 2008)

G. Efek samping paparan obat kemoterapi Paparan obat kemoterapi secara tidak langsung dapat memengaruhi sistem syaraf, mengganggu sistem reporoduksi (infertilisasi, keguguran, dan kecacatan janin/bayi), dan meningkatkan resiko mengalami kanker darah (leukimia), kanker kandung kemih, dan limfoma di masa depan (Poloxich, 2004; Vanchieri, 2005). Menurut Harrison (2001), efek samping lainnya yang dapat dialami petugas kesehatan dari paparan obat kemoterapi, yaitu : 1) Iritasi kulit 2) Sakit tenggorokan 3) Batuk 4) Pusing 5) Reaksi alergi 6) Diare 7) Mual dan muntah Harrison (2001) mengungkapkan bahwa 9 dari 14 studi kasus yang menelititentang pengaruh paparan obat kemoterapi terhadap fungsi reproduksi pada petugas kesehatan (perawat), menunjukkan hasil adanya pengaruh yang merugikan seperti kehilangan janin, malformasi kongenital, dan infertilisasi. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas kesehatan yang berada di unit khusus kemoterapi menjadi hal yang sangat penting dalam upaya proteksi diri. APD ini harus digunakan mulai dari proses persiapan dan pemberian obat kemoterapi, pembuangan sampah sitotoksik,menolong pasien, penanganan ekskresi tubuh pasien, mengganti atau membereskan linen yang digunakan pasien, balutan dan alat-alat lainnya yang terkontaminasi dengan obat kemoterapi (NIOSH, 2004). 8

Adapun perlengkapan APD yang harus dipersiapkan dan digunakan oleh petugas kesehatan meliputi: 1) Alat khusus pelindung wajah, seperti kacamata goggles dan masker disposible. 2) Penutup kepala (disposible). 3) Sarung tangan yang terstandarisasi dan teregister NIOSH dengan bahan lateks, nitril, atau neoprene, dan tidak berbedak. 4) Pakaian atau gaun pelindung dengan bagian depan tertutup, berlengan panjang, elastis, anti tembus cairan, dan disposible. 5) Overshoes/pelindung kaki (disposible).

9

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN No. 1.

Diagnosa Keperawatan Tujuan Resiko tinggi infeksi Infeksi tidak terjadi: berhubungan dengan penurunan οƒΌ Tanda-tanda vital dalam pertahanan tubuh sekunder. batas normal. οƒΌ Tidak terjadi leukosistosis.

Rencana Keperawatan 1. Tempatkan anak pada ruangan khusus dan batasi pengunjung sesuai indikasi. 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak sesuai dengan protokol yang ada. 3. Awasi suhu. Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan chemoterapi. Observasi tanda2 vital yg lain. 4. Inspeksi membran mukosa mulut. Berikan perawatan mulut yang baik. 5. Awasi pemeriksaan laboratorium : hitung WBC, darah lengkap. 6. Berikan obat sesuai indikasi, antibiotic

10

Rasional 1. Melindungi diri dari sumber potensial patogen / infeksi. 2. Mencegah kontaminasi silang dan menurunkan resiko infeksi. 3. Hipertermi lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi dan demam terjadi pada kebanyakan pasien leukemia 4. Rongga mulut merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan organisme patogen. 5. Penurunan jumlah sel darah putih normal / matur dapat diakibatkan oleh proses penyakit atau kemoterapi,

7. Hindari antipiretik yang mengandung aspirin

melibatkan imun peningkatan infeksi.

respon dan risiko

6. AB Mencegah terjadinya infeksi 7. Aspirin dapat menyebabkan perdarahan gaster dan penurunan jumlah trombosit lanjut.

2.

Gangguan integritas kulit Mempertahankan integritas kulit berhubungan dengan post incisi dan mencapai penyembuhan luka ulcus pada daerah sternum

1. Beri penguatan pada balutan awal/ penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptic 2. Secara hati-hati lepaskan perekat dan pembalut pada waktu mengganti balutan. 3. Periksa luka teratur, karakteristik integritas kulit.

11

secara catat dan

1. Melindungi luka dari permukaan mekanis dan kontaminasi. 2. Mengurangi risiko trauma kulit dan gangguan pada luka. 3. Pengenalan akn adanya kegagalan proses penyembuhan luka / berkembangnya komplikasi secar dini dapat mencegah terjadinya kondisi

4. Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh luka.

3.

Ketakutan berhubungan dengan Ketakutan anak berkurang, prosedur tindakan chemoterapi / ditandai dengan : pengobatan. οƒΌ Anak mau dilakukan tindakan οƒΌ Anak melaporkan secara verbal kesiapan dalam tindakan.

5. Bersihkan luka secara periodik menggunakan cairan dan obat yang dindikasikan 1. Persiapkan anak untuk dilakukan prosedur, jelaskan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan usia dantingkat pemahaman. 2. Kenali ketakutan yang muncul yang berhubungan dengan prosedur tindakan. 3. Libatkan dalam prosedur.

orang tua pelaksanaan

4. Jelaskan pada anak bagian mana yang akan dilakukan prosedur, dan kemungkinan anak melihat, merasakan atau mendengan selama proedur dilakukan.

12

yang lebih serius. 4. Mencegah kontaminasi luka 5. Menurunkan kontaminasi kulit 1. Mengurangi ketakutan dari tindakan yang tidak diketahui dan kemungkinan kerjasama anak selama prosedur. 2. Memastikan intervensi yang tepat. 3. Support sistem yang efektif bg anak. 4. Meningkatkan kontrol rasa anak.

pada

5. Memungkinkan kerjasama anak dan meningkakan coping.

6. Pengetahuan

akan prosedur tindakan akan mengurangi ketakutan

5. Perkenalkan yang

akan

ijinkan

alat-alat

pada anak.

digunakan,

anak

untuk

memegang alat yang akan digunakan.

6. Jawab setiap pertanyaan yang mungkin detanyakan anak dan jelaskan tujuan.

4.

Resiko

tinggi

berhubungan

terjadi dengan

injuri Resiko/ komplikasi tidak terjadi proses

chemoterapi

1. Berikan

obat-obatan 1. Mencegah

chemoterapi esuai dengan

tindakan Chemoterapi.

petunjuk

yang

kerusakan

jaringan lebih lanjut.

telah

ditetapkan.

2. Sebagai

pengobatan

atas

terjadinya infiltrasi. 2. Observasi

tanda-tanda

infiltrasi

pada

tempat 3. Mencegah

penusukan IV : nyeri, kemerahan

dan

terjadinya

anaphylactic shock.

rasa

panas.

4. Pencegahan / persiapan jika terjadi komplikasi.

3. Segera ditemui

13

hentikan adanya

jika tanda- 5. Untuk mengetahui adanya

tanda infiltrasi.

alergi

6. Mencegah terjadinya reaksi. 4. Berikan perawatan daerah yang

terjadi

infiltrasi 7. Untuk mengatasi sesuai kebijakan RS. terjadinya reaksi. 5. Kaji riwayat alergi yang diketahui.

6. Hentikan infus atau obat dan bila dengan normal saline jika terjadi reaksi.

7. Persipkan

perlengkapan

emergency

(khususnya

monitor tekanan darah, dan resusitasi manual : bag and mask) dan obatobatan (khususnya

emergency O2,

epineprine, aminophiline, cortikosteroid vasopresor).

14

dan

15

More Documents from "rizad mohamad"

Dermatitis Askep.docx
October 2019 57
Kemofix.docx
November 2019 16
May 2020 45
December 2019 62