BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia membungkus otototot dan organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis terletak tepat di bawah epidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi. Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat berbeda. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Pada klien dengan Dermatitis”.
1
1.2 Tujuan Penulisan a)
Mampu Untuk Mengetahui Penyebab Penyakit Dermatitis
b)
Mampu Untuk Membedakan Jenis-Jenis Penyakit Dermatitis
c)
Mampu Untuk Memahami Asuhan Keperawatan Penyakit Dermatitis
1.3 Manfaat Penulisan a)
Mahasiswa dapat mengetahui Penyebab Penyakit Dermatitis
b) Mahasiswa dapat mengetahui Jenis-Jenis Penyakit Dermatitis c)
Mahasiswa dapat memahami Asuhan Keperawatan Penyakit Dermatitis
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi Juanda,2005) Dermatitis adalah radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti sengatan sinar matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan kimia. (812 Resep U/ Mengobati 236 Penyakit Oleh H. Arief Hariana:Hlm 136) Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan.
2.2 Etiologi Penyebab dermatitis sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen, misalnya zat kimia, protein, bakteri dan fungus. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang di dapat dan spesifik untuk bereaksi. Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. (Adhi Djuanda,2005) Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentolbentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.
3
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala berbeda: 1. Contact Dermatitis Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005) Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput. 2. Neurodermatitis Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005) Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher. 3. Seborrheic Dermatitis Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson. 4. Stasis Dermatitis Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (atau hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005) Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal.
4
Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab. 5. Atopic Dermatitis Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial). kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan (fleksural). (Adhi Djuanda,2005) Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
2.3 Patofisiologi a. Dermatitis Kontak Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi. Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi,
5
sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis. b. Dermatitis Atopik Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan emnekan produksi sel T. Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa. Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan secara genetik. c. Neurodermatitis Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. d. Dermatitis Statis Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
6
e. Dermatitis Seiboroika Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi. Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.
2.4 Manifestasi Klinik Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).
7
Obyektif, biasanya batas kelainan tidak terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema. Edema sangat jelas pada kulit yang longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna. Infiltrasi biasanya terdiri atas papul. Dermatitis basah berarti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat sumber dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai infeksi. Dermatitis sika (kering) berarti tdiak madidans bila gelembunggelumbung mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.
2.5 KOMPLIKASI 1. Kerusakan integritas kulit 2. Gangguan Konsep diri 3. Infeksi sekunder 4. Gangguan rasa nyaman
2.6 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
2. 7 Penatalaksanaan a. Pemberian antihistamin, kortikosteroid, dan antibiotic b. Menjaga personal hygene yang adekuat c. Menghindari kontak allergen
8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian a. Identitas Pasien. Nama pasien, alamat, pekerjaan pasien, umur, agama/Suku. b. Keluhan Utama. Nyeri, gelisah, gatal, kerusakan intergitas kulit. c. Pemeriksaan Fisik. Tekanan Darah, nadi, pernafasan, suhu, skala nyeri. d. Riwayat Kesehatan. 1) Riwayat Penyakit Sekarang : Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya. Klien merasa nyeri Terdapat Vesikel/ bula pada Kulit Klien Gatal dan Lesi 2) Riwayat Penyakit Dahulu : Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. 3) Riwayat Penyakit Keluarga : Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. 4) Riwayat Psikososial : Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan. Cara klien menyelesaikan stresor Perasaan klien saat ini Respon klien terhdap penyakitnya Tingkat kecemasaan klien
9
5) Riwayat Pemakaian Obat : Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
10
3.2 Diagnosa Keperawatan No
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil
1 Ganguan integritas kulit, b.d Tujuan : Vesikel/bula yang pecah.) : Integritas Jaringan: Kulit & DS : membrane mukosa (1101, 107) DO : Pada seluruh tubuh Keutuhan struktur dan fungsi terdapat kondisi bula/vesikel fisiologis kulit dan slaput yang pecah akibat garukan lendir secara normal Kriteria hasil : 1. Suhu kulit normal 2. Hidrasi normal 3. Ketebalan normal 4. Tidak ada lesi pada kulit 5. Tidak ada eritema 6. Tidak ada pengerasan kulit
Rencana Tindakan
Pengecekan kulit (3590, 311)
1. 2. 3. 4.
Pengumpulan dan analisis data pasien untuk menjaga kulit dan integritas membrane mukosa Intervensi : Periksa kulit dan selaput lendir terkait adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, edema, atau drainase Monitor warna dan suhu kulit Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet Monitor infeksi terutama dari daerah edema
Perawatan Luka (3660, 373) Pencegahan komplikasi luka dan peningkatan penyembuhan luka Intervensi : 1. Bersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun, dengantepat 2. Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi 3. Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi
11
2 Resiko infeksi,b.d Tujuan : Keparahan infeksi (0703, 145) vesikel/bula yang pecah Keparahan tanda dan gejala (garukan terus menerus) infeksi tidak ada ditandai dengan : Kriteria hasil : DS : 1. Tidak ada kemerahan DO : Seluruh tubuh 2. Tidak ada nyeri berwarna kemerahan dengan 3. Tidak ada demam skuama berwarna putih 4. Tidak ada cairan luka yang diatasnya dan mengelupas berbau busuk 5. Jumlah sel darah putih dalam kisaran normal
3
Perlindungan Infeksi (6550, 398) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pencegahan dan deteksi dini infeksi pada keluarga Intervensi : Monitor kerentanan terhadap infeksi Berikan perawtan kulit yang tepatuntuk area yang mengalami edema Periksa kuit dan selaput lendir untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, atau drainase Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup Anjurkan asupan cairan, dengan tepat Instruksikan pasien untuk minum antibiotic yang diresepkan
Gangguan rasa nyaman b.d Tujuan : Manajemen Lingkungan: Kenyamanan (6482, 192) gejala terkait penyakit Status Kenyamanan (2008, 528) Manipulasi lingkungan pasien untuk mendapatkan Ditandai dengan: Keseluruhan rasa nyaman kenyamanan yang optimal DS: Pasien menyatakan dan keamanan individu Intervensi : bagian tubuhnya gatal dan secara fisik, psikospiritual, 1. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih merasa tidak nyaman dengan sosial budaya, dan 2. Monitor kulit terutama tonjolan tubuh terhadap adanya kondisi nya lingkungan tanda-tanda tekanan atau iritasi DO: Pasien terlihat Kriteria hasil : 3. Hindari mengekspos kulit atau selaput lendir pada zat menggaruk, kulit berwarna 1. Kontrol terhadap gejala iritan kemerahan baik 2. Perawatan sesuai dengan kebutuhan
12
4
Gangguan konsep diri,b.d perubahan body image Ditandai dengan : DS : Pasien menyatakan “mengapa saya kelihatan aneh seperti ini?” DO : Pasien sering menutupi tubuhnya dengan selimut dan menyendiri
Tujuan : Pasien tidak mengalami gangguan konsep diri body image Kriteria hasil : Pasien tidak menarik diri dari kontak social Pasien mau berpartisipasi dalam perawatan dirinya Ekspresi wajah pasien tidak menunjukkan tanda berduka
Berikan support pada pasien untuk menerima keadaannya Kaji persepsi pasien tentang gambaran dirinya Jaga komunikasi yang baik dengan pasien dan bantu pasien untuk berkomunikasi dengan orang lain Catat adanya tingkah laku non-verbal atau tingkah laku negative Libatkan keluarga untuk meningkatkan konsep diri pasien
13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa penyakit dermatitis merupakan peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis pada kulit. Kemudian asuhan keperawatan dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar klien dan mengembalikan kondisi klien seoptimal mungkin dengan cara memberikan beberapa tindakan dan perawatan secara profesional.
3.2 Saran a. Diharapkan selalu menjaga kebersihan tubuh untuk menghindari penyakit dermatitis b. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami penyakit dermatitis secara profesional c. Memberikan pendidkan kesehatan kepada masyarakat tentang kebersihan diri dan pola diet yang baik.
14
Daftar Pustaka
Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S editor. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin.
Edisi
kedua.
Jakarta:
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia,1993 Leung DYM, Tharp M, Boguniewi CZ. Atopic Dermatitis. Dalam: Friedbergin, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrik TB, ads. Fitzpatrik’s Dermatology In General Medicine. New York Mc GrawHill, 1999: 1464-80 Doenges,Marlyn.Edkk.2001.Rencana asuhan keperawatan.Edisi:3.Jakarta:penerbit buku kedokteran,EGC Kapita selekta kedokteran II.2001.Edisi 3.Jakarta:Media Aesculapius Google.co.id.Kata kunci “Askep Dermatitis” Patofisiologi II.2001.Edisi 3.Jakarta Penerbit buku kedokteran,EGC
15