Teras Ramadhan Padek
Ramadhan membawa kita Kembali ke Mesjid Oleh Buya H. Masoed Abidin “Sesungguhnya yang memakmunkan Masjid-masjid Allah ialah orang-onang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidah takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka (semoga) merekalah orang-orang yang dapat petunjuk. (QS. At Taubah: 18) Alhamdulillah, Ramadhan tahun ini kita masuki dengan penuh berkah, dalam merasakan betapa dekatnya kita dengan Sang Khaliq Allah Azza wa Jalla. Tiada waktu yang hilang dengan sia-sia. Di dalamnya selalu diisi dengan taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah, melalui ibadah fardhiyah maupun sunnah. Hati ditata dengan penuh khusyu’, thadharru’ dan thawadhu’. Selalu dijaga kesucian jiwa dengan berzikir mengingat Allah di manapun kita berada. Tidak ingin seseorang membiarkan perbuatannya akan mengurangi pahala puasanya. Dijaganya selalu semangat mencapai derajat taqwa yang dijanjikan Allah SWT bagi setiap shaimin, atau orang yang mengamalkan puasa dengan sempurna. Keheningan malam dihiasi dengan tilawah dan tadarus Alquran. Masjid, surau, mushalla atau langgar dimakmurkan secara beramai-ramai. Tampak nyata betapa indahnya berperilaku dengan akhlak Islam yang muttaqin. Rekaman Ramadhan setiap tahun yang telah dilalui sejak masa kecil, kembali bermain di pelupuk mata, melahirkan kerinduan akan datangnya Ramadhan setiap tahun. Walaupun seringkali timbul pertanyaan besar bagi sebagian besar individu muslim, « adakah semua amal ibadah yang sangat mulia yang telah diamalkan selama bulan Ramadhan ini, akan selalu menghiasi kehidupan setahun yang akan datang ini ? Masihkah kita akan bertilawah dan bertadarus Alquran dalam setahun yang akan kita lalui, dari Ramadhan tahun ini hingga datang pula Ramadhan tahun depan ? Masih sempatkah kita makmurkan masjid-masjid di dalam setahun yang akan di tempuh dari Ramadhan ini hingga Ramadhan tahun depan ? Ataukah kecenderungan kita beribadah hanya di dalam bulan Ramadhan ini saja ??? Masih tumbuhkan azimah untuk qiyam lail (mendirikan malam-malam) di seperempat malam, pada setahun yang telah dilalui kemarin ini ? Mungkin tidak banyak yang dapat menjawabnya. Karena, tidak seorangpun yang lebih tahu tentang diri kita, kecuali kita seorang.
Di bulan Ramadhan ini nafas-nafas menjadi tasbih, amalan-amalan diterima dan do’a-do’a akan dijawab. Di bulan ini pula, kita dapat mengenang rasa lapar dan haus yang akan dirasakan di hari kiamat. Di bulan Ramadhan ini, kita selalu menjaga lidah dan pandangan mata ditahan dari apa-apa yang tidak halal untuk memandangnya. Di bulan ini dapat melatih diri dan pendengaran dari yang tidak halal mendengarnya. Di bulan ini ada berjuta-juta kemuliaan, di mana Allah menjamu hamba-hambaNya. Di bulan Ramadhan ini kita dilatih untuk mempersiapkan diri dekat dengan masjid di setiap waktu dan ketika. Pada masa Rasulullah SAW. Masjid adalah ruang publik untuk berbagai kegiatan masyarakat. Masjid adalah tempat lahirnya gagasan dan idea cemerlang. Dari masjid pula Nabi menjelaskan wahyu yang diterimanya. Dari masjid beliau menjawab berbagai pertanyaan sahabat. Dari masjid beliau memberi fatwa, mengajarkan agama, membudayakan musyawarah, bersilaturahim dengan masyarakat dan umat. Di masjid pula beliau menyusun strategi menghadapi kehidupan dunia dan persiapan akhirat yang amat futuristik. Dari masjid pulalah dimulai gerakan menyantuni fakir miskin. Sesungguhnya dari masjid lahirnya gagasan-gagasan, dan dari sini pula digerakkan amaliyah muamalah dengan menjalin hidup berjamaah, bahwa kebersamaan akan mendorong lahirnya rasa persaudaraan. Di zaman yang telah serba maju kini, semestinya masjid adalah tempat para penduduk saling berjumpa, saling berkenalan, saling mendekatkan hati, berjabat tangan, memperkuat ikatan persaudaraa, bisa saling bertanya kondisi masing-masing. Dari masjid sesungguhnya dapat digerakkan kelembagaan majlis ta’lim, pembimbingan pengasuhan anak, pembinaan anak-anak muda untuk melindungi mereka dari perilaku perilaku yang menyimpang. Masjid sejak masa Rasulullah memiliki multifungsi. Bahkan menjadi suatu pusat segala kegiatan keislaman. Tidaklah berlebihan jika kemudian para ahli sejarah menyebut generasi Nabi Muhammad dan para sahabatnya sebagai generasi mesjid yang sangat ahli dalam bidang agama, cakap dalam bermuamalah. Mereka ahli dalam strategi membangun umatnya, dan terampil memerintah, sebagai hasil dari pendidikan di masjid. Dari sejarah Masjid sejak masa Rasulullah, dapat kita belajar bagaimana mestinya memerankan masjid menjadi pusat kegiatan umat di sekitar lingkungan sosialnya. Maka Ramadhan tahun ini, hendaknya dapat kita jadikan sebagai tempat latihan bagaimana semestinya kita memungsikan masjid, untuk kita lakukan sepanjang tahun-tahun mendatang. Semoga ya Allah. AlIahu a‘lam bis-shawaab. <
[email protected] >