Kelompok_7_kritis_(pak_lukman) Fix.docx

  • Uploaded by: Vera Octaferina
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok_7_kritis_(pak_lukman) Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,636
  • Pages: 34
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini yaitu ” Konsep Dan Teori Ventilasi Mekanik dan Askep Pada Pasien Yang Menggunakan Ventilasi Mekanik “. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Palembang, Maret 2019 Penulis

1

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1 BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3 A. Latar Belakang ................................................................................................................ 3 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4 C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 4 D. Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 4 BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................................ 5 A. Konsep Dasar Teori ........................................................................................................... 5 1.

Pengertian .................................................................................................................... 5

2.

Klasifikasi.................................................................................................................... 5

3.

Indikasi Ventilasi Mekanis .......................................................................................... 8

4.

Setting Ventilator ........................................................................................................ 9

5.

Komplikasi ................................................................................................................ 11

6.

Penatalaksanaan ........................................................................................................ 13

B. Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................................................... 14 1. Pengkajian .................................................................................................................. 14 2. Diagnosa ..................................................................................................................... 17 3. Intervensi .................................................................................................................... 18 4. Implementasi .............................................................................................................. 31 5. Evaluasi ...................................................................................................................... 32 BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 33 A. Kesimpulan..................................................................................................................... 33 B. Saran ............................................................................................................................... 33 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 34

2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat dan menyentuh hampir semua bidang kehidupan manusia. Pada akhirnya setiap individu harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan teknologi, agar dapat beradaptasi terhadap perkembangan tersebut. Hal ini juga berlaku untuk profesi keperawatan, khususnya area keperawatan kritis di ruang perawatan intensif (intensif care unit/ICU). Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat disana adalah pasien-pasien yang memerlukan mesin-mesin yang dapat menyokong kelangsungan hidup mereka, diantaranya mesin ventilator, monitoring, infus pump, syringe pump, dll. Dengan adanya keadaan tersebut maka tenaga kesehatan terutama perawat yang ada di ruang perawatan kritis, seharusnya menguasai dan mampu menggunakan teknologi yang sesuai dengan mesin-mesin tersebut, karena perawat yang akan selalu ada di sisi pasien selama 24 jam. Pemanfaatan teknologi di area perawatan kritis terjadi dengan dua proses yaitu transfer dan transform teknologi dari teknologi medis menjadi

teknologi

keperawatan. Tranfer teknologi adalah pengalihan teknologi yang mengacu pada tugas, peran atau penggunaan peralatan yang sebelumnya dilakukan oleh satu kelompok profesional kepada kelompok yang lain. Sedangkan transform (perubahan) teknologi mengacu pada penggunaan teknologi medis menjadi bagian dari teknologi keperawatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan dan hasil yang akan dicapai oleh pasien. Ventilasi mekanik yang lebih dikenal dengat ventilator merupakan teknologi medis yang ditransfer oleh dokter kepada perawat dan kemudian ditransform oleh keperawatan sehingga menjadi bagian dari keperawatan. Perawat pemula yang pengetahuan dan pengalaman teknologinya masih kurang akan menganggap ventilator sebagai beban kerja tambahan, karena mereka hanya bisa melakukan monitoring dan merekam hasil observasi pasien. Sedangkan pada perawat yang sudah berpengalaman akan memanfaatkan dan menggunakan ventilator sebagai bagian dari keperawatan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan kepada pasien di ruang kritis dan akan berdampak positif terhadap profesi keperawatan.

3

Penguasaan terhadap teknologi akan menjadi modal bagi perawat untuk mengontrol pekerjaannya (Alasad, 2002). Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit khususnya perawat ICU (Intensive Care Unit) perlu memiliki pemahaman dasar mengenai penggunaan ventilator mekanik. Pemahaman yang tepat sangat membantu perawat dalam memberikan pelayanan secara optimal.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dan teori ventilasi mekanik ? 2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik ?

C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dan teori ventilasi mekanik. 2. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik.

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dan teori ventilasi mekanik serta asuhan keperawatan pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik. 2. Bagi masyarakat Masyarakat dapat mengetahui tentang konsep dan teori ventilasi mekanik serta asuhan keperawatan pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik.

4

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Teori 1. Pengertian Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama. (Brunner dan Suddarth, 1996).Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall 2000) Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. Ventilator mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001) Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006). Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).

2. Klasifikasi Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.

5

Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif. Ventilator tekanan-positif juga termasuk klasifikasi metoda fase inspirasi akhir (tekanan-bersiklus, waktu-bersiklus dan volume-bersiklus). a. Ventilator Tekanan Negatif Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.

Dengan

mengurangi

tekanan

intratoraks

selama

inspirasi

memungkinkan udara untuk mengalir ke dalam paru-paru, sehingga memenuhi volumenya. Secara fisiologis, jenis ventilasi terbaru ini serupa dengan ventilasi spontan. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungan dengan kondisi neurovaskular seperti poliomielitis, distrofimuskular,

sklerosis

lateral

amiotrofik,

dan

miasteniagravis.

Penggunaannya tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilatori sering. Ventilator tekanan negatif adalah alat yang mudah digunakan dan tidak membutuhkan intubasi jalan nafas pasien. Ventilator ini digunakan paling sering untuk pasien dengan fungsi pernafasan borderline akibat penyakit neuromuskular. Akibatnya, ventilator ini sangat baik untuk digunakan di lingkungan rumah. Terdapat beberapa jenis ventilator tekanan negatif: iron lung, body wrap, dan chest cuirass. Drinker Respirator Tank (Iron Lung). Iron Lung adalah bilik tekanan negatif yang digunakan untuk ventilasi. Alat ini pernah digunakan secara luas selama epidemik polio pada masa lalu dan sekarang digunakan oleh pasien-pasien yang selamat dari penyakit polio dan kerusakan neuromuskular lainnya. Body Wrap (Pneumowrap) dan Chest Cuirass (Tortoise Shell). Kedua alat portabel ini membutuhkan sangkar atau shell yang kaku untuk menciptakan bilik tekanan negatif disekitar toraks dan abdomen. Karena masalah-masalah dengan ketepatan ukuran dan kebocoran sistem, jenis ventilator ini hanya digunakan dengan hati-hati pada pasien tertentu. b. Ventilator Tekanan Positif Ventilator

tekanan

positif

menggembungkan

paru-paru

dengan

mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas, serupa dengan mekanisme di bawah, dan dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Ekspirasi terjadi secara pasif.

6

Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakea atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan di lingkungan rumah sakit dan meningkat penggunaannya di rumah untuk pasien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif, yaitu : 1) Ventilator Tekanan-Bersiklus. Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain, siklus ventilator hidup, mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai, dan kemudian siklus mati. Keterbatasan utama dengan ventilator jenis ini adalah bahwa

volume

udara atau oksigen dapat beagam sejalan dengan perubahan tahanan atau kompliens

jalan

napas

pasien.

Akibatnya

adalah

suatu

ketidakkonsistensian dalam jumlah volume tidal yang dikirimkan dan kemungkinan mengganggu ventilasi. Konsekuensinya, pada orang dewasa, ventilator tekanan-bersiklus dimaksudkan hanya untuk penggunaan jangka pendek di ruang pemulihan. Jenis yang paling umum dari ventilator jenis ini adalah mesin IPPB. 2) Ventilator Waktu-Bersiklus Ventilator waktu-bersiklus mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah waktu yang ditentukan. Volume udara yang diterima pasien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara. Sebagian besar ventilator mempunyai frekuensi kontrol yang menentukan frekuensi pernapasan, tetapi waktu-pensiklus murni jarang digunakn untuk orang dewasa. Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi. 3) Ventilator Volume-Bersiklus Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekananpositif yang paling banyak digunakan sekarang. Dengan ventilator jenis ini, volume udara yang akan dikirimkan pada setiap inspirasi telah ditentukan. Mana kala volume preset ini telah dikirimkan pada pasien, siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Dari satu nafas ke nafas lainnya, volume udara yang dikirimkan oleh ventilator secara relatif konstan, sehingga memastikan pernapasan yang konsisten, adekuat meski tekanan jalan nafas beragam.

7

3. Indikasi Ventilasi Mekanis Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persistem (penurunan pH), maka ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Selain itu pada kondisi kondisi di bawah ini diindikasikan menggunakan ventilator mekanis yaitu sebagai berikut : a. Gagal Napas Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnue) maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi gagal napas yang sebenarnya. Distress pernapasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot). b. Insufisiensi Jantung Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan pernapasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada system pernapasan (system pernapasan sebagai akibat peningkatana kerja napas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan kolaps. Pemberian ventilator untuk mengurangi beban kerja system pernapasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang. c. Disfungsi Neurologis Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe berulang juga mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik berfungsi untuk menjaga jalan napas pasien. Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial. d. Tindakan operasi Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator mekanik.

8

4. Setting Ventilator Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu : a. Frekuensi pernafasan permenit Frekuensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi. b. Tidal volume Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan time cycled. c. Konsentrasi oksigen (FiO2) FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien. d. Rasio inspirasi : ekspirasi Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi Waktu inspirasi + waktu istirahat Waktu ekspirasi Keterangan : 1) Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume tidal atau mempertahankan tekanan. 9

2) Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi. 3) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara pernapasan. 4) Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2. e. Limit pressure / inspiration pressure Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma. f. Flow rate/peak flow Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal pernapasan yang telah disetting permenitnya. g. Sensitifity/trigger Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka semakin susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan. h. Alarm Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap. i. Positive end respiratory pressure (PEEP) 10

PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.

5. Komplikasi Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, Pasien dengan ventilator mekanis memerlukan observasi, keterampilan dan asuhan keperawatan berulangtapi bila perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti : a. Komplikasi pada jalan nafas Aspirasi dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Kita dapat meminimalkan resiko aspirasi setelah intubasi dengan mengamankan selang, mempertahankan manset mengembang, dan melakukan penghisapan oral dan selang kontinu secara adekuat. Bila resusitasi diperpanjang dan distensi gastrik terjadi, jalan nafas harus diamankan sebelum memasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung. Bila aspirasi terjadi potensial untuk terjadinya SDPA meningkat. Kebanyakan pasien dengan ventilator perlu dilakukan restrein pada kedua tangan, karena ekstubasi tanpa disengaja oleh pasien sendiri dengan aspirasi adalah komplikasi yang pernah terjadi. Selain itu selfextubation dengan manset masih mengembang dapat menimbulkan kerusakan pita suara. Prosedur intubasi itu sendiri merupakan resiko tinggi. Contoh komplikasi intubasi meliputi : 1) Intubasi lama dan rumit meningkatkan hipoksia dan trauma trakea. 2) Intubasi batang utama (biasanya kanan) ventilasi tak seimbang, meningkatkan laju mortalitas. 3) Intubasi sinus piriformis (jarang) abses faringeal. Pnemonia Pseudomonas sering terjadi pada kasus intubasi lama dan selalu kemungkinan potensial dari alat terkontaminasi. b. Masalah Selang Endotrakeal Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat terjadi. Alternatifnya, karena posisi selang pada faring, orifisium ke telinga tengah dapat tersumbat, menyebabkan otitis media berat, kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau telinga atau terjadi demam dengan etiologi yang tidak 11

diketahui, sinus dan telinga harus diperiksa untuk kemungkinan sumber infeksi. Beberapa derajat kerusakan trakeal disebabkan oleh intubasi lama. Stenosis trakeal dan malasia dapat diminimalkan bila tekanan manset diminimalkan. Sirkulasi arteri dihambat oleh tekanan manset kurang lebih 30 mm/Hg. Penurunan insiden stenosis dan malasia telah dilaporkan dimana tekanan manset dipertahankan kurang lebih 20 mm/Hg. Bila edema laring terjadi, maka ancaman kehidupan paskaekstubasi dapat terjadi. c. Masalah Mekanis Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2-4 jam ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT tidak adekuat disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit atau manset, selang atau ventilator terlepas, atau obstruksi aliran. Selanjutnya disebabkan oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme berat, spasme batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal. Secara latrogenik menimbulkan komplikasi melampaui kelebihan ventilasi mekanis yang menyebabkan alkalosis respiratori dan karena ventilasi mekanis menyebabkan asidosis respiratori atau hipoksemia. Penilaian GDA menentukan efektivitas ventilasi mekanis. Perhatikan, bahwa pasien PPOM diventilasi pada nilai GDA normal mereka, yang dapat melibatkan kadar karbondioksida tinggi. d. Barotrauma Ventilasi mekanis melibatkan “pemompaan” udara kedalam dada, menciptakan tekanan positif selama inspirasi. Bila TEAP ditambahkan, tekanan ditingkatkan dan dilanjutkan melalui ekspirasi. Tekanan positif ini dapat menyebabkan robekan alveolus atau emfisema. Udara kemudian masuk ke area pleural, menimbulkan tekanan pneumotorak-situasi darurat. Pasien dapat mengembangkan dispnea berat tiba-tiba dan keluhan nyeri pada daerah yang sakit. Tekanan ventilator menggambarkan peningkatan tajam pada ukuran, dengan terdengarnya bunyi alarm tekanan. Pada auskultasi, bunyi nafas pada area yang sakit menurun atau tidak ada. Observasi pasien dapat menunjukkan

penyimpangan

trakeal.

Kemungkinan

paling

menonjol

menyebabkan hipotensi dan bradikardi yang menimbulkan henti jantung tanpa intervensi medis. Sampai dokter datang untuk dekompresi dada dengan jarum, 12

intervensi keperawatannya adalah memindahkan pasien dari sumber tekanan positif dan memberi ventilasi dengan resusitator manual, memberikan pasien pernafasan cepat. e. Penurunan Curah Jantung. Penurunan curah jantung ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien pertama kali dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan tonus simpatis dan menurunnya aliran balik vena. Selain itu hipotensi adalah tanda lain dan gejala dapat meliputi gelisah yang tidak dapat dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran, penurunan haluarana urine, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat, pucat, lemah, dan nyeri dada. Hipotensi biasanya diperbaiki dengan meningkatkan cairan untuk memperbaiki hipovolemia. f. Keseimbangan air positif Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan reseptor vagal pada atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini merangsang pengeluaran hormon antidiuretik dari hipofise posterior. Penurunan curah jantung menimbulkan penurunan haluaran urine melengkapi masalah dengan merangsang respons aldosteron renin-angiotensin. Pasien yang bernafas secara mekanis, hemodinamik tidak stabil, dan yang memerlukan jumlah besar resusitasi cairan dapat mengalami edema luas, meliputi edema sakral dan fasial.

6. Penatalaksanaan a. Prehospitalisasi Penatalaksanaan pada ventilasi mekanik sebelum di rumah sakit tidak diketemukan, karena pemasangan ventilator baru dilakukan di rumah sakit. b. Hospitalisasi Dalam pemberian ventilator

sebagai tenaga kesehatan tentunya

mempunyai beberapa prosedur.Prosedur dalam hal pemberian ventilator sebelum dipasang adalah dengan melakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut : 1) Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100% 2) Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit 3) Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB 13

4) Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik 5) PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditunjukkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas). Bila selama pengobatan serta perawatan di ruang ICCU ini keadaan umum pasien membaik maka akan dilakukan penyapihan pada pasien.Penyapihan ini adalah menurunkan secara perlahan set-set dalam mesin ventilator dan disesuaikan dengan kondisi pasien dan bertujuan agar mesin ventilator itu bisa dilepas dan pasien tidak tergantung kepada mesin ventilator.

B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pada pengkajian mencakup anamnesa dan pengumpulan data pasien, data yang dikaji dalam anemnesa diantaranya tanggal masuk rumah sakit, tanggal dilakukannya pengkajian, nomor registrasi / medical record diagnosa, sedangkan untuk identitas pasien yaitu nama pasien, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, dan agama. Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut : 1) Survey Primery Langkah-langkahnya sebagai ABCDE (airway and C-spine control, breathing, circulation and hemorrhage control, disability, exposure/environment). Jalan nafas merupakan prioritas pertama. Pastikan udara menuju paru-paru tidak terhambat. Temuan kritis seperti obstruksi karena cedera langsung, edema, benda asing dan akibat penurunan kesadaran. Pada survei primer, hal yang perlu dikaji adalah : a) Dangers Kaji kesan umum : observasi keadaan umum klien 1. Bagaimana kondisi saat itu 2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi 3. Bagaimana mengatasinya 4. Pastikan penolong selamat dari bahaya 14

5. Hindarkan bahaya susulan menimpa orang-orang disekitar 6. Segera pindahkan korban’jangan lupa pakai alat pelindung diri b) Respons Kaji respon / kesadaran dengan metode AVPU, meliputi : 1. Alert (A)

: berespon terhadap lingkungan sekitar/sadar terhadap kejadian yang dialaminya

2. Verbal (V)

: berespon terhadap pertanyaan perawat

3. Paintfull (P)

: berespon terhadap rangsangan nyeri

4. Unrespon (U) : tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri

Cara pengkajian : 1. Observasi kondisi klien saat datang 2. Tanyakan nama klien 3. Lakukan penepukan pundak / penekanan daerah sternum 4. Lakukan rangsang nyeri misalnya dengan mencubit

c) Airway (Jalan Napas) 1. Lihat, dengar, raba (Look, Listen, Feel) 2. Buka jalan nafas, yakinkan adekuat 3. Bebaskan jalan nafas dengan proteksi tulang cervical dengan menggunakan teknik Head Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, hati-hati pada korban trauma 4. Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada daerah mulut 5. Finger sweep untuk membersihkan sumbatan di daerah mulut 6. Suctioning bila perlu

d) Breathing (Pernapasan) Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut, apakah ada pertukaran hawa panas yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas, keteraturan nafas atau tidak.

e) Circulation (Pendarahan) 1. Lihat adanya perdarahan eksterna/interna

15

2. Hentikan perdarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress, Elevation (istirahatkan lokasi luka, kompres es, tekan/bebat, tinggikan) 3. Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary refill time, nadi, sianosis, pulsus arteri distal.

2) Survey Sekundary Mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe) Formalnya dimulai setelah melengkapi survei primer dan setelah memulai fase resusitasi. Nilai lagi tanda vital, lakukan survei primer ulangan secara cepat untuk menilai respons atas resusitasi dan untuk mengetahui perburukan. Selanjutnya cari riwayat, termasuk laporan petugas pra RS, keluarga, atau korban lain. Pada survei sekunder, hal yang perlu dikaji, meliputi : a. Disability Ditujukan untuk mengkaji kondisi neurimuscular klien : 1. Keadaan status kesadaran lebih dalam (GCS) 2. Keadaan ekstremitas (kemampuan motorik dan sensorik)

b. Eksposure Melakukan pengkajian head to toe pada klien, meliputi : 1. Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh a) Posisi saat ditemukan b) Tingkat kesadaran c) Sikap umum, keluhan d) Trauma, kelainan e) Keadaan kulit 2. Pemeriksaan Kepala dan Leher a) Raut Muka 1) Bentuk muka : bulat, lonjong, dan lain-lain 2) Ekspresi muka : tampak sesak, gelisah, kesakitan 3) Tes syaraf : menyeringai, mengerutkan dahi, untuk memeriksa nervus V, VII. b) Bibir 16

1) Biru (sianosis) 2) Pucat (anemia 3. Mata a) Konjungtiva Pucat (anemia), Ptechiae (perdarahan bawah kulit/ selaput lendir) pada endokarditis bacterial b) Skela Kuning ( ikterus ) pada gagal jantung kanan, penyakit hati, dan lain-lain c) Kornea Arkus senilis ( garis melingkar putih/abu-abu di tepi kornea ) berhubungan dengan peningkatan kolesterol/ penyakit jantung koroner. d) Eksopthalmus Berhubungan dengan tirotoksikosis 4. Pemeriksaan Dada Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan, perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara ketuk/perkusi, suara nafas. 5. Pemeriksaan perut Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi. 6. Pemeriksaan tulang belakang Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot. 7. Pemeriksaan pelvis/genetalia Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia. 8. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa, bengkak, denyut nadi, warna luka.

2. Diagnosa a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deprei pusat pernafasan

17

c. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan benda asing pada trakea d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler e. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian. f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan tubuh metabolic g. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatan pertahanan utama

3. Intervensi

No. 1.

Diagnosa

Kriteria Hasil

Intervensi

Gangguan

NOC

NIC

pertukaran

gas

berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfus

1. Respiratory status: gas Airway management exchange (1-5)

1. Posisikan pasien

2. Respiratory

status:

ventilation (1-5)

untuk memaksimalkan

3. Vital sign status (1-5)

Ventilasi 1. Pasang mayo bila

Kriteria Hasil:

perlu

1. Mendemonstrasikan peningkatan

2. Lakukan

ventilasi

dan oksigenasi

yang

adekuat

jika perlu 3. Keluarkan sekret

2. Memelihara kebersihan paru parudan bebas dari tanda-tanda

distress

pernafasan

atauSuction 4. Auskultasi suara

adanyasuara

batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak sianosis

dyspneu

dengan batuk

nafas, catat

3. Mendemonstrasikan

ada

fisioterapi dada

dan

(mampu

mengeluarkan sputum,

tambahan 5. Berikan bronkodilator ; 6. Berikan pelembab udara

18

mampu

bernafas

7. Atur intake untuk

dengan mudah, tidak

cairan

ada pursed lips).

mengoptimalkan

4. Tanda

tanda

vital

dalam rentang normal 5. AGD dalam batas Normal 6. Status neurologis dalam batas normal

keseimbangan. 8. Monitor respirasi dan status O2 9. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan Intercostals

Respiratory monitoring 1. Monitor suara nafas, seperti dengkur 2. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,kussma ul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot 3. Auskultasi suara nafas, catat areapenurunan / tidak adanya ventilasi dansuara tambahan 4. Monitor TTV, AGD, elektrolit

19

dan ststus Mental 5. Observasi sianosis khususnya membrane Mukosa 6. Jelaskan pada pasien dan keluargatentang persiapan tindakan dan tujuanpenggunaa n alat tambahan (O2, Suction,Inhalasi) 7. Auskultasi bunyi jantung, jumlah, iramadan denyut jantung 2.

Pola

nafas

tidak NOC:

efektif berhubungan

NIC

1. Respiratory

dengan deprei pusat

status :Ventilation (1-

pernafasan

5) 2. Respiratory status :Airway patency (1-5) 3. Vital sign Status (1-5)

Airway management 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2. Pasang mayo bila perlu 3. Lakukan

Kriteria hasil: 1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan

fisioterapi dada jika perlu 4. Keluarkan sekret

suaranafas yang bersih,

dengan batuk

tidak ada sianosis dan

atau suction

20

dypsneu (mampu

5. Auskultasi suara

mengeluarkan sputum,

nafas, catat

mampu bernafas

adanya suara

dengan mudah,

tambahan

tidakada pursedlips) 2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien

6. Berikan bronkodilator 7. Berikan

tidak merasa tercekik,

pelembab udara

irama nafas, frekuensi

Kassa basah

pernafadan dalam

8. NaCl Lembab

rentang normal, tidak

9. Atur intake untuk

ada suara nafas

cairan

abnormal)

mengoptimalkan

3. Tanda Tanda vital

keseimbangan.

dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

Oxygen therapy 1. Monitor respirasi dan status O2 2. Bersihkan mulut, hidung dan secret Trakea 3. Pertahankan jalan nafas yang paten 4. Observasi adanya tanda tanda Hipoventilasi 5. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi 6. Monitor vital sign 7. Informasikan pada pasien dan

21

keluarga entang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas. 8. Ajarkan bagaimana batuk efektif 9. Monitor

pola

nafas 3.

Tidak

efektif NOC

bersihan jalan napas berhubungan dengan benda trakea

asing pada

NIC

1. Respiratory status: Ventilation (1-5) 2. Respiratory status : Airway patency (1-5) 3. Aspiration Control (15)

1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning. 2. Berikan O2, l/mnt, 3. Anjurkan pasien

Kriteria hasil : 1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara

untuk istirahat dan napas dalam 4. Posisikan pasien

nafas yang bersih, tidak

untuk

ada sianosis dan

memaksimalkan

dyspneu (mampu

ventilasi

mengeluarkan sputum,

5. Lakukan

bernafas dengan

fisioterapi dada

mudah, tidak ada

jika perlu

pursed lips) 2. Menunjukkan jalan

6. Keluarkan sekret dengan batuk

nafas yang paten (klien

atau suction

tidak merasa tercekik,

7. Auskultasi suara

irama nafas, frekuensi

nafas, catat

pernafasan dalam

adanya suara

22

rentang normal, tidak ada suara nafas

tambahan 8. Berikan

abnormal) 3. Mampu

bronkodilator : 9. Monitor status

mengidentifikasikan dan mencegah faktor

hemodinamik 10. Berikan

yang penyebab.

pelembab udara

4. Saturasi O2 dalam

Kassa basah

batas normal 5. Foto thorak dalam

NaClLembab 11. Berikan

batas normal

antibiotik : 12. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan 13. Monitor respirasi dan status O2 14. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan secret 15. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentangpengguna an peralatan : O2, Suction, inhalasi

4.

Kerusakan komunikasi

NOC verbal

berhubungan dengan

NIC

1. Anxiety self control (1-5)

kelemahan

2. Coping (1-5)

neuromuskuler

3. Sensory function :

Comunication enhancement : speech deficit 1. Gunakan

23

hearing & vision (1-5) 4. Fear self control (1-5)

penerjemah:jika diperlukan 2. Beri kalimat

Kriteria hasil : 1. Komunikasi: penerimaan, interpretasi, dan

simple setiap kali bertemu, jika diperlukan 3. Konsultasikan

ekspresi pesan lisan

dengan dokter

tulisan, dan non verbal

kebutuhan terapi

meningkat

wicara

2. Komunikasi ekspresif

4. Dorong pasien

(kesulitan berbicara):

untuk komunikasi

ekspresi pesan verbal

secara perlahan

atau atau non verbal

dan untuk

yang bermakna

mengulangi

3. Komunikasi resertif

permintaan

(kesulitan mendengar):

5. Dengarkan

penerimaan komunikasi

dengan penuh

verbal dan non verbal

perhatian

yang bermakna 4. Perolehan informasi: klien mampu memperoleh informasi

6. Berdiri didepan pasien ketika berbicara 7. Ajarkan pasien

dan mengatur serta

bicara esophagus

menggunakan

jika diberlukan

informasi 5. Mampu mengontrol

8. Beri anjuran kepada pasien

respon ketakutan dan

dan keluarga

kecemasan terhadap

tentang

ketidakmampuan

menggunakan

berbicara

alat bantu bicara

6. Mampu memanajemen kemampuan fisik yang

9. Berikan pujian prositive, jika

24

dimiliki 7. Mampu

diperlukan 10. Anjurkan pada

mengkomunikasikan

pertemuan

kebutuhan dengan

kelompok

lingkungan sosial

11. Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk memberi stimulus komunikasi 12. Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dalam menyampaikan informasi

Communication enhancement: hearing deficit Communication enchancment : visual defisit Anxienty reduction Active listening 5.

Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

NOC :

NIC

1. Kontrol kecemasan (15) 2. Koping (1-5)

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) 1. Gunakan

Kriteria hasil: 1. Klien mampumengidentifikas

pendekatan yang menenangkan 2. Nyatakan dengan

25

i dan mengungkapkan

jelas harapan

gejala cemas

terhadap pelaku

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan

pasien 3. Jelaskan semua

menunjukkan teknik

prosedur dan apa

untuk mengontrol

yang dirasakan

cemas

selama prosedur

3. Vital sign dalam batas normal 4. Postur tubuh,

4. Temani pasien untuk memberikan

ekspresiwajah, bahasa

keamanan dan

tubuhdan tingkat

mengurangi takut

aktivitas menunjukkan

5. Berikan informasi

berkurangnya

faktual mengenai

kecemasan.

diagnosis, tindakan prognosis 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien 7. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi 8. Dengarkan dengan penuh perhatian 9. Identifikasi tingkat kecemasan 10. Bantu pasien mengenal situasi

26

yang menimbulkan kecemasan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi 12. Kelola pemberian obat anti cemas. 6.

Ketidakseimbangan

NOC

NIC:

nutrisi kurang dari

1. Nutrional status (1-5)

Nutrition Management

kebutuhan

tubuh

2. Nutrional status: food

1. Kaji adanya

berhubungan dengan

and fluid intake (1-5)

peningkatan kebutuhan metabolic

3. Nutrional status: nutrient intake (1-5) 4. Weight control (1-5)

alergi makanan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

Kriteria Hasil:

jumlah kalori dan

1. Adanya peningkatan

nutrisi yang

berat badan sesuai

dibutuhkan

dengan tujuan 2. Berat badan ideal

3. Anjurkan pasien untuk

sesuai dengan tinggi

meningkatkan

badan

intake Fe

3. Mempu

4. Anjurkan pasien

mengidentifikasi

untuk

kebutuhan nutrisi

meningkatkan

4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5. Tidak terjadi penurunan berat badan

protein dan vitamin C 5. Berikan substansi gula

27

6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsulkan dengan ahli gizi) 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan mutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring 1. BB pasien dalam batas normal 2. Monitor adanya penurunan berat badan 3. Monitor tipe dan

28

jumlah aktivitas yang biasa digunakan 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan 5. Monitor lingkungan selama makan 6. Jadwal pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 8. Monitor turgor kulit 9. Monitor mual dan muntah 10. Monitor kadar albumin, total protein, dan Hb 11. Monitor makanan kesukaan 12. Monitor kalori dan intake nutrisi 13. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

29

7.

Resiko tinggi infeksi NOC

NIC

berhubungan dengan

1. Immune Status (1-5)

Infection control (kontrol

tidak

2. Knowledge : Infection

infeksi)

adekuatan

pertahanan utama

control (1-5) 3. Risk control (1-5)

1. Pertahankan teknik aseptif 2. Batasi

Kriteria hasil: 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Menunjukkan

pengunjung bila perlu 3. Cuci tangan setiap sebelum

kemampuan untuk

dan

mencegah timbulnya

sesudahtindakan

infeksi

keperawatan

3. Jumlah leukosit dalam batas normal 4. Menunjukkan perilaku hidup sehat 5. Status imun,

4. Gunakan baju, sarung tangan sebagaialat pelindung 5. Ganti letak IV

gastrointestinal,

perifer dan

genitourinaria dalam

dressing

batas normal

sesuaidengan petunjuk umum 6. Gunakan kateter intermiten untukmenurunka n infeksi kandung kencing 7. Tingkatkan intake nutrisi 8. Berikan terapiantibiotik: 9. Monitor tanda dan gejala infeksi

30

sistemikdan local 10. Pertahankan teknik isolasi k/p 11. Inspeksi kulit dan membran mukosaterhadap kemerahan, panas, drainase 12. Monitor adanya luka 13. Dorong masukan cairan 14. Dorong istirahat 15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dangejala infeksi 16. Kaji suhu badan pada pasien neutropeniasetiap 4 jam

4. Implementasi Implementasi ialah tindakan pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana keperawatan yang telah disusun. Prinsip dalam memberikan tindakan keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan yang diberikan kepada klien. Tindakan keperawatan yang dilakukan dapat berupa tindakan keperawatan secara independent, dependent, dan interdependent. Tindakan independent yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tindakan dependent ialah tindakan yang berhubungan dengan tindakan medis atau dengan perintah dokter atau tenaga kesehat lain. Tindakan

31

interdependent ialah tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain seperti ahli gizi, radiologi,fisioterapi dan lain-lain. Dalam melakukan tindakan pada pasien dengan gagal napas perlu diperhatikan ialah penanganan terhadap tidak efektifnya bersihan jalan napas, Kerusakan pertukaran gas, Resiko tinggi kekurangan volume cairan, Ansietas/ketakutan, dan Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi.

5. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai alat ukur kerberhasilan suatu asuhan keperawatan yang dibuat. Evaluasi berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam menentukan keefektifan rencana atau perubahan dalam membantu asuhan keperawatan. Hasil yang diharapkan : a. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal, dan tanda-tanda vital adekuat. b. Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal. c. Bebas dari cedera atau infeksi seperti yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel darah putih. d. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan. e. Berkomunikasi secara efektif melalui pesantertulis, gerak tubuh, alat komunikasi lainnya. f. Dapat mengatasi masalah secara efektif.

32

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama (Brunner and Suddarth, 2001). Terdapat

beberapa

jenis

ventilator

mekanis.Ventilator

diklasifikasikan

berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif. Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan pH), maka ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti pascaoperatif bedah toraks atau abdomen, takar lajak obat, penyakit neuromuskular, cedera inhalasi, PPOM, trauma multipel, syok, kegagalan multisistem, dan koma semuanya dapat mengarah pada gagal nafas dan perlunya ventilasi mekanis.

B. Saran Perawat yang bekerja di ruang kritis hendaknya adalah perawat yang berpengalaman atau perawat yang mau belajar untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai teknologi di ruang kritis terkait penggunaan mesin-mesin penunjang kehidupan yang digunakan oleh pasien-pasiennya. Perawat diharapkan harus mampu untuk menganalisa manfaat transfer dan transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi keperawatan, tidak hanya di area keperawatan kritis tapi juga di area-area keperawatan lainnya. Hal ini sebenarnya akan meningkatkan kualitas praktek dan profesi keperawatan. Namun sayangnya masih ada perawat yang beranggapan bahwa teknologi di suatu area keperawatan merupakan suatu tambahan pekerjaan bagi perawat.

33

DAFTAR PUSTAKA Aziz, Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ventilasi Mekanik. Diakses di http://senyumbening.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan.html. Basuri,

Chairul. 2012. Triase dalam KGD. Diakses di http://healthandnewsdarulmuttaqin.blogspot.com/2012/10/ventilasi-mekanik.html.

Herdman, T. Heather .2012. Buku NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan. EGC:Jakarta Priangga, D. Satria. 2011. Ventilator Mekanis. Diakses http://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/ventilator-mekanis.htmlz Zahar, Nuraini. 2012. Konsep dasar ventilasi mekanik. http://nurainiperawatpjnhk.blogspot.com/2012/09/ventilasi-mekanik.html.

di

diakses

34

Related Documents

Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113

More Documents from "Ersi Ghaisani Masturah"