LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS “Kajian Administrasi Resep, Kopi Resep dan Etiket”
Disusun oleh: Kelompok 4 Sherly Kurnia Syam
(11161020000030)
Sarta Hidayat Nasution
(11161020000035)
Erina Reggiany
(11161020000036)
Aulia Dini Rahmawati
(11161020000041)
DeaNasyahta Della
(11161020000042) Farmasi 2016 Kelas B
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA MARET/2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................. i BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1 A. Latar Belakang ....................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ...............................................................................................2 C. Tujuan .................................................................................................................2 BAB II DASAR TEORI .................................................................................................3 BAB III METODOLOGI KERJA ..................................................................................7 A. Prosedur Kerja .....................................................................................................7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................8 A. HasilPraktikum....................................................................................................8 B. Pembahasan ........................................................................................................15 BAB V PENUTUP .........................................................................................................18 A. Kesimpulan ........................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Bealakang Dalam pelayanan kesehatan obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga berpengaruh terhadap peningkatan penelitian di bidang farmasi. Pasien dengan masalah kesehatan tertentu melakukan pemeriksaan ke dokter, biasanya diberi pilihan terapi yang akan dijalankan. Terapi obat sejauh ini merupakan yang paling sering dipilih. Pada banyak kasus, terapi obat sering melibatkan penulisan resep. Resep merupakan hal terpenting sebelum pasien menerima obat. Dalam alur pelayanan resep, apoteker
wajib
melakukan
skrining
resep
yang
meliputi
skrining
admninstratif, kopi resep dan membuat etiket, kesesuaian farmasetis, dan kesesuian klinis untuk menjamin legalitas suatu resep dan meminimalkan kesalahan pengobatan. Resep harus ditulis dengan jelas untuk menghindari salah persepsi antara penulis dengan pembaca resep, kegagalan komunikasi dan salah interpretasi antara dokter dengan apoteker merupakan salah satu faktor kesalahan medikasi (medication error) yang berakibat fatal bagi pasien (Charles & Endang, 2006). Resep yang baik harus memuat cukup informasi yang memungkinkan ahli farmasi yang bersangkutan mengerti obat apa yang akan diberikan kepada pasien. Aspek admnistratif resep dipilih karena merupakan skrining awal pada saat resep dilayani di apotek, skrining admnistratif perlu dilakukan karena mencakup seluruh informasi di dalam resep yang berkaitan dengan kejelasaan tulisan obat, keabsahan resep, dan kejelasan informasi di dalam resep. Dalam penulisan resep kelengkapan admnistratif sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Akibat ketidaklengkapan admnistratif resep bisa berdampak buruk bagi pasien, yang merupakan tahap
3
skrining awal guna mencegah adanya medication error. Permasalahan dalam peresepan merupakan salah satu kejadian medication error. Menurut Surat Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.1027/MENKES/SK/IX/2004
menyebutkan bahwa medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Bentuk medication error yang terjadi adalah pada fase prescribing (error terjadi pada penulisan resep) yaitu kesalahan yang terjadi selama proses peresepan obat atau penulisan resep. Dampak dari kesalahan tersebut sangat beragam, mulai yang tidak memberi resiko sama sekali hingga terjadinya kecacatan bahkan kematian (Siti, 2015). Sehingga alasan diatas lah yang melatarbelakangi kami sebagai praktikan melakukan praktikum farmasi praktis dengan judul praktikum kajian administrasi resep, kopi resep dan membuat etiket.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana prosedur melakukan pengkajian resep dan membaca resep? 2. Bagaimana tahapan melakukan pengkopian resep? 3. Bagaimana membuat etiket dari setiap obat yang tertera pada resep?
C. Tujuan Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar pelayanan kefarmasian pada sarana pelayanan kefarmasian, yaitu : 1. Membaca resep 2. Mengkaji resep secara administrasi 3. Membuat kopi resep dan etiket
4
BAB II DASAR TEORI 2.1 Resep 2.1.1 Pengertian Resep Menurut permenkes no. 72 tahun 2016, resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Resep
adalah
permintaan
tertulis
dari
seorang
dokter
kepada
apotekerpengelola apotek untuk menyiapkan dan/atau membuat, meracik, serta menyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni, 2006). Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Jika resep tidak jelas atautidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep tersebut. Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut : 1. Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan. 2. Tanggal penulisan resep (inscriptio). 3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio). 4. Nama setiap obat dan komposisinya (praescrippio/ordonatio). 5. Aturan pemakaiain obat yang tertulis (signatura). 6. Tanda tangan atau paraf dokterr penulis resep sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku (subscriptio). 7. Jenis hewan serta nama dan alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan 8. Tanda seru atau paraf dokter untuk setiap resep yang melebihi dosismaksimalnya (Anief, 2000). 2.1.2 Tahap - Tahap Pelayanan Resep Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep adalah menjadi tanggung Apoteker Pengelola Apotek. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung dengan keahlian profesinya dan
5
dilandasi pada kepentingan masyarakat. Apoteker wajib memberi informasi tentang penggunaan secara tepat, aman, rasional, kepada pasien atas permintaan masyarakat (Anief, 2000). Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan palayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Paraf/tanda tangan Dokter Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberin informasi, monitoring pnggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan (Anonim, 2004). a. Skrining resep. Apoteker melakukan skrining resep meliputi : 1) Persyaratan Administratif : a. Nama, SIPA dan alamat dokter b. Tanggal penulisan resep c. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien e. Cara pemakaian yang jelas f. Informasi lainnya 2) Kesesuaian farmasetik. Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. 3) Pertimbangan klinis. adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
6
2.2 Salinan Resep Salinan resep adalahs alinan yang dibuat dan ditandatangani oleh apoteker rmenggunakan blanko salinan resep dan bukan berupa fotokopi dari resep asli. Salinan resep selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli, harus memuat pula: a. Nama, alamat, dan nomor surat izin sarana; b.
Nama dan nomor Surat Izin PraktekApoteker;
c. Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet atau ne detur untuk obat yang belum diserahkan; d. Nomor resep dan tanggal pembuatan; e. Stempel sarana. 2.3 Istilah Latin dalam penulisan resep (Ristekdikti.go.id) 1. Aturan pakai (diawali dengan signa/s) a. s.d.d / 1.d.d = semel de die ( 1x sehari) b. b.d.d / 2.d.d = bis de die (2x sehari) c. t.d.d / 3.d.d = ter de die (3x sehari) 2. Takaran/jumlah/satuan a. C = cochlear (sendok makan, 15 ml) b. Cp = cochlear pultis (sendok bubur, 8 ml) c. cth = cochlear theae (sendok teh, 5 ml) d. gtt = guttae (tetes) 3. Perintah pembuatan a. m.f = misce fac (campur, buatlah) b. d.i.d = da in dimidio (berikan setengahnya) c. dtd = da tales doses (berikan dengan takaran sebanyak itu) d. s = signa (tandai) e. q.s = quantum satis (secukupnya) f. aa = anna (masing-masing) g. add = adde (tambahkan) h. iter = iteratio (pengulangan) i. R/ = recipe (ambillah)
7
j. ad = ad (sampai) k. pro = pronum (untuk) l. pcc = pro copy conform (sesuai dengan aslinya) m. det = detur (sudah diberikan) n. nedet = ne detur (belum diberikan) 4. Keterangan waktu a. a.c = ante coenam (sebelum makan) b. p.c = post coenam (setelah makan) c. d.c = durante coena (sewaktu makan) d. m.et.v = mane et vespere (pagi dan malam) e. o.m = omni mane (tiap pagi) f. o.n = omni nicte (tiap malam)
8
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Prosedur Kerja 1. Mahasiswa mendapatkan resep yang diberikan oleh dosen pembimbing praktikum 2. Membaca resep yang diberikan 3. Melakukan kajian terhadap kelengkapan administrasi resep, dan mencatat masalah yang terdapat diresep jika ada. 4. Membuat kopi resepter hadap resep asli yang didapat 5. Membuat etiket obat 6. Membuat laporan
9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum 1. Kajian Administratif resep No
Kajian Administrasi Resep
Resep 1
Resep 2
Resep 3
1
Nama, alamat dan nomor izin
X (nomor izin
√
√
praktik dokter
praktik dokter)
2
Tanggal penulisan resep
X
√
√
3
Tanda R/ pada bagian kiri
√
√
√
√
√
√
√
√
√
penulisan resep 4
Nama setiap obat dan komposisinya
5
Aturan pemakaian obat yang tertulis
6
Paraf dokter
√
√
X
7
Nama, alamat, umur, jenis
X (alamat,
X (Umur, BB,
√
kelamin, BB pasien
umur, jenis
Jenis Kelamin
kelamin, BB
Pasien)
Pasien)
10
Resep 1
APOTEK PRODI FARMASI FKIK UIN Jl. Kertamukti no100, Ciputat Telp 02179432222 SIA : 12345678910 APA :Apoteker Muslim, S.Si, Apt
Namadokter Alamatdokter Namapasien Alamatpasien Tanggalresep
: dr. Fulan, Sp.A : Jl. Kertamukti No. 100 :Fulaniah : ………………… : …………………
R/PamolSyrfls No. I S 3 dd 1 cth det R/Azitromisin tab 500mg No I mfpulvdtd No III S 1 dd 1 pulv det
p.c.c
Pro : Umur : Alamat :
11
APOTEK PRODI FARMASI FKIK UIN Jl. Kertamukti no100, Ciputat Telp 02179432222 Antibiotik
SIA : 12345678910 APA :Apoteker Muslim, S.Si, Apt No resep : 1 Namapasien: Fulaniah
ik
tanggalresep : 18-3-19
Sehari 1x 1 bungkus Setelah makan, Dihabiskan
APOTEK PRODI FARMASI FKIK UIN Jl. Kertamukti no100, Ciputat p.c.c Telp 02179432222 Obat Demam
SIA : 12345678910 APA :Apoteker Muslim, S.Si, Apt
de
No resep : 1 Namapasien: Fulaniah
Pro : Umur : Alamat :
tanggalresep :
Sehari 3 x 1 sendokteh Setelah makan Kocokdahulu
p.c.c
12
Pro : Umur : Alamat :
Resep 2
APOTEK PRODI FARMASI FKIK UIN Jl. Kertamukti no100, Ciputat Telp 02179432222 SIA : 12345678910 APA :Apoteker Muslim, S.Si, Apt
Namadokter Alamatdokter Namapasien Alamatpasien Tanggalresep
: dr. Santoso : Jl. WR Supratman :Alifah : PondokRanji : 21 Maret 2017
R/Tempra sir 160mg/5ml No I S 3 ddcth 1 prn demam det R/Cefspansusp 100mg/5ml No I Sbddcth ¼ det R/ Actifed plus expectorant sir 60 ml No I S tddcth ¼ nedet
p p.c.c
Pro : Umur : Alamat :
13
APOTEK PRODI FARMASI FKIK UIN Jl. Kertamukti no100, Ciputat Telp 02179432222 Obat Demam
SIA : 12345678910 APA :Apoteker Muslim, S.Si, Apt No resep : 2 Namapasien: Alifah
tanggalresep : 21-3-17
Sehari 3x 1 sendokteh Jika Demam, Setelahmakan KocokDahulu
APOTEK PRODI FARMASI FKIK UIN Jl. Kertamukti no100, Ciputat Telp 02179432222 p.c.c Antibiotik SIA : 12345678910 APA :Apoteker Muslim, S.Si, Apt No resep :2 Namapasien: Alifah
tanggalresep : 21-3-17
Sehari2x ¼ sendokteh Setelahmakan, dihabiskan KocokDahulu Pro : Umur : Alamat :
p.c.c
Pro : Umur : Alamat :
14
Resep 3
APOTEK PRODI FARMASI FKIK UIN Jl. Kertamukti no100, Ciputat Telp 02179432222 SIA : 12345678910 APA :Apoteker Muslim, S.Si, Apt
Namadokter Alamatdokter Namapasien Alamatpasien Tanggalresep
: dr. Budi, Sp.PD : Jl. Kertamukti No. 100 :Bu Joko (60 thn) : Jakarta : 1 April 2017
ITER 5X R/Norvask 10 No XXX S 0-0-1 detorig R/Simvastatin 40 tab no X S 1-0-0 detorig R/ Magasida tab no XXX S 4dd 1 detorig
p.c.c
Pro : Umur : Alamat :
15
Etiket Resep 3 APOTEK PRODI FARMASI FKIK UIN Jl. Kertamukti no100, Ciputat Telp 02179432222
Hipertensi
SIA : 12345678910 APA :Apoteker Muslim, S.Si, Apt No resep :3 tanggalresep :1-4-17 Namapasien: Bu Joko (60 thn) Sehari1x 1 tablet Malamhari APOTEK PRODI FARMASI FKIK UIN Jl. Kertamukti no100, Ciputat Telp 02179432222 Obat kolestrol
SIA : 12345678910 APA :Apoteker Muslim, S.Si, Apt
p.c.c
No resep :3 tanggalresep : 1-4-17 Namapasien: Bu Joko (60 thn) Sehari 1 x 1 tablet Pagihari
APOTEK PRODI FARMASI FKIK UIN Jl. Kertamukti no100, Ciputat Obat Pro : Telp 02179432222 maag Umur : SIA :Alamat 12345678910 : p.c.c APA :Apoteker Muslim, S.Si, Apt No resep :3 tanggalresep :1-4-17 Namapasien: Bu Joko (60 thn) Sehari4x 1 tablet Dikunyah, Sebelummakan
Pro : Umur : Alamat : p.c.c 16
B. Pembahasan Pada praktikum kali ini kelompok kami melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar pelayanan kefarmasian pada sarana pelayanan kefarmasian yaitu membaca resep, mengkaji resep secara administrasi, membuat kopi resep, dan membuat etiket. Skrining resep merupakan suatu pemeriksaan resep yang pertama kali dilakukan petugas apotek setelah resep diterima. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam skrining resep yakni kelengkapan administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Aspek admnistratif resep dipilih karena merupakan skrining awal pada saat resep dilayani di apotek, skrining admnistratif perlu dilakukan karena mencakup seluruh informasi di dalam resep yang berkaitan dengan kejelasaan tulisan obat, keabsahan resep, dan kejelasan informasi di dalam resep. Menurut Persyaratan administrasi pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 Tahun 2016 meliputi: nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien; nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter; tanggal Resep; dan ruangan/unit asal Resep. Permasalahan dalam peresepan merupakan salah satu kejadian medication error.
Menurut
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Bentuk medication error yang terjadi adalah pada fase prescribing (error terjadi pada penulisan resep) yaitu kesalahan yang terjadi selama proses peresepan obat atau penulisan resep. Dampak dari kesalahan tersebut sangat beragam, mulai yang tidak memberi resiko sama sekali hingga terjadinya kecacatan bahkan kematian (Siti, 2015). Setelah melakukan pembacaan resep pada tiga resep yang berbeda, kami melakukan
kajian
administrasi
pada
resep-resep
tersebut.
Ditemukan
ketidaklengkapan administrasi pada semua resep. Pada resep pertama tidak mencantumkan nomor surat izin praktik dokter dan nomor telepon dokter, tidak mencantumkan tanggal penulisan resep, tidak mencantumkan usia pasien, alamat pasien, jenis kelamin pasien, berat badan pasien, dan jenis penyakit pasien.
17
Pada resep kedua tidak mencantumkan data pasien dengan lengkap seperti tidak adanya data umur pasien, jenis kelamin pasien, berat badan pasien, dan jenis penyakit pasien. Sedangkan pada resep ketiga ditemukan tidak adanya paraf dokter yang menulis resep. Penulisan Surat Ijin Praktek (SIP) dokter merupakan unsur yang paling tidak sesuai, dalam resep wajib dicantumkan SIP dokter untuk menjamin keamanan pasien, bahwa dokter yang bersangkutan mempunyai hak dan dilindungi undang-undang dalam memberikan pengobatan bagi pasiennya dan telah memenuhi syarat untuk menjalankan praktek seperti yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang serta untuk menjamin bahwa dokter tersebut secara sah diakui dalam praktek keprofesian dokter. Peraturan menteri kesehatan juga menyebutkan bahwa dokter, dokter gigi, dan dokter hewan wajib memliki SIP (Surat Ijin Praktek). Alamat dokter terdiri dari alamat praktek dan nomor telepon dokter yang biasa dicantumkan dalam resep. Alamat dokter dan nomor telepon harus dicantumkan dengan jelas dan diperlukan karena apabila suatu resep tulisannya tidak jelas atau meragukan bisa langsung menghubungi dokter yang bersangkutan, hal ini juga akan memperlancar pelayanan pasien pada waktu di apotek. Pencantuman paraf dokter juga berperan penting dalam resep agar dapat menjamin keaslian resep, berfungsi sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut serta dapat dipertanggung jawabkan agar tidak disalahgunakan di masyarakat umum. Hal ini terkait dalam penulisan resep narkotik maupun psikotropika. Menurut Cohen (1999), komunikasi yang buruk antara dokter dan apoteker dapat menyebabkan
medication
error.
Tidak
adanya
nomor
telepon
dokter
menyebabkan apoteker tidak bisa menghubungi dokter penulis resep ketika terjadi masalah pada fase transcribing maupun dispensing. Tanggal penulisan resep dicantumkan untuk keamanan pasien dalam hal pengambilan obat. Apoteker dapat menentukan apakah resep tersebut masih bisa dilayani di apotek atau disarankan kembali ke dokter berkaitan dengan kondisi pasien meskipun di Indonesia belum ada ketentuan batas maksimal resep dapat dilayani di apotek.
18
Alamat pasien sering kali diabaikan oleh penulis resep (dokter), alamat pasien berguna sebagai identitas pasien apabila terjadi kesalahan dalam pemberian obat di apotek, atau obat tertukar dengan pasien lain serta hal ini sangat diperlukan dalam proses pelayanan peresepan sebagai pembeda ketika ada nama pasien yang sama agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat pada pasien. Data pasien seperti umur pasien dalam penulisan resep cukup penting yang berguna dalam hal perhitungan dosis karena banyak rumus yang digunakan untuk perhitungan dosis dengan menggunakan umur pasien, umur pasien juga berkaitan dengan kesesuaian bentuk sediaan. Jenis kelamin merupakan salah satu aspek yang diperlukan dalam perencanaan dosis karena dapat mempengaruhi faktor dosis obat pada pasien. Menurut Anief (2010), perempuan lebih mudah terkena efek obat-obatan daripada laki-laki, sehingga dianggap memerlukan pengurangan dosis. Berat badan juga merupakan salah satu aspek yang diperlukan dalam perhitungan dosis. Dalam penentuan dosis para ahli telah membuat rumus khusus berdasarkan berat badan seseorang, untuk itu berat badan sangat perlu dicantumkan dalam penulisan resep. Menurut peraturan BPOM Nomor 35 Tahun 2018, salinan resep adalah salinan yang dibuat dan ditandatangani oleh apoteker menggunakan blanko salinan resep dan bukan berupa fotokopi dari resep asli. Salinan resep selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli, harus memuat pula: nama, alamat, dan nomor surat izin sarana; nama dan nomor Surat Izin Praktek Apoteker; tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet atau ne detur untuk obat yang belum diserahkan; nomor resep dan tanggal pembuatan; dan tempel sarana.
19
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang dilakukan, maka dapat disimpukan bahwa: 1. Pengkajian suatu resep diperlukan karena seringkali suatu resep obat tidak memenuhi persyaratan kelengkapannya. Selain hal tersebut tujuan dilakukan pengkajian resep adalah untuk mencegah terjadinya kelalaian pencantuman informasi, penulisan resep yang buruk dan penulisan resep yang tidak tepat. 2. Dalam Kepmenkes No. 280/Menkes/SK/V/1984 menyebutkan bahwa pada resep harus dicantumkan :(1) Nama dan alamat penulis resep, serta nomor izin praktek (2) Tanggal penulisan resep. (3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. (4) Dibelakang lambang R/ harus ditulis nama setiap obat atau komposisi obat.(5) Tanda tangan atau paraf penulis resep (6) Jenis hewan, nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Anief. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Cetakan ke Sembilan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Charles J.P, dan Endang Kumolosari. 2006. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Cohen,
M.R.
1999.
Medication
Errors.
Washington,
DC:
American
Pharmaceutical Association. Megawati, F. dan Santoso, P. 2017. Pengkajian Resep secara Administratif berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 35 Tahun 2014 pada Resep Dokter Spesialis Kandungan di Apotek Sthira Dhipa. Jurnal Medicamento Vol.3 No.1: hal 12-17. Denpasar. Ristek
dikti.
Bahasa
Latin
dalam
Resep.
Diakses
dari
http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/16819/mod_resource/conten t/1/BAHASA%20LATIN%20DALAM%20RESEP.pdf pada hari Minggu, 24 Maret 2018 pkl 13.40 WIB
Siti. 2015. Skripsi: Kajian Administratif, Farmasetik dan Klinis Resep Pasien Rawat Jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015. Jakarta. Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
21