Kelompok 2 Kebutuhan Seksualitas.docx

  • Uploaded by: Ferry Risqulloh
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 2 Kebutuhan Seksualitas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,554
  • Pages: 14
PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUALITAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar Dosen Pengampu: Ns Moch. David KN, S.Kep, M.Gizi

Oleh: Ayu Olyvia Farazilla Chelfin Ainun Nafis Cintia Dili Safitri Dina Rofifaeni Irbah Atik Nur Suci Kartika Putri Tutus Lutfita Dewi Tri Wahyuningsih Sultan Habibi Al Jaelani Salindri Febrianingtyas

PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS BONDOWOSO 2016/2017

KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat serta hidayah-Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar yang merupakan salah satu mata kuliah yang diberikan dalam Program Study DIII Keperawatan Universitas Bondowoso. Mata Kuliah Keperawatan Dasar merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang cara pemenuhan kebutuhan dasar manusi. Penulis yakin, tanpa adanya bantuan dari semua pihak, makalah ini akan mengalami banyak hambatan. Oleh karena itu, tidak berlebihan penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1.

Yuana Dwi Agustin, SKM, M. Kes, sebagai Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.

2.

Ns Moch. David KN, S.Kep, M.Gizi sebagai dosen pengampu penulisan makalah ini.

3.

Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini. Semoga segala sumbangsih yang diberikan kepada penulis mendapatkan

imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan langkah penulis selanjutnya.

Bondowoso, Mei 2017

Penulis

DAFTAR ISI JUDUL ...........................................................................................................i KATA PENGANTAR ..................................................................................ii DAFTAR ISI ...............................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1 1.1 Latar Belakang .........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3 2.1 Definisi Seksualitas .................................................................................3 2.2 Karakteristik ............................................................................................5 2.3 Faktor Yang Mempengaruhi ....................................................................5 2.4 Sikap Terhadap Kesehatan Seksualitas ....................................................6 2.5 Respon Seksual ........................................................................................6 2.6 Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas ....................................8 BAB III PENUTUP ....................................................................................10 3.1 Kesimpulan ...........................................................................................10 3.2 Saran .....................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................11

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pertumbuhan, perkembangan seseorang berlangsung sejak dilahirkan sampai dengan mati. Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar bagianbagian tubuh. Kualitatif atau psikologis bertambah perkembangan intelektual dan bahasa. Pertumbuhan dan perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat tertentu. Konsep pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara interpendensi saling bergantung satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan untuk memperjelas penggunaannya. Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan jika seorang individu mengalami pertumbuhan yang baik maka perkembangan akan baik pula. Pernyataan ini berbanding lurus dengan H.M. Arifin tentang perkembangan, bahwa perkembangan diprasyarati oleh adanya pertumbuhan, oleh karena itu pertumbuhan sangatlah mendukung perkembangan seseorang. Fase perkembangan individu tidak terlepas dari proses pertumbuhan individu itu sendiri. Perkembangan pribadi individu meliputi beberapa tahap atau periodisasi perkembangan, perkembangan

antara

lain

berdasarkan

perkembangan Didaktis,

berdasarkan

perkembangan

analisis

berdasarkan

Biologis, psikologis.

Fase perkembangan Biologis merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan fungsi-fungsi fisiologis atau pembabakan berdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan tertentu. Fase perkembangan dedaktis dapat dibedakan menurut dua sudut tujuan, yaitu dari sudut tujuan teknis umum penyelenggara pendidikan dan dari sudut tujuan teknis khusus perlakuan pendidikan. Fase perkembangan psikologis merupakan pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga masa dewasa. Aspek– aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral

dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu. Untuk efisiensi waktu, maka penulis membatasi penulisan ini pada perkembangan peserta didik fase remaja aspek psikoseksual. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan

masa

dewasa

yang

sehat.

Apabila

gagal

dalam

tugas

perkembangannya, dalam mengembangkan rasa identitasnya. Maka remaja akan kehilangan arah.

1.2

Rumusan Masalah a. b. c. d. e. f.

Definisi Seksualitas Karakteristik Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Kesehatan Seksualitas Respon Seksual Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Definisi Seksualitas Sebelum menjelaskan apa itu dorongan seksual, sangat penting bagi kita untuk memahami lebih dalam mengenai pengertian seks dan seksualitas, karena sering kali, dua pengertian tersebut digunakan secara salah kaprah dalam kehidupan sehari-hari. Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin (Ing: sex). Sedangkan seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologis, dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi

dan

dorongan

seksual.

Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis, serta bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas itu sendiri. Dari dimensi sosial, seksualitas dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seksual. Dimensi kultural menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat. Apa

itu

Dorongan

Seksual?

Dorongan seksual adalah keinginan untuk mendapatkan kepuasan secara seksual yang diperoleh dengan perilaku seksual. Hal yang wajar pada remaja muncul dorongan seksual karena ketika memasuki usia pubertas, dorongan seksual akan muncul dalam diri seseorang. Saat puber, organ-organ reproduksi sudah mulai berfungsi, hormonhormon seksualnya juga mulai berfungsi. Hormon-hormon inilah yang menyebabkan munculnya dorongan seksual, yaitu hormon esterogen dan progesteron pada perempuan, serta hormon testosteron pada laki-laki. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketika dorongan seksual muncul tidak diimbangi dengan pemahaman terhadap hal-hal

yang

berkaitan

dengan

perilaku

seksual.

Tidak ada perbedaan antara dorongan seksual yang dimiliki laki-laki dan perempuan. Tidak ada yang lebih tinggi. Walaupun di masyarakat muncul kepercayaan bahwa dorongan seksual pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, hal tersebut sebetulnya disebabkan oleh budaya yang mengijinkan laki-laki untuk lebih ekspresif (termasuk dalam hal seksualitas), sementara perempuan dilarang untuk menunjukkan ketertarikan seksualnya di depan banyak orang. Apa

itu

Perilaku

Seksual?

Perilaku seksual seringkali dimaknai salah oleh banyak orang dengan hubungan seksual. Perilaku seksual ditanggapi sebagai sesuatu hal yang melulu “negatif”. Padahal tidak demikian halnya. Perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Perilaku seksual tersebut sangat luas sifatnya, mulai dari berdandan, mejeng, ngerling, merayu, menggoda hingga aktifitas dan hubungan seksual. Hubungan seksual adalah kontak seksual yang dilakukan berpasangan dengan lawan jenis atau sesama jenis. Contohnya: pegangan tangan, cium kering, cium basah, petting,

intercourse

dan

lain-lain.

Perilaku seksual merupakan hasil interaksi antara kepribadian dengan lingkungan di sekitarnya. Berikut beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku seksual Seksualitas adalah ekspresi fisiologis dan psikologis dari perilaku seksual. Periode usia bayi, remaja, dewasa dan post-klimakterik memiliki manifestasi karakteristik seksualitas berbeda. Seksualitas adalah istilah komposit yang mengacu pada totalitas kedirian. Seksualitas menunjukkan karakter manusia kita, bukan hanya tindakan seksual kita dan memiliki implikasi tentang arti total sebagai pria atau wanita. Seksualitas berkaitan dengan variabel biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual dari kehidupan yang mempengaruhi perkembangan kepribadian dan hubungan interpersonal. Hal ini termasuk persepsi diri, harga diri, sejarah pribadi, kepribadian, konsep cinta dan keintiman, citra tubuh, dll.

2.2

Karakteristik Meskipun ada perbedaan yang cukup besar antara karakteristik seksual primer dan sekunder, banyak yang tidak akan berpikir tentang hal tersebut. Dalam sebuah pernyataan yang sangat singkat, karakteristik seksual primer adalah organ seksual, tetapi karakteristik sekunder adalah hormon seksual dan fungsi terkait lainnya. Karakteristik Kesehatan Seksual

a. Kemampuan mengekspresikan potensi

seksual, dengan

meniadakan kekerasan,

eksploitasi dan penyalahgunaan seksual. b. Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan diri terhadap penampilan pribadi c. Kongruen antara seks biologis, identitas jender, dan perilaku peran jender d. Kemampuan membuat keputusan pribadi (otonomi) mengenai kehidupan seksual yang dijalani dalam konteks personal dan etik social 2.3

Faktor yang mempengaruhi a) Perspektif Biologis, perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan hormon dapat menimbulkan perilaku seksual. b) Pengaruh Orang Tua, kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dalam masalah seputar seksual dapat memperkuat munculnya penimpangan perilaku seksual c) Pengaruh Teman Sebaya, pada masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya d) Perspektif Akademik, remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi yang rendah cenderung lebih sering memunculkan aktivitas seksual dibandingkan remaja dengan prestasi yang baik di sekolahnya e) Perspektif Sosial Kognitif, kemampuan sosial kognitif diasosiasikan dengan pengambilan keputusan yang menyediakan pemahaman perilaku seksual di kalangan remaja. Remaja yang mampu mengambil keputusan secara tepat

berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya dapat lebih menampilkan perilaku seksual yang lebih sehat.

2.4

Sikap Terhadap Kesehatan Seksualitas Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik, mentaldan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya misalnya dalam menjagahubungan dengan teman atau pacar dalam batasan yang diperbolehkan oleh norma dalammasyarakat atau agama. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguanlainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan dan laki-lakidiakui dan dihormati (BKKBN, 2006).

2.5

Respon Seksual Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturutturut.³Normal´ pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase, dan hasil bercinta yang memuaskan.Empat tahapan siklus respon seksual: 1. Kegembiraan 2. Plateau 3. Orgasme 4. Resolusi Keempat fase yang dialami oleh laki-laki dan perempuan, meskipun waktu dan panjangdurasi dari masing-masing bervariasi antara kedua jenis kelamin. Selain itu, intensitas darimasing-masing fase dapat bervariasi antara setiap orang, dan antara laki-laki dan perempuan.

1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa menitsampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi: a. Peningkatan ketegangan otot b. Peningkatan denyut jantung c. Perubahan warna kulit d. Aliran darah ke daerah genital

e. Mulainya pelumasan Vagina f. Testis membengkak dan skrotum mengencang 2. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yangterjadi dalam fase ini meliputi : a. Fase kegembiraan meningkat b. Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina c. Klitoris menjadi sangat sensitive d. Testis naik ke dalam skrotum e. Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah f. Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot 3. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan faseterpendek, hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut: a. Kontraksi otot tak sadar b. Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan c. Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama d. Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi e. Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh 4. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara perlahankembali ke tingkat fisiologis normal. Fase resolusi ditandai dengan relaksasi,keintiman,dan seringkali kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan faseresolusi sebelum kembali ke aktivitas seksual dan kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu pemulihan sebelum orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia lakilaki, panjang dari fase refraktori akan sering meningkat. Disfungsi seksual yang paling umum pada pria adalah ejakulasi dini. Masalahini terjadi ketika ada pemendekkan fase kegembiraan dan fase plateau. Dalam rangkauntuk mencegah ejakulasi dini, seorang pria harus belajar bagaimana

memperlambatfase kegembiraan dan fase plateau, yang dapat dicapai hanya dengan teknik yang benar dan latihan.

2.6

Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain: 1. Ketidaktahuan mengenai Seks Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak klitorisnya sendiri.Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh banyak orang.Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-betul merakyat. Ini berpangkal darikurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari antara masyarakat tidak memperolehnya pada waktu remaja. Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas informasi, bukan pendidikan. Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks di sekolah ataulembaga formal lainnya. Akibatnya, keingintahuan soal seks didapatkannya dari berbagai media. Untuk ituorang tua hendaknya memberikan pendidikan soal sekskepada anak-anaknya sejak dini. Salahsatunya dengan memisahkan anakanaknya tidur dalam satu kamar setelah berusia sepuluhtahun, sekalipun sama-sama perempuan atau laki-laki. Demikian halnya denganmenghindarkan anak-anaknya mandi bersama keluarga atau juga temantemannya. Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks. Jawabanjawaban yangdiberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai dengan usia si anak. Karena itulah, orangtua dituntut membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi anak akan terjadi pada usia 13 ± 15 tahun pada pria dan 12 ± 14tahun pada wanita. Saat itulah yang dinamakan masa pubertas yaitu masa peralihan dari masaanak-anak menjadi remaja. Pada saat itu pula, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak serta penuh keingintahuan dan petualangan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak.Sayangnya, banyak di antara mereka tidak menyadari beberapa pengalaman yang tampaknyamenyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa ingin tahu para remaja kadang-kadangkurang disertai pertimbangan rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Itu pun terjadiakibat kurangnya kontrol orang tua dan minimnya pendidikan seks dari sekolah atau lembagaformal lainnya. 2. Kelelahan

Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini dalammelakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang wanita harusikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan pasangan yang sedang lelah jarangmerasakan bahwa hubungan seks menarik minat. Akhirnya mereka memilih untuk tidur.Kelelahan bisa menyebabkan bertambahnya usaha yang diperlukan untuk memuaskankebutuhan lawan jenis dan merupakan beban yang membuat kesal yang akhirnya bisamemadamkan gairah seks. 3. Konflik Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai perangterbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain. Konflik menjadi kendalahubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa menggeser proses foreplay. Pasangan dapatmempertajam perselisihan mereka dengan menghindari seks atau mengeluarkan ungkapan negatif atau membandingkan dengan orang lain, yang sangat melukai perasaan pasangannya.Kemarahan dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa menyebabkan sejumlah masalahseksual antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan diri untuk tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya biasanya tidak baik dan tidak juga buruk.Jadi haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan. Kemarahan, ketegangan atau perasaankesal akan selalu menghambat gairah seks. 4. Kebosanan Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi berlebihan sampai kesuatu titik yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan itu adalah kemarahan yangdisadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak terpenuhi. Masalah ini diderita olehkebanyakan pasangan yang sudah hidup bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yangsudah hidup bersama untuk jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatanyang datang ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru. Orang demikianmelihat rayuan penguat ego, dibandingkan bila bersenggama dengan mitra baru.

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan · Kebutuhan Seks (Sex Needs), yaitu kebutuhan pelampiasan dorongan seksual, bagi mereka yang sudah matang fungsi biologisnya. Kebutuhan akan seks bagi manusia sudah ada sejak lahir. Seks tergolong dalam kebutuhan primer – yang sama dengan kebutuhan: makan, minum, mandi, berpakaian, tidur, bangun, bekerja, buang air besar, atau buang air kecil. Kegiatan pemenuhan kebutuhan seksualitas ini dapat dilakukan dengan berbagai perilaku dan kegiatan seksualitas dan apabila tidah terpenuhi maka akan timbul penyimpangan seksual. .

3.2

Saran A. Untuk mahasiswa Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin membuat makalah tentang sex serta dapat menambah wawasan bagi mahasiswa B. Untuk dosen pengajar Bagi dosen pengajar saya hanya ingin menyampaikan satu hal bahwa dalam memberikan sebuah tugas tolong diberikan arahan kepada mahasiswa agar terjadi kesalahan dalam pembuatan makalah C. Untuk pemerintah Dengan dibuatnya makalah ini pemerintah sadar akan pentingnya pengetahuan seksualitas bagi pendidikan generasi muda dan bisa membuat sebuah program pembelajaran mengenai sex

DAFTAR PUSTAKA

of http://pkbi-diy.info/?page_id=3274. It is a snapshot of the page as it appeared on 14 May 2017 20:20:32 GMT. http://menurutparaahli.com/tag/definisi-seksualitas/. It is a snapshot of the page as it appeared on 14 May 2017 11:38:46 GMT

Related Documents

Kebutuhan
April 2020 32
Kelompok 2
May 2020 42
Kelompok 2
May 2020 44
Kelompok 2
May 2020 39

More Documents from "Nini Azniati"