MAKALAH ORAL BIOLOGI 6 PENUAAN PADA TULANG, SENDI, OTOT, MUKOSA DAN PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM STOMATOGNATIK
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 14
Nadiah Nurjannah
(04031181621013)
M. Agung Kurnia Putra
(04031381621044)
Chandra PP Ginting
(04031381621046)
Dewi Shinta
(04031381621068)
Dosen pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2019
PENUAAN PADA TULANG, SENDI, OTOT, MUKOSA DAN PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM STOMATOGNATIK Menurut Constantanides (1994 dalam Siti Bandiyah, 2009), penuaan adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamia. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi mengalami kekurangankekurangan yang menyolok diskrepansi (Wahyudi Nugrohom 2006). Pada saat proses penuaan, sel mengalami dua hal yaitu : a. Penurunan jumlah Faktor patologis, seperti faktor lingkungan, stres, radikal bebas, menyebabkan mutasi DNA yang kemudian sel akan nekrosis karena sel tidak dapat memperbaiki diri. Akibatnya, jumlah sel pada jaringan pun menurun b. Penurunan fungsi Pembuluh darah pada usia tua menjadi kaku dan banyak sumbatan lipid, sehingga transportasi darah ke dalam sel menjadi terhambat dan sel kekurangan nutrisi. Sel menjadi kekurangan bahan untuk membentuk suatu jaringan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Menua Menurut Siti Bandiyah (2009) penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Penuaan yang terjadi sesuai dengan kronologis usia. Faktor yang mempengaruhi adalah : A. Hereditas atau Genetik Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi sel. Penuaan atau kematian sel berhubungan dengan struktur nukleotida di ujung kromosom di dalam inti sel eukariot yang disebut telomer. Pada sel somatik normal terjadi pemenedekan telomer seiring meningkatnya usia, termasuk stem cell yang dimaksudkan untuk pembaharuan sel. Sel somatik mempunyai program proses penuaan (aging). Telomere mempunyai fungsi utama yaitu untuk melindungi DNA dari kerusakan dan juga berperan penting pada replikasi DNA sehingga telomere berperan dalam mempertahankan kestabilan kromosom pada setiap pembelahan sel
B. Nutrisi atau Makanan Hilangnya gigi mempengaruhi kapasitas pencernaan dan status nutrisi dari seseorang. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya asupan energi, variasi dan kualitas makanan, serta meningkatkan resiko malnutrisi. Mempertahankan status nutrisi merupakan hal yang pentingg, karena status yang buruk dapat menyebabkan penurunan berat badan, yang meningkatkan resiko infeksi dan mortalitas. Selain itu, pembuluh darah saat penuaan mengalami peningkatan jumlah kolagen dan menjadi kurang elastis, pembuluh arteri menjadi kaku, tekanan darah sistolik dan denyut nadi cenderung meningkat. Vaskularisasi yang berkurang menyebabkan memburuknya nutrisi dan pemberian oksigen ke dalam sel. C. Pengalaman Hidup 1. Paparan sinar matahari : kulit yang tidak terlindung sinar matahari akan mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam 2. Merokok : 3. Mengkonsumsi alkohol : alkohol dapat memperbesar pembuluh darah kecil pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran darah dekat permukaan kulit D. Stres Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan, ataupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan berpengaruh terhadap proses penuaan. Stres meningkatkan spesies oksigen reaktif (ROS) yang sebagian besar dihasilkan oleh mitokondria selama proses penuaan. Komponen ROS menyebabkan mutasi DNA yang berakibat pada kerusakan sel. ROS juga dapat mengakibatkan pemendekan telomer dan mempercepat penuaan.
Efek Penuaan terhadap Sistem Stomatognatik Glossary of Prosthodontics Terms 2005 mendefinisikan sistem stomatognatik sebagai kombinasi struktur yang terlibat dalam bicara, masuknya makanan, pengunyahan, dan penelanan serta aktivitas parafungsional. Sistem ini berperan penting dalam aktivitas sosial lainnya, serta dalam mengekspresikan emosi seseorang seerti tertawa dan tersenyum. Penuaan memiliki dampak langsung pada kemampuan fungsional organ-organ, sistem biologis, dan pada akhirnya mempengaruhi orgnaisme secara keseluruhan. Penuaan mempengaruhi jaringan mulut, seperti halnya bagian lain dari tubuh manusia. I.
PENUAAN PADA TULANG Tulang rahang memiliki dua bagian tulang yang berbeda, yakni tulang basal dan tulang alveolar. Namun, tidak seperti tulang basal yang sama dengan tulang pada bagian tubuh lainnya, tulang alveolar memiliki kandungan mineral seperti magnesium, seng dan fosfor yang lebih sedikit. Oleh karena itu, tulang alveolar mengalami proses remodeling yang cepat sesuai tekanan yang diterimanya melalui gigi. Fakta ini menunjukkan bahwa remodeling tulang alveolar sebenarnya bergantung pada keberadaan gigi. Pada proses remodelling, resorpsi tulang terjadi selama 2 minggu sedangkan aposisi terjadi selama 4 bulan. Adanya faktor ketidakseimbangan kalsium pada darah menyebabkan peningkatan hormon paratiroid untuk homeostasis kalsium. Kadar kalsium di dalam darah menjadi berkurang karena kurangnya proses penyerapan nutrisi, khususnya dalam hal ini adalah kalsium. Peristiwa ini menyebabkan peningkatan hormon paratiroid yang kemudian terjadi resorpsi tulang untuk menyerap kalsium yang ada di tulang dan menyalurkannya ke dalam darah. Hal inilah yang menyebabkan remodelling tulang tidak seimbang dan terjadi resorpsi berlebih pada usia tua. Hilangnya gigi berperan dalam terbentuknya pola resorpsi pada rahang a.
Rahang atas Umumnya, pertumbuhan gigi-geligi rahang atas arahnya ke bawah dan keluar, sehingga pengurangan tulangnya pada umumnya terjadi ke arah sebaliknya, yakni ke atas dan dalam. Karena itu, pada saat usia tua, lempeng kortikal tulang bagian luar lebih tipis daripada bagian dalam. Resorpsi bagian luar lempeng kortikal tulang berjalan lebih banyak dan lebih cepat. Dengan demikian, lengkung maksila akan berkurang menjadi lebih kecil dalam seluruh dimensi dan juga permukaan landasan gigi menjadi berkurang
b. Rahang bawah Pada rahang bawah, inklinasi gigi anterior umumnya ke atas dan ke depan dari bidang oklusal, sedangkan gigi-geligi posterior lebih vertikal atau sedikit miring ke arah lingual.
Permukaan luar lempeng kortikal tulang lebih tebal dari permukaan lingual, kecuali pada daerah molar yang juga tepi bawah mandibula merupakan lapisan kortikal yang paling tebal. Sehingga arah gigitan pada mandibula terlihat lebih ke lingual dan ke bawah pada daerah anterior dan ke bukal pada daerah posterior. Resorpsi pada tulang alveolar mandibula terjadi ke arah bawah dan belakang, kemudian ke depan. Akibatnya lengkung mandibula tampak menjadi lebih lebar. Hilangnya keseluruhan volume mandibula mungkin juga berkontribusi terhadap penurunan dukungan dari lapisan lemak bukal memungkinkannya mandibula turun. Terjadi perubahan-perubahan pada otot sekitar mulut, hubungan jarak antara mandibula dan maksila, serta perubahan ruangan dari posisi mandibula dan maksila Akibat Penuaan tulang Resorbsi linggir
Gangguan Fungsi Pengunyahan Penuruanan
Gangguan fungsi
Gangguan fungsi
Penelanan Bolus makanan
fonetik (dysarthria) Terganggunya proses
Alveolar, terutama
kemampuan
berada di lokasi
pengucapan huruf
akibat kehilangan
mastikasi
yang tidak tepat
yang memerlukan
dan sering keluar
gigi D, F, V, T
gigi
Peningkatan durai pengunyahan Peningkatan
dari mulut Bolus masih
kekuatan
berukuran besar
pengunyahan
sehingga sulit
Berkurangnya
dalam menelan
tonus platysma Ossifikasi kartilago
Perubahan bunyi
vocal fold (pita
suara, suara seperti
suara)
tercekik, dan kenyaringan suara
Oklusi yang kurang
Penurunan fingsi
berkurang Terganggunya proses
baik Kehilangan gigi
pengunyahan Penurunan
pengucapan Ilangnya tumpuan
Bolus makanan
kemampuan
berada di lokasi
mastikasi
yang tidak tepat
Peningkatan
dan sering keluar
menahan udara
dari mulut
saat mulut
durasi pengunyahan Peningkatan
Bolus masih berukuran besar
lidah saat bicara Tidak ada yang
terbuka
kekuatan
sehingga sulit
pengunyahan
dalam menelan
II. OTOT Pada beberapa penelitian telah disebutkan bahwa tingkat aktivitas otot pada lansia berbeda dengan dengan pada orang muda yang masih memiliki gigi asli. Perubahan aktivitas otot ini mungkin terjadi karena perubahan mekanisme saraf perifer dan sentral karena pada lansia yang biasanya mengalami edentulous, reseptor periodontal hilang, dan mekanoreseptor mukosa yang memainkan peran utama menggantikan fungsi periodontal. Kerusakan pada sisten neuromuskuler selama proses penuaan diperkirakan merupakan disfungsi neuron motoris yang progresif, yang termanifestasi pertama kali berupa meningkatnya ketidakmampuan neuron motoris untuk mempertahankan serabutserabut otot dalam kondisi yang baik. Setelah neuron motoris mengalami degenerasi, neuron bersebelahan mulai tumbuh dan mengambil ailh pasokan pada beberapa serabut otot. Penuaan yang terjadi pada otot dapat berupa : a.
Atrofi otot sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan metabolik, atau denervasi saraf.
b.
Secara umum, waktu untuk kontraksi dan relaksasi muskular menjadi memanjang. Sehingga terjadi perlambatan waktu untuk bereaksi dan pergerakan yang kurang aktif.
c.
Penyusutan dan sklerosis tendon dan otot, serabut otot mengecil → sehingga gerakan lamban, otot keram dan terjadi tremor, yang diikuti juga aliran darah ke otot yang berkurang sejalan dengan proses menua akibat tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, akilosis atau kekakuan ligamen dan sendi. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan fleksi.
Penuaan pada Otot
Atrofi Serabut Otot
Perubahan Tonus otot
pada
Pengaruh Proses Penuaan Terhadap Sistem Stomatognatik Gangguan Fungsi Gangguan Fungsi Ganggun Fungsi Pengunyahan Perlambatan dalam
Penelanan Pada lidah
Fonetik Abnormal pita suara
mencapai tekanan
menyebabkan
(vocal
cord)
otot dan gangguan
pergerakan lidah
menyebabkan
suara
pada ketepatan
berkurang sehingga
menjadi parau, lemah,
kontraksi otot pada
mengganggu
dan berat
lidah dan bibir Penurunan kemampuan
Pergerakan lidah berkurang
kontraksi
otot
faring
Tonus platysma berkurang
Otot
otot
mastikasi menyebabkan saat
makan
atau
minum Tingkat tekanan
Berkurangnya ketebalan
kelelahan
otot
rahang
pengunyahan dan efingiensi pengunyahan berkurag
III.
SENDI Akibat dari proses menua, jaringan sendi mengalami reduksi sel yang progresif sehingga
hanya tersisa sedikit kondrosit dan fibroblas yang kemudian menjadi fibrokartilago.Akibatnya terjadi penipisan meniskus sendi dan dapat mengalami arthritis. Remodeling terjadi pada bagian anterior dan posterior kondilus, medial dan lateral eminensia sendi, serta atap fossa glenoid. Derajat remodeling tidak berhubungan dengan usia tetapi sangat berhubungan dengan terjadinya kehilangan gigi. Gambaran radiografik kondilus yang utama adalah sklerosis subkondral sehingga permukaan sendi menjadi rata karena erosi dan celah sendi menjadi sempit. Secara histologis, terlihat bahwa stres mekanis menyebabkan pemanjangan ligamen posterior meniskus, diikuti dengan pergeseran ventromedial yang menyebabkan tidak adekuatnya aliran darah sehingga terjadi iskemia di daerah tersebut dan terjadi resorpsi tulang. Perubahan jaringan o
Berkurangnya kemampuan proliferasi sel secara keseluruhan, sehingga apabila terjadi kerusakan atau kematian sel jaringan TMJ seperti fibrokartilago dan konsrosit, maka kemampuan untuk melakukan reparasi atau perbaikan kerusakan tersebut ikut menurun.
o
Penurunan respon imun, kemampuan reaksi jaringan terhadap rangsangan pertumbuhan dan kemampuan pembentukan protein akibat rangsangan dari luar.
o
Penurunan sintesis serat kolagen
Perubahan seluler
o Perubahan seluler disertai stres dan trauma menyebabkan degenerasi seluler yang memperberat pengaruh proses menua. Sehingga terjadi remodeling tulang pada daerah subkondral. Secara radiografis terlihat adanya peningkatan kepadatan tulang (sklerosis). Tulang yang kaku ini tidak lagi efektif untuk menahan beban sehingga terjadi peningkatan tekanan pada kartilago sendi. Perubahan pada diskus interkalaris o Pengurangan ketebalan lapisan fibrokartilago pada permukaan kondilus sendi. Dimana terjadi degenerasi dari kondrosit sehingga terjadi penurunan kemampuan kartilago terhadap rangsang tekanan. o Pengurangan jumlah, ukuran dan berat molekul inti protein dari proteoglikan serta perubahan komposisi dari glikosaminoglikan. Di mana perubahan kedua jenis protein tersebut akan menurunkan kemampuan tulang rawan sendi terhadap rangsang tekanan. Perubahan pada jaringan sinovial : o
Berkurangnya cairan sinovial sehingga akan mempengaruhi kelancaran pergerakan dari diskus artikularis, terjadi krepitasi pada gerak sendi dan pada keadaan yang lebih parah diskus artikularis akan robek atau mengalami kerusakan.
Perubahan pada ligamen sendi : o
Berkurangnya daya tahan regangan dari serat kolagen yang membentuk ligamen TMJ. Akibat dari kurangnya ketahanan regangan, maka akan terjadi penurunan keleluasaan artikulasi sendi TMJ.
o
Penurunan sintesis kolagen, sehingga apabila terjadi kerusakan ligamen, proses perbaikan yang terjadi juga akan melambat.
Perubahan pada kondilus : o
Penurunan densitas tulang trabekula akibat adanya resorpsi, sehingga insidensi fraktur kondilar banyak terjadi.
o
Penurunan kepadatan tulang (osteopenia), sebagai awal dari osteoporosis. Tulang tersebut akan menjadi rapuh dan mudah terdegradasi akibat pergerakan dari sendi. Tulang yang terdegradasi tersebut selanjutnya akan membentuk osteofit, yaitu tuonjolan-tonjolan tulang tidak rata yang dapat melukai sendi sehingga sendi menjadi meradang atau yang dikenal sebagai osteoarthritis.
Penuaan pada
Penggunaan Proses Penuaan terhadap
sendi TMJ
Perubahan Umum
system Stomatognatik Gangguan Fungsi Pengunyahan Gangguan Fungsi Fonetik (Dysathria) Kehilngan gigi menyebabkan
Perubahan letak kondilus pada fossa glenoid TMJ yang biasanya
terganggunya
disebabkan karena hilangnya gigi
pengucapan
posterior akibat penuaan
memerlukan gigi seperti D, F,
Sintesa serat kolagen menurun,
proses huruf
yang
V, T.
sehingga terjadi peningkatan
Hilangnya tumpuan lidah saat
tekanan pada kartilago sendi
bicara/tida ada yang menahan
dikarenakan tulang yang kaku
udara saat mulut terbuka
tidak lagi efektif menahan beban Penurunan kemampuan sendi
Penurunan kemampuan sendi untuk bergerak secara normal
untuk bergerak secara normal →
→ sendi kaku → kontraksi
sendi kaku → kontraksi otot
otot bertambah panjang saat
bertambah panjang saat membuka
membuka atau menutup mulut
Perubahan
dan menutup mulut Pengurangan ketebalan lapisan
pada diskus
fibrokartilago pada permukaan
artikulasi → sendi kaku dan
interkalaris
kondilus sendi: Terjadi degenerasi
bunyi krepitasi saat bergerak
dari kondrosit, sehingga terjadi penurunan kemampuan kartilago tersebut
terhadap
rangsangan
tekanan Penurunan ukuran, jumlah dan berat
molekul
proteoglikan
inti
serta
protein perubahan
komposisi
dari
glikosaminoglikan.
Perubahan
komposisi dari glikosaminoglikan perubahan
dua
tersebut
akan
jenis
protein
menurunkan
kemampuan tulang rawan sendi terhadap rangsang tekanan. Penurunan keleluasaan artikulasi → sendi kaku dan bunyi krepitasi saat bergerak
Penurunan
keleluasaan
Diskus artikularis lebih rentan rusak akibat gerakan mengunyah Penurunan kemampuan gerak
Perubahan pada jaringan
TMJ
synovial
Sakit dan bunyikrepitasi pada
Perubahan
TMJ saat mengunyah Gesekan dan stress pada sendi
pada kondilus
III.
saat mengunyah
MUKOSA Jaringan oral akan berubah saat seorang individu tumbuh menua. Mukosa oral pada orang
lanjut usia menjadi rapuh dan mudah terluka. Menurut Massler, jaringan yang rapuh terjadi karena tiga penyebab : (i) pergeseran keseimbangan air dari intraseluler ke ekstraseluler dan penurunan fungsi ginjal yang menjadikan mukosa oral dehidrasi, (ii) Penipisan yang progresif dari lapisan epitel menjadikan jaringan rentan terhadap trauma akibat stress ringan, (iii) defisiensi nutrisi pada sel. Masalah yang paling serius berhubungan dengan perubahan epitel pada orang lanjut usia adalah meningkatkan resiko kanker mulut. Bahkan dalam kondisi sehat, sel-sel pada orang lanjut usia tidak memperoleh nutrisi yang optimal. Hasilnya yaitu : 1) Mengurangi keoadatan dan integritas dari sel epitel akibat defisiensi vitamin A, 2) Penurunan metabolisme pada sel akibat defisiensi vitamin B dan 3) diferensiasi yang kurang baik pada sel jaringan ikat akibat defisiensi vitamin C. Hasil klinisnya adalah mukosa terjadi trauma bahkan terhadap stress minor dan jaringan ikat pulih dengan lambat. Traumatik ulser dan angular cheilosis mungkin terjadi. Derajat keratinisasi pada mukosa, ketika mukosa mengalami penurunan derajat keratinisasi maka akan melemahkan sistem perlindungan terhadap mukosa sehingga pada orang lanjut usia akan rentan terhadap iritasi kimia, bakteri, dan mekanis. Salah satunya rentan iritasi akibat pemakaian gigi tiruan. a.
LIDAH Manifestasi yang paling sering terjadi karena penuaan lidah adalah depapilisasi yang biasanya dimulai pada apeks dan dinding lateral. Orang tua biasanya mengeluh tidak adanya rasa makanan, hal ini dapat disebabkan bertambahnya usia mempengaruhi kepekaan rasa akibat berkurangnya jumlah pengecap pada lidah. Permukaan lidah ditutupi oleh banyak papilla pengecap dimana terdapat empat tipe papilla yaitu papilla filiformis, fungiformis, sirkumvalata, dan foliate. Sebagian papilla pengecap
terletak dilidah dan beberapa ditemukan pada palatum, epiglottis, laring dan faring. Pada manusia terdapat sekitar 10,000 putik kecap, dan jumlahnya berkurang secara drastis dengan bertambahnya usia. Saat menua, lidah mengalami peningkatan dalam ukuran pada rahang edentulus, demikian menjadi faktor penyebab paling besar pada gigi tiruan rahang bawah menjadi tidak stabil. b.
BIBIR Menurut Penna dkk menyatakan bahwa terdapat penurunan massa dari otot bibir yaitu m. Orbicularis oris pada manula dengan menggunakan analisa secara histomorphometric. Senyuman manula kelihatan lebih lebar secara transversal dan mengecil secara vertikal. Ini menunjukkan bahwa memang berlaku penurunan massa dari otot Orbicularis oris pada bibir sehingga kemampuan otot ketika manula senyum semakin berkurang.
REFERENSI 1. Avery, James K. 2002. Oral Development and Histology. New York: Thieme Stuttgart 2. Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika 3. Baskey, A.L. dan R. Coleman. 2010. Aging and Bone. J Dent Res 89 (12): 1333-1348 4. Ferro, Keith J. 2017. The Glossary of Prosthodontic Terms 9th Ed. 117 (5): 83 5. Hadjidakis, Dimitrios J. Dan Ioannis I. Androulakis. 2006. Bone Remodelling. 1092: 385 – 396 6. Hartiningsih, Sutjipto Nitisuwirjo dan Hastari Wuryastuty. 2013. Respon Tulang, Ginjal dan Kelenjar Paratiroid Tikus Wistar yang Mengkonsumsi Pakan Mengandung Fosfor Bervariasi. Jurnal Sain Veteriner 31(1) 7. Imauchi, Yutaka, Takashi Sakamoto, dan Kazuya Abe. 2002. A Case of Atrophy of the Masticatory Muscles Due to a Masticatory Habit. Eur Arch Otorhimolaryngol 259 : 551-553 8. Kumar. 2011. Orban’s Oral Histology and Embryology 13th Ed. India : Elsevier 9. Malik, Poonam, Manu Rathee, dan Mohaneesh Bhoria. 2015. Oral Tissues – Consideration in Geriatric Patients. International Journal of Applied Dental Sciences 1(3): 04-07 10. Muhith, Abdul. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi 11. Purwaningsih, Endang. 2014. Pemendekan Telomer dan Apoptosis. Jurnal Kedokteran Yarsi 22 (2) : 132-141. 12. Pedersen, Poul Holm, Angus W.G. Walls dan Jonathan A. Ship. 2015. Textbook of Geriatric Dentistry. UK : Wiley Blackwell 13. Suhartini. 2011. Kelainan pada Temporo Mandibular Joint (TMJ). Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol 8 No.2 :78-85