Kecenderungan Fitrah Manusia

  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kecenderungan Fitrah Manusia as PDF for free.

More details

  • Words: 936
  • Pages: 5
Kecenderungan Fitrah Manusia QS. Al-A’raaf : 172 dan QS. At-Tiin : 4-6

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir II

Materi 11 Teddy Djuliarki (107070002604) Ahmad Imadudin (107070002608) Maulida Disa Pratiwi (107070002623) Ardelin Ayu P. (10707000

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

Bab II Tafsir QS. Al-A’raaf : 172 & QS. At-Tiin : 4-6 tentang Kecenderungan Fitrah Manusia QS. Al-A’raaf : 172

  



   



          

 

    

   





  

  

172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

sehubungan dengan ayat ini, Tirmidzi meriwayatkan dari abu Hurairah r.a bahwa Rasululloh SA, bersabda: "setelah Allah menciptakan Adam, maka dia mengusap punggungnya, maka berjatuhan dari setiap punggung nya itu setiap jiwa. dialah pencipta jiwa-jiwa dari keturunannya hingga hari kiamat.” (H.R Tirmidzi) hadist diatas menunjukan bahwa Allah mengeluarkan keturunan Adam dari sulbinya. yang dimaksud kesaksian mereka atas dirinya sendiri, bahwa Dia adalah Tuhannya, ialah bahwa Allah menciptakan mereka dalam keadaan memegang ketahuidan, seperti telah dikemukakan oleh Abu Hurairag dan Iyadh bin Himar Al- Musyaji'i (dalam hadis nomor 333 dan 334). oleh karena itu Allah berfirman "Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak adam" . disini tidak dikatan dari adam," dari sulbi mereka". tidak dikatakan dari punggung Adam. Allah menjadikan keturunan bani Adam itu generasi demi generasi dan kurun demi kurun, sebagai mana firman Allah "Dan Dialah yang telah menjadikan kamu di bumi beberapa generasi.

kemudian Allah berfirman.'Dan Allah mengambil kesaksian dari mereka," bukankah akau ini Tuhanmu ? mrerka menjawab " Betul" , yakni dia mendapati mereka mempersaksikan hal itu secara lisan maupun perbuatan. kesaksian itu kadang dengan ucapan, firman Allah " mereka berkata, 'Kami mempersaksikan atas diri kami sendiri. Dan kadang-kadang dengan perbuatan, sebagaman firman Allah "Tidak kah pantas orang-orang musryik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka sendiri kafir (attaubah :17) yakni, mereka membuktikan dirinya sebagai orang kafir, bukan mereka mengatakan "Aku kafir". Demikian pula dengan firman Allah, "sesungguhya dia benar-benar mempersaksikan atas yang demikian itu.' berdasarkan penafsiran ini, maka ucapan mereka yang berbunyi,"Betul. Kami menjadi saksi ", merupakan kesaksian perbuatan. kemudian Allah menjadikan kesaksian itu sebagai hujah yang mengalahkan mereka dalam hal kemusyrikan. Penafsiran ini pun menunjukan bahwa yang diamksud "mereka diciptakan dalam keadaan fitrah" ialah pengakuan terhadap ketauhidan. Oleh karena itu, Allah berfirman "Agar kamu tidak mengatakan pada hari kiamat' sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini. " Yakni terhadap ketahuidan, "atau agar kamu tidak mengatakan sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersatukan tuhan sejak dulu, sedang kami ini adalah anak-anak yang ketrunan yang ada sesudah mereka. Maka apakah engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang sejak dulu*? Dan demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu agar mereka kembali**. *. yakni, supaya mereka tidak berdalih bahwa syirik itu, merupakan termasuk perbuatan nenek moyang mereka dan bahwa mereka terbebas dari perbuatan moyangnya. Sesungguhnya Allah mengambil kesaksian dari setiap individu bahwa Allah adalah Tuhan mereka. setiap pekerjaan yang menyalahi pengakuan ini diminta pertanggungjawabannya setekah diberi informasi. **. yakni, kembali kepada ketauhidan yang telah mereka akui sehingga mereka kembali dari kemusyrikan kepada ketauhidan.

Bab III Tinjauan Psikologis Manusia dalam konsepsi kepribadian Islam merupakan makhluk mulia yang memiliki struktur kompleks, meliputi fitrah jasmani, fitrah ruhani, dan fitrah nafsani. Struktur fitrah ruhani lebih dulu ada dibandingkan dengan struktur fitrah jasmani. Kedua struktur itu sama-sama merupakan substansi yang menyatu dalam satu truktur substantif, yaitu fitrah nafsani. Oleh sebab

itu maka pemahaman kepribadian manusia tidak hanya tertumpu pada fitrah jasmani saja melainkan harus meliputi fitrah ruhani. Fitrah jasmani merupakan aspek biologis dari struktur kepribadian manusia. Aspek ini tercipta bukan dipersiapkan untuk membentuk tingkah laku tersendiri, melainkan sebagai wadah atau tempat singgah fitrah ruhani. Fitrah jasmani memiliki daya hidup (al-hayat) yang mengembangkan proses fisiknya. Walaupun sifat daya ini abstrak namun ia belum mampu menggerakkan tingkah laku. Tingkah laku dapat terwujud apabila fitrah jasmani telah ditempati fitrah ruhani. Fitrah ruhani merupakan aspek psikologis dari struktur kepribadian manusia. Ia diciptakan untuk menjadi substansi dan esensi kepribadian manusia. Sifat dasarnya suci dan mengejar dimensi spiritual tanpa mempedulikan dimensi material. Diri dan kesendiriannya mampu bereksistensi meskipun sifatnya di dunia abstrak. Tingkah laku menjadi aktual apabila fitrah ruhani menyatu dengan fitrah jasmani. Fitrah nafsani merupakan struktur psikofisik dari kepribadian manusia. Fitrah ini diciptakan untuk mengaktualisasikan semua rencana dan perjanjian Allah kepada manusia di alam arwah. Aktualisasi itu terwujud dalam bentuk kepribadian. Struktur nafsani bukanlah struktur “jiwa” sebagaimana yang dipahami Psikologi barat. Ia merupakan panduan integral antara struktur fitrah jasmani (psikologis) adan fitrah ruhani (psikologis).

Bab IV Kesimpulan Kepribadian manusia yang terstruktur dari fitrah nafsani yang merupakan panduan integral antara fitrah jasmani dan fitrah ruhani bukanlah seperti kepribadian malaikat dan hewan yang deprogram secara deterministic. Ia mampu berubah dan dapat menyusun drama kehidupannya sendiri. Kehidupan semacam itu akan terwujud apabila terjadi interaksi aktif antara aspek fisik dan aspek psikis dari fitrah nafsani. Islam menyerukan umatnya untuk merawat fisik fitrah nafsani. Fungsi perawatan ini adalah untuk kelestarian aspek psikisnya dalam membentuk dan mengendalikan kepribadian. Metode perawatan aspek fisik dalam Islam ditempuh melalui dua cara, yaitu bersifat positif dan negatif. Metode yang bersifat positif adalah mengerjakan kewajiban-kewajiban agama, sedangkan metode yang bersifat negative adalah meninggalkan larangan-larangannya.

Daftar Pustaka Mujib, Abdul. 1999. Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis. Jakarta Pusat: Darul Falah.

Related Documents