Kebenaran Esensi Membuat Kehidupan Membaik.docx

  • Uploaded by: Yunita
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kebenaran Esensi Membuat Kehidupan Membaik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 938
  • Pages: 3
Kebenaran Esensi Membuat Kehidupan Membaik Kamis, 6 Agustus 2015 | 12:08:02 1 Kebenaran esensi membuat kehidupan membaik! Ketika fenomena kehidupan tampak semakin merisaukan , pemerintahan mencemaskan, persaingan politik, situasi perekonomian tampak rapuh, begitupun dimensi kehidupan lain, timbul pertanyaan mengapa kehidupan menjadi seperti itu? Bukankah cita-cita kehidupan diharapkan menjadi lebih nyaman dan sejahtera, hari ini lebih baik dari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini? Ternyata, ada banyak orang semakin cemas melihat masa depannya. Persaingan semakin ketat, termasuk peluang kerja semakin terbatas. Ada banyak keluarga kehilangan optimisme menjalankan perahu keluarga mereka. Suasana keluarga sulit dikendalikan katanya karena faktor ekonomi keluarga, dan begitu juga tentang pendidikan anak. Masyarakat semakin cemas menghadapi situasi yang seringkali menakutkan. Kejahatan merajalela di setiap sudut perkotaan, kepedulian sosial semakin menipis. Negarapun kehilangan pola membangun negara yang kuat, maju dan jaya. Ada banyak pemimpin bangsa yang sebenarnya bukan negarawan. Banyak di antara mereka bukan pemimpin yang dibutuhkan untuk mampu membuat bangsa yang kuat, maju dan jaya. Pada hal bisa saja mereka bekerja hampir 24 jam sehari. FENOMENA HIDUP MODERN Ada banyak anomali dalam kehidupan modern ini. Gedung-gedung semakin tinggi tetapi emosi manusia rendah. Jalan-jalan semakin lebar tetapi wawasan semakin sempit, rumah dan mobil semakin mewah tetapi kebahagiaan semakin lapuk. Makanan semakin bervariasi tetapi nutrisi semakin sedikit. Obat-obatan semakin beragam tetapi kesehatan semakin rapuh. Harta benda semakin bertambah tetapi kebajikan semakin berkurang. Pendapatan semakin tinggi tetapi derma semakin kecil. Gaji lebih besar dua kali tetapi stress pun bertambah dua kali. Berbelanja semakin banyak tetapi tidak dinikmati. Kebebasan semakin tinggi tetapi tanggungjawab semakin rendah. Semakin banyak berbicara tetapi semakin sedikit merenung. Semakin rajin berdiskusi tetapi semakin tidak mampu sehati dan sepikir. Sudah mencapai bulan tetapi tetangga sebelah semakin jauh dari hati. Sudah menjelajahi planet Mars tetapi sudut-sudut kota semakin tidak aman ditelusuri. Sudah menaklukkan angkasa luar tetapi hati semakin takluk pada kebencian dan angkara murka. Inilah sejumlah anomali dalam kehidupan modern ini. Ada banyak penelitian, diskusi, seminar, lokakarya serta sosialisasi program untuk menemukan modus memperbaiki kehidupan. Dana yang dihabiskan untuk kegiatan ini sudah sangat banyak, baik melalui anggaran pemerintah maupun swadaya masyarakat. Masih sangat segar dalam ingatan, bahwa reformasi yang dimulai pada tahun 1998, mengedepankan "supremasi hukum" dianggap merupakan modus yang paling ampuh menghapuskan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dari persada musantara ini. Namun, setelah reformasi berlangsung 17 tahun, supremasi hukum tampaknya gagal mewujudkannya. Banyak pakar hukum bersemangat, dan berapi-api ketika berdiskusi dalam penegakan hukum. Pola pikir kausalitas dengan hukum positif yang diandalkan tak mampu membangun kehidupan menjadi lebih baik. Seringkali terjadi pembenaran yang salah dan pengalihan kebenaran sesungguhnya.

Dalam perspektif pendidikan sedikitnya ada tiga kata tanya ketika berniat memperbaiki sesuatu. Pertama WHAT, apa yang program yang ditawarkan. Kedua HOW, bagaimana melakukan. Ketiga WHO, siapa yang melakukan. Ilustrasi, ketika terjadi pelanggaran hukum. Apa yang dilakukan, sudah jelas dalam pasal-pasal perundang-undangan. Bagaimana melakukannya sudah ada SOP (standar operaional procedure). Ketika berbicara tentang siapa yang melakukan, inilah titik penyebab utama keruwetan itu. Kata tanya who, siapa pelaku merupakan penentu ke arah perbaikan, bukan hanya sekedar apa dan bagaimana. Who atau siapa tidak cukup menguasai apa yang dilakukan dan bagaimana melakukan, melainkan ia menghayati melalui mfungsi nurani. Jika kehidupan memburuk, berarti pelaku mungkin tahu apa yang dilakukan, dan bagaimana melakukan, namun ia tidak menghayatinya. J Watson Wilson lebih lanjut mengatakan: If you dig very deeply into any problem, you will get people. Efektivitas hidup bukan hanya pertanyaan apa (what) yang dikerjakan dan bagaimana (how) melakukan, yang utama adalah siapa (who) yang melakukan. Bukan hanya apa berhubungan dengan pemahaman tentang apa yang dikerjakan (head) dan bagaimana berhubungan dengan bagaimana melakukan melainkan yang utama adalah siapa yang melakukan berhubungan dengan hati (heart). KEBENARAN RAKTIS DAN KEBENARAN ESENSI Kebenaran esensi membuat kehidupan membaik! Kebenaran praktis didasarkan pada penalaran pragmatis. Ciri-cirinya: "Data empiris dasar analisis "Memaknai jalan pintas dianggap pantas. "Mengutamakan rasionalitas, mengabaikan etika "Fokus pada hidup kuantitatif materialistik. "Sikap ego opportunis dan hedonis. Sebagai contoh, seseorang dengan kebenaran praktis memilih makan untuk dikonsumsi, dengan kriteria enak, nikmat, meriah dan sejenisnya. Kebenaran esensi didasarkan pada penalaran kontemplatif (contemplative reasoning). Dalam pendekatan lain disebut hermeneutika. Ciri-cirinya: "Perenungan mendalam memaknai data empiris "Memaknai sabar itu indah, walau tetap kerja keras "Mengutamakan etika dengan suprarasional. "Fokus pada hidup spiritualitas dibandingkan dengan kuantitatif materialistik "Sikap altruis dalam bentuk pengabdian Kebenaran praktis membuat hidup semakin memburuk. Kebenaran esensi membuat hidup

membaik. Hidup individu, keluarga, masyarakat dan bangsa semakin membaik apabila dilandasi penalaran kontemplatif yakni mengutamakan kebenaran esensi. Sebagai contoh Dengan kebenaran esensi seseorang memilih makanan untuk dikonsumsi, dengan kriteria makanan membuat sehat, sekalipun kurang enak dan kurang nikmat. Ketika pemimpin dan tokoh-tokoh bangsa mengedepankan penalaran pragmatis dalam membangun kehidupan, baik kehidupan individu, keluarga, masyarakat ataupun bangsa, inilah penyebab mengapa kehidupan semakin merisaukan. Penalaran pragmatis boleh menghasilkan kehidupan penuh keceriaan, namun minus kedamaian. PENDIDIKAN DAN KEBENARAN Esensi pendidikan adalah mengenali kebenaran (the essence of education is to recognize the truth). Supaya kehidupan semakin membaik maka setiap orang tidak cukup hanya mengenali kebenaran praktis, melainkan juga mengenali kebenaran esensi. Lodge seorang ahli filsatat ilmu pendidikan mengatakan bahwa life is education, and education is life. Artinya hidup adalah pendidikan, dan pendidikan adalah kehidupan. Dalam konteks pengenalan kebenaran seluruh kehidupan membimbing setiap orang untuk mengenali kebenaran. Setiap orang bertanggungjawab membantu orang lain untuk menemukan kebenaran untuk hidup esensi. Dalam pengertian luas pengenalan kebenaran bukan hanya tugas pendidikan informal, formal dan nonformal, melainkan merupakan tugas seluruh manusia. Itulah sebabnya kebenaran esensi harus ditemukan dalam pemerintahan, penegakanhukum, politik, bisnis, budaya dan tatanan hidup lain. PENUTUP Setiap orang, keluarga, masyarakat, dan bangsa tidak cukup hanya menggunakan penalaran pragmatis atau kebenaran praktis, tetapi menggunakan penalaran kontemplatif atau kebenaran esensi, supaya hidup semakin membaik. Setiap orang bertanggungjawab menegakkan kebenaran esensi.(Penulis adalah Guru Besar Ilmu Pendidikan FIP-Unimed Medan/K)

Related Documents

Kebenaran
December 2019 48
Kebenaran
June 2020 36
Esensi Pendidikan
June 2020 11
Esensi Spek.docx
June 2020 4
Pertarungan Kebenaran
April 2020 24

More Documents from ""

Sop Igd.docx
December 2019 56
November 2018.xlsx
October 2019 46
Case Manager.docx
May 2020 40
1. Cover.docx
May 2020 43
Bolero.docx
December 2019 77