LAPORAN PRAKTIKUM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) KEBAKARAN
NAMA: AMALIA RHAMADANI NIM : 1600052 KELAS : DIII-VA KELOMPOK : 4 GENAP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Sri Martini, M.Si.,Apt ASISTEN DOSEN: 1.SETRI DANIA Amd, Farm 2.ROFIKA RUSTAM Amd, Farm 3.LISA KARTINA Amd, Farm
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU PROGRAM STUDI D-III FARMASI 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya, kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah K3 pada semester 5, di tahun ajaran 2018 dengan judul “KEBAKARAN. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyajian maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami perlukan, demi kesempurnaan makalah ini.
Pekanbaru, Desember 2018
1
DAFTAR ISI
HALAMAN KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1 Latar Belakang...............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2 1.3 Tujuan.............................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3 2.1Definisi Kebakaran.........................................................................................3 2.2 Klasifikasi Kebakaran....................................................................................3 2.3 Penyebab Terjadinya Kebakaran....................................................................5 2.4 Cara Pemadaman Kebakaran.........................................................................8 2.5 Pembentukan dan Penyebaran Asap..............................................................8 2.6 Cara Mencegah agar Tidak Terjadi Kebakaran..............................................9 2.7 Peralatan Pencegahan Kebakaran..................................................................9 2.8 Pemercik Air Otomatis.................................................................................12 2.9 Detektor Kebakaran....................................................................................15 BAB III PENUTUP..............................................................................................17 3.1 Kesimpulan..................................................................................................17 3.2 Saran.............................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
2
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh api dan menyebabkan kerugian. Api dinyatakan dengan keterangan: gas bercahaya yang di akibatkan oleh terjadinya reaksi kimia pembentukan atau penguraian persenyawaan. Secara sederhana dapat dikatakan kebakaran adalah pembakaran atau suatu reaksi antara bahan yang dapat terbakar dengan oksigen,dalam keadaan sedemikian rupa sehingga timbul panas dan api dan menyebabkan kerugian. Bahaya kebakaran harus dipahami oleh setiap orang karena kebakaran biasa terjadi dimana-mana, selain merugikan diri sendiri juga orang lain yang berada disekitar area kebakaran. Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran Pemerintah mengeluarkan undang-undang UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan perundangan ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran” yang dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja disebutkan dalam Pasal ayat 1 “Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, menyelenggarakan latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja”.
1
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu kebakaran? 2. Apa saja klasifikasi kebakaran? 3. Apa penyebab terjadinya kebakaran? 4. Bagaimana cara pemadaman kebakaran? 5. Bagaiman pembentukan dan penyebaran asap? 6. Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi kebakaran? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi kebakaran. 2. Untuk mengetahui kalsifikasi kebakaran. 3. Untuk mengetahui penyebab terjadi kebakaran. 4. Untuk mengetahui cara pemadaman kebakaran. 5. Untuk mengetahui pembentukan dan penyebaran asap. 6. Untuk mengetahui cara mencegah agar tidak terjadi kebakaran
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1Definisi Kebakaran Dalam kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh api dan menyebabkan kerugian. Api dinyatakan dengan keterangan: gas bercahaya yang di akibatkan oleh terjadinya reaksi kimia pembentukan atau penguraian persenyawaan. Secara sederhana dapat dikatakan kebakaran adalah pembakaran atau suatu reaksi antara bahan yang dapat terbakar dengan oksigen,dalam keadaan sedemikian rupa sehingga timbul panas dan api yang menyebabkan kerugian. 2.2 Klasifikasi Kebakaran 1. Kebakaran Kelas A Kebakaran ini disebabkan oleh bahan-bahan yang sifatnya mudah terbakar seperti kayu, kertas, kain dan sejenisnya. Alat pemadam api yang digunakan untuk tipe kebakaran ini dapat menggunakan fire extinguisher jenis dry chemical powder biasa ataupun fire extinguisher tipe CO2. Pemakaian air dapat memadamkan tipe kebakaran ini juga dan dinilai efektif. Tipe alat pemadam api dry chemical powder adalah fire extinguisher yang paling banyak ditemui dan paling umum digunakan. 2. Kebakaran Kelas B
3
Jenis kebakaran ini disebabkan oleh cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi, gas, lemak, lilin, thinner, pernis dan sejenisnya. Solusi mengatasi kebakaran tipe ini adalah dengan membatasi oksigen di area kebakaran. Jangan memakai air untuk memadamkan tipe kebakaran ini karena akan menyebabkan terjadinya penyebaran api. Penggunaan alat pemadam api tipe ABC powder atau tipe karbon dioksida (CO2) merupakan solusi pemadaman yang paling baik untuk memadamkan kebakaran cairan mudah terbakar dalam keadaan tertutup. Pada saat memadamkan kebakaran kelas B di ruangan tertutup, pastikan supply oksigen pada pernafasan anda terjamin, karena pada kebakaran, bukan hanya api saja yang berbahaya namun asap dari api juga dapat membahayakan kehidupan anda. 3. Kebakaran Kelas C Disebabkan oleh terjadinya hubungan arus listrik yang biasanya membakar kabel atau fitting dan area disekitarnya. Bisa juga disebabkan oleh peralatan listrik yang terbakar. Penggunaan gas cair BCF atau Bromo Chloro diFluoromethane
atau alat pemadam api tipe karbon dioksida
(CO2) merupakan pemadam paling efektif untuk memadamkan kebakaran kelas C. Hindari pemakaian air atau pemadam jenis busa untuk memadamkan pada kebakaran kelas C karena alat pemadam api yang berbasis air dapat menghantarkan arus listrik.
4
Perlu diperhatikan juga jika anda menyemprotkan alat pemadam CO2, maka biasanya udara di sekitar area kebakaran akan mengembun dan jika jumlahnya banyak dapat berpotensi untuk menghantarkan arus listrik juga. 4. Kebakaran Kelas D Kebakaran jenis ini disebabkan oleh logam tertentu yang mudah terbakar seperti Zinc, Magnesium, serbuk Aluminium, Sodium, Titanium dan lain-lain. Solusi untuk kebakaran jenis ini adalah pemakaian alat pemadam api jenis powder. Kebakaran tipe D paling jarang terjadi. 5. Kebakaran kelas K Pada kasus kebakaran kelas K yang biasanya terjadi di dapur, akibat minyak goreng yang dipanaskan terlalu lama, anda dapat menggunakan telur atau bahan-bahan masakan yang tidak mengandung air untuk segera memadamkannya, menggunakan air akan menyebabkan minyak panas meletup dan akan berbahaya bagi orang yang disekitarnya. Pada restoran-restoran dengan alat deep fryer, biasanya disediakan alat pemadam tipe wet chemical yang mengandung Potassium Acetate untuk mengatasi potensi kebakaran kelas K. 2.3 Penyebab Terjadinya Kebakaran Berbagai sebab kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Kelalaian
5
Kelalaian merupakan penyebab terbanyak peristiwa kebakaran. Contoh dari kelalaian ini misalnya: lupa mematikan kompor, merokok di tempat yang tidak semestinya, menempatkan bahan bakar tidak pada tempatnya, mengganti alat pengaman dengan spesifikasi yang tidak tepat dan lain sebagainya. 2. Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan tentang pencegahan kebakaran merupakan salah satu penyebab kebakaran yang tidak boleh diabaikan. Contoh dari kekurang pengetahuan ini misalnya tidak mengerti akan jenis bahan bakar yang mudah menyala, tidak mengerti tanda-tanda bahaya kebakaran, tidak mengerti proses terjadinya api dan lain sebagainya. 3. Peristriwa alam Peristiwa alam dapat menjadi penyebab kebakaran. Contoh: gunung meletus, gempa bumi, petir, panas matahari dan lain sebagainya. 4. Penyalaan sendiri Api bisa terbentuk bila tiga unsur api yaitu bahan bakar, oksigen (biasanya dari udara) dan panas bertemu dan menyebabkan reaksi rantai pembakaran. Contoh: kebakaran di hutan yang disebabkan oleh panas matahari yang menimpa bahan bakar kering di hutan. 5. Kesengajaan
6
Kebakaran bisa juga disebabkan oleh kesengajaan misalnya karena unsur sabotase, penghilangan jejak, mengharap pengganti dari asuransi dan lain sebagainya. Bila suatu bahan terbakar, maka terbebaskanlah energi, jadi hasil pembakaran itu berada dalam tingkat energi yang lebih rendah. Suatu bahan harus diaktifkan dahulu supaya dapat terbakar dan kehilangan energinya. Hal ini di sebabkan oleh “penyebab kebakaran” seperti puntung rokok yang belum padam, pancaran panas dari suatu tungku, loncatan bunga api paku sepatu menggesek jalan, loncatan api listrik dan sebagainya. Sampai dimana suatu bahan harus di aktifkan supaya dapat terbakar,tergantung dari keadaan bahan itu sendiri. Sebatang korek api yang menyala dapat membakar batang korek api lainnya tapi tidak dapat membakar sebilah papan. Penyebab terjadinya kebakaran antara lain: 1. Bahan yang mudah terbakar: barang padat, cair atau gas ( kayu, kertas, textil, bensin, minyak, acetelin, dll) 2.
Panas (suhu): pada lingkungannya memiliki suhu yang demikian tingginya, (sumber panas dari sinar matahari, kistrik (kortsluiting, panas energi mekanik (gesekan), reaksi kimia, kompresi udara)
3. Oksigen (O2): adanya zat asam (O2) yang cukup. Kandungan (kadar) O2 ditentukan dengan persentasi (%), makin besar kadar oksigen maka api
7
akan menyala makin hebat, sedangkan pada kadar oksigen kurang dari 12 % tidak akan terjadi pembakaran api. Dalam keadaan normal kadar oksigen diudara bebas berkisar 21 %, maka udara memiliki keaktifan pembakaran yang cukup. Dari ketiga faktor tersebut saling mengikat dengan kondisi yang cukup tersedia. Ketiga factor tersebut digambarkan dalam bentuk hubungan segitiga kebakaran. Perlu diperhatikan apabila salah satu dari sisi dari segitiga tersebut tidak ada, maka tidak mungkin terjadi kebakaran. Jadi setiap kebakaran yang terjadi dapat dipadamkan dengan tiga cara yaitu : a. Dengan menurunkan suhunya dibawah suhu kebakaran, b. Menghilangkan zat asam, c. Menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar. 2.4 Cara Pemadaman Kebakaran Terdapat 3 (tiga) cara untuk mengatasi atau memadamkan kebakaran: a. Cara penguraian yaitu cara memadamkan dengan memisahkan atau menjauhkan bahan atau benda-benda yang dapat terbakar b. Cara
pendinginan
yaitu
cara
memadamkan
kebakaran
dengan
menurunkan panas atau suhu. Bahan air yang paling dominan digunakan dalam
menurunkan
panas
dengan
menyiramkan air ketitikapi.
8
jalan
menyemprotkan
atau
c. Cara isolasi atau lokalisasi yaitu cara pemadaman kebakaran dengan mengurangi kadar atau presentase O2 pada benda-benda yang terbakar. 2.5 Pembentukan dan Penyebaran Asap Pembentukan dan penyebaran asap adalah hal yang tak dapat diabaikan demi keamanan kebakaran. Asap dapat menghalangi atau tidak memungkinkan orang menyelamatkan diri meninggalkan gedung yang terbakar karena terhalangnya pandangan. Asap juga dapat lebih mengobarkan api dan menimbukan panik. Regu pemadam kebakaran, dalam menunaikan tugasnya, pada umumnya telebih dahulu menilai keadaannya dan dengan sendirinya sambil menolong penyelamatan manusia dapat terhalang oleh asap. Pembentukan asap adalah persoalan bahan bangunan sedangkan penyebaran asap adalah persoalan konstruksi bangunan. Lubang ventilasi, tangga ke lantai lebih atas, dan sebagainya sangat mempenagruhi penyebaran asap. 2.6 Cara Mencegah agar Tidak Terjadi Kebakaran Pencegahan kebakaran adalah usaha mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkahlangkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan, suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya, pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siappakainya maupun dari segi mudah dicapainya.
9
Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran Pemerintah mengeluarkan undang-undang UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan perundangan ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran”.Yang dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja disebutkan dalam Pasal ayat 1 “Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi
dan
memadamkan
kebakaran,
menyelenggarakan
latihan
penganggulangan kebakaran di tempat kerja”. 2.7 Peralatan Pencegahan Kebakaran APAR atau fire extinguishers atau racun api merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A, B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kimia kering, foam atau busa dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan dipakai di Indonesia. Secara singkat cara mengoperasikan APAR adalah sebagai berikut. 1. APAR Jenis Air Pada jenis ini media pemadamnya berupa air yang terletak pada tabung. Dibuat dalam dua konstruksi yaitu SPT dan GCT. Jarak jangkau
10
pancaran sekitar 10 ft sampai 20 ft. Dan waktu pancaran sekitar satu menit untuk kapasitas 2,5 galon. Hanya direkomendasikan untuk kebakaran jenis A, dengan luas bidang jangkauan sekitar 2500 ft persegi, jarak penempatan setiap 50 ft. 2. APAR Jenis Busa Tabung utama berisi larutan sodium bikarbonat (ditambah dengan penstabil busa). Tabung sebelah dalam berisi larutan aluminium sulfat. Campuran dari kedua larutan tersebut akan menghasilkan busa dengan volume 10 kali lipat. Busa ini kemudian didorong oleh gas pendorong (biasanya CO2 ). 3. APAR Jenis Karbon Dioksida APAR jenis ini memadamkan dengan cara isolasi (smothering) di mana oksigen diupayakan terpisah dari apinya. Di samping itu CO2 juga mempunyai peranan dalam pendinginan. Material yang diselimuti oleh CO2 akan cenderung lebih dingin. 4. APAR Jenis Serbuk Kimia Kering (dry chemical powder) APAR jenis ini berisi tepung kering sodium bikarbonat dan tabung gas karbon dioksida atau gas nitrogen (di dalam cartridge) sebagai pendorongnya. Gas pendorong bisa ditempatkan dalam tabung atau di luar tabung. Tepung kimia kering bersifat cepat menutup material yang
11
terbakar, dan mempunyai daya jangkau menutup permukaan yang cukup luas. 5. APAR Jenis Gas Halon dan Pasca Halon APAR jenis ini biasanya berisi gas halon yang terdiri dari unsurunsur karbon, fluorine, bromide dan chlorine. Namun sejak diketemukan lubang pada lapisan ozon yang diduga disebabkan oleh salah satu unsur gas halon maka menurut perjanjian Montreal gas halon tidak boleh dipergunakan lagi, dan mulai 1 Januari 1994 gas halon tidak boleh diproduksi. Adapun alat pendukung APAR antara lain: a.
Hydran Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota, sesuai namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air. Detektor Asap atau Smoke Detector Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.
b. Fire Alarm
12
Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat. c. Sprinkle Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut. 2.8 Pemercik Air Otomatis 1. Penggunaan Pemercik Otomatis Pemercik air otomatis (automatic sprinklers) merupakan sarana pemadam kebakaran instalasi tetap yang paling sering digunakan/dipasang pada gedung-gedung. Sistem ini bekerja apabila gelas (quartzoid bulb) pada kepala sprinklers pecah karena panas. Dengan pecahnya quartzoid bulb ini maka air bertekanan memercik ke seluruh tempat yang kebakaran dan memadamkan api. 2. Jenis Sistem Pemercik Otomatis Secara garis besar sistem pemercik otomatis dikategorikan menjadi (1) sistem pipa basah, (2) sistem pipa kering, (3) sistem deluge dan (4) pre action system: a.
Sistem pipa basah
13
Pemercik otomatis disebut sebagai sistem pipa basah (wet pipe system) ialah apabila seluruh pipa distribusi sampai ke sprinkler terisi air bertekanan. Sistem ini memakai kepala sprinkler otomatis. Apabila gelas pada kepala sprinklers pecah karena panas maka air bertekanan segera memancar keluar memadamkan area yang terbakar. Air akan memancar hanya pada daerah yang sprinklernya pecah saja. b. Sistem pipa kering Pada sistem pipa kering pipa distribusi tidak tersisi air. Sistem ini dipakai apabila tempat atau bangunan yang dilindungi mempunyai kemungkinan bertemperatur dingin sedemikian sehingga air di dalam pipa distribusi dan sprinklers membeku. Tempat seperti ini misalnya ruang refrigerator, bangunan di tempat dingin dan lain sebagainya. Di dalam pipa distribusi tidak berisi air melainkan gas nitrogen atau udara bertekanan. Apabila terjadi kebakaran maka sprinklers akan pecah, gas terdorong keluar sambil menghidupkan kontrol aliran air bertekanan yang kemudian memancarkan air untuk memadamkan kebakaran. Air hanya memancar pada daerah yang sprinklernya pecah saja. c. Deluge system Deluge system atau system banjir atau sistem pancaran serentak biasanya dipasang pada tempat atau bangunan yang berisi material mudah terbakar secara keseluruhan misalnya gudang busa polyester, bagian
14
pengeringan hardboard, polyurethane, hanggar pesawat terbang dan lain sebagainya. Pada sistem ini semua sprinkler dalam keadaan terbuka, kemudian apabila ada sinyal kebakaran dari sistem deteksi maka seluruh sprinkler akan memancarkan air. Jadi sistem pancaran serentak ini dihubungkan dengan pengontrol lain yang berfungsi untuk memberitahu adanya kebakaran pada tempat itu. d. Pre-action system Sistem ini bertujuan untuk membantu mempercepat aliran air pada sistem kering. Pada dasarnya konstruksi terdiri dari gabungan standard sprinkler system dengan alat pengindera kebakaran (baik smoke ataupun heat detector). Pada saat awal pengindera mencium adanya bahaya kebakaran maka sistem langsung bekerja mengisi air pada pipa distribusi springkler, sehingga air sudah terisi sebelum sprinkler pecah karena panas. Jadi ketika sprinkler pipa sistem kering pecah maka di dalam pipa sudah berisi air yang langsung memancar pada tempat yang terbakar. 3. Kepala Pemercik Otomatis Kepala pemercik otomatis betugas untuk memancarkan air apabila telah mendapat sinyal deteksi kebakaran. Kepala pemercik otomatis akan aktif memancarkan air bila temperatur pada ruangan cukup untuk memecahkan quartozoid bulb (jenis a) atau memutus pengunci (jeins b). Temperatur ini disebut “temperature rating” dan biasanya besarnya sekitar 60 oC sampai 70 oC. Namun untuk beberapa tempat dengan pertimbangan
15
tertentu di pasaran juga tersedia kepala pemercik dengan temperature rating yang lebih tinggi. 2.9 Detektor Kebakaran Detektor kebakaran yang biasanya dipergunakan adalah (1) detektor asap, (2) detektor panas dan (3) detektor nyala. Namun demikian seiring dengan perkembangan teknologi maka telah berkembang berbagai detektor kebakaran yang semakin peka dan canggih. 1. Detektor Asap Detektor asap yang sering dipakai adalah (1) detektor asap ion dan detektor
asap
dengan.
Detektor
asap
ion
bekerja
berdasarkan
keseimbangan ion positif dan ion negatif. Sebuah sumber radioaktif menghasilkan ion positif dan ion negatif. Pada keadaan tidak ada asap maka ion positif dan ion negatif seimbang. Namun pada kondisi berasap maka keseimbangan ion positif-negatif terganggu. Gangguan ini memicu jaringan elektris untuk memberi tahukan ketidak normalan sistem ke pusat pengendali. 2. Detektor Panas Salah satu contoh detektor panas adalah seperti pada sprinklers 3. Detektor Nyala. Detektor nyala akan diaktivasi apabila ada nyala api pada daerah jangkauannya.
16
Apabila terjadi nyala api yang tertangkap oleh detektor maka filter infra-red hanya akan meneruskan radiasi infra-red melalui lensa. Kemudian radiasi ini ditangkap oleh light sensing element yang meneruskannya ke time delay dan deskriminator frekuensi. Radiasi nyala infra-red mempunyai frekuensi yang unik yang membedakan dengan radiasi yang bukan dari nyala api, sehingga dapat menjamin kepastian bahwa yang tertangkap adalah radiasi karena nyala api. Keberadaan radiasi ini kemudian memicu rangkaian elektronik mengirim sinyal ke pusat pengendali kebakaran
17
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh api dan menyebabkan kerugian. Klasifikasi kebakaran dibedakan menjadi: kelas A (kayu, kertas, plastik), kelas B (bensin, solar, bensol), kelas C (permesinan, generator, panel listrik), kelas D (bahan-bahan logam, titanium, aluminium), dan kelas K (minyak goreng). Penyebab terjadinya kebakaran meliputi tiga unsur, yaitu: 1. Bahan yang mudah terbakar 2. Oksigen 3.
Suhu Terdapat tiga cara untuk mengatasi atau memadamkan kebakaran: 1. Cara penguraian 2. Cara pendinginan 3. Cara isolasi atau lokalisasi
3.2 Saran Untuk mengurangi korban dan kerugian akibat kebakaran maka kita harus senantiasa mencegah terjadinya kebakaran serta menjauhkan barang–barang yang mudah terbakar dan mudah meledak dari sumber api.
18
DAFTAR PUSTAKA
Barber, C.V. & Schweithelm, J. (2000). Trial by fire. Forest fires and forestry policy in Indonesia's era of crisis andreform. World Resources Institute (WRI), Forest Frontiers Initiative. In collaboration with WWF-Indonesia and Telapak Indonesia Foundation, Washington D.C, USA. Bureau of Statistic Tumbang Titi sub-district (1999). Tumbang Titi in Figure, 1999. Biro Pusat Statistik (BPS) Province, Ketapang, Indonesia. Dennis, R.A. (1999). A review of fire projects in Indonesia 1982 - 1998. Center for International Forestry Research, Bogor
19