K3.docx

  • Uploaded by: Ama Lia
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View K3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,124
  • Pages: 17
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Persaingan industri yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Kualitas produk yang dihasilkan tidak terlepas dari peranan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional sebab hal tersebut terkait erat dengan sumber daya manusia sebagai karyawan. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam setiap aktivitas. Pada bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, risiko yang paling sering diperhatikan adalah risiko yang berakibat negatif. Risiko tersebut berupa bahaya yang mengancam keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Untuk menghindari dampak negatif dari risiko tersebut, perusahaan harus mampu melakukan pengelolaan potensi risiko yang timbul sehingga peluang terjadi atau akibat yang ditimbulkannya tidak besar. Dengan kata lain, dengan mengetahui tingkat risiko yang akan terjadi, maka perusahaan dapat mengetahui bagaimana cara untuk mengurangi dampak yang ditimbulkannya sehingga risiko tersebut dapat dikendalikan. Oleh karena itu, yang menjadi fokus utama dalam manajemen risiko keselamatan kerja adalah tindakan pencegahan atau pengurangan ancaman keselamatan dan kesehatan kerja. Potensi bahaya (hazard) menjadi problematika bagi perusahaan sebab merupakan sumber risiko yang potensial mengakibatkan kerugian material, lingkungan, dan manusia. Salah satu bentuk risiko bahaya yang dapat muncul adalah kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat timbul baik dari lingkungan fisik kerja, perilaku para pekerja, maupun mesin dan peralatan industri yang digunakan. riset yang dilakukan International Labor Organization (ILO) atau Organisasi Perburuhan Internasional di bawah PBB menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat

1

kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun (ILO dalam Suardi, 2005).

b. Rumusan masalah faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya hazard (bahaya) di dalam lingkungan kerja

c. Tujuan 1. Melakukan penilaian risiko terhadap setiap bahaya yang teridentifikasi. 2. Menyusun rekomendasi mengenai upaya pengendalian risiko yang dapat dilakukan untuk menurunkan dampak risiko bahaya.

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1. pengertian hazard dan resiko

Risiko adalah probabilitas suatu bahaya menjadi nyata, yang ditentukan oleh frekuensi dan durasi pajanan, aktivitas kerja, serta upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan.

Faktor risiko adalah potensi bahaya (hazard) yang menyebabkan terjadinya peningkatkan kejadian penyakit. Faktor risiko dalam kecelakaan menurut Suardi (2005) : faktor lingkungan kerja (environmental), faktor pekerjaan (agent) dan faktor manusia (host).

Hazard adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau kondisi kelainan fisik lain yang berpotensi berasal dan atau bertambah buruk karena kegiatan kerja atau situasi yang terkait dengan pekerjaan.

Bahaya kesehatan kerja (health hazard) berdampak pada kesehatan, menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Bersifat kronis.

Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian.Sesuatu disebut sebagai sumber bahaya hanya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi.

3

Bahaya terdapat dimana-mana baik di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau eksposur.

2.2. Faktor Hazard

hazard di kelompokkan menjadi 5,berdasarkan potensi bahaya yang ada. yaitu : 1. hazard biologi hazaard biologi adalah potensi bahaya yang ditimbulkan dari faktor makluk hidup. Biasanya hazard biologi ini berada di lingkungan-lingkungan yang tidak bersih,kotor,dll. Contoh dari hazard biologi adalah seperti cacing tambang,cacing tambang dapat membuat kaki kita berlubang seperti dimakan oleh cacing tersebut.Maka dari itu,dipertambangan diharapkan selalu menggunakan APD sepatu safety agar sebagai pencegahan terhadap hazard biologi. Contoh hazard biologi, yaitu : a. Bakteri

Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya. b.virus

Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.

4

c.Jamur

Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.

d. Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja

Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin ditemukan di tempat kerja, diantaranya :

Daerah pertanian Llingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja dapat terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing,Asma bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolismejamur.

Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri penyebab penyakit saluran napas, seperti : Tbc, Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan lainnya seperti Pneumonia.

Di Laboratorium Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar terinfeksi, terutama untuk laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang megandung organisme pathogen

Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa ventilasi Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti : Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan organisme yang hidup pada air yang terdapat

5

pada system pendingin, Legionnaire disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih berbahaya pada

Cara penularan kedalam tubuh manusia Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit hanya setelah masuk kedalam tubuh manusia dan cara masuknya kedalam tubuh, yaitu : 1.

Melalui saluran pernapasan

2.

Melalui mulut (makanan dan minuman)

3.

Melalui kulit apabila terluka

Mengontrol bahaya dari faktor biologi

Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari dengan pencegahan antara lain dengan : 1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu yang mengandung organism patogen 2.Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi 3.Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja 4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak datu kali setiap bulan 5. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya mikroorganisme yang patogen pada system pendingin. Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari

6

2. hazard kimia

hazard kimia adalah potensi bahaya yang disebabkan oleh sifat dan karakteristik kimia yang dimiliki bahan tersebut. Hazard kimia ini sangat berbahaya jika kita tidak menggetahuinya secara detail seperi apa sifat dari bahan tersebut. Perlunya penanganan yang intensif terhadap potensi bahaya ini. contoh dari hazard kimia adalah amoniak yang bercampur di udara karena sifatnya yang berbahaya bagi THT pada manusia. MSDS adalah salah satu cara melakukan penanganan dini terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia.

Korosi : menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.

Iritasi : menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat

pernapasan menyebabkan

sesak

napas,

peradangan

dan

oedema ( bengkak ). Cth : Kulit : asam, basa,pelarut, minyak. Pernapasan aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine,ozone

Alergi :Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasan. Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel. Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.

Kanker : Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada manusia. Cth : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma) ; 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih); asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma).

7

Efek Reproduksi : Perkembangan bahan2 racun dapat memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi spontan. Cth : Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol, mercury.

Racun Sistemik : •agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh. •Otak : pelarut, lead, mercury, manganese •Sistem syaraf peripheral : n-hexane, lead, arsenic, carbon disulphide •Sistem pembentukan darah : benzene, ethylene glycol ethers •Ginjal : cadmium, lead, mercury, chlorinated hydrocarbons •Paru-paru : silica, asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )

Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia adalah a) Korosi Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor. b) Iritasi Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak )

Pencegahan Faktor Lingkungan Kerja Kimia : Ada beberapa cara pencegahan factor kimia lingkungan kerja antara lain: 1. Subtitusi Yang dimaksud

subtitusi

adalah penggantian bahan-bahan

berbahaya/beracun dengan bahan yang tidak beracun, hal ini agak sukar dilaksanakan mengingat banyak dari bahan kimia yang dipakai dalam proses produksi yang apabila diganti dengan bahan lain dapat

8

mempengaruhi dari hasil produksi dengan kata lain produksi mungkin akan tidak sama bila memakai bahan aslinya dan untuk mendapatkan hasil yang

sama

diperlukan

penelitian-penelitian

yang

saksama

dan

membutuhkan biaya tinggi. 2. Isolasi Isolasi yang dimaksud disini adalah mengisolir tempat atau ruangan-ruangan yang mengandung aspek bahan kimia yang berbahaya dari para pekerja atau tidak kontak langsung bahan-bahan berbahaya tersebut, cukup dilakukan dengan mengontrol dari luar atau tempat lain. 3. Ventilasi Ventilasi yang dimaksudkan disini adalah mengatur sirkulasi udara yang baik masuk kedalam ruang kerja. Ada berapa macam ventilasi, tetapi disini yang dibicarakan adalah ventilasi ekshauster. Ada dua macam ekshauster sebagai berikut:

a Lokal Ekshauster Yaitu ekshauster yang dipakai hanya pada tempat dimana orang bekerja. b. General ekshauster. Yaitu ventilasi untuk seluruh ruangan

3. hazard fisik

hazard fisik adalah potensi bahaya yang disebabka oleh faktor fisik dari seseorang yang sedang melakukan pekerjaan. Hazard fisik erat sekali hubungannya dengan manusia,kitasendiripun terkadang adalah sumber masalah dari permasalahan yang terjadi. Managemen kegiata adalah salah satu cara untuk mengendalikan hazard yang muncul ini.

a) Radiasi Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber

9

radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.

Pengaruh radiasi terhadap manusia Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic.Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu. ·Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak. ·Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit. · Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker. Contoh : Radiasi ultraviolet : pengelasan, Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran, Laser : komunikasi, pembedahan .

b) Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis.

10

Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak. Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki / bising. Skala Intensitas Desibel Batas Jenis Bunyi

Dengar Tertinggi

Halilintar

120 DB

Meriam

110 DB

Mesin uap

100 DB

Jalan yang ramai

90 DB

Pluit

80 DB

Kantorgaduh

70 DB

Radio

60 Db

Rumahgaduh

50 DB

Kantor

pada

umumnya 40 DB

Rumah

tenang 30 DB

Kantor

perorangan 20 DB

Sangat tenang , Suara daun jatuh, 10 DB Tetesan air

c) Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi ) Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang. Orang yang sudah tua

11

dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing),

menurunnya

kemampuan

intelektual,

menurunnya

konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa

pekerja

untuk

mendekatkan

matanya

ke

objek

guna

mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin

akan

terjadi

penglihatan

rangkap

atau

kabur.

Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan. b.

Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.

c. Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masingmasing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari. d. Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadangkadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau.Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah.

tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut : Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu

12

masuknya cahaya matahari ke tempat kerja, Jendela-jendela dan lubang angin

untuk

masuknya

cahaya

matahari

harus

cukup,

seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan, Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti dengan penerangan lampu yang cukup, Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32 derajat celsius), Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang mengganggu kerja, Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar serta tidak berkedip-kedip .Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas,

mengurangi

kesalahan,

meningkatkan

housekeeping,

kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.

d) Getaran a. Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten. b. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF). c. Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.

efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh: 1. 3 . 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.

13

2.

6 . 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung, pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah.

3.

10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan beresonansi.

4.

13 . 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.

5.

< 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.

4. hazard ergonomi

hazard ergonomi adalah potensi bahaya yang disebabkan terjadi karena tidak efisiennya hubungan alat kerja dengan manusianya,biasanya berhubungan dengan prilaku kerja manusia dengan alatnya. Disini ini adalah yang menyebabkan juga munculnya penyakit akibat kerja karena kesalahan-kesalahan dalam prilaku penggunaan alat kerjanya.

yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan normanorma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.

5. hazard psikologi

hazard psikologi adalah potensi bahaya yang disbabkan terjadinya suatu konfik dalam lingkungan kerja tersebut.Konflik yang terjadipun sudah terbagi menjadi langsung dan tidak langsung.Psikologi ini juga merupakan hal penting karena dapat mempengaruhi juga bagaimana orang tersebut bekerja,semakin banyak konflik maka pekerjaan yang di kerjakan

14

semakin tidak efisien dan malah banyak menimbulkan masalah yang terjadi. Pengendaliannya biasaya mengunakan managemen konflik dan ketetapan disiplin. 1. Stress : tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini dinamakan stress. 2. Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguan kepribadian,

penyimpangan

seksual,

ketagihan

alkohol

dan

psikotropika. 3. Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll.

15

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan

dari

pembahasan

diatas

saya

dapat

menyimpulkan

bahwa hazard psikologi adalah potensi bahaya yang disbabkan terjadinya suatu konfik dalam lingkungan kerja tersebut, Psikologi ini juga merupakan hal penting karena dapat mempengaruhi juga bagaimana orang tersebut bekerja,semakin banyak konflik maka pekerjaan yang di kerjakan semakin tidak efisien dan malah banyak menimbulkan masalah yang terjadi dan potensi bahaya yang ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenaga kerjaan yang dapat menyebabkan terjadinya stress.Secara jelas dikatakan bahwa ternyata peran faktor psikososial dalam lingkungan kerja begitu penting untuk meningkatkan dukungan sosial dan menciptakan kesempatan bagi karyawan atau pekerja untuk mengendalikan situasi kerja dan juga meningkatkan motivasi kerja. B.

Saran

Untuk mencegah terjadinya gangguan psikososial di tempat kerja sebaiknya penempatan tenaga kerja yang harus sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja harus sesuai, serta hubungan antara individu harus harmoni dan harus serasi dalam organisasi kerja, agar tidak terjadi stress kerja

16

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, E. 2010. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di Unit Ammonium Sulfat II PT. Petrokimia Gresik Jawa Timur. [Tugas Akhir]. Surakarta: Program Diploma III, HIPERKES dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Anis, M., Wijaya, G.G., Muslimah, E. 2015. Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Industri Batik (Studi Kasus di Industri Batik “GT” Laweyan Surakarta). Seminar Nasional IENACO – 2015. ISSN 2337-4349 Ardiansyah, M. 2015. Pengetahuan Karyawan Akan Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Dalam Upaya Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Studi pada PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta bagian Weaving). [Skripsi]. Surakarta: Program Studi Kesehatan

Masyarakat,

Fakultas

Ilmu

Kesehatan,

Universitas

Muhammadiayah Surakarta Asfahl, C.R., dan Rieske D.W. 2010. Industrial Safety and Health Management. Sixth Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc

17

More Documents from "Ama Lia"

Kebakaran.docx
June 2020 6
Ade.docx
June 2020 8
K3.docx
June 2020 11
Ana Sabila.docx
June 2020 5
Dossier 7.docx
December 2019 23