Keadaan Kota Madinah 2.docx

  • Uploaded by: Dhewi Fatimah Sulistyawati
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Keadaan Kota Madinah 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,683
  • Pages: 9
KEADAAN KOTA MADINAH SEBELUM ISLAM DATANG

Sebelum Islam datang ke Madinah, Kota tersebut bernama Yatsrib. Madinah pun tidak memiliki pemimpin dan pemerintahan yang resmi. Pemerintahan kota MAdinah hanya terbatas pada pemerintahan kepala suku atas anggota sukunya. Akhirnya, suku tertentu hanya memikirkan untuk keuntungan suku itu sendiri dan mengindahkan permasalahan suku yang lain. Mereka juga sering bersaing untuk menanamkan pengaruh dalam masyarakat. Persaingan itupun sering menimbulkan peperangan. Kaum Yahudi merupakan golongan yang kuat di Madinah. Mereka menguasai perdagangan serta perekonomian Madinah. Yahudi juga menguasai lahan-lahan pertanian terbaik dan oase-oase Madinah. Jumlah mereka pun hampir separuh penduduk Madinah. Keadaan inilah yang membuat kaum Arab di Madinah menjadi gusar. Permusuhan antara kaum Arab dan kaum Yahudi di Madinah semakin tajam. kaum Yahudi sering menggunakan taktik adu domba dengan cara menyebarkan permusuhan diantara suku-suku Arab Madinah. Suku-suku Arab yang terkenal di Madinah adalah suku Aus dan suku Khazraj. Kedua suku ini diadu domba oleh kaum Yahudi sehingga timbul kebencian dan permusuhan diantara kedua suku tersebut. Puncak permusuhan itu terjadi perang Bu'ats. Dalam perang ini, suku Aus bersekutu dengan Bani Quraidzah dan Bani Nadir. Sedangkan SUku Khazraj bersekutu dengan Bani Qainuqa. Perang ini terjadi pada tahun 618 M.

Setelah perang usai, kedua susku tersebut menyadari akan kesalahan mereka. Perang hanya akan menimbulkan kerusakan serta bencana. KEdua suku itupun kemudian berdamai. Mereka mengangkat seorang pemimpin yaitu Abdullah bin Muhammad. Abdullah bin Muhammad adalah seorang dari suku Khazraj yang berpandangan luas. Akan tetapi, rencana tersebut tidak terlaksana karena beberapa orang dari suku Khazraj pergi menemui Rasulullah dan menerima Islam. Setiba mereka di Madinah, merekapun menyatakan keislaman mereka serta mengajak penduduk Madinah untuk memeluk Islam. Sejak itulah, nama Islam dan Muhammad menjadi bahan pembicaraan di Madinah.

KISAH PERJALANAN HIJRAH KE MADINAH

Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah menjadi peristiwabesar bagi umat Islam. Kisah itu punya makna mendalam bagi muslimin dunia. Peristiwa itu kemudian menjadi awal tahun kalender Islam dan diperingati hingga sekarang. Sebelum hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad telah berdakwah menyebarkan Islam di Mekah. Semula, Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Syiar Islam kemudian dilakukan dengan terang-terangan.

Kaum kafir Quraisy yang sejak semula memusuhi Nabi semakin gencar melakukan desakan. Intimidasi terjadi setiap waktu. Namun, saat Nabi perlu dukungan, datanglah masa sulit. Sang istri, Siti Khadijah, wafat. Padahal Siti Khadijah menjadi salah satu motivator bagi Nabi dalam menyebarkan Islam. Setelah Khadijah, pamah Nabi, Abu

Thalib, juga meninggal dunia. Semasa hidup, Abu Thalib lah yang menjadi pembela Nabi dari kebengisan kafir Quraisy. Dengan wafatnya Abu Thalib, kaum kafir Quraisy semakin semena-mena. Wafatnya Siti Khadijah dan Abu Thalib membuat Nabi berada dalam suasana duka. Pada masa-masa yang disebut sebagai tahun duka cita itu, terjadilah peristiwa luar biasa, yaitu Isra’ Mi’raj pada 27 Rajab, sekitar rahun 621 Masehi. Pada peristiwa itu, turunlah perintah salat lima waktu.

Setelah peristiwa itu, Nabi kembali melanjutkan dakwahnya di Mekah. Pengalaman luar biasa itu diceritakan pada pengikutnya. Namun, kabar itu membuat kaum kafir Quraisy semakin menekan. Mereka menuduh Nabi berbohong.

Pada 621 M itu pula, datanglah sejumlah orang dari Madinah, menemui Nabi di Bukit Aqaba. Mereka memeluk agama Islam. Peristiwa tersebut dikenal dengan Bai’at Aqaba I. Tahun berikutnya, atau 622 M, datanglah 73 orang dari Madinah ke Mekah. Mereka merupakan Suku Aus dan Khazraj yang semula ingin berhaji. Mereka kemudian menemui Nabi dan mengajak berhijrah ke Madinah. Mereka menyatakan siap membela dan melindungi Nabi dan para pengikutnya dari Mekah. Peristiwa ini dikenal dengan Bai’at Aqabah II.

Kondisi kaum muslim di Mekah juga semakin terdesak setelah kaum kafir Quraisy melakukan boikot kepada Nabi Muhammad dan para pengikutnya yang berasal dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Kaum Quraisy melarang setiap perdagangan dan bisnis dengan pengikut Nabi. Selain itu, semua orang dilarang menikah dengan kaum muslimin. Tak ada yang diperkenankan bergaul dengan pengikut Nabi Muhammad. Mereka juga mendukung kelompok-kelompok yang memusuhi Nabi Muhammad. Boikot inilah yang membuat kaum muslimin semakin terdesak.

Dalam upaya

menyelamatkan dakwah Islam dari gangguan kafir Quraisy, Nabi Muhammad, atas perintah Allah, memutuskan hijrah dari Mekah ke Madinah. Namun sebelumnya, Nabi telah memerintahkan kaum mukminin agar hijrah terlebih dahulu ke Madinah. Para

sahabat pun segera berangkat secara diam-diam agar tidak dihadang oleh kelompok kafir Quraisy.

Nabi Selamat dari Kepungan Quraisy

Menjelang Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, kaum kafir Quraisy membuat rencana jahat. Mereka ingin membunuh Nabi. Pada malam hari, para pemuda Quraisy telah mengepung rumah Nabi. Pada saat itulah Nabi meminta Ali bin Abi Thalib memakai jubahnya. Ali diminta berbaring di tempat tidur Nabi untuk mengelabui para pemuda Quraisy.

Para pemuda yang sudah disiapkan Quraisy kemudian mengintip ke kamar Nabi. Mereka melihat ada sosok yang sedang berbaring dan mengira itu adalah Nabi Muhammad, padahal yang berbaring itu adalah Ali bin Abi Thalib. Jelang larut malam, Rasulullah keluar rumah menuju kediaman Abu Bakar Ashshiddiq. Nabi kemudian berangkat ke Gua Tsur. Para pemuda Quraisy yang mengepung rumah Nabi masuk ke dalam rumah. Namun mereka alangkah terkejut, ternyata Nabi sudah tidak ada. Sosok yang terbaring di tempat tidur itu ternyata Ali bin Abi Talib.

Keajaiban Gua Tsur Sementara, Nabi terus berjalan. Untuk mengelabui kaum Quraisy yang telah menutup semua jalur ke Madinah, Nabi menempuh jalan yang tak biasa digunakan penduduk. Tibalah Nabi di Gua Tsur. Nabi bersama Abu Bakar tinggal di sana selama kurang lebih tiga hari. Gua Tsur sungguh sempit. Jarang disinggahi manusia. Sementara, kaum Quraisy mondar-mandir ke segala penjuru mencari Nabi dan Abu Bakar. Kelompok Quraisy sebenarnya sudah tiba di Gua Tsur. Pimpinan mereka bahkan hendak masuk ke gua yang dijadikan tempat persembunyian Nabi dan Abu Bakar itu. Namun tak jadi.

Mereka melihat banyak sarang laba-laba di mulut gua. Selain itu, banyak pula burung liar di sana. Sehingga mereka mengira tak mungkin ada orang di dalam gua tersebut. Setelah tiga malam berada di gua, pada tanggal 1 Rabi’ul Awwal tahun pertama Hijriyah, atau pada tanggal 16 September 622 M, Nabi, Abu Bakar, ditemani Amir bin Fuhairah, beserta seorang penunjuk jalan, Abdullah bin Uraiqith, keluar dari gua. Mereka berangkat menuju Madinah. Nabi duduk di atas unta, yang dalam kitab tarikh disebut dengan nama “ Al-Qushwa”. Selama tujuh hari tujuh malam mereka berjalan menuju Madinah, melewati gurun pasir yang gersang. Pada tanggal 8 Rabiul Awwal, rombongan Nabi tiba di Quba. Mereka disambut dengan hangat oleh kaum muslimin di sana. Setelah dari Quba, atau sekitar satu kilometer dari Quba, Nabi bersama umat Islamlainnya melaksanakan salat Jumat di tempat Bani Salim bin Auf. Untuk memperingati peristiwa itu, dibangunlah “ Masjid Jumat” di lokasi ini.

Nabi melanjutkan perjalanan pada hari itu juga. Rombongan itu akhirnya tiba di Madinah pada hari Jumat, 12 Rabi’ul Awwal itu juga atau tahun 13 Kenabian. Sambutan penuh suka cita diiringi isak tangis penuh haru dan kerinduan menyeruak di Madinah.

CARA NABI MUHAMMAD SAW MEMBANGUN KOTA MADINAH

Lima langkah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diterapkan untuk membangun benih peradaban baru pembentukan masyarakat Islam di Madinah antara lain: PERTAMA: MENDIRIKAN MASJID Langkah pertama dalam perbaikan dan pembangunan masyarakat Islam di Madinah adalah mendirikan masjid dan beberapa ruang untuk tempat tinggal keluarga beliau. Melalui masjid inilah yang akhirnya dijadikan sebagai basis dan pusat kendali seluruh aktivitas masyarakat Islam di Madinah. Sehingga, masjid menjadi icon persatuan masyarakat Islam hingga sekarang. KEDUA: MENDATANGKAN DUA KELUARGA Langkah

berikutnya

adalah

mendatangkan

Rasulullah shallallahu

‘alaihi

wa

sallam dan

dua

keluarga

keluarga

mulia;

Abu

keluarga

Bakar

ash-

Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan beberapa sahabat lain yang memungkinkan, untuk dihijrahkan dari Mekah ke Madinah. Di antaranya, Zaid bin Haritsah serta keluarganya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Ia mengirim seseorang untuk mencari keluarganya untuk dibawa ke Madinah. Begitu seterusnya hingga hampir seluruh umat Islam Mekah dipindahkan ke Madinah. KETIGA: MEMBANGUN KOMUNIKASI Menjalin komunikasi dengan kaum Yahudi melalui orang yang ditokohkan oleh mereka dan mendakwahi mereka untuk masuk Islam. Saat itu yang didekati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamadalah Abdullah bin Salam. Ia adalah seorang pendeta yang terhormat di kalangan Yahudi Madinah.

Saat beliau tiba di Madinah, Abdullah bin Salam datang untuk menguji kebenaran nubuwah dan risalah yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengajukan sejumlah pertanyaan. Ia berkata, “Aku akan menanyakan tiga hal kepadamu. Tidak ada yang mengetahui jawabannya selain Nabi. Apa tanda-tanda pertama Kiamat? Apa makanan pertama yang dimakan para penghuni surga? Kenapa anak mirip dengan ayah atau ibunya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu membeberkan jawaban yang barusan dikabarkan oleh malaikat Jibril. “Tanda pertama kiamat adalah api yang keluar dari timur, menghalau manusia menuju barat. Makanan pertama yang dimakan penghuni Surga adalah tambahan hati ikan Paus. Adapun anak, jika air mani lelaki mendahului air mani perempuan, anak mirip ayahnya. Jika air mani perempuan mendahului air mani laki-laki, anak mirip ibunya.” Mendengar jawaban tersebut, saat itu juga Abdullah bin Salam mengucapkan dua kalimat syahadat. Saat Abdullah bin Salam masuk Islam dan keislamannya mulai membaik, kesempatan terbuka lebar untuk menjalin komunikasi lebih lanjut dengan orang-orang Yahudi dan mengajak mereka untuk masuk Islam. KEEMPAT: MEMBUAT PERJANJIAN Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat perjanjian untuk kaum Muhajirin dan Anshar yang memuat perjanjian dengan kalangan Yahudi di Madinah. Isi perjanjian itu beliau buat sedetail mungkin dan memuat kebijakan-kebijakan yang mengarah pada pemeliharaan stabilitas posisi masyarakat Islam di Madinah saat itu. Melalui perjanjian tersebut pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusaha untuk menyatukan seluruh elemen penduduk Madinah yang terdiri dari kalangan MuhajirinAnshar dan tetangga mereka dari kalangan Yahudi.

Dengan perjanjian tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengikat mereka semua dan menjadikan mereka satu kelompok yang mampu menghadapi siapapun yang berniat jahat terhadap mereka. KELIMA: MEMPERSAUDARAKAN ANTAR GOLONGAN Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar dengan ikatan yang lebih kuat lagi. Generasi dari kalangan Muhajirin dinikahkan dengan generasi dari kalangan Anshar. Di mana saat itu kalangan Muhajirin berada dalam situasi yang sangat memerlukan bantuan untuk meringankan segala beban hidup di tempat yang asing, dengan kondisi ekonomi yang masih lemah, dan pengaruh psikologis lantaran berpisah dengan keluarga besar mereka di Mekah. Langkah

ini

merupakan

bentuk

sikap

yang

lurus,

kesempurnaan nubuwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kematangan politik beliau, dan kebijaksanaan yang dapat diterima semua kalangan.

Walhasil, melalui konsep persaudaraan seperti itu masyarakat Islam Madinah saling menyatu dan menjadi satu tubuh untuk sama-sama memikul beban yang ditanggung.

TUGAS PAI

DISUSUN OLEH: NINDI RAHMATUN N NO:22 KELAS:7B

SMP NEGERI 2 MUNGKID TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Related Documents

Madinah
November 2019 34
Kota Kota
June 2020 61
Madinah - Do'a.docx
June 2020 18
Al Madinah
November 2019 30
Keadaan Larik
December 2019 25

More Documents from "NURUL SYUHADA BT ISMAIL HAJAR"

Vertebrata.docx
June 2020 0
Abidin.pdf
June 2020 24
X70 Broucher.docx
June 2020 22
Lp Dm.docx
October 2019 35