Pada umumya waktu dan jarak yang sehat untuk dapat hamil kembali adalah 2 tahun pasca persalinan. Waktu dan jarak kehamilan yang sangat dekat atau kurang dari 2 tahun dapat menyebabkan masalah kesehatan pada ibu dan bayi. KBPP (KB Pasca Persalinan) adalah penggunaan metode kontrasepsi segera setalah melahirkan sampai dengan 42 hari setelah melahirkan dengan tujuan dapat mengatur jarak kelahiran anak, meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan angka harapan hidup Ibu dan anak. Hampir semua metode kontrasepsi dapat digunakan sebagai KB pasca persalinan. Seperti MAL, KB IUD, KB Implan, kontrasepsi progestin, kondom, dan kontrasepsi mantap/ sterilisasi. Kontrasepsi pil/suntikan kombinasi sebaiknya tidak dijadikan pilihan karena memiliki keterbatasan yaitu dapat mengganggu produksi ASI. Nah sebelum menentukan pilihan kontrasepsi yang mau dipakai, pahami dulu ketujuh kontrasepsi yang aman untuk ibu menyusui.
1. Metode Amenore Laktasi (MAL) MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi. Metode ini sangat ekonomis, tidak perlu biaya dan aman untuk digunakan, namun hanya efektif sampai 6 bulan pertama setelah melahirkan. Dan ada 3 syarat yang harus dipenuhi yaitu: Ibu harus menyusui bayi secara ekslusif (minimal 8x sehari, dengan jarak menyusui lebih kurang 4jam), bayi harus berusia kurang dari 6 bulan, dan ibu harus dalam masa belum mengalami menstruasi setelah persalinan. Keuntungan lainnya dari metode ini adalah dapat meningkatkan proses menyusui dan dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan anak.
2. Suntikan Progestin Suntikan dengan bahan yang menyerupai hormon progesteron ini tidak mengganggu produksi ASI. Terdapat 2 macam suntikan progestin yaitu: Depo medroksiprogesteron asetat yang diberikan setiap 3 bulan di daerah bokong dan Depo noretisteron enanatat yabg diberikan setiap 2 bulan. Beberapa keuntungan dari menggunakan metode kontrasepsi suntik progestin antara lain dapat mencegah kehamilan jangka panjang, memiliki efek protektif terhadap kanker endometrium dan penyakit jinak payudara. Salah satu efek samping yang dapat muncul adalah peningkatan berat badan dan metode ini tidak boleh digunakan apabila ibu memiliki kanker payudara. Kesuburan akan kembali lebih lambat setelah berhenti menggunakan kontrasepsi ini, rata-rata sekitar 4 bulan.
Pada ibu yang menyusui, metode kontrasepsi ini dapat digunakan setelah 6 minggu pasca persalinan dan cukup aman selama menyusui. Sedangkan pada ibu yang tidak menyusui maka metode ini dapat digunakan segera setelah persalinan.
3. Pil mini/ Mini pil Kontrasepsi pil ini harus dikonsumsi setiap hari dan pada waktu yang sama, dan apabila lupa satu pil saja maka kegagalan dari metode kontrasepsi ini menjadi lebih besar. Kesuburan segera kembali jika pemakaian kontrasepsi ini dihentikan. Beberapa efek samping yang dapat muncul adalah jerawat, peningkatan/penurunan berat badan dan gangguan haid. Kontrasepsi pil aman dan dapat dikonsumsi oleh ibu yang menyusui setelah 6 minggu pasca persalinan, dan pada ibu yang tidak menyusui maka pil dapat dikonsumsi segera setelah persalinan.
4. Implan atau Susuk (hormonal) Metode kontrasepsi implan merupakan kapsul batang kecil yang mengandung hormon progestin, dipasang dibawah kulit dan efektif selama 3 – 5 tahun tergantung dengan jenis implan yang dipasang. Kontrasepsi ini tidak mengganggu ASI dan pengembalian tingkat kesuburan sangat cepat setelah pencabutan implan. Efek samping yang mungkin dapat muncul adalah perubahan haid bulanan, sakit kepala, nyeri perut dan rasa tidak nyaman pada payudara. Metode kontrasepsi ini membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan implan tersebut maka dari itu, jika ibu ingin menghentikan pemakaian kontrasepsi ini maka harus pergi ke klinik untuk pencabutan implan. Waktu pemasangan implan minimal 4 minggu pasca persalinan.
5. IUD Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau lebih dikenal sebagai IUD merupakan pilihan kontrasepsi pascasalin yang aman, efektif, penggunaannya bisa digunakan dalam jangka panjang, dan dipasang dalam rahim untuk menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Alat ini terdiri dari bahan plastik pelietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak. Tembaga pada IUD menyebabkan reaksi inflamasi steril yang toksik pada sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasi. Idealnya IUD dipasang dalam 10 menit setelah plasenta lahir pada persalinan normal, dan langsung pasang waktu operasi pada persalinan caesar. Untuk pasca persalinan, IUD dipasang antara 10 menit – 48 jam pasca persalinan atau 4 minggu – 6 minggu (42 hari) setelah melahirkan.
Pemasangan kontrasepsi IUD lebih dari 48 jam - 4 minggu pasca persalinan tidak direkomendasikan karena dapat meningkatkan risiko perforasi dan ekspulsi dari uterus. Metode kontrasepsi ini memiliki efektivitas yang tinggi yaitu 99,2 – 99,4%, tidak memiliki efek samping hormonal, tidak mempengaruhi ASI dan tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6. Kondom Kondom adalah kontrasepsi yang digunakan oleh pria, bersifat sementara dan merupakan sarung karet lateks yang dilapisi pelicin dan dipasang pada penis yang ereksi sehingga sperma tidak tercurahkan ke dalam saluran reproduksi perempuan. Selain dapat mencegah kehamilan, kondom juga dapat mencegah penularan infeksi menular seksual seperti HIV/AIDS. Namun efektifitas dari metode ini lebih rendah dibanding metode lainnya dengan efektifitas 85%.
7. Kontrasepsi Mantap Kontrasepsi mantap bersifat permanen dan metode kontrasepsi ini sebaiknya dipilih apabila memang tidak ingin menginginkan anak lagi. a. Tubektomi (Metode Operasi Wanita/ MOW) Adalah metode kontrasepsi mantap bagi wanita yang tidak ingin hamil lagi dengan cara mengikat dan memotong atau memasang cincin pada tuba falopi sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum secara permanen. Idealnya dilakukan 48 jam pasca persalinan atau dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi caessar. Jika tidak dilakukan segera maka dapat dikerjakan 1 minggu setelah persalinan.
b. Vasektomi (Metode Operasi Pria/ MOP) Adalah sebuah prosedur klinik untuk menghentikan kesuburan pria secara permanen dengan cara mengoklusi vasa deferensia dari seorang pria sehingga alur transportasi dari sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak dapat terjadi. Berbeda dengan tubektomi, metode kontrasepsi ini efektif setelah 20 kali ejakulasi atau 3 bulan.
untuk memiliki keluarga berencana (KB), setiap pasangan tentu membutuhkan perencanaan dengan menunda kehamilan. Demi mendukung keberhasilan KB ada beberapa alat bantu seperti alat kontrasepsi yang dapat digunakan baik secara temporer maupun permanent. Temporer artinya, jika penggunaan alat kontrasepsi dihentikan, maka masih ada kemungkinan pengguna dapat hamil kembali. Biasanya jika pasangan hanya ingin menunda kehamilan, akan lebih baik menggunakan alat kontrasepsi jenis temporer. Sedangkan permanent adalah tindakan sterilisasi yang dapat membuat seseorang tidak akan dapat melakukan pembuahan lagi. Cara satu ini dilakukan bagi pasangan yang memang sudah memutuskan untuk tidak akan lagi menambah anak. Alat kontrasepsi tersedia dalam berbagai bentuk, antara lain pil KB, suntik KB, implan atau susuk, IUD atau spiral, pembedahan vasektomi pada pria dan juga pembedahan tubektomi pada wanita. Masing-masing alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Agar lebih jelas, simak informasi lengkapnya di bawah ini, Ma.
1. Pil KB
babycenter.com
Jenis alat kontrasepsi pertama disini adalah pil KB. Pil KB bersifat temporer dan dibagi ke dalam 2 golongan, yaitu jenis yang mengandung hormon progesteron dan kombinasi progesteronestrogen. Alat kontrasepsi satu ini masih tergolong murah, namun cukup merepotkan karena harus rutin dikonsumsi setiap hari. Bahkan untuk
beberapa jenis pil KB, kamu harus meminumnya di jam yang sama tidak boleh berbeda untuk memaksimalkan tingkat keberhasilannya. Meskipun begitu, tingkat keberhasilan dalam penggunaan alat kontrasepsi ini terbilang cukup baik, tingkat kegagalan hanya 8% jika penggunanya menggunakan secara teratur.
Efek Samping Pil KB:
Meningkatkan risiko darah tinggi dan penyakit kardiovaskular Peningkatan berat badan Dapat mengganggu produksi ASI Pendarahan tiba-tiba di luar jadwal menstruasi Rasa mual Sakit kepala dan terkadang ada rasa tidak nyaman pada payudara Gairah seks menurun
2. Suntik KB
netdoctor.cdnds.net
Suntik KB dibagi menjadi 2 tipe, ada yang menunda kehamilan selama 1 bulan ada pula untuk 3 bulan. Jenis kontrasepsi ini hampir mirip dengan pil KB, namun jika pil KB harus rutin dikonsumsi setiap hari, sedangkan suntik rutin setiap satu bulan atau 3 bulan sekali. Kontrasepsi ini juga termasuk dalam kategori temporer dan masih tergolong murah, dengan tingkat kegagalan 3persen dalam pencegahan kehamilan.
Efek Samping suntik KB:
Rasa mual Peningkatan berat badan Gairah seks menurun Pendarahan di luar jadwal menstruasi atau bahkan tidak menstruasi samasekali Sakit kepala Jerawatan
3. Implan/Norplant/Susuk
telegraph.co.uk
Kontrasepsi jenis ini merupakan penanaman sebuah benda kecil seukuran batang korek api yang dimasukkan ke bagian bawah kulit, umumnya pada lengan bagian atas. Implan termasuk dalam kategori KB temporer, dengan jangka waktu pencegahan kehamilan selama 3 tahun. Bagi pasangan yang ingin menunda kehamilan dalam jangka cukup lama dan tidak ingin repot, metode satu ini dapat dijadikan pilihan. Meski harganya relatif lebih mahal dibandingkan menggunakan pil atau suntik KB, tingkat kegagalan sangat baik yaitu hanya 1persen. Dan bagi Mama yang masih menyusui, dapat menggunakan jenis KB ini karena tidak mengganggu produksi ASI.
Efek Samping implan:
Rasa nyeri di bagian lengan atas atau tempat implan ditanam Menstruasi tidak teratur Peningkatan berat badan Kesulitan hamil kembali setelah implan dilepas
4. IUD/Spiral
onlinedoctor.lloydspharmacy.com
IUD (Intra Uterine Device) atau yang sering dikenal dengan kontrasepsi spiral ini, merupakan salah satu alat kontrasepsi yang cukup diminati oleh banyak pasangan di Indonesia. Selain karena jangka waktu pencegahan kehamilan yang cukup lama, tidak memerlukan perawatan rumit, juga tingkat kegagalannya rendah. IUD biasa diletakkan di dalam rahim untuk menghadang sel sperma menembus sel telur. Terdapat 2 jenis IUD yaitu yang terbuat dari tembaga dan dapat bertahan selama 10 tahun, atau yang mengandung hormon dan bertahan selama 5 tahun.
Efek Samping IUD:
Keram perut atau rasa sakit pada bagian bawah perut Pendarahan yang cukup banyak saat menstruasi atau bahkan menstruasi tidak teratur Dapat lepas atau bergeser (jika lepas biasanya akan keluar bersama darah haid) Dapat terjadi infeksi jika tubuh menolak keberadaan IUD
5. Vasektomi
invitra.com
Vasektomi adalah tindakan KB yang dilakukan untuk menghentikan aliran sperma dengan cara menutup saluran vas deferens pada pria. Hal ini memerlukan tindakan medis atau operasi dan bersifat permanen. Bagi pasangan yang tidak ingin memiliki keturunan lagi biasanya akan menggunakan cara ini sebagai salah satu option mencegah kehamilan. Namun, karena hal ini bersifat permanen, akan lebih baik pria yang akan melakukan sterilisasi ini benar-benar mantap dan yakin sebelum menjalani tindakan. Dan pria yang melakukan tindakan ini tidak perlu takut karena tidak menyebabkan ejakulasi, tidak menurunkan gairah seks, atau kemampuan ereksi.
Efek samping vasektomi:
Bisa terdapat darah di dalam air mani Memar pada testis beberapa bulan pasca operasi Pendarahan atau pembekuan darah pada area testis Infeksi pasca operasi Perasaan tidak nyaman pasca operasi
6. Tubektomi
huffingtonpost.com
Tubektomi merupakan tindakan KB permanent atau sterilisasi pada perempuan, yang dilakukan dengan cara memotong atau menutup tuba falopi sehingga sel telur tidak masuk ke dalam rahim, sekaligus menghalangi sperma untuk masuk ke dalam tuba falopi. Sama seperti vasektomi, tindakan ini juga memerlukan operasi, tidak mempengaruhi gairah seks ataupun menopause.
Efek samping tubektomi: Nyeri pada panggul atau perut Infeksi pasca operasi Pendarahan Komplikasi Beberapa orang juga dapat mengalami hamil ektopik Setiap alat kontrasepsi ataupun tindakan pencegahan kehamilan memang memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Efek sampingnya pun akan berbeda-beda setiap orang, ada orang yang mungkin akan mengalaminya, tapi ada pula yang tidak akan merasakannya.
Mama dapat mengonsultasikannya pada dokter kandungan, sebelum memilih alat kontrasepsi, terutama jika Mama saat ini masih menyusui Si Kecil.