DAFTAR ISI Halaman HALAMANJUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iv
DAFTARISI .....................................................................................................
vi
DAFTARGAMBAR ........................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
ix
ABSTRAK .......................................................................................................
x
BABI
PENDAHULUAN ..................................................................... 1 A. Later Belakang .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................
4
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 4 D. Manfaat Penelitian .............................................................. 5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
6
A. Konsep Dasar Tentang Pengetahuaan ...............................
6
B. Konsep Dasar Tentang Pendidikan ...................................
11
C. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi................................ 13 D. Kerangka Konsep................................................................ 24 E. Hipotesa Penelitian ............................................................. 25 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................. 26 B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................... 26
C. Variabel Penelitian ........................................................... 26 D. Definisi Operasional .......................................................... 26 E. Populasi dan Sampel.......................................................... 28 F.
Instrumen Penelitian .......................................................... 29
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 29 H. Jalannya Penelitian ............................................................ 30 I. Analisa Data........................................................................ 31 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 32 A. Hasil Penelitian .................................................................... 32 B. Pembahasan..
BAB V
37
PENUTUP ................................................................................ 42 A. Kesimpulan .......................................................................... 42 B. Saran ................................................................................... 42
DAFTARPUSTAKA ........................................................................................ 44 LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................ . 4 7
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Banyak perempuan mengalami kesulitan didalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan antar lain status kesehatan, efek samping, dan konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan (Affandi, 2011). Laju pertumbuhan penduduk ditentukan oleh tingkat kelahiran dan kematian. Adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian penduduk rendah, sedangkan laju tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini merupakan penyebab utama ledakan penduduk (Prawirohardjo, 2010). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2010-2012, menunjukkan bahwa 62% wanita kawin usia 15-49 tahun menggunakan alat cara KB metode kontrasepsi modern 58% dan 4% menggunakan metode tradisional. Di antara KB modern metode yang banyak di gunakan suntik KB 32% di ikuti pil 14% (FKM UNEJ, 2012). Pemerintah dalam program rencana pembangunan jangka panjang 20052025 yang dijabarkan dalam millennium development goals (MDGs) 2015 berupaya meningkatkan derajat kesehatan perempuan yang tertuang dalam goals ke lima dengan target menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga-perempat antara tahun 1990-2015 menjadi 102/100.000 kelahiran hidup serta mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk semua pada tahun 2015 dengan
indikator wanita menikah pada usia 15-49 tahun yang menggunakan metode kontrasepsi tingkat kelahiran usia muda per 1000 perempuan usia 15-19 tahun dalam berkunjung ke fasilitas kesehatan,serta kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (Prasetyawati, 2012). Usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan perempuan adalah mencegah kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi. Jenis metode kontrasepsi di kelompokkan menjadi metode kontrasepsi efektif terpilih adalah kontrasepsi dalam rahim (AKDR), implan, kontap.dan bukan metode kontrasepsi efektif terpilih (Non-MKET) yaitu pil, suntik, dan kondom. Salah satu langkah yang penting guna menunjang dan menyadarkan penduduk tentang tujuan program Keluarga Berencana, yaitu melalui pendidikan. Sebab pada prinsipnya bahwa pendidikan selalu membawa penduduk ke arah perubahan pemikiran yang positif dalam menunjang pembangunan, yaitu peningkatan taraf hidup penduduk guna mencapai tujuan pembangunan nasional (Nur, 2008). Pengetahuan mengenai cara memilih alat kontrasepsi yang tepat merupakan hal penting dalam upaya perlindungan terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Minimnya pengetahuan tersebut akan berdampak terhadap peningkatan angka kematian ibu hamil dan bersalin, angka kehamilan yang tidak diinginkan, dan angka kejadian penyakit menular seksual, serta angka kejadian gangguan kesehatan akibat efek samping kontrasepsi (Nur, 2008). Dari data BKKBN Provinsi Sulawesi Utara untuk pencapaian penggunaan alat kontrasepsi pada bulan September 2013, diperoleh data akseptor Non-MKET Suntik 140.734 (40,0%), Pil 90.961 (25,8%), Kondom 11.359 (3,2%). Metode Efektif Terpilih yaitu Implant 58.394 (16,6%), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) 40.255 (11,4%), Metode Operas! Wanita (MOW) 9.403 (2,6%), Metode Operasi Pria (MOP) 1.084 (0,3%). Sedangkan untuk jumlah peserta KB Kabupaten Bolaang Mongondow, akseptor Non-MKET suntikan 4381 (59,3%), pil 1803 (24,4%), kondom 223 (3,1%). Metode Efektif Terpilih implant 749 (10,2%), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 118 (1,5%), Medis Operasi Sterilization 116 (1,5%) (Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2012). Data yang diperoleh dari profil Puskesmas Lolak pada tahun 2013 peserta KB aktif sebanyak 1183 akseptor terdiri dari Non-MKET adalah KB Pil 510 (43,1%), suntikan 478 (40,4%),kondom 3 (0,3%). Metode efektif terpilih, Implant 136 (11,5%), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim 25 (2,1%), dan Sterilisasi 31 (2,6%). Keluarga berencana memiliki peranan dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan atau membatasi kehamilan bila anak sudah dianggap cukup. Dengan demikian pelayanan keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang dasar dan utama (Affandi, 2011). Berdasarkan data yang ada maka faktor dasar yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi adalah pengetahuan dan pendidikan ibu, dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi efektif terpilih di Puskesmas Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow.
Dari hasil penelitian Bappenas (2002), menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan positif dengan pemakaian alat kontrasepsi. Persentase pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi berpendidikan tinggi (82,43%), lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berpendidikan menengah (62,71%) dan dasar (42,41%). Wulansari dan Hartanto (2007), juga menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana, tetapi juga pemilihan suatu metode kontrasepsi. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan faktor sosial, ekonomi, perilaku demografi seperti pendapatan, gaya hidup dan status kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingginya tingkat intelegensinya.
C. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi 1.
Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata 'Kontra' berarti mencegah atau melawan, sedangkan 'konsepsi' adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Halim,2013).
2.
Syarat Kontrasepsi Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha itu dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat permanen. Sampai saat ini cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a) dapat dipercaya; b) tidak menimbulkan efek yang menggangu kesehatan; c) daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan; d) tidak menimbulkan gangguan sewaktu koitus; e) tidak memerlukan motivasi terus-menerus; f) mudah menggunakannya; g) murah sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; h) dapat diterima oleh penggunanya. (Affandi, 2011)
3. Tujuan Pelayanan Kontrasepsi Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan yaitu, umum adalah pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS dan tujuan khusus penurunan angka kelahiran yang bermakna dengan tiga fase yaitu a). Fase menunda perkawinan/ kesuburan, b). Fase
menjarangkan
kehamilan,
c).
Fase
menghentikan/
mengakhiri
kehamilan/kesuburan. (Hartanto. 2004)
4.
Metode Kontrasepsi Metode
kontrasepsi
kontrasepsi efektif MKET (Pil, Suntik,
dapat
dikelompokkan
menjadi
metode
terpilih (AKDR, Susuk, Kontrasepsi mantap), Non dan
kondom)
dan
kontrasepsi
tradisional
(sanggama terputus, pangtang berkala) (Irianto, 2012). a) Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih 1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari bahan plastik dan tembaga yang hanya boleh dipasang oleh dokter atau bidan terlatih. Setelah di rahim, AKDR akan mencegah sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Pemakaian AKDR dapat sampai 10
tahun (tergantung kepada jenisnya) dan dapat dipakai oleh setnua wanita umur reproduksi (Arum, 2009). Sebagai alat kontrasepsi AKDR mempunyai efektivitas yang tinggi dan merupakan metode jangka panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), tidak ada interaksi dengan obat-obat dan membantu mencegah kehamilan ektopik. Efek samping yang ditimbulkannya adalah perubahan siklus haid, haid menjadi lebih banyak dan lama, adanya perdarahan berat saat haid sehingga memungkinkan menyebabkan anemia (Arum, 2009). Wanita yang tidak dapat menggunakan AKDR adalah mereka yang dalam keadaan: (a) Hamil atau di duga hamil. (b) Perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya. (c) Menderita vaginitis, salpingitis, endometritis (d) Menderita penyakit radang panggul atau paska keguguran septik. (e) Kelainan kongenital rakam,miom submokosum rahim yang sulit di gerakkan. (f) Menderita kanker genitalia(Affandi2011). (2) Susuk (Implan) Implant merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dipasang di bawah kulit di lengan kiri penggunanya. Metode ini dapat dipakai oleh semua wanita dalam usia reproduksi dan aman dipakai pada masa menyusui. Pemasangan dan pencabutan kembali metode ini hanya dapat dilakukan oleh petugas
kesehatan yang terlatih. Metode ini membuat lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses pembentukan endometrium, mengurangi transportasi sperma
sehingga
menekan
ovulasi
(Arum,
2009).
Sesuai
dengan
perkembangannya, implant terdiri atas tiga jenis yaitu : (a) Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan penjang 3,4 cm,diameter 2,4 mm, dan diisi dengan 36 mg Levonogestrel. Jenis norplant ini efektif untuk penggunaan selama 5 tahun. (b) Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. (c) Jadena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun (Arum, 2009). (3) Kontrasepsi Mantap (a) Metode Operas! Wanita (MOW) MOW adalah pemutusan saluran telur wanita yang dilakukan dengan operasi. Sterilisasi ini merupakan tindakan bedah yang aman dan hanya berlangsung selama 30 menit. Petugas kesehatan melakukan sayatan kecil di kulit perut ibu, kemudian memotong atau mengikat saluran yang membawa sel telur dari indung talur ke rahim. Tindakan ini tidak akan mempengaruhi hubungan seksual wanita. Operasi dapat
dilakukan
selama siklus haid, pasca persalinan dan pasca keguguran (Arum, 2009). Pada konferensi khusus Perkumpulan Sterilisasi Sukarela Indonesia di Medan (3-5 Juni 1976), MOW dianjurkan pada wanita dengan usia antara 25-40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut: (i) Umur antara 25-30
tahun dengan 3 orang anak atau lebih. (ii) Umur antara 30-35 tahun dengan 2 orang anak atau lebih. (iii) Umur antara 35-40 tahun dengan 1 orang anak atau lebih. Wanita yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi adalah: (i) Hamil (sudah terdeteksi atau di curigai) (ii) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (iii) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut. (iv)
Kurang
pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan. (Affandi, 2011). (b) Metode Operasi Pria (MOP) MOP atau vasektomi disebut juga kontrasepsi operatif lelaki, metode ini sangat dianjurkan untuk pasangan tidak ingin punya anak lagi. Cara ini membuat sperma yang disalurkan melalui vas deferens tidak dapat mencapai vesikula seminalis yang pada saat ejakulasi dikeluarkan bersama cairan sperma. Oklusi vas deverens, diperlukan insisi kecil pada daerah rafe skrotalis. Setelah masa pengosongan sperma dari vesikula seminalis 20 kali ejakulasi dengan mengunakan kondom. Tidak ada efek samping jangka panjang, jarang sekali menimbulkan resiko merugikan pada klien hanya saja ada nyeri/ tak nyaman pasca bedah (Affandi, 2011). (c) Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (1) Pil KB Macam-macam bentuk pil KB adalah sebagai berikut: (a) Pil kombinasi: sejak semula telah terdapat kombinasi, komponen progesteron atau estrogen. (b) Pil sekuensial: mengandung komponen yang disesuaikan dengan sistem hormonal tubuh, dua belas pil pertama hanya mengandung
estrogen, pil ketiga belas dan seterusnya merupakan kombinasi. (c) Progesteron: hanya mengandung progesteron dipergunakan ibu post partum. (d) KB darurat hormonal: digunakan segera setelah hubungan seks. Sistem kemasan pil diatur dengan sistem 28 dan sistem 22/21, pada sistem 28 peserta KB pil terus minum pil tanpa pernah berhenti, sedangkan pada sistem 22/21 peserta KB pil berhenti minum pil selama 7 sampai 8 hari dengan mendapat kesempatan menstruasi (Bararah, 2009). Cara mengkonsumsi pil KB: i.
Minumlah pil KB dengan teratur
ii.
Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid
iii.
Pada paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan hari yang ada pada paket.
iv.
Bila lupa minum 1 pil segera minum pil setelah ingat boleh minum 2 pil pada hari yang sama, tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain dan bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan (Affandi, 2011).
(2) SuntikKB Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan setiap 3 bulan sekali (depo proverd), 10 minggu (norigesf), dan setiap 1 bulan (cyclofem) (Praputranto, 2005). Menurut Afandi (2011), efek samping yang mempengaruhi ibu adalah sebagai berikut: (a) Sering ditemukan gangguan haid, seperti siklus haid yang
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spoting), tidak haid sama sekali. (b) Permasalahan berat badan merupakan efek satnping tersering. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan tulang, menurunkan libido, sakit kepala dan jerawat. Sedangkan keuntungan suntik KB adalah : (a) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri. (b) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI. (c) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik (d) Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan cara tidak disuntik ulang.Setiap saat selama siklus haid asal ibu tersebut tidak hamil. (e) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah. (f) Suntikan KB cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan mendapatkan menstruasi. (3) Kondom Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik, atau bahan alami (produk hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di selubung ujung karet yang di pasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS (Afandi 2010). Pada dasarnya ada 2 jenis kondom, kondom kulit dan kondom karet. Kondom kulit dibuat dari usus domba, sedangkan kondom karet lebih elastis dan murah sehingga lebih banyak digunakan. Sedangkan tipe kondom terdiri dari kondom biasa, kondom berkontur (bergerigi), kondom beraroma, dan kondom tidak beraroma. Kondom untuk pria sudah cukup dikenal sedangkan kondom untuk wanita walaupun sudah ada belum dikenal (Arum, 2009). Kekurangan dari kondom adalah dapat robek, pelumas kurang atau tekanan pada waktu ejakulasi, dan sebagian kecil ditemukan kasus alergi terhadap kondom karet. Dan kelebihan dari alat kontrasepsi ini adalah murah, mudah diperoleh, tidak memerlukan pengawasan dan dapat mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin (Arum, 2009). (c) Kontrasepsi Tradisional (1) Sanggama Terputus Cara ini merupakan cara kontrasepsi tertua yang dikenal manusia, dan sampai sekarang masih digunakan oleh manusia. Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pria menyadari sebelumnya akan ada terjadi ejakulasi, dan dalam waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina. Keuntungan dari cara ini adalah tidak memutuhkan biaya, alat maupun persiapan. Akan tetapi kekurangannya adalah dibutuhkan pengendalian
diri yang besar dari pria dan penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni. Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan (a) Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang mengandung sperma. (b) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina. (c) Pengeluaran semen dekat vulva dapat menyebabkan kehamilan. (2) Pantang Berkala Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan senggama pada masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan keluarnya lendir encer dari Hang vagina. Untuk menghitung masa subur digunakan rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, dan diluarnya merupakan masa aman. Sebagai contoh, jika seorang wanita mempunyai siklus haid terpendek 25 hari, siklus terpanjangnya 30 hari, maka perhitungannya adalah 25-18=7, dan 30-11=19. Maka tidak dapat melakukan hubungan seksual pada hari ke
7 hingga hari ke 19 dari
siklus mestruasinya (Handayani,2010). Metode ini tanpa efek samping, gratis, tidak menggnnakan bahan kimia, dapat digunakan oleh semua wanita usia subur. Bagi wanita, cara ini sangat sulit dilaksanakan karena sukar menentukan saat ovulasi yang tepat terlebih lagi hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur.