Kaul

  • Uploaded by: Ignatius Triatmoko MSF
  • 0
  • 0
  • September 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kaul as PDF for free.

More details

  • Words: 541
  • Pages: 2
HIDUP BERKAUL 1. Selibat dan Doa  Yang pokok dari gaya hidup religius pada mulanya adalah hidup “mengundurkan diri” untuk berdoa, betul-betul mencari kesatuan relasi yg akrab dg pribadi Kristus, supaya bisa ikut ambil bagian dalam kasih-cinta-Nya bagi semua orang.  Maka ini soal relasi pribadi. Relasi dengan Kristus sedemikian rupa sehingga perlu mengundurkan diri, mengalahkan relasi akrab dengan yang lain, teristimewa dengan lawan jenis. Kaul selibat bukan pertama-tama diartikan sekedar tidak membangun relasi eksklusif dengan lawan jenis; melainkan terutama mengundurkan diri untuk membangun relasi akrab-mendalam dg Kristus.  Bila seorang biarawan/wati kelihatan bebas dari ikatan dg lawan jenis namun malas berdoa... dia ngga menghayati hidup selibat.  Tanda orang menghayati kaul selibat: misalnya suka “ngapèli” Tuhan; artinya: suka datang ke kapel berkontemplasi. 2. Kemiskinan dan Kerasulan  Istilah “Mengundurkan diri” di sini menunjuk pada relasi antara orang (yang berkaul) dan dunia di mana ia tinggal. Di sini “mengundurkan diri” berarti “pandai-pandai ambil jarak terhadap barang dan mentalitas kelekatan duniawi, konsumeristis, dsb”.  Religius aktif memang dipanggil untuk aktif terjun di dunia, bukan mengasingkan diri dari dunia. Ia berusaha mengenal dunia, menangkap dinamika hidup dunia dan membandingkannya dengan nilai-nilai yang dihidupinya dalam kesatuannya dengan Kristus.  Ia bisa menyusun hirarki nilai yang tepat, termasuk di dalamnya menempatkan barang duniawi pada tempatnya, sesuai dengan fungsinya sebagai sarana.  Kemudian sebagai orangnya Kristus dia mewartakan nilai-nilai yang dihidupinya.  Maka menjadi jelas arah kesaksian hidupnya: terlibat di dunia, tetapi tidak hanyut terpikat-lekat dengan dunia, dan justru untuk mewartakan nilai-nilai injili yg sering tidak sejalan dg “nilai dunia”. 3. Ketaatan dan Komunitas  Ketaatan tarekat religius aktif, bukanlah ketaatan edukatif seperti dalam biara kontemplatif (taat pd abas/abdis karena beliau lebih mumpuni/suci/”sakti”) demi semakin “kinclong”-nya hidup kesatuanku dengan Tuhan.  Ketaatan religius aktif adalah ketaatan pada komunitas tarekat. Komunitas Tarekat diakui keberadaannya bila sudah menyepakati dan merumuskan kharisma/spiritualitas/arah kerasulannya. o Anggota tarekat “membonceng” ketaatan (=jawaban ‘ya’) tarekat, maka tiap anggota harus mengerti dan meng-’amin’-i jawaban ‘ya’ tarekat itu. o Dalam rangka itu, pentinglah proses pembinaan dan keteladanan  Pemimpin adalah pertama-tama pemersatu-koordinator, bukan petinggi.  Ketaatan adalah kesetiaan dan keterlibatan dalam tarekat yang secara konkrit hadir dalam komunitas di mana anggota hidup. 4. Diperlukan Penanaman Mental & Sikap “Kemuridan“ (Discipleship)  Adanya Disiplin Diri untuk: o Doa pribadi maupun doa bersama o Menghargai barang-barang, jaga kesehatan, tidak serakah, hidup sederhana….. o Bekerjasama, keterlibatan berpendapat dan bekerja, kesediaan berbagi talenta, pembaharuan+upgrade diri. o Berjuang untuk maju dan berkembang terlebih dalam kesulitan/tantangan. o Konsisten dan setia.

5. Peranan Hidup Bersama dalam menghayati kaul-kaul  Kaul Selibat – Doa: Teman sekomunitas bisa menjadi partner sharing pendalaman iman, demi subur-kuatnya relasi personal dengan Kristus. Acara rohani komunitas berorientasi pada terbangunnya relasi mendalam dengan Kristus, tak cukup hanya pada level seneng-seneng bareng.  Kaul Kemiskinan – Kerasulan: Hidup bersama ikut berperan menjaga kemurnian nilai Kristus, termasuk ketidaklekatan dengan barang fana. Terutama melihat sarana sungguh sarana, bersifat fungsional. Awas! pemuasan kenikmatan yang dihasilkan oleh sarana. Kita saling ingatkan, daripada di-”warning” umat awam .  Kaul Ketaatan – Keterlibatan dalam Komunitas: Komunitas adalah persekutuan anggota-anggota yang tahu dan sadar akan visi+misi, arah karya dan dasar-dasar kharisma+spiritualitas komunitasnya, sehingga para anggotanya siap terlibat dan siap beraksi kreatif karena bisa berperan sesuai dengan talenta masing-masing untuk membangun tubuh komunitas yang “begitu itu arah geraknya”.

Related Documents

Kaul
September 2019 15

More Documents from ""

Kaul
September 2019 15
Rap Ik M.docx
December 2019 5
Bab Ii.docx
June 2020 15
Indice Cancionero.docx
December 2019 24
Textos U3 Stotomas.doc
December 2019 21