Kata Pengantar.docx

  • Uploaded by: veli adi mulia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kata Pengantar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,987
  • Pages: 20
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan laporan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga Tn. B di Kecamatan Tembelang Desa Tamping Mojo Dusun Mojo Kabupaten Jombang. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas akademik praktek kerja lapangan komunitas yang dilakukan pada tanggal 17 Desember 2018 sampai 12 Januari 2019 di kelurahan tamping mojo kecamatan tembelang kabupaten jombang. Dalam proses penyusunan laporan ini saya banyak mendapat bimbingan dari para pembimbing serta bantuan dan dorongan dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. dr. Budi Nugroho. MPPM , sebagai Ketua Stikes Pemkab Jombang 2. Erika Agung M. SST. M. Kes , selaku ketua program studi D-III Kebidanan Stikes Pemkab Jombang 3. Mudhawaroh. SST. M. Kes , selaku pembimbing pendidikan yang telah memberikan arahan kepada saya dalam menyusun laporan asuhan kebidanan komunitas ini. 4. Suci Iswati. Amd. Keb , selaku Bidan Koordinator Mahasiswa PKL Stikes Pemkab Jombang Di Desa Tamping Mojo 5. Kristiana Dwi W. Amd. Keb , selaku Pembimbing PKL Di Dusun Mojo Saya menyadari laporan ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan saya.oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan penyusunan yang akan datang. Jombang, 10 Januari 2019 Penulis/

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak,baik individu maupun kelompok. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat, di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI 1998). Pembangunan keluarga dan masyarakat merupakan bagian dari pembangunan nasional, dimana keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, maka untuk membina masyarakat serta dalam pembinaan yang dimulai dan ditunjukan kepada keluarga-keluarga yang merupakan unsur dari masyarakat, karena di dalam keluarga terdapat prilaku yang mendukung kesehatan maupun bertolak belakang dari kesehatan.jika prilaku kesehatan tersebut mendukung kesehatan maka akan tercipta suatu masyarakat yang sehat,

tetapi

sebaliknya jika tidak ditanamkan pendidikan tentang kesehatan maka potensial pada keadaan tidak sehat pada masyarakat akan tinggi. Usaha untuk meningkatkan suatu kesehatan pada keluarga diperlukan suatu bentuk manajemen yang ditunjukan khusus pada keluarga agar keluarga mampu berprilaku sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan, selain lebih bisa menekankan upaya promotifdan preventif, manajemen kebidanan keluarga juga lebih cepat dan mudah dalam melakukan deteksi dini hal-hal yang mengarah pada patologis . Asuhan kebidanan pada keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek kebidanan, adapun saran asuhan kebidanan keluarga adalah keluarga yang rawan kesehatan, mempunyai masalah kesehatan atau keluarga yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan.

Berdasarkan uraian diatas, dalam memenuhi salah satu tugas akademik praktek kerja lapangan komunitas. Saya telah melakukan asuhan kebidanan pada keluarga Tn. M. di Dusun Mojo Desa Tamping Mojo Kecamatan Tembelang. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan kebidanan komunitas pada keluarga Tn.. M 2. Tujuan khusus a. Mengetahui proses pengkajian pada keluarga Tn. M b. Mengetahui analisa data dan tipolog. Masalah keluarga Tn. M c. Mengetahui prioritas masalah pada keluarga Tn. M d. Mengetahui proses asuhan kebidanan komunitas pada keluarga Tn. M e. Mengetahui promosi kesehatan. Yang telah dilakukan pada keluarga Tn. M

BAB II TINJAUAN TEORI A. Keluarga 1. Pengertian keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan . 2. Struktur Keluarga menurut Effendi ( 1995 ) menyebutkan bahwa struktur keluarga adalah sebagai berikut : a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak keluarga sedarah dalam beberapa generasi hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah b. Matrilineal adalah sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui garis ibu. c. Matrilocal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. d. Patrilocal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. e. Keluarga kawinan adalah suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan drah dengan suami atau istri 3. Bentuk keluarga Keluarga terdiri dari berbagaimacambentuk yaitu : a. Keluarga Inti ( Nuclear Family ) Terdiri dari ayah ,ibu,dan anak – anak b. Keluarga Besar ( Extented Family ) Adalah keluarga inti ditambah sanak saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara, sepupu

c. Keluarga barantar ( serial family ) Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria lebih dari satu tahun dan merupakan satu – satu keluarga inti. d. Peranan Keluarga 1) Peranan Ayah Ayah sebagai suami dan istri dan ayah bagi anak anak berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta anggota masyarakat dalam lingkungannya. 2) Peranana Ibu Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengrus rumah tangga. Sebagai pengasuh dan pendidik anak – anak, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial, serta anggota masyarakat dan lingkungannya disamping itu juga ibu dapat peranan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga. 3) Peranan Anak Anak – anak melaksanakan peranan psiko, social sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, sosial dan spritual. 4) Fungsi Keluarga a) Untuk meneruskan Keturunan b) Memelihara dan membesarkan anak c) Memenuhi kebutuhan keluarga d) Memelihara dan merawat keluarga Fungsi Fsikologis (1) Memberi kasih sayang dan rasa aman (2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

(3) Memberikan Identitas Keluarga B. Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Oleh karena itu rumah haruslah sehat dan nyaman agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya. Kondisi dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penyakit, khususnya penyakit yang berbasis lingkungan kriteria rumah 1. Memenuhi kebutuhan fisiologi antara lain ; a) memiliki pencahayaan yang cukup. b) memiliki ventilasi udara yang baik c) memiliki luas yang sesuai dengan porpo jumlah penghuninya d) memiliki sumber air bersih e) memiliki wc dan jamban keluarga f ) mempunyai tempat pembuangan limbah yang sesuai standar kesehatan g ) mempunyai tempat pembuangan sampah h ) bebas polusi 2. Memenuhi kebutuhan psikologi antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga. 3. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah 4. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit

C. Rokok 1. Sejarah Rokok Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku Bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh, pada abad 16, ketika bangsa Eropa menemukan Benua Amerika. Sebagai dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk ke negara-negara Islam. 2. Zat-zat Berbahaya yang Terkandung dalam Rokok Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen yang berbahaya, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. a. Tar Zat berbahaya ini (berupa kotoran pekat) yang dapat menyumbat dan mengiritasi paru-paru dan sistem pernafasan, sehingga menyebabkan penyakit bronchitis kronis, emphysema dan dalam beberapa kasus menyebabkan kanker paru-paru. Racun kimia dalam tar juga dapat meresap ke dalam aliran darah dan kemudian dikeluarkan di urine. Tar yang tersisa di kantung kemih juga dapat menyebabkan penyakit kanker kantung kemih. b. Nikotin Adalah suatu zat yang membuat kecanduan dan dapat mempengaruhi sistem syaraf, mempercepat detak jantung (melebihi detak normal), sehingga menambah resiko terkena penuyakit jantung. c. Karbon Monoksida

Zat ini dapat meresap dalam aliran darah dan mengurangi kemampuan sel-sel darah merah untuk membawa Oksigen ke seluruh tubuh, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap sistem peredaran darah. Selain itu, karbon monoksida memudahkan penumpukan zat-zat penyumbat pembuluh nadi, yang dapat menyebabkan serangan jantung yang fatal. 3. Bahaya Rokok Dibalik efek rokok yang dapat menenangkan pikiran penghisapnya, terdapat bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok. Dibawah ini terdapat beberapa bahaya rokok, yaitu sebagai berikut : a. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu Tar, nikotin, Karbon monoksida. b. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengiritasi mata dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet. c. Pada perokok terdapat penurunan zat kekebalan tubuh ( anti bodi ) yang terdapat di dalam ludah yang berguna untuk menetralisir bakteri dalam rongga mulut dan terjadi gangguan fungsi sel-sel pertahanan tubuh. Sel pertahanan tubuh tidak dapat mendekati dan memakan bakteri-bakteri penyerang tubuh sehingga sel pertahanan tubuh tidak peka lagi terhadap perubahan di sekitarnya juga terhadap infeksi. d. Asap panas yang berhembus terus menerus ke dalam rongga mulut merupakan rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi pengeluaran air liur. AkibaTn.ya rongga mulut menjadi kering, sehingga memberikan lingkungan yang sesuai untuk tumbuhnya bakteri dalam plak. Dengan sendirinya perokok beresiko lebih besar terinfeksi bakteri

penyebab penyakit jaringan

pendukung gigi dibandingkan mereka yang bukan perokok.

e. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. f. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin, sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk membeli rokok D. Infertilitas 1. Pengertian Fertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan suami bisa menghamili. Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000). Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil. (Manuaba, 1998). Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun. Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil. (Siswandi, 2006). 2. Pemeriksaan Infertilitas a. Syarat-Syarat Pemeriksaan Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah: 1) Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak selama 12 bulan. 2) Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang. 3) Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila belum mendapat anak dari perkawinan ini. 4) Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit.

b. Langkah Pemeriksaan Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari penyebabnya. Adapun langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut : 1) Pemeriksaan Umum a) Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum dan khusus. 1. Anamnesa umum Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut. 2. Anamnesa khusus Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi perdarahan/ haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi genitalia). Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika) sewaktu kecil. b) Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan). c) Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah. d) Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini bias pemeriksaan roentgen ataupun USG.

2) Pemeriksaan Khusus a) Pemeriksaan Ovulasi Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan diantaranya : 1. Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi dipengaruhi oleh hormon progesteron. 2. Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan sitologi pada sel-sel superfisial. 3. Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron menyebabkan perubahan lendir serviks menjadi kental. 4.Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol. Gangguan ovulasi disebabkan : 1. Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi, hypothalamus, psikogen. 2. Faktor intermediate ; misal gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis. 3. Faktor ovarial ; misal tumor, disfungsi, turner syndrome. Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise ddengan memberikan pil oral yang mengandung estrogen dan progesteron, substitusi terapi (pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen untuk merangsang hipofise membuat FSH dan LH. Selain clomiphen dapat diberikan bromokriptin yang diberikan pada wanita anovulatoir dengan hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human Menopausal Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin untuk wanita yang tidak mampu menghasilkan hormon gonadotropin endogen yang adekuat. b) Pemeriksaan Sperma Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.

a. Ejakulat normal :

volume

2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc,

pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk abnormal 25 %. b. Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang. Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolis, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens). c) Pemeriksaan Lendir Serviks Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah : a) Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa adalah lendir yang cair. b) pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis. c) Enzim proteolitik. d) Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa. Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan : 1. Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir cerviks normal, estrogen ovarial cukup ataupun sperma cukup baik. 2. Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner Test kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon estrogen ataupun antibiotika bila terdapat infeksi. e) Pemeriksaan Tuba Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan : 1. Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri. 2. Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan. 3. Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan ovarium. 4. Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan sekitarnya.

f) Pemeriksaan Endometrium Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron, produksi progesteron kurang. Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan antibiotika bila terjadi infeksi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas a. Faktor usia Ketika seorang wanita semakin berumur, maka semakin kecil pula kemungkin wanita tersebut untuk hamil. Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan pertambahan usia wanita. Wanita yang sudah berumur akan memiliki kualitas oosit yang tidak baik akibat adanya kelainan kromosom pada oosit tersebut. Penyebab 1) Pada wanita Gangguan organ reproduksi : a) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina b) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim c) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang

d) Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu e) Gangguan ovulasi. Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi. f) Kegagalan implantasi Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus g) Faktor immunologis Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil. h) Lingkungan Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan. 2) Pada Pria Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu : a) Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas b) Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia c) Abnormalitas ereksi d) Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi e) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital f) Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker

g) Abrasi genetik b. Infertilitas Disengaja Infertilitas yang disengaja disebabkan pasangan suami istri menggunakan alat kontrasepsi baik alami, dengan alat maupun kontrasepsi mantap. c. Infertilitas Tidak Disengaja 1) Pihak Suami, disebabkan oleh: a) Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis), misal: aspermia, hypospermia, necrospermia. b) Kelainan mekanis, misal: impotensi, ejakulatio precox, penutupan ductus deferens, hypospadia, phymosis. Infertilitas yang disebabkan oleh pria sekitar 35-40 %. 2) Pihak Istri, penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar sampai dengan indung telur. a) Gangguan ovulasi, misal: gangguan ovarium, gangguan hormonal. b) Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor pada indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat masak. Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh bagian dari otak (hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi hormon-hormon reproduksi seperti FSH dan LH. c) Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, meliputi kelainan tuba, endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, fluor albus, kelainan rahim. d)

Kelainan

tuba

disebabkan

adanya

penyempitan,

perlekatan

maupun

penyumbatan pada saluran tuba. e) Kelainan rahim diakibatkan kelainan bawaan rahim, bentuknya yang tidak normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-40 % pasien dengan endometriosis adalah infertil. Endometriosis yang berat dapat menyebabkan gangguan pada

tuba, ovarium dan peritoneum. Infertilitas yang disebabkan oleh pihak istri sekitar 40-50 %, sedangkan penyebab yang tidak jelas kurang lebih 10-20 %. 4. Masalah yang timbul pada infertilitas Sumapraja membagi masalah infertilitas dalam beberapa kelompok yaitu air mani, masalah vagina, masalah serviks, masalah uterus, masalah tuba, masalah ovarium, dan masalah peritoneum. Masalah air mani meliputi karakteristiknya yang terdiri dari koagulasinya dan likuefasi, viskositas, rupa dan bau, volume, pH dan adanya fruktosa dalam air mani. Pemeriksaan mikroskopis spermatozoa dan uji ketidakcocokan imunologi dimasukkan juga kedalam masalah air mani. a. Masalah vagina kemungkinan adanya sumbatan atau peradangan yang mengirangi kemampuan menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar serviks. b. Masalah serviks meliputi keadaan anatomi serviks, bentuk kanalis servikalis sendiri dan keadaan lendir serviks. Uji pascasenggama merupakan test yang erat berhubungan dengan faktor serviks dan imunologi. c. Masalah uterus meliputi kontraksi uterus, adanya distorsi kavum uteri karena sinekia,mioma atau polip, peradangan endometrium. Masalah uterus ini menggangu dalam hal implantasi, pertumbuhan intra uterin, dan nutrisi serta oksigenasi janin. d. Pemeriksaan untuk masalah uterus ini meliputi biopsi endometrium,histerosalpingografi dan histeroskopi. Masalah tuba merupakan yang paling sering ditemukan (25-50%). Penilaian patensi tuba merupakan salah satu pemeriksaan terpenting dalam pengelolhan infertilitas. e. Masalah ovarium meliputi ada tidaknya ovulasi, dan fungsi korpus luteum. Fungsi hormonal berhubungan dengan masalah ovarium, ini yang dapat dinilai beberapa pemeriksaan antara lain perubahan lendir serviks, suhu basal badan, pemeriksaan hormonal dan biopsi endometrium. f. Masalah imunologi biasanya dibahas bersama-sama masalah lainnya yaitu masalah serviks dan masalah air mani karena memang kedua faktor ini erat hubungannya dengan mekanisme imunologi.

5. Manajemen kebidanan pada infertilitas. a. Nasehat Untuk Pasangan Infertil Bidan dapat memberikan nasehat kepada pasangan infertil, diantaranya: 1) Meminta pasangan infertil mengubah teknik hubungan seksual dengan memperhatikan masa subur. 2) Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan. 3) Menghitung minggu masa subur. 4) Membiasakan pola hidup sehat b. Pengobatan 1) Terapi oklusi Di sini suami menggunakan kondom selama 6-9 bulan bila isteri mempunyai bukti faktor imunologis sebagai penyebab infertilitasnya. Ada yang menganjurkan 6-12 bulan. Tujuannya adalah untuk mengurangi titer antibodi antispermatozoa dengan mencegah pengulangan stimulasi antigenik. Uji imunologi harus diulang setiap 3 bulan sehingga menjadi negatif atau titernya menjadi 1:4 atau kurang. Terapi ini tidak memberikan hasil yang memuaskan pada isteri yang mempunyai antibodi antisperma dalam serumnya. Terapi ini lebih rasional bila diberikan pada pasien dengan adanya faktor imunologik lokal (lendir serviks). Franklin dan Dukes melaporkan bahwa kondom efektif untuk beberapa pasien. Tetapi menurut Aiman tidak ada bukti yang menyakinkan untuk pemakaian kondom ini. 2) Inseminasi intrauterin Inseminasi intrauterin terutama diberikan bila terbukti adanya antibodi antisperma lokal pada lendir serviks yang menyebabkan kegagalan penetrasi lendir serviks oleh sperma. Memang indikasi inseminasi ini masih kontroversi karena beragamnya hasil yang dilaporkan. Angka keberhasilan dengan metode ini berkisar antara 20-30%. Francavilla dkk dalam penelitiannya tidak berhasil melakukan inseminasi intrauterin ini dimana spermatozoa yang digunakan semuanya berikatan dengan antibodi. Sedangkan Rojas dalam penelitiannya terhadap 41 orang yang dilakukan inseminasi dengan menggunakan sperma yang dicuci hanya mendapatkan insidens antibodi antisperma (+) pada 2 pasien (4,8%).

3) Terapi imunosupresif/kortikosteroid Terapi kortikosteroid dapat diharapkan menurunkan produksi ASA. Suami diberikan 20 mg prednisolon selama 10 hari pertama sesuai siklus isteri dan 5 mg/hari pada hari ke 11-12 selama 3 siklus. Ada juga peneliti yang menggunakan metilprednisolon. Lahteenmaki membandingkan efektivitas pemberian prednisolon oral dengan inseminasi intrauteri pada 46 pasangan dengan antibodi antisperma (+) pada suami. Suami diberi prednisolon 20 mg/hari selama 10 hari ditambah 5 mg/hari pada hari ke 11-12 selama 3 siklus. Namun pada penelitian ini ia berkesimpulan bahwa inseminasi lebih baik dibandingkan terapi steroid pada suami. Penelitian lain yaitu membandingkan 30 pasangan dengan antibodi antisperma suami positif yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama diberikan steroid oral selama 4 bulan dan dilakukan inseminasi, sedangkan kelompok kedua diberikansteroid selama 4 bulan dan diberikan jadwal hubungan suami isteri. Steroid yang diberikan yaitu prednisolon selama 4 bulan dan diberikan jadwal hubungan suami isteri. Steroid yang diberikan yaitu prednisolon selama 10 hari pertama siklus istri dan 10 mg pada hari ke11 dan 12. Didapatkan tingkat kehamilan pada kelompok pertama sebesar 39,4 % dan kelompok kedua 4,8%. Memang disini masih belum jelas apakah faktor steroid berperan dalam tingginya tingkat kehamilan karena masih ada faktor lain yaitu keadaan superovulasi, bypass terhadap lendir serviks atau perbaikan lingkungan uterus. Beberapa efek samping pemakaian imunosupresif ini antara lain nekrosis aseptik sendi paha, kambuhnya ulkus duodenal. 4) Pencucian spermatozoa Metode ini merupakan salah satu metode menghilangkan antibodi antisperma yang terikat pada sperma. Disini sperma dari suami dicuci beberapa kali dengan buffer fisiologik yang ditambah serum/albumin manusia 5-10%. Spermatozoa yang telah dicuci diinseminasi kekanalis servikalis atau kavum uteri isteri. Kualitas sperma yang baik penting sekali dalam metode ini.

5) Penggunaan heparin dan aspirin Pada keadaan infertilitas yang disebabkan adanya faktor autoimum dimana didapatkan antibodi antifosfolipid beberapa peneliti menggunakan heparin dan aspirin sebagai obat yang digunakan. tingkat kehamilan sebesar 49% pada kelompok terapi dan hanya 16% pada kelompok non terapi. penggunaan heparin dasn aspirin dosis rendah lebih bik dibandingkan hanya menggunakan aspirin saja. angka kehamilan 44% pada kelompok aspirin dan 80% pada kelompok aspirin ditambah heparin. menggunakan aspirin 100 mg perhari mulai 1 bulan sebelum konsepsi sampai selama kehamilan dapat meningkatkan angka keberhasilan kehamilan dari 6,1% sampai 90,5%.

DAFTAR PUSTAKA 1. Syaifudin, 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, YBPSP 2. Buku Panduan Praktis Materna dan Neonatal, 2001. 3. Mthai, Mathews, dkk, 2000, Impac Managing Complication In Pregnancy and Childbirth, Departemen of Reproductive Health and Research. 4. Mayes, Midwifery, 12th Edition, 2000 5. Varneyer s H, 1997, Midwefery, UK, Jones and Barlet Publisher 6. Mochtar R, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta 7. Manuaba, I.B.G., 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit /kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta, EGC 8. Manuaba, I.B.G., 2004. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Gynekologi edisi II. Jakarta; EGC. 9. Hanifa, dkk, 1999, Ilmu Kebidanan, Jakarta, YBPSP 10. Arias, Fernando, 1992, Practical Guide to High risk Pregnancy and Delivery, Second Edition, Boston, Mosby Year Book 11. ASUHAN KEBIDANAN IV (PATOLOGI ) HAND OUT IV AKADEMI KEBIDANAN AL-ISHLAH CILEGON, FIKY ROFIQOH E. F., SKM 2014 – 2015

Related Documents

Kata.
June 2020 64
Menghadapi Kata-kata Sukar
December 2019 65
Sebuah Kata Kata
May 2020 53
Kata Kata Sempro.docx
May 2020 50

More Documents from "Gallardio Taniago Tutuarima"