BAB III STUDI KASUS III.1. Profil Pasien Nama
: Ny. R
Umur
: 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat
: Perumahan Mangga Tiga
Masuk RS
: 24 Maret 2019
Keluar RS
: 1 April 2019
No. RM
: 008xxx
III.2. Profil Penyakit Keluhan utama
:
Demam ± 1 minggu terus menerus, mual, muntah batuk
Riwayat penyakit
:
-
Anamnesis
:
-
Diagnosa Awal
:
Febris Pro Evaluasi
Diagnosa Akhir
:
Demam Thypoid, Bronchopneumonia, DM Tipe 2 non obesitas
III.3. Data Klinik Berdasarkan pemeriksaan, maka diperoleh data hasil pemeriksaan klinik pasien yang dapat dilihat pada tabel Tabel 1. Data Klinik Kondisi Pasien No . 1
2
3
Data Klinik
Hasil Pengamatan 24
25
26
27
28
29
30
31
1/4
Tekanan darah
140/
110
130
130
130
120/
120
120/
120/
(120/80 mmHg)
100
/80
/90
/80
/80
80
/80
80
80
84x
80x
80x
80x
80x
84x
80x
80x
80x
24x
20x
20x
20x
20x
20x
20x
20x
20x
Denyut Nadi (60-90 kali/mnt) Pernapasan (12-20 kali/mnt)
Suhu Badan
4
37,1
(36 ‒ 37,50C)
37, 4
37
37,
37,
7
8
37,2
36, 9
5
Batuk
√
√
√
√
√
√
√
6
Berlendir
-
-
-
√
√
√
√
7
Sakit kepala
-
-
-
-
-
√
-
8
Mual
√
√
√
-
-
-
-
9
Muntah
√
√
√
-
-
-
-
10
Lemas
√
√
√
√
√
√
√
11
BAB
√
√
√
12
BAK
√
√
√
13
Sesak
√
√
√
36
36
Keterangan : (√) = ada keluhan (-) = tidak dialami
III.4. Data Laboratorium Berdasarkan penelusuran dari rekam medik pasien maka diperoleh data laboratorium seperti pada tabel III.2 Tabel III.2. Data Laboratorium Tes Darah Pasien pada Tanggal 13 Februari 2019 Pemeriksaan
Satuan
Nilai
Keterangan :
Hasil Rujukan
: Hasil dibawah nilai rujukan 3
WBC
x 10 /µL
4-11
9,6
RBC
x 106/µL
4,1-5,5
4,89
HB
g/dL
12-17,5
13,2
HCT
%
35-52
38,9
MCV
fL
77-96
79,6
: Hasil diatas nilairujukan
MCH
Pg
27-32
27,0
MCHC
g/dL
32-36
33,9
PLT
x 103/µL
150-450
391
LYMPH
%
20-40
15,0
MONO
%
2-8
6,6
NEUT
%
50-70
77,9
EOS
%
0-4
0,2
BASO
%
0-1
0,3
RDW-CV
%
11,5-14,5
12,2
RDW-SD
fL
35-56
34,8
MPV
fL
6,3-11
9,4
P-LCC
x 109/µL
30-90
-
P-LCR
%
11-45
19,9
PCT
%
0,2-0,4
0,37
Tabel III.3. Data Laboratorium Tes Urinalisa Pasien Pemeriksaan
Satuan
Nilai Rujukan Hasil
Natrium Darah
mmol/L
135-148
131,0
Kalium Darah
mmol/L
3-5
5,2
Klorida Darah
mmol/L
98,0-107.0
95,0
Warna
mg/dL
Kuning
Kuning
Glukosa Urin
mg/dL
Negatif
4+
Protein Urin
mg/dL
Negatif
+-
Bilirubin
mg/dL
Negatif
Negatif
Urobilinogen
mg/dL
Normal (<1,0)
1+
pH
4,5-8
5,5
Berat Jenis
1,0-1,030
1,020
Eritrosit
mg/dL
Negatif
Negatif
Keton
mg/dL
Negatif
1+
Negatif
Negatif
Nitrit Leukosit
Leu/uL
Negatif
Negatif
Eritrosit Sedimen
/HPF
0-2
Negatif
Leukosit Sedimen
/HPF
1-3
Negatif
Sel Epitel
/lpk
3-5
Negatif
Bakteri
Negatif
Negatif
Lain-lain
Negatif
Negatif
Tabel III.4 Pemeriksaan Lab Glukosa Darah
Pemerikasan
Satuan
Nilai
Tanggal Pemeriksaan
Rujukan
26/3
27/3
28/3
29/3
30/3
≤200
361
-
-
-
-
darah mg/dL
60-100
-
180
173
140
138
mg/dL
60-140
-
243
183
148
-
GDS (Gula Darah mg/dL Sewaktu) GDP
(Gula
puasa) GD2JPP
III.5. Profil Pengobatan Pasien Dari hasil perawatan pasien selama rawat inap, maka diberikan obat-obat yang terlihat pada tabel III.4. Tabel III.5. Daftar Profil Pengobatan
Aturan
Tanggal Pengamatan
Dosis
Pakai
24
25
26
27
28
29
30
31
1/4
Infus RL
500 ml
28 tpm (iv)
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Ranitidin
25mg/ml
/8 jam (iv)
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Ondansentron
8mg/4ml
/8 jam (iv)
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Neurosanbe
drops
/ 24 jam (iv)
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Tiamphenicol
500mg
3x1
√
√
-
-
-
-
-
-
-
Paracetamol
500mg
3x1
√
√
-
-
-
-
-
-
-
Asetil sistein
200mg
3x1
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Nama obat
IVFD NaCl
0,9%
28 tpm
√
√
√
√
√
√
-
-
Ceftriaxon
1 g/vial
/12 jam iv
√
√
√
√
√
√
√
√
/12 jam iv
√
√
√
√
√
√
√
√
Omeprazole Paracetamol
10mg/ml
/12 jam (iv)
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Ambroxol
30 mg
2x1
-
√
-
-
-
-
-
-
-
NaCl
3%
1 xpemberian
-
-
√
-
-
-
-
-
-
Novorapid
6-6-6 Tiap 8jam
-
-
√
√
√
√
√
√
8-8-8
+2UI
10-10-10 Levemir
√
0-0-10 0-0-12
Tiap 24 jam
-
-
√
√
√
√
√
√
√
0-014 Levofloxacin
500 mg
/24 jam iv
-
-
√
√
√
√
√
√
-
Levofloxacin
500 mg
2x1
-
-
-
-
-
-
-
-
√
III.6. FARM Berdasarkan analisis rasionalisasi pengobatan, maka dilakukan assessment and plan yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel III.6. Tabel III.6.Data FARM Pengobatan Pasien DRPs
Assesment (A)
Monitoring
NO
Finding
Terapi
1.
Subjektif
Ringer Laktat
Pemberian infus RL kurang tepat karena Pergantian cairan RL Monitoring
Lemah
25 tpm
dapat memicu glukoneogenesis sehingga dengan NaCl 0,9% Kadar meningkatkan dimana
Resolusion (R)
kadar
glukosa
menyebabkan
darah untuk
pasien
terjadinya (American
(M)
DM elektrolit
Diabetes
akumulasi laktat karena memungkingkan Assosiation, 2018) tidak termetabolismenya sebagian laktat sehingga mengalami perlambatan klirens dan laktat diubah menjadi asam laktat yang akan meningkatkan resiko terjadinya asidosis pada pasien diabetes mellitus (Baron et al 1997; Allerdge et al 2013) Dan pada pasien dengan gejala tipoid atau demam
kemungkianna
terjadinya
ketidakseimbangan
elektrolit
seperti
hiponatremia, hypokalemia, dapat terjadi (WHO,2011) 2.
a. Ranitidine
merupakan
obat
yang a. Pemberian
Subjektif
Ranitidin
Ranitidine
Mual, muntah, lemas
injeksi
tepat indikasi
diindikasikan
namun tidak
lambung dengan mekanisme kerja
dapat
tepat
menghambat
dengan
dosis
untuk
gangguan
pengeluaran
asam
anti Monitoring
mual dan muntah kadar diberikan darah
dan
lambung dan dalam hal ini pasien
pemberian
juga tidak memiliki keluhan dalam b. Dosis diubah dari
domperindone
masalah saluran pencernaan (Dipiro,
tiap
2015)
menjadi
b. Pemberian ranitine digunakan untuk mengatasi gejala dyspepsia yaitu mual, muntah, nyeri dan lemas namun dosisnya secara IV Selama 68 jam (MIMS, 2018) a. Pemberian ondansetron kurang tepat, karena penggunaan obat tersebut ditujukan
untuk
pasien
pasca
12
jam tiap
sampai 8 jam
6
serum
kemoterapi (Dipiro 2015; MIMS, 2018) Ondansentron
b. Pemberian ondansetron kurang tepat,
injeksi
karena penggunaan obat tersebut ditujukan
untuk
pasien
pasca
kemoterapi
Subjektif
Neurosanbe
Tepat
Digunakan
Lemas, Mual, Muntah
untuk
pasien
defisiensi
vitamin B12, dengan keadaan yang lemas sebagai suplemen makanan (MIMS, 2018)
Subjektif
Thiamphenicol
Tidak
tepat Thiamphenicol merupakan first line dari Seharusnya diberikan Perlu
24/3/19-25/3/19
Lama
pengobatan thypoid fever yang lama selama
Demam,Mual,
pemberian
pemberiannya 5-7 hari (WHO, 2011)
Muntah, lemas
hari
minimal agar
5 monitoring
tidak hitung
terjadinya resistensi
darah
lengkap,
Objektif
elektrolit,
Widal
kadar glukosa
S. Thypi OD 1/320
darah, urea, tes
S. Thypi HD 1/320
fungsi hati
S. Parathypi AH 1/320
S. Parathypi BH 1/80 Subjektif
Paracetamol
Paracetamol digunakan untuk demam dan Perlu
pemeriksaan Monitoring
24/3/19-25/3/19
nyeri sedang sampai berat. Penggantian dan
pengontrolan SGOT
Demam,Mual,
oral ke infus dilihat kondisi suhu pasien kadar
SGOT
Muntah, lemas
yang tidak menutun dan malah meningkat SGPT karena dapat
Objektif
sehingga pemberian infus selama 15 menit menyebabkan
(lihat klinik suhu)
sangat diperlukan(MIMS,2018)
Subjektif
Acetylcystein
Tepat
Tepat
dan
dan SGPT
hepatoksisitas
Penggunaan obat mucolitik digunakan
Monitoring
Batuk hingga sesak, Tablet
pada
frekuensi batuk
awalnya
dikombinasikan,
dapat
juga
dikombinasikan
dengan
obat
tidak Ambroxol
berlendir
tablet
pasien
brinkitis
dan
dapat
27/3/19 batuk hingga
bronkoldilator seperti ipratropium, saat
berlendir,
hasil lab menyatakan bronchopneumonia
Objektif
perlu dikombinasikan dengan antibiotika
Pemeriksaan
pasien
Thorak
hasil Bronchopneumonia Subjektif Batuk hingga sesak,
Levofloxacin
tepat
Penggunaan
untuk
bronchopneumonia
yaitu fluoroquinolon generasi 2 dan
Monitoring frekuensi batuk
awalnya
tidak
sefalosporin generasi 2 /3
berlendir
pasien
(Dipiro,2015; MIMS 2018)
27/3/19 batuk hingga berlendir, Objektif Pemeriksaan
Thorak
hasil Bronchopneumonia Subjektif Demam,
Cefadroxil Mual,
Tepat
Ceftriaxone
digunakan
bronchopneumonia
(Dipiro,2015)
untuk dan
Monitoring fungsi
hati,
Muntah,Batuk hingga
juga digunakan dalam terapi demam
protombin dan
sesak, awalnya tidak
thypoid secara IV
gnjal
berlendir 27/3/19 batuk hingga berlendir, Objektif: Lihat suhu Pemeriksaan hasil
Thorak
Bronchopneumonia S. Thypi OD 1/320 S. Thypi HD 1/320 S. Parathypi AH 1/320 S. Parathypi BH 1/80 Subjektif Mual, Muntah
Omeprazole
Tidak tepat
Omeprazol
merpakan
(Pump
Proton
sekresi
asam
golongan
Inhibitor)
PPI Untuk
mengatasi Monitoring
memblokir keluhan pasien mual elektrolit
lambung
dengan dan
menghambat hidrogen kalium
muntah
dapat
diberikan
adenosin trifosfatase dalam sel parietal domperidone lambung, menghasilkan rasa mendalam Dan dan tahan lama
penanganan
untuk pada
efek antisekresi serta beresiko pada grastrointestinal yang aspirasi paru. Digunakan untuk mengatasi disebabkan
oleh
tukak lambung 20 mg/hari selama 2-4 paracetamol
bia
minggu
dan
penanganan
karena digunakan ranitidine
penggunaan obat NSAID 20mg/hari oral (KodeKimbel atau diinfuskan secara IV 40 mg sehari X) mual,
muntah
yang
dialami
pasien
edisi
(Kodekimbel Ed X)
Subjektif:
NaCl 3%
Tidak tepat
Terapi
NaCl
3%
untuk
mengatasi Sebaiknya tidak perlu Pengecekan
Demam, lemas, mual
hiponatremia pasien kurang tepat karena diberikan NaCl 3%, kadar
muntah
pasien
batuk
mengalami
translocational cukup
dengan darah
berlendir
hiponatremia dan NaCl 3% bukan terapi penurunan
Objectif
yang sesuai
Na.
Darah
131
mmol/L Kalium
darah
5,2
kadar
glukosa darah karena
Hipertonik
dapat
menyebabkan sudah
berkurangnya
air
meningkatkan terapi NaCl 0,9%
liur,
mendapatkan
demam, takikardia, hipertensu, koagulasi
mmol/L Klorida
gula
intravascular, nekrosis ginjal, embol paru, Darah 95,0
pneumonia dan kematian (MIMS, 2018)
mmol/L
sedangkan pasien penderita DM dan bronchopneumonia
Subjektif
Novorapid
Demam, lemas, mual 6-6-6 muntah
batuk Levemir
berlendir
0-0-10
Objektif: GDS,
Tidak Dosis
tepat a. Pemberian insulin Levemir tiap 24 jam Perlu
dan Novorapid tiap 8 jam ini diberikan dosisdengan dengan mengalami
pertimbangan krisis
pasien pemeriksaan
hyperglikemia, gula darah
pasien dengan kondisi lemas, dan GDP
dan
penyesuaian Monitoring
pasiesn dalam keadaan infeksi yaitu
hasil kadargula kadar darah dan HB1AC
harian kadar
GD2JPP
lihat
tabel
data klinik
infeksi pneumonia. b. Terapi insulin tunggal atau kombinasi
Awal GDS 361 dan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien
glukosa urin 4+
dan respons individu, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian. c. Pasien
yang belum
menggunakan
insulin sebelumnya untukdiabetes tipe 2 non obesistas dosis awal levemir 10 unit atau 0,1-0,2/kgBB dan novorapid 6
unit
sekali
(PERKENI 2015)
atau
0,5unitkgBB
III.7. Analisis Rasional Obat Berdasarkan hasil pemberian obat, maka dibuat analisis rasionalitas pengobatan yang dapat dilihat pada tabel III.5. Tabel III.7 Analisis Rasionalisasi Pengobatan Pasien Aturan
Lama
Indikasi Obat
Dosis
Infus RL
R
R
R
R
R
R
R
Ranitidin inj
R
R
IR
R
R
R
R
Ondansentron inj
IR
IR
R
IR
IR
IR
IR
Neurosanbe
R
R
R
R
R
R
R
Tiamphenicol
R
R
R
R
R
R
IR
Paracetamol tablet
R
R
R
R
R
R
R
Asetil sistein
R
R
R
R
R
R
R
IVFD NaCl 0,9%
R
R
R
R
R
R
R
Ceftriaxon
R
R
R
R
R
R
R
Omeprazole
IR
IR
IR
IR
IR
IR
IR
Paracetamol infus
R
R
R
R
R
R
R
Ambroxol
R
R
R
R
R
R
R
NaCl 3%
R
R
R
R
R
R
R
Novorapid
R
R
IR
R
R
R
R
Levemir
R
R
IR
R
R
R
R
Levofloxacin
R
R
R
R
R
R
R
Pakai
Penderita
Cara
Nama obat
Keterngan: R= Rasional, IR=Tidak rasional III8. Data Interaksi Obat Pengobatan yang dilakukan tidak terjadinya interasik antar obat
Penggunaan Pemberian
1. Injeksi Ranitidine Komposisi : Setiap mL mengandung Ranitidin HCl setara dengan Ranitidine 25 mg.
Indikasi : Terapi jangka pendek dan pemeliharaan untuk tukak lambung, tukak duodenum, tukak ringan aktif, terapi jangka pendek dan pemeliharaan untuk refluks gastroesofagus dan esofagitis erosive, terapi jangka pendek dan pemeliharaan kondisi hipersekresi patologis, sebagai bagian regimen multiterapi eradikasi H. pylori untuk mengurangi risiko kekambuhan tukak, meringankan heartburn, acid indigestion, dan lambung asam. Mekanisme Kerja : Ranitidin merupakan suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 39-94 mg/ml. Kadar tersebut bertahan selama 6-8 jam. Dosis dan Aturan Pakai : Dewasa, oral untuk tukak duodenum : 150 mg 2 x sehari, sebagai alternatif dosis 300 mg saat akan tidur dapat digunakan. Untuk kondisi hipersekresi (sindrom Zollinger-Ellison): 2 x sehari. Jika mengalami gagal ginjal maka dosisnya 150 mg setiap 12-24 jam. Injeksi im atau iv: 50 mg setiap 6-8 jam. Jika diperlukan obat dapat diberikan lebih sering, dosis tidak boleh melebihi 400 mg sehari.
Efek Samping : Sakit kepala, diare, pusing, nausea, konstipasi, penurunan jumlah sel darah dan platelet (pada beberapa penderita), reaksi hipersensitivitas (ruam, demam, urtikaria, bronkospasme, eosinofilia)
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap ranitidin Interaksi : Meningkatkan efek/toksisitas siklosporin (meningkatkan serum kreatinin), gentamisin (blokade neuromuskuler), glipizid, glibenklamid, midazolam (meningkatkan konsentrasi), metoprolol, pentoksifilin, fenitoin, kuinidin, triazolam. Mempunyai efek bervariasi terhadap warfarin. Antasida dapat mengurangi absorpsi ranitidin. Absorpsi ketokonazol dan itrakonazol berkurang; dapat mengubah kadar prokainamid dan ferro sulfat dalam serum, mengurangi efek nondepolarisasi relaksan otot, cefpodoksim, sianoklobalamin (absorpsi berkurang), diazepam dan oksaprozin, mengurangi toksisitas atropin. Penggunaan etanol dihindari karena dapat menyebabkan iritasi mukosa lambung. Kemasan Dus @10 ampul