Karena Cinta Karena Cinta, inilah dua kata yang menjadi alasan banyak orang untuk melakukan apapun, tentu dengan penyebab alasan yang berbeda. Seorang kepala keluarga berusaha bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya karena cinta dengan keluarganya. Seorang anak akan selalu membahagiakan kedua orangtuanya karena cinta yang tertanam kepada ayah ibunya. Dengan yang sama pula “karena cinta” orang tua akan mengusahakan tempat terbaik bagi pendidikan sekolah anak-anaknya. Jika setiap upaya yang kita lakukan didasari dengan alasan kuat karena kecintaan, bisa dipastikan usaha kita menjadi lebih sungguh-sungguh. Tentu ini bukan tanpa alasan, karena cinta adalah magnet terbaik yang bisa menggerakan siapapun untuk melakukan apapun dan bahkan siap mengorbankan apapun. Cinta adalah energi perjuangan yang harus setiap hari ditumbuhkan maka menjaganya juga butuh perjuangan. Cinta menjadi sumber inspirasi yang bisa berdampak dasyat bagi kita yang mampu mengelolanya dengan baik. Karena cinta jugalah setiap pekerjaan ini akan terasa ringan dan mudah diselesaikan. Bayangkan jika kita melakukan suatu pekerjaan sambil “ngedumel”, pekerjaan seringan apapun pastinya akan terasa sangat berat. Inilah keajaiban cinta yang sering menjadi sumber motivasi dan energi dasyat siapapun menuju jalan kesuksesan. Sebagai pejuang khususnya seorang pendidik, seyogyanya alasan cinta inilah yang menggerakan kita melakukan perjuangan terbaik, melalui pengabdian terbaik dengan kinerja terbaik. Seorang guru mendidik dengan didasaari rasa cinta tentu akan merasakan energi positif yang diterima siswanya. Seorang karyawan bekerja dengan cinta tentu akan menjadikan pekerjaannya menjadi lebih ringan dan mudah. Tidak akan ada karyawan yang rela bekerja dengan lembur sampai pulang larut malam tanpa dibayar jika tidak ada rasa cinta yang tumbuh dalam dirinya. Ada banyak kisah yang sudah ditulis oleh para penulis hebat tentang dasyatnya energi cinta. Jadi rasanya tidak perlu kita ragukan betapa ajaibnya cinta menemani energi perjuangan kita. Hanya saja bagaimana menjadikan cinta ini tumbuh dan terus memancarkan energi positifnya. Karena cinta ibarat tanaman, jika tidak pernah dipupuk dan disiram, tentu tidak akan tumbuh dengan baik, malah bisa kering dan mati. Cinta paling hakiki dan utama adalah cinta kepada sang pemberi cinta, Allah lah yang memiliki cinta terbesar bagi kita, dan selayaknya cinta pada Allah menjadikan dasar cinta kita kepada yang lain. Bekerja dalam dunia pendidikan, berdakwah dijalan kebaikan, tentu harus disertai dengan alasan kuat kecintaan kita kepada Allah dan Rasulnya. “Tidaklah mungkin saya bertahan disini, dihempas
badai masalah, dihina, dicaci, dikucilkan, kecuali karena cinta kepada Allah” begitu kata seorang pejuang dakwah disebuah tempat minoritas dinegeri ini. Karena cinta saya masih menulis disini, merajut ukhuwah dengan siapapun dengan mengharapkan hanya keridhoan dan cinta Allah. Karena cinta pula saya masih ingin belajar, menjadi pribadi yang bermanfaat dan menebarkan cinta kepada siapapun, menumbuhkan cinta paling hakiki, cinta kepada Allah. Jadi, untuk para pejuang milikilah alasan karena cinta, semata-mata cinta kepada Allah, tumbuhkan semangat berjuang menghadapi berbagai persoalan yang mewarnai perjuangan kita. Tidak ada kesulitan tanpa berakhir dengan kemudahan. Jalan dakwah ini akan semakin indah jika dihiasi dengan cinta yang terus tumbuh ibarat semerbak bunga yang mewangi dan menjadikan kita mampu berlama-lama bersamanya.