Karakteristik Tumor Fossa Posterior

  • Uploaded by: Nancy Dwi Puspita
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Karakteristik Tumor Fossa Posterior as PDF for free.

More details

  • Words: 8,300
  • Pages: 67
SKRIPSI DESEMBER 2018

KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN TUMOR FOSSA POSTERIOR DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT WAHIDIN SUDIROHUSODO PERIODE 2015 – 2017

OLEH : NANCY DWI PUSPITA C111 15 058 Pembimbing Dr. dr. Djoko Widodo, Sp.BS

DIBAWAKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN PENYELESAIAN PENDIDIKAN SARJANA (S1) KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

ii

iii

iv

v

vi

KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Pasien Tumor Fossa Posterior di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode 2015-2017”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Selain itu, skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri, para pembaca dan peneliti lainnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran. Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak hambatan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, tanpa mengurangi rasa syukur penulis kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga dengan tulus ikhlas kepada orang tua tercinta, ayahanda Abdul Kadir dan ibunda Harmawati, yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kesabaran, kasih sayang dan perhatian, dengan diiringi doa, restu dan dorongan yang tiada henti, beserta seluruh keluarga tersayang yang telah dengan sabar memanjatkan doa dan dukungannya selama masa studi penulis. Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada Bapak Dr. dr. Djoko Widodo, Sp.BS selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah banyak meluangkan waktu dengan sabar memberikan arahan serta bimbingannya tahap demi tahap penyusunan skripsi ini. Dan juga sebagai penasehat akademik yang senantiasa memberi dukungan dan vii

nasihat dengan penuh kebijaksanaan, sehingga penulis dapat melalui jenjang perkuliahan dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, beserta jajaran pimpinan, staf dan seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah menerima dan bersedia membagi ilmu serta bimbingan kepada penulis selama menjalani masa pendidikan. 2. Pimpinan dan staf RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo terkhusus Bagian Rekam Medik dan Ilmu Bedah, yang telah memberi izin dan banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian. 3. Dr. dr. Djoko Widodo, Sp.BS, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, masukan, saran, dan kritik kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. dr. Andi Ihwan, Sp.BS dan Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS serta selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan arahan, masukan, saran, dan kritik kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 5. Kakak dan adik tercinta penulis Rais Reskiawan dan Az-zahrawani Nisaa yang selalu memberikan semangat tiada henti yang telah dengan ikhlas memanjatkan doa, memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 6. Sahabat-sahabat dekat penulis “Geng Belajar” yakni Emmy Safitri Abbas, Pahista Pamriaski, Dea Ambarwati, Amirah Sakinah Ali, Azizah viii

Haq, dan Sausan Maulida yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Adik-adik dan saudari seperjuangan keluaga besar HMI Komisariat Kedokteran Universitas Hasanuddin, BEM KEMA FK UNHAS, dan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini. 8. Teman seperjuangan skripsi Nurul Lily Afifah, teman berbagi cerita, penyemangat, teman menjalani suka dan duka selama penyusunan skripsi. 9. Keluarga besar Brainstem, angkatan 2015 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Namun demikian, dengan segala keterbatasan yang ada, mudah-mudahan skripsi ini ada manfaatnya. Akhirnya penulis hanya dapat berdoa semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan imbalan setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Makassar, 19 Desember 2018 Penulis

Nancy Dwi Puspita

ix

SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN DESEMBER 2018 Nancy Dwi Puspita (C11115058) Dr. dr. Djoko Widodo, Sp. BS KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN TUMOR FOSSA POSTERIOR DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT WAHIDIN SUDIROHUSODO PERIODE 2015 – 2017 ABSTRAK Latar Belakang : Tumor adalah salah satu penyakit tidak menular yang belakangan ini menjadi kekhawatiran banyak orang. Tumor merupakan penyakit yang mengkhawatirkan karena menjadi penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia yang meninggal (Riset Kesehatan Dasar tahun 2007). Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf, di samping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor otak ini dapat berupa tumor yang sifatnya primer ataupun yang merupakan metastasis dari tumor pada organ lainnya terutama apabila terjadi pada fossa posterior. Di Indonesia kasus tumor otak pada tahun 2014 menempati urutan ke-4 jumlah kasus terbanyak di RSK Dharmais dan diperkirakan akan cenderung meningkat (Pusat Data dan Informasi, Kementrian Kesehatan RI). Sedangkan di Sulawesi Selatan, prevalensi tumor otak sebanyak 6,7 persen. (Riskesdas, 2013). Terdapat beberapa karakteristik dari tumor fossa posterior yang diduga memegang peran penting terhadap angka kejadian tumor fossa posterior seperti umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan lain-lain. Metode penelitian : adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan data sekunder yaitu rekam medik pasien. Hasil Penelitian : Penderita tumor fossa posterior paling banyak ditemukan pada umur 55-64 tahun yaitu sebanyak 9 orang (29,0%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 22 orang (70,9%), semua pasien tidak memiliki riwayat keluarga menderita tumor fossa posterior (100%), tingkat kesadaran lebih banyak ditemukan pada tingkat kesadaran normal (compos mentis) sebanyak 17 orang (54,8%), pada pasien tumor fossa posterior dengan adanya nyeri kepala akut sebanyak 25 orang (80,6%), pasien dengan tidak adanya riwayat kejang sebanyak 25 orang (80,6%), dan pasien dengan tidak ada riwayat merokok sebanyak 28 orang (90,3%). Kesimpulan : Terdapat 31 sampel pasien tumor fossa posterior pada periode 2015-2017. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dengan insidens tertinggi pada usia 55-64 tahun. Tidak ada pasien yang memiliki riwayat keluarga menderita tumor fossa posterior. Gejala klinis terbanyak yaitu tingkat kesadaran normal (GCS 14-15), terdapat nyeri kepala akut. Pasien tumor fossa posterior lebih meningkat pada pasien dengan tidak ada riwayat kejang dan merokok. Kata kunci : Tumor Fossa Posterior, Karakteristik

x

THESIS MEDICINE FACULTY HASANUDDIN UNIVERSITY DESEMBER 2018 Nancy Dwi Puspita (C11115058) Dr. dr. Djoko Widodo, Sp.BS CHARACTERISTICS OF POSTERIOR FOSSA TUMOR PATIENTS IN RSUP DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR WITHIN PERIOD 2015-2017. ABSTRACT Background: Tumors are one of the non-communicable diseases that become a concern for many people. Tumors are a worrying disease because they are the number seven cause of death in Indonesia with a percentage of 5.7 percent of the total Indonesian population who died (Basic Health Research in 2007). Brain tumor is one part of the tumor in the nervous system, in addition to spinal tumors and peripheral nerve tumors. These brain tumors can be either primary tumors or metastases from tumors in other organs, especially if they occur in the posterior fossa. In Indonesia, brain tumor cases in 2014 ranked 4th in the highest number of cases in Cancer Hospital Dharmais and are expected to increase (Data and Information Center, Republic of Indonesia Ministry of Health). Where as in South Sulawesi, the prevalence of brain tumors is 6.7 percent. (Riskesdas, 2013). There are several characteristics of the posterior fossa tumor that are thought to play an important role in the number of posterior fossa tumor events such as age, sex, family history, and others. Research method: is a descriptive research method using secondary data, namely medical records of patients. Results: Most patients with posterior fossa tumors were found at the age of 55-64 years as many as 9 people (29.0%), male sex as many as 22 people (70.9%), all patients did not have a family history of tumor posterior fossa (100%), more consciousness level was found at normal level of consciousness (compos mentis) as many as 17 people (54.8%), in posterior fossa tumor patients with acute headache as many as 25 people (80.6%), patients with no history of seizures as many as 25 people (80.6%), and patients with no smoking history as many as 28 people (90.3%). Conclusion: There were 31 samples of posterior fossa tumor patients in the period 2015-2017. More male sex with the highest incidence at the age of 55-64 years. No patient who has a family history of posterior fossa tumor. Most clinical symptoms are normal level of consciousness (GCS 14-15), and there is acute headache. Posterior fossa tumor patients were more elevated in patients with no history of seizures and smoking. Keywords: Posterior Fossa Tumor, Characteristics

xi

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan ......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5 1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6 1.4.1 Manfaat Praktis ..................................................................................... 6 1.4.2 Manfaat Teoritis .................................................................................... 6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Definisi ...................................................................................... 7 2.2 Epidemiologi .................................................................................................. 11 2.3 Faktor Resiko ................................................................................................. 12 2.4 Gejala dan Keluhan ......................................................................................... 13 2.5 Patogenesis ...................................................................................................... 14 2.6 Terapi .............................................................................................................. 15 BAB 3. KERANGKA TEORI PENELITIAN 3.1 Kerangka Teori................................................................................................ 20 3.2 Kerangka Konseptual ..................................................................................... 21 3.2 Definisi Operasional........................................................................................ 22

xii

3.3.1 Tumor Fossa Posterior .......................................................................... 22 3.3.2 Umur .................................................................................................... 22 3.3.3 Jenis Kelamin ....................................................................................... 22 3.3.4 Riwayat Keluarga ................................................................................. 23 3.3.5 Tingkat Kesadaran ................................................................................ 23 3.3.6 Nyeri Kepala Akut ................................................................................ 24 3.3.7 Riwayat Kejang ..................................................................................... 24 BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 25 4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................................... 25 4.2.1 Waktu Penelitian ................................................................................... 24 4.2.2 Lokasi Penelitian ................................................................................... 24 4.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 24 4.3.1 Populasi ................................................................................................. 24 4.3.2 Sampel ................................................................................................... 25 4.3.3 Cara Pengambilan Sampel .................................................................... 25 4.4 Kriteria Sampel ............................................................................................... 26 4.4.1 Kriteria inklusi ...................................................................................... 26 4.4.2 Kriteria eksklusi .................................................................................... 26 4.5 Jenis Data dan Instrumen Penelitian ............................................................... 27 4.5.1 Jenis Data Penelitian ............................................................................. 27 4.5.2 Instrumen Penelitian ............................................................................. 27 4.6 Alur Penelitian ................................................................................................ 27 4.6.1 Pengumpulan Data ................................................................................ 27

xiii

4.6.2 Pengolahan Data ................................................................................... 27 4.6.3 Penyajian Data ...................................................................................... 27 4.7 Etika Penelitian ............................................................................................... 27 BAB 5. HASIL PENELITIAN ........................................................................ .. 29 BAB 6. PEMBAHASAN ................................................................................. .. 37 BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan .......................................................................................... .. 41 7.2 Saran ..................................................................................................... .. 42 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .. 43 LAMPIRAN

xiv

DAFTAR TABEL Tabel 5.1 .............................................................................................................. 29 Tabel 5.2 .............................................................................................................. 30 Tabel 5.3 .............................................................................................................. 31 Tabel 5.4 .............................................................................................................. 33 Tabel 5.5 .............................................................................................................. 34 Tabel 5.6 .............................................................................................................. 35

xv

DAFTAR DIAGRAM Diagram 5.1 ......................................................................................................... 28 Diagram 5.2 ......................................................................................................... 30 Diagram 5.3 ......................................................................................................... 31 Diagram 5.4 ......................................................................................................... 32 Diagram 5.5 ......................................................................................................... 34 Diagram 5.6 ......................................................................................................... 35

xvi

DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik 2. Riwayat Hidup Peneliti 3. Daftar Pasien Astrositoma Periode 2015 - 2017

xvii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Permasalahan Tumor adalah salah satu penyakit tidak menular yang belakangan ini menjadi kekhawatiran banyak orang. Tumor merupakan penyakit yang mengkhawatirkan karena menjadi penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia yang meninggal (Riset Kesehatan Dasar tahun 2007). Riset juga menyatakan bahwa setiap 1000 orang terdapat sekitar 4 penderita tumor. Faktor ini terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya sehingga dalam kurun waktu 10 tahun (2005-2015) WHO memperkirakan jumlah kematian karena tumor rata-rata 8,4 juta setiap tahun dan tahun 2015 mencapai 9 juta jiwa. Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf, di samping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor otak ini dapat berupa tumor yang sifatnya primer ataupun yang merupakan metastasis dari tumor pada organ lainnya terutama apabila terjadi pada fossa posterior. Tumor yang terjadi di fossa posterior adalah lesi kritis yang terjadi pada otak karena ruang pada fossa posterior yang terbatas dan berpotensi untuk menekan organ vital lainnya seperti inti batang otak. Pada tumor fossa posterior berkisar 20% dari tumor otak pada pasien

1

dewasa. Selain itu, fossa posterior merupakan lokasi tersering tumor otak pada anak-anak. (Hakim, 2005; Wahjoepramono, 2006). Menurut The Central Brain Tumor Registry of the United States (CBTRUS), tumor otak primer adalah termasuk dalam 10 besar penyebab kematian terkait kanker. Diperkirakan sekitar 13.000 orang di Amerika Serikat meninggal dunia akibat tumor ini setiap tahunnya.Di Indonesia kasus tumor otak pada tahun 2014 menempati urutan ke-4 jumlah kasus terbanyak di RSK Dharmais dan diperkirakan akan cenderung meningkat (Pusat Data dan Informasi, Kementrian Kesehatan RI). Sedangkan di Sulawesi Selatan, prevalensi tumor otak sebanyak 6,7 persen. (Riskesdas, 2013). Struktur saraf utama dari fossa posterior adalah batang otak, saraf cranial dan serebelum. Gejala-gejala yang anak-anak hadapi dengan tumor fossa posterior adalah sakit kepala, mual, muntah, lesu, strabismus, hidrosefalus dan kejang.Ada sedikit variasi dalam gejala klinis dari tiap tumor yang berbeda.Durasi dari gejala sebelum diagnosis, jenis ataksia, dan tanda-tanda perluasan tumor mungkin berbeda sesuai dengan jenisnya.Pemeriksaan neurologis yang cermat merupakan alat penting dalam diagnosis tumor fossa posterior pada anak-anak. Permasalahan klinis pada tumor otak agak berbeda dengan tumor lain karena efek yang ditimbulkannya, dan keterbatasan terapi yang dapat dilakukan. Kerusakan pada jaringan otak secara langsung akan menyebabkan gangguan fungsional pada sistem saraf pusat, berupa

2

gangguan motorik, sensorik, panca indera, bahkan kemampuan kognitif. Selain itu efek massa yang ditimbulkan tumor otak juga akan memberikan masalah serius mengingat tumor berada dalam rongga tengkorak yang pada orang dewasa merupakan suatu ruang tertutup dengan ukuran tetap (Wahjoepramono, 2006). Belum tertanganinya masalah penyakit tumor di Indonesia antara lain disebabkan kurangnya informasi penyakit tersebut, besarnya masalah tumor dan jenisnya di masyarakat di masyarakat Indonesia belum diketahui dengan jelas, informasi epidemiologi penyakit tumor di Indonesia masih sangat jarang. Pada Riskesdas 2007, telah dikumpulkan data tentang penyakit tumor, lokasi tumor.Selain data sosio demografi data faktor risiko tumor seperti merokok, konsumsi alcohol, kurang aktifitas fisik dan gangguan mental emosional juga telah dikumpulkan.Mengingat kebutuhan informasi yang berkaitan dengan masalah tumor di Indonesia, penelitian ini dilakukan dalam rangka mendapatkan karakteristik darimasalah penyakit tumor di Indonesia khususnya mengenai tumor otak. Berdasarkan uraian diatas maka hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul : “Karakteristik Pasien Dengan Tumor Fossa Posterior Di Rumah Sakit Umum Pusat Wahidin Sudirohusodo Periode 2015 – 2017.”

3

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan diangkat yaitu ”Bagaimana Karakteristik Yang Ditimbulkan Dari Tumor Fossa Posterior Pada Pasien Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode 2015-2017?”

1.3

Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai gambaran karakteristik yang timbul dari tumor fossa posterior pada pasien Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode 2015-2017. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui distribusi pasien tumor fossa posterior rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode 2015-2017 berdasarkan umur. 2. Untuk mengetahui distribusi pasien tumor fossa posterior rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode 2015-2017 berdasarkan jenis kelamin. 3. Untuk mengetahui distribusi pasien tumor fossa posterior rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode 2015-2017 berdasarkan riwayat keluarga. 4. Untuk mengetahui distribusi pasien tumor fossa posterior rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo

4

Periode 2015-2017 berdasarkan tingkat kesadaran 5. Untuk mengetahui distribusi pasien tumor fossa posterior rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode 2015-2017 berdasarkan nyeri kepala akut. 6. Untuk mengetahui distribusi pasien tumor fossa posterior rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode 2015-2017 berdasarkan riwayat kejang. 1.4

Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai informasi bagi para praktisi kesehatan mengenai karakteristik dari tumor fossa posterior. 1.4.2 Manfaat Teoritis 1. Sebagai tambahan ilmu,kompetensi dan pengalaman yang berguna bagi peneliti dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya,dan terkait tumor fossa posterior. 2. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai tumor fossa posterior.

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Anatomi dan Definisi Dasar tulang tengkorak dibagi menjadi fossa kranialis anterior, medial, dan posterior.Fossa posterior merupakan area yang paling luas dan paling dalam serta mengandung banyak struktur- struktur vital. Struktur penting pada fossa kranialis posterior terdiri dari serebellum, pons, dan medulla oblongata.Pada lantai fossa posterior juga terdapat struktur penting seperti foramen magnum, meatus akustikus interna dan foramen jugular (vena jugularis interna serta nervus glossofaringeal, vagus dan nervus aksesorius) (Veenith et al, 2011). Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan massa (solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh yang meliputi tumor jinak (benigna tumor) dan tumor ganas (malignant tumor). Maka dari itu tumor otak adalah pertumbuhan sel-sel otak yang abnormal di dalam otak. Tumor otak primer apabila pertumbuhan sel abnormal terjadi pertama kali di dalam otak bukan merupakan metasase dari tumor di organ lainnya. Tumor otak mempunyai sifat yang berlainan dibandingkan tumor di tempat lain. Walaupun secara histologis jinak, mungkin akan bersifat ganas karena letaknya berdekatan atau di sekitar struktur vital dan dalam rongga tertutup yang sukar dicapai (Ginsberg, 2011).

7

Tumor otak merupakan suatu proses desak ruang yang dapat mengganggu fungsi otak akibat desakan tumor terhadap bagian otak. Manifestasi klinis tumor otak meliputi peninggian tekanan intra kranial dan manifestasi fokal yang diakibatkan oleh tekanan terhadap jaringan disekitar tumor. Gejala peninggian tekanan intrakranial lebih cepat timbul pada tumor infratentorial dibandingkan tumor supratentiorial.karena ruang yang lebih terbatas pada fossa posterior. Tumor infratentorial mudah menyumbat aliran cairan serebrospinal sehingga terjadi dilatasi ventrikel. Apabila tekanan intrakranial mencapai atau hampir sama tekanan arterial sistemik, tekanan arterial sistemik akan meningkat. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya bradikardi,hipertensi dan pernafasan lambat tidak teratur dikenal sebagai trias cushing (Ginsberg, 2011). Klasifikasi

tumor

otak

berdasarkan

lokasinya

menurut

Klasifikasi Russel dan Rubinstein adalah : I. Tumor Fossa posterior (infra tentorial) 1. Medulloblastoma 2. Astrositoma 3. Epindimoma 4. Glioma batang otak 5. Hemangioblastoma II. Tumor Fossa media (middle brain) 1. Kraniofaringioma 8

2. Kista intraselar 3. Glioma optik dan hipotalamik III. Tumor pada serebrum (supratentorial) 1. Golongan yang berasal dari glia • Astrositoma • Glioblastoma multiforme • Oligodendroglioma • Ependimoma • Papilloma pleksus khoroid 2. Tumor daerah pineal

•Pinealoblastoma • Pinealositoma • Germinoma 3. Angioma 4. Meningioma • Meningioma jinak • Sarkoma selaput otak

9

Namun, dipenelitian ini kita hanya akan berfokus pada Tumor Fossa Posterior (infra tentorial). Berikut penjelasan dari masing-masing tumor fossa posterior tersebut :

a.

Medulloblastoma adalah tumor embrional invasif di otak kecil dengan manifestasi terutama pada anak-anak, yang dominan diferensiasi saraf dan memiliki kecenderungan inheren untuk bermetastasis melalui jalur cairan serebro spinal (CSS). Peningkatan risiko medulloblastoma ditemukan pada anak yang lahir premature. Medulloblastoma terdiri atas sel kecil primitif dengan sedikit sitoplasma. Sel neoplastik kadang membentuk rosette kecil, yang disebut rosette Homer Wright di sekitar inti fibrilar (Kumar et al., 2007).

b.

Astrositoma adalah sekelompok neoplasma heterogen yang berkisar dari lesi berbatas tegas tumbuh lambat seperti astrositoma pilositik hingga neoplasma infiltratif yang sangat ganas seperti glioblastoma multiforme. Tumor Astrositik dapat dibagi menjadi astrositik fibriler (infiltratif), astrositoma pilositik dan beberapa varian yang jarang (Kumar et al., 2007).

c.

Ependimoma merupakan tumor yang tumbuh lambat dan umumnya pada anak-anak dan dewasa muda, yang berasal dari dinding ventrikel atau dari kanal tulang belakang dan terdiri dari neoplastik sel ependimal Secara histologis, ependimoma didominasi oleh sel panjang dengan prosesus menyebar disekitar pembuluh darah atau lumen(Louis et al., 2007).

d.

Glioma merupakan tumor otak primer yang pada orang dewasa letaknya berada di supratentorial dan berasal dari korteks dan hemisfer otak. Pada

10

anak-anak terletak di infratentorial yang berasal dari serebelum, batang otak, dan mesensefalon (Kumar et al., 2007). e.

Hemangioblastoma merupakan tumor yang tumbuh secara perlahan. Secara mikroskopis tumor ini terdiri atas campuran pembuluh darah halus dan sel stroma berbusa kaya-lemak yang asal selnya tidak diketahui (Kumar et al., 2007).

2.2

Epidemiologi Prevalensi nasional penyakit tumor adalah 0,4% dan prevalensi penyakit tumor secara umum di Indonesia yaitu sebesar 3,6 %.Ada kecenderungan prevalensi meningkat dengan bertambahnya umur dan lebih sering dijumpai pada wanita.Tumor ganas merupakan penyebab kematian ketujuh pada semua umur dengan proporsi 5,7% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2008). Pada anak-anak 70% tumor otak primer terjadi infratentorial dan termasuk serebelum, mesencepalon, pons, dan medulla (Mollah et al., 2010).Urutan frekuensi neoplasma di dalam ruang tengkorak adalah glioma (41%), meningioma (17%), adenoma hipofisis (13%), dan Neurilemioma (12%).Neoplasma saraf primer cenderung berkembang di tempat-tempat tertentu.Ependimoma hampir selalu berlokasi di dekat dinding ventrikel atau kanalis sentralis medulla spinalis.Glioblastoma multiforme kebanyakan ditemukan di lobus parietalis.Oligodendroma lebih sering ditemukan di lobus frontalis sedangkan spongioblastoma seringkali menduduki bangunanbangunan di garis tengah seperti korpus kolosum atau pons.Neoplasma saraf 11

juga cenderung berkembang pada golongan umur tertentu.Neoplasma serebelar lebih sering ditemukan pada anak-anak daripada orang dewasa, misalnya medulloblastoma.Juga glioma batang otak lebih sering ditemui pada anak-anak dibandingkan dengan dewasa (Mardjono, Sidartha, 2009). Tumor otak primer yang bersifat jinak lebih banyak ditemukan pada lakilaki daripada wanita. Di Amerika Serikat, glioma adalah tumor ganas tersering sedangkan untuk tumor jinak tersering adalah meningioma (97,3%) (Porter et al., 2010). 2.3

Faktor Resiko Adapun beberapa faktor resiko yang merupakan karakteristik yang akan di teliti pada penelitian ini diantara lain : a. Herediter Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan

kecuali

neurofibroma

dapat

pada

meningioma,

dijumpai

astrositoma

pada

dan

anggota-anggota

sekeluarga.Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat

dianggap

sebagai

manifestasi

pertumbuhan

baru,

memperlihatkan faktor familial yang jelas.Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

12

b. Radiasi Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma.Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi. c. Trauma Trauma

yang

berulang

menyebabkan

terjadinya

meningioma (neoplasma selaput otak).Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.

2.4

Gejala dan Keluhan Gejala yang timbul pada pasien dengan kanker otak tergantung dari lokasi dan tingkat pertumbuhan tumor.Gejala peninggian tekanan intrakranial lebih cepat timbul pada tumor infratentorial dibandingkan tumor supratentiorial. Hal ini dikarenakan ruang yang lebih terbatas pada fossa posterior. Tumor infratentorial mudah menyumbat aliran cairan serebrospinal sehingga terjadi dilatasi ventrikel. Apabila tekanan intrakranial mencapai atau hampir sama tekanan arterial sistemik, tekanan arterial sistemik akan meningkat. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya bradikardi,hipertensi dan pernafasan lambat tidak teratur dikenal sebagai trias cushing.Kombinasi gejala juga sering ditemukan pada peningkatan tekanan intrakranial (sakit kepala hebat disertai muntah proyektil), defisit neurologis yang progresif, kejang, penurunan fungsi kognitif (Louis et al., 2007).

13

2.5

Patogenesis Tumor atau dalam istilah medis di sebut neoplasma merupakan pertumbuhan jaringan baru. Neoplasma juga dapat diartikan sebagai massa jaringan yang abnormal, berlebih dan tidak terkordinasi dengan jaringan yang normal. Jaringan tersebut selalu tumbuh meskipun rangsangan yang dia

timbulkan

sudah

hilang.

Proliferasi

neoplasma

menimbulkan

pembengkakan atau benjolan pada jaringan tubuh (Padila, 2013). Pembengkakan atau benjolan pada jaringan dapat menyebabkan efek desak ruang dari edema peritumoral atau edema difus, dikarenakan oleh ukuran massa yang besar menyebabkan obstruksi oleh massa tersebut. Maka dari

itu,

Pasien

dengan

tumor

otak

sering

datang

dalam

keadaan neuroemergency akibat peningkatan tekanan intrakranial. Beberapa tumor juga dapat menyebabkan perdarahan.Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah-otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan kenaikan TIK. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan sub araknoid menimbulkan hidrosepalus. Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulanbulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi antara lain : bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum.Herniasi ulkus menekan

14

mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf otak ketiga. Pada herniasi cerebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dari henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardia progesif, hipertensi sitemik, (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernafasan (Desen W, 2013). 2.6

Terapi a. Tatalaksana Penurunan Tekanan intrakranial Pasien

dengan

tumor

otak

sering

datang

dalam

keadaan neuroemergency akibat peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini terutama diakibatkan oleh efek desak ruang dari edema peritumoral atau edema difus, selain oleh ukuran massa yang besar atau ventrikulomegali karena obstruksi oleh massa tersebut. Edema serebri dapat disebabkan oleh efek tumor mau- pun terkait terapi, seperti pasca operasi atau radioterapi (Kemenkes, 2017) Pemberian kortikosteroid sangat efektif untuk mengurangi edema serebri dan memperbaiki gejala yang disebabkan oleh edema serebri, yang efeknya sudah dapat terlihat dalam 24-36 jam. Agen yang direkomendasikan adalah deksametason dengan dosis bolus in- travena 10 mg dilanjutkan dosis rumatan 16-20mg/hari intravena lalu tappering off 2-16 mg (dalam dosis terbagi) bergantung pada klinis (Kemenkes, 2017).

15

a. Tindakan operatif Operasi pada tumor otak dapat bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menurunkan tekanan intrakranial, mengurangi kecacatan, dan meningkatkan efektifitas terapi lain. Teknik operasi meliputi membuka sebagian tulang tengkorak dan sela- put otak pada lokasi tumor. Tumor diangkat sebanyak mungkin kemudian sampel jaringan dikirim ke ahli patologi anatomi untuk diperiksa jenis tumor (Kemenkes, 2017). b. Radioterapi Radioterapi memiliki banyak peranan pada berbagai jenis kanker otak.Radioterapi diberikan pada pasien dengan keadaan inoperabel, sebagai adjuvan pasca operasi, atau pada kasus rekuren yang sebelumnya telah dilakukan tindakan operasi. Pada dasarnya teknik radioterapi yang dipakai adalah 3D conformal radiotherapy, namun teknik lain dapat juga digunakan untuk

pasien

tertentu

seperti

stereotactic

radiosurgery/radiotherapy(Kemenkes, 2017). c. Tatalaksana Nyeri Pada tumor otak, nyeri yang muncul biasanya adalah nyeri kepala.Nyeri

kepala

tersering

adalah

akibat

peningkatan

tekanan

intrakranial, yang jika bersifat akut terutama akibat edema peritumoral.Pada kasus ini pilihan obat nyeri adalah analgesik yang tidak menimbulkan efek sedasi atau muntah karena dapat mirip dengan gejala tumor otak pada umumnya. Oleh karena itu dapat diberikan parasetamol dengan dosis 16

20mg/berat badan per kali dengan dosis maksimal 4000 mg/hari, baik secara oral maupun intravena sesuai dengan beratnya nyeri. Jika komponen nyeri neuropatik yang lebih dominan, maka golongan antikonvulsan menjadi pilihan utama, seperti gabapentin 100- 1200mg/hari, maksimal 3600mg/hari (Kemenkes, 2017). d. Tatalaksana Kejang Epilepsi merupakan kelainan yang sering ditemukan pada pasien tumor otak. Tiga puluh persen pasien akan mengalami kejang sebagai manifestasi awal. Oleh karena tingginya tingkat rekurensi, maka seluruh pasien

tumor

otak

yang

antikonvulsan.Pemilihan pertimbangan

dari

mengalami

antikonvulsan

profil

efek

kejang

harus

ditentukan

samping,

interaksi

diberikan berdasarkan obat

dan

biaya.Levetiracetam lebih dianjurkan (Level A) dan memiliki profil efek samping yang lebih baik dengan dosis antara 20-40 mg/kgBB, serta dapat digunakan pasca operasi kraniotomi (Kemenkes, 2017). e. Tatalaksana Gizi Skrining gizi dengan malnutrition screening tool (MST), bila skor ≥3 (rawat inap), atau skor MST ≥2 (rawat jalan) dengan kondisi khusus (sakit kritis, kemoterapi, radiasi, hemodialisis) ditangani bersama tim spesialis gizi klinik (Kemenkes, 2017). Pemberian kebutuhan.Kebutuhan

terapi

gizi

energi

dilakukan dihitung

dengan

menggunakan

perhitungan kalorimetri 17

indirek/persamaan Harris- Benedict/rule of thumb.Nutrisi diberikan bertahap sesuai dengan toleransi pasien. Kebutuhan protein 1,2–2 g/BB/hari, lemak 25-30%, karbohidrat: 55-60%. Mikronutrien sesuai AKG (berasal dari bahan makanan sumber, suplementasi setelah kemoradiasi).Bila pasien menggunakan obat golongan carbamazepin, fenobarbital, fenitoin perlu tambahan suplemen vitamin D dan kalsium untuk mencegah gangguan tulang (Kemenkes, 2017). f. Tatalaksana Psikiatri Pasien dengan tumor otak dapat mengalami gangguan psikiatri hingga 78%, baik bersifat organik akibat tumornya atau fungsional yang berupa gangguan penyesuaian, depresi, dan ansietas. Hal ini dapat menghambat proses tatalaksana terhadap pasien. Oleh karena itu, diperlukan pendampingan mulai dari menyampaikan informasi tentang diagnosis dan keadaan pasien (breaking the bad news) melalui pertemuan keluarga (family meeting) dan pada tahap-tahap pengobatan selanjutnya. Pasien juga dapat diberikan psikoterapi suportif dan relaksasi yang akan membantu pasien dan keluarga (Kemenkes, 2017). Tumor otak memerlukan penanganan multidisiplin, sementara belum terdapat keseragaman secara nasional dalam pendekatan terapi. Selain itu terdapat kesenjangan dalam fasilitas sumber daya manusia dan sumber daya alat/sistem dari berbagai fasilitas/institusi layanan kesehatan, baik untuk skrining, diagnostik, maupun terapi, sehingga diperlukan kebijakan standar yang profesional agar masing masing fasilitas tersebut 18

dapat berperan optimal dalam penanganan tumor otak di Indonesia (Kemenkes, 2017).

19

BAB 3 KERANGKA TEORI PENELITIAN 3.1 Kerangka Teori Agen Endogen Diet yang terkait (Garam Empedu) Makrofag dan neutrofil produksi ROS, RNS

Agen Eksogen Merokok, radiasi, logam, virus dan genotoxin lainnya

Kerusakan DNA

Mutasi mikroorganisme

Perbaikan Gen DNA

Perubahan Epigenetik MiRNA, modifikasi histone, atau re-modeling kromatin Perbaikan Gen DNA

Perubahan Epigenetik

Mutasi Somatik

Banyak perbaikan gen terutama Non-DNA

Defisiensi Perbaikan DNA

Peningkatan besar dalam kerusakan DNA yang tidak dapat diperbaiki

Peningkatan besar dalam mutasi somatic dan perubahan epigenetik

Mutasi somatic dan perubahan epigenetik

Bertambahnya bagian yang rusak dengan mutasi

PERKEMBANGAN TUMOR FOSSA POSTERIOR

20

KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN 3.2 Kerangka Konseptual

• • •

Umur Jenis Kelamin Riwayat Keluarga

Tumor Fossa Posterior

Gejala Klinis

Pem. Penunjang

• • •

Nyeri Kepala Akut Kejang Kesadaran Menurun

CT-Scan

Diagnosis

Keterangan: --- : Variabel yang diteliti

21

3.3 Definisi Operasional 3.3.1 Pasien Tumor Fossa Posterior a. Definisi : Pasien tumor otak yang berada di antara foramen magnum dan tentorium cerebelli merupakan seluruh pasien yang terdaftar melalui bukti rekam medik di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo selama periode 2015 – 2017 b. Cara ukur : c. Hasil ukur : dikategorikan sebagai berikut : 1) Medulloblastoma 2) Astrositoma 3) Ependimoma 4) Glioma 5) Hemangioblastoma 3.3.2 Umur a. Definisi : Waktu lamanya hidup penderita mulai saat dilahirkan sampai dengan saat masuk rumah sakit dan dinyatakan dalam tahun. b. Cara ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera pada rekam medik pasien. c. Hasil ukur : 1) < 15 tahun 2) 15 – 24 tahun 3) 25 – 34 tahun 4) 35 – 44 tahun 5) 45 – 54 tahun 22

6) 55 – 64 tahun 7) > 65 tahun 3.3.3 Jenis Kelamin a. Definisi : Jenis kelamin yang tercatat di rekam medik pasien b. Cara ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera pada rekam medik pasien. c. Hasil ukur : 1) Laki-laki 2) Perempuan 3.3.4 Riwayat Keluarga a.

Definisi : Dalam penelitian ini diperlihatkan adanya riwayat tumor fossa posterior dalam keluarga dekat atau dalam satu garis keturunan.

b. Cara ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera pada rekam medik pasien. c.

Hasil ukur : Dikategorikan sebagai berikut : 1) Ada riwayat tumor fossa posterior dalam keluarga 2) Tidak ada riwayat tumor fossa posterior dalam keluarga

3.3.5 Tingkat Kesadaran a. Definisi : Tingkat kesadaran yang dinilai saat pasien pertama kali masuk ke rumah sakit sesuai yang tercatat dalam rekam medik. b. Cara ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera pada rekam medik pasien. c. Hasil ukur :

23

1) 15 – 14 = Normal (Compos mentis) 2) 13 – 12 = Apatis 3) 11 – 10 = Somnolen 4) 9 – 7 = Delirium 5) 6 – 4 = Stupor 6) 3 = Coma 3.3.6 Nyeri Kepala Akut a. Definisi : Menilai ada tidaknya riwayat nyeri kepala akut sesuai dengan data rekam medik b. Cara ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera pada rekam medik pasien. c. Hasil ukur : Dikategorikan sebagai berikut : 1) Ada riwayat nyeri kepala akut 2) Tidak ada riwayat nyeri kepala akut 3.3.7 Riwayat Kejang a. Definisi : Menilai ada tidaknya riwayat kejang sesuai dengan data rekam medik b. Cara ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera pada rekam medik pasien. c. Hasil ukur : Dikategorikan sebagai berikut : 1) Ada riwayat kejang 2) Tidak ada riwayat nyeri kejang

24

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1

Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui gambaran karakteristik penyakit tumor fossa posterior pada pasien RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.Pada penelitian ini hanya melaporkan hasil penelitian yang diperoleh dengan melihat karakteristik pasien tumor fossa posterior.Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

4.2

Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan September hingga Oktober 2018. 4.2.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di bagian rekam medic RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

4.3

Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah:

25

• Populasi target : Semua pasien tumor fossa posterior di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015- 2017 yang memiliki rekam medis. 4.3.2 Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien tumor fossa posterior di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode 20152017 yang memiliki rekam medic yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. 4.3.3 Cara Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik total sampling yaitu rekam medik dijadikan sebagai sampel penelitian.

4.4

Kriteria Sampel 4.4.1 Kriteria inklusi a. Pasien yang pertama kali terdiagnosis tumor fossa posterior berdasarkan gambaran CT-Scan. 4.4.2 Kriteria eksklusi a. Pasien recurrent (berulang). b. Pasien tumor fossa posterior yang tidak mempunyai catatan rekam medic yang lengkap

26

4.5

Jenis Data dan Instrumen Penelitian 4.5.1 Jenis Data Penelitian Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data rekam medik subjek penelitian. 4.5.2 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam pnelitian ini adalah kertas catatan rekam medik pasien dan tabel-tabel tertentu yang digunakan untuk mencatat informasi dari rekam medik tersebut.

4.6

Alur Penelitian 4.6.1 Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan rekam medic pasien tumor fossa posterior di RSUP Dr. Wahidin Sudiruhusodo Makassar. 4.6.2 Pengolahan data Pengolahan data dilakukan setelah pencatatan dari rekam medik yang dibutuhkan ke dalam tabel data dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel. 4.6.3 Penyajian data Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk table, dan grafikdisertai penjelasan yang disusun dalam bentuk narasi dan dikelompokkan menurut variabel sesuai dengan tujuan disertai penjelasan.

4.7

Etika Penelitian Hal-hal yang terkait dengan etika dengan penelitian dalam penelitian ini

adalah: 1.

Sebelum melakukan penelitian maka penliti akan meminta izin pada berbagai instansi terkait,

27

2.

Berusaha menjaga kerahasian identitas pasien yang terdapat pada rekam medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.

3.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

28

BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik dari pasien tumor fossa posterior di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode 2015-2017. Dari penelusuran data rekam medic diperoleh 53 kasus. Adapun sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi adalah 31 kasus. Pengumpulan data berlangsung pada tanggal 18 sampai 20 November 2018. Data yang diperoleh kemudian dicatat dengan Microsoft Excel 2010. Hasil pengolahan data disajikan sebagai berikut : 5.1 Distribusi Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Umur Diagram 5.1 Distribusi Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Umur

UMUR 10 9 8 7 6 5 JUMLAH (N)

4 3 2 1 0 < 15 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 >65 TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN

Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017

29

Tabel 5.1 Distribusi Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Umur No.

Umur

Jumlah (N)

Presentase (%)

1.

< 15 Tahun

5

16,1

2.

15-24 Tahun

5

16,1

3.

25-34 Tahun

2

6,4

4.

35-44 Tahun

7

22,5

5.

45-54 Tahun

3

9,6

6.

55-64 Tahun

9

29,0

7.

> 65 Tahun

0

0,0

31

100,0

Total

Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017 Pada diagram table 5.1 memperlihatkan distribusi umur pasien tumor fossa posterior terbanyak pada kelompok umur 55-64 tahun sebanyak 9 orang (29,0%), kedua pada kelompok 35-44 tahun sebanyak 7 orang (22,5%), diikuti oleh kelompok umur <15 tahun dan 15-24 tahun sebanyak 5 orang (16,1%). Urutan selanjutnya yaitu kelompok umur 45-54 tahun sebanyak 45-54 tahun sebanyak 3 orang (9,6%), kemudian kelompok umur 25-34 tahun sebanyak 2 orang (6,4%). Posisi yang tidak memiliki jumlah pasien dan presentase adalah kelompok umur >65 tahun (0%).

30

5.2 Distribusi Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Jenis Kelamin

JENIS KELAMIN 25 20 15 JUMLAH (N)

10 5 0 LAKI-LAKI

PEREMPUAN

Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017 Tabel 5.2 Distribusi Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Jenis Kelamin No.

Jenis Kelamin

Jumlah (N)

Presentase (%)

1

Laki-laki

22

70,9

2

Perempuan

9

29,0

Total

31 100,0 Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017 Pada diagram dan table 5.2 memperlihatkan distribusi jenis kelamin

pasien tumor fossa posterior lebih banyak diderita oleh laki-laki yaitu 22 pasien(70,9%), sedangkan perempuan sebanyak 9 pasien (29,0).

31

5.3 Distribusi Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Riwayat Keluarga

RIWAYAT KELUARGA 35 30 25 20 15

Jumlah (N)

10 5 0 Ada Riwayat Keluarga

Tidak Ada Riwayat Keluarga

Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017 Tabel 5.3 Distribusi Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Riwayat Keluarga No.

Riwayat Keluarga

Jumlah (N)

Presentase (%)

1

Ada Riwayat Keluarga

0

0,0

2 Total

Tidak Ada Riwayat Keluarga

31

100,0

31 100,0 Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017 Pada diagram dan table 5.3 memperlihatkan distribusi pasien tumor fossa posterior berdasarkan riwayat keluarga yang menderita tumor fossa posterior yaitu semua pasien tidak ada yang memiliki riwayat keluarga menderita tumor fossa posterior.

32

5.4 Distribusi Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Tingkat Kesadaran

TINGKAT KESADARAN 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0

Jumlah (N)

Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017 Tabel 5.4 Distribusi Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Tingkat Kesadaran No.

Tingkat Kesadaran

Jumlah (N)

Presentase (%)

1

Normal (GCS = 15-14)

17

54,8

2

Apatis (GCS = 13-12)

1

3,2

3

Somnolen (GCS = 11-10)

4

12,9

4

Delirium (GCS = 9-7)

8

25,8

5

Stupor (GCS = 6-4)

1

3,2

6

Coma (GCS = 3)

0

0,0

Total 31 100,0 Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017

33

Pada diagram dan table 5.4 menunjukkan distribusi penderita tumor fossa posterior berdasarkan tingkat kesadaran paling banyak ditemukan pada tingkat kesadaran normal (compos mentis) (GCS = 15-14) sebanyak 17 pasien (54,8%). Tingkat kesadaran delirium (GCS = 9-7) menempati posisi kedua sebanyak 8 pasien (25,8%), disusul oleh pasien dengan tingkat kesadaran somnolen (GCS = 1110) sebanyak 4 pasien (12,9%), kemudian pasien dengan tingkat kesadaran apatis (GCS = 13-12) dan stupor (GCS = 6-4) sebanyak 1 pasien (3,2%). Tingkat kesadaran koma tidak ditemukan dalam kasus ini.

34

5.5 Distribusi Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Nyeri Kepala Akut

NYERI KEPALA AKUT 30 25 20 15 JUMLAH (N)

10 5 0 ADA NYERI KEPALA AKUT TIDAK ADA NYERI KEPALA AKUT



Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017 Tabel 5.5 Distribusi Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Nyeri Kepala Akut No.

Nyeri Kepala Akut

Jumlah (N)

Presentase (%)

1

Ada Nyeri Kepala Akut

25

80,6

2 Tidak Ada Nyeri Kepala Akut Total

6

19,3

31 100,0 Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 20152017 Pada diagram dan table 5.5 menunjukkan distribusi penderita tumor fossa posterior lebih meningkat pada pasien dengan ada nyeri kepala akut sebanyak 25 pasien (80,6%). Sedangkan pasien dengan tidak adanya nyeri kepala akut sebanyak 6 pasien (19,3%).

35

5.6 Distribusi Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Riwayat Kejang

RIWAYAT KEJANG (N) 30 25 20 15

Jumlah (N)

10 5 0 Ada Riwayat Kejang

Tidak Ada Riwayat Kejang

Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017 Tabel 5.6 Distribusi Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Riwayat Kejang No.

Riwayat Kejang

Jumlah (N)

Presentase (%)

1

Ada Riwayat Kejang

6

19,3

2 Tidak Ada Riwayat Kejang Total

25

80,6

31 100,0 Sumber : Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 20152017 Pada diagram dan table 5.6 menunjukkan distribusi pasien tumor fossa posterior lebih meningkat pada pasien dengan tidak adanya riwayat kejang sebanyak 25 pasien (80,6%). Sedangkan pasien dengan adanya riwayat kejang sebanyak 6 pasien (19,3%).

36

BAB 6 PEMBAHASAN Berdasarkan pengolahan daftar tilik pasien tumor fossa posterior di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017, diperoleh hasil penelitian 31 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil penelitian ini di harapkan mampu memaprkan karakteristik pasien tumor fossa posterior. Adapun karakteristik yang menjadi focus pada penelitian ini antara lain yaitu umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, tingkat kesadaran, nyeri kepala akut, riwayat kejang dan riwayat merokok. Adapun penjelasan karakteristik dibahas secara terperinci sebagai berikut : 6.1 Karakteristik Pasien Tumor Fossa Posterior bedasarkan Umur Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa distribusi umur pasien tumor fossa posterior terbanyak pada kelompok umur 55-64 tahun sebanyak 9 orang (29,0%), posisi kedua pada kelompok 35-44 tahun sebanyak 7 orang (22,5%), diikuti oleh kelompok umur <15 tahun dan 15-24 tahun sebanyak 5 orang (16,1%). Urutan selanjutnya yaitu kelompok umur 45-54 tahun sebanyak 45-54 tahun sebanyak 3 orang (9,6%), kemudian kelompok umur 25-34 tahun sebanyak 2 orang (6,4%). Posisi yang tidak memiliki jumlah pasien dan presentase adalah kelompok umur >65 tahun (0%). Jika kita amati seksama, maka akan didapatkan informasi bahwa kejadian tumor fossa posterior banyak terjadi pada usia 55-64 tahun sedangkan >65 tahun tahun tidak ada angka kejadian di periode 2015-2017. Peningkatan frekuensi tumor fossa posterior seiring dengan peningkatan umur berhubungan dengan proses penuaan dimana semua organ tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk otak. Penelitian ini sejalan dengan data dari

37

Surveillance Epidemiology & End Result Registry USA yang menyatakan bahwa kelompok usia 51 – 60 tahun adalah umur yang beresiko tinggi untuk mengalami tumor fossa posterior (Epidemiology, Surveillance, 2011). 6.2 Karakteristik Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Jenis Kelamin Pada hasil penelitian ditemukan bahwa distribusi jenis kelamin pasien tumor fossa posterior di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017 lebih banyak diderita oleh laki-laki yaitu 22 pasien (70,9%), sedangkan perempuan sebanyak 9 pasien (29,0). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dian Nastiti pada tahun 2012, bahwa 135 pasien tumor fossa posterior yang dirawat di beberapa rumah sakit, dimana pasien laki-laki (60,74%) lebih banyak daripada perempuan (Nastiti, Dian, 2012). 6.3 Karakteristik Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Riwayat Keluarga Pada Pada hasil penelitian ditemukan bahwa distribusi pasien tumor fossa posterior di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017 berdasarkan riwayat keluarga yaitu semua pasien tidak ada yang memiliki riwayat keluarga menderita tumor fossa posterior. Hasil penelitian yang dilakukan tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Sitorus pada tahun 2006 yang menunjukkan kejadian tumor fossa posterior lebih banyak pada pasien dengan riwayat keluarga yang menderita tumor fossa posterior. Riwayat keluarga pernah mengalami tumor fossa posterior memberikan pengaruh yang bermakna pada anggota keluarga untuk mengalami tumor fossa posterior juga.

38

Dengan tingkat risiko 3,91 kali disbanding dengan yang tidak mempunyai riwayat keluarga menderita tumor fossa posterior. (Sitorus, dkk, 2006). 6.4 Karakteristik Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Tingkat Kesadaran Pada hasil penelitian ditemukan bahwa distribusi pasien tumor fossa posterior di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017 berdasarkan tingkat kesadaran yaitu paling banyak ditemukan pada tingkat kesadaran normal (compos mentis) (GCS = 15-14) sebanyak 17 pasien (54,8%). Tingkat kesadaran delirium (GCS = 9-7) menempati posisi kedua sebanyak 8 pasien (25,8%), disusul oleh pasien dengan tingkat kesadaran somnolen (GCS = 1110) sebanyak 4 pasien (12,9%), kemudian pasien dengan tingkat kesadaran apatis (GCS = 13-12) dan stupor (GCS = 6-4) sebanyak 1 pasien (3,2%). Tingkat kesadaran koma tidak ditemukan dalam kasus ini. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Soeharto pada tahun 2004 kesadaran menurun lebih sering didapatkan pada pasien tumor fossa posterior (Soeharto, 2004). 6.5 Karakteristik Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Nyeri Kepala Akut Pada hasil penelitian ditemukan bahwa distribusi pasien tumor fossa posterior di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017 berdasarkan nyeri kepala akut lebih meningkat pada pasien dengan ada nyeri kepala akut sebanyak 25 pasien (80,6%). Sedangkan pasien dengan tidak adanya nyeri kepala akut sebanyak 6 pasien (19,3%).

39

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Vestergaard tahun 2015, dari 65 pasien tumor fossa posterior terdapat 56 pasien atau sekitar 86% yang mengalami nyeri kepala (Vestergaard, 2015). Timbulnya massa baru didalam cranium seperti neoplasma akan menggeser isi intracranial yang normal sebagai konsekuensi lesi desak ruang atau space occupying lesion (SOL) yang akan berdampak pada peningkatan tekanan intracranial. Penyebab mordibitas tersering pada kasus ini adalah massa atau neoplasma yang akan menyebabkan depresi pernapasan dapat menyebabkan kematian (Trihoho, Partini P, dkk, 2012). Manifestasi klinis dari peningkatan intracranial adalah nyeri kepala, muntah tanpa mual, dll. Keseimbangan tekanan intracranial berdasarkan hipesis MonroKelli ditentukan oleh jumlah cairan cerebrospinal, darah dan jaringan otak. Ketiga komponen tersebut akan saling mengatur keseimbangan sehingga tekanan intracranial tetap normal (Trihoho, Partini P, dkk, 2012). 6.6 Karakteristik Pasien Tumor Fossa Posterior berdasarkan Riwayat Kejang Pada hasil penelitian ditemukan bahwa distribusi pasien tumor fossa posterior di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2015-2017 berdasarkan riwayat kejang yaitu sebanyak 25 pasien (80,6%). Sedangkan pasien dengan adanya riwayat kejang sebanyak 6 pasien (19,3%). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudo Najima pada tahun 2009 dari sebanyak 52 sampel pasien yang mengalami tumor fossa posterior 34 diantaranya pernah mengalami kejang selama dirawat (Najima, Yuho, 2009).

40

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Karakteristik Pasien Dengan Tumor Fossa Posterior Di Rumah Sakit Umum Pusat Wahidin Sudirohusodo Periode 2015 – 2017”, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pasien tumor fossa posterior di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode 20152017 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 31 orang. Berdasarkan karakteristik umur proporsi tertinggi diderita pada pasien dengan umur 55-64 tahun yaitu sebanyak 9 orang (29,0%). 2. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin proporsi tertinggi ditemukan pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 22 orang (70,9%). 3. Berdasarkan karakteristik riwayat keluarga yaitu 31 pasien (100,0%) tidak memiliki riwayat keluarga menderita tumor fossa posterior. 4. Berdasarkan karakteristik tingkat kesadaran proporsi paling tinggi berada pada tingkat kesadaran normal (GCS 14-15) yaitu sebanyak 17 orang (54,8%). 5. Berdasarkan karakteristik ada tidaknya keluhan nyeri kepala akut, hasil penelitian memperlihatkan proporsi tertinggi berada pada pasien dengan adanya nyeri kepala akut yaitu sebanyak 25 orang(80,6%). 6. Berdasarkan karakteristik riwayat kejang proporsi tertinggi berada pada pasien yang tidak memiliki riwayat kejang yaitu sebanyak 25 orang (80,6%).

41

6.2 Saran Setelah melakukan penelitian mengenai “Karakteristik Pasien Dengan Tumor Fossa Posterior Di Rumah Sakit Umum Pusat Wahidin Sudirohusodo Periode 2015 – 2017”, maka dapat diberikan saran berupa : 1. Perlunya peningkatan perelengkapan dan kerapian catatan rekam medic yang ada di bagian rekam medic RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, mengingat masih banyaknya status pasien yang tidak memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian ini. 2. Perlunya kesadaran tenaga kesehatan tentang pentingnya penulitsan rekam medic yang lengkap dan sistematis 3. Dengan peningkatan angka tumor fossa posterior, diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan edukasi masyarakat tentang factor resiko terjadinya tumor fossa posterior. 4. Disarankan pada penelitian selanjutnya dapat memperhatikan dan menemukan variable lain yang dapat meningkatkan angka kejadian tumoe fossa posterior selain variable yang di gunakan pada penelitian ini, sehingga dapat mengoptimalkan upaya preventif pihak tenaga kesehatan.

42

DAFTAR PUSTAKA American Brain Tumor Association (ABTA). 2012. About Brain Tumors a Primer for Patients and Caregivers. Chicago : ABTA Anderson MD.2007. Tumor of The Brain and Spine. Texas: Springer Science+Business Media. Behin A, Hoang-Xuan K, Carpentier AF, Delattre J. Primary brain tumors in adults. The Lancet 2003. Bailey P, Cushing H. A classification of tumors of the glioma group on a histogenetic basis with a correlation study of prognosis. Philladelphia: Lippincott, 1926. Darell D. 2001. Bigner M, PHD. Brain Tumor Immunotherapy. America: Human Press. Desen W. 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis. 2 ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Ed 20. Jakarta. EGC . Harsono. 2009. Kapita Selekta Neurologi. 2 ed. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Japardi Iskandar. Astrositoma : insidens dan pengobataan. Jurnal Kedokteran Trisakti. No.3/Vol.22/September-desember 2003 Kleihus P, Cavenee Webster K,. Pathology and Genetics of Tumours of the Nervous System. International Agency for Research on Cancer (IARC) World health Organization. International Society of Neuropathology (ISN). Lyon. 1997. Mardjono PDM, Sidaharta PDP. 2009. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: PT. Dian Rakyat Marc Chamberlain M. 2012.Metastatic Brain Tumors. Chicago: American Brain Tumor Association. Neuroscience TSF. Brain Facts a Primer on The Brain and Nervous System. Canada. 43

Nastiti, Dian. 2012. Gambaran Faktor Risiko Kejadian Tumor Fossa Posterior pada Pasien Tumor Fossa Posterior di Rumah Sakit Krakatau Medan Tahun 2011. Price SA, 2006. Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6

ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (Pusdatin Kemenkes RI), 2013. Data Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan RI

dan

Data

Penduduk

Sasaran

:

Riskesdas

2013.

Schiffer D. 2006. Brain Tumor Pathology: Current Diagnostic Hotspots and Pitfalls. Netherlands: Springer. Trihono, Parti P, dkk. 2012. Kegawatan pada Bayi dan Anak. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Roditis, Syridon, 2011. Brain Tumors in Young People. Romania : University of Medicine and Pharmacy. Romania. Sitorus, Rico, J., 2006. Faktor-faktor Resiko yang Mempengaruhi Kejadian Tumor Otak pada Usia Muda. Semarang. Soeharto, Iman, 2004. Tumor Fossa Posterior Hubungannya dengan Nyeri Kepala. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

44

RIWAYAT HIDUP PENULIS I.

II.

DATA PRIBADI 1. Nama 2. NIM 3. TTL 4. Anak ke5. Agama 6. Gol. Darah 7. Hobi 8. Alamat 9. No. HP 10. Email 11. Id line 12. Motto

: Nancy Dwi Puspita : C11115058 : Kendari, 9 Desember 1997 :2 : Islam :B : Membaca : Perumahan Villa Racing Centre Blok C No.1 : 081242424695 : [email protected] : nancydwi : Yakin Usaha Sampai

PENDIDIKAN FORMAL

Jenjang

Institusi

Jurusan

Tahun

SD

SDN Negeri 12 Baruga Kuncup Pertiwi Kendari

2003-2009

SMP

SMP Negeri 1 Kendari

2009-2012

SMA

SMA Negeri 5 Makassar

IPA

2012-2015

45

III. PENGALAMAN ORGANISASI No NamaOrganisasi

Jabatan

Tahun

1

OSIS SMP Negeri 1 Kendari

Sekretaris Umum

2010 - 2011

2

OSIS SMA Negeri 5 Makassar

Sekretaris Umum

2014 - 2015

Anggota

2014 - 2015

Anggota KPP

2016-2017

Anggota Internal

2016-2017

Anggota

2016 - 2017

3

4 5 6

Pengurus Harian Remaja Masjid Nurut Tarbiyah Pengurus Harian HmI Komisariat Kedokteran Pengurus Harian AMSA UNHAS Pengurus Harian Hippocrates Football Club

7

Pengurus Harian BEM FK UNHAS

Anggota PSDM

2017 - 2018

8

Pengurus Harian ISMKI Wilayah 4

Anggota PSDM

2017 - 2018

National Coordinator 9

Pengurus Harian ISMKI Nasional

Leadership Development

10

11

Pengurus Harian HMI Komisariat Kedokteran UNHAS

Sekretaris Umum

Pengurus Harian BEM KEMA FK

Mentri Bidang

UNHAS

Hubungan Luar

2018 sekarang

2017-2018

2018

46

IV. RIWAYAT PELATIHAN Pendidikan Non Formal / Training –Simposium Jenis

Kegiatan

Pelatihan

Latihan Kepeminan Dasar SMA

Kepemimpinan Negeri 5 Makassar Pelatihan Kepemimpinan Pelatihan

Pembinaan Kader(MPPK) BEM

Kepemimpinan Latihan Kepemimpinan Latihan

Tahun

Institusi

Peserta

2013

Fakultas

Peseta

2015

Fakultas

Peserta

2015

Institusi

Peserta

2016

Nasional

Peserta

2016

Wilayah

Peserta

2016

Nasional

Peserta

2016

KEMA FK UNHAS Latiha Kepemimpinan 1 BEM

Latihan Kepemimpinan 2 BEM

Kepemimpinan MIPA UNHAS Latihan

Sebagai

Masa Pengenalan dan

Kepemimpinan KEMA FK UNHAS Pelatihan

Tingkat

National Leadership Training Latihan Kemimpinan dan Manajemen Mahasiswa Wilayah 4 Latihan Kepemimpinan dan

Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa

47

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Rekam Medik

48

Lampiran 2. Surat Permohonan Rekomendasi Etik

49

Lampiran 3. Rekomendasi Persetujuan Etik

50

Lampiran 4. Surat Keterangan selesai meneliti di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo

51

Related Documents


More Documents from ""

Motivation Letter
October 2019 17
Kerangka Teori.docx
October 2019 18
Bab I.docx
November 2019 52
Bab Ii.docx
December 2019 61
Bblsr Print.docx
December 2019 23