Thalia Elisabeth
1710711105 & Zahrotul Mutingah
1710711088
QBL 7 Pengertian Kanker Serviks Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.(panduan penatalaksanaan kanker serviks kemenkes RI) Kanker adalah pertumbuhan sel secara tidak wajar atau secara tidak terkontrol, sehingga dapat merusak jaringan yang berada disekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut dengan metastasis, World Health Organization (WHO, 2013). Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh pada serviks yang merupakan pintu masuk kearah rahim (uterus) yang terletak antara rahim dan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur diatas 30 tahun, tetapi bukti statistic menunjukan bahwa kanker serviks juga dapat terjadi pada wanita yang berumur antara 22 sampai 55 tahun (Diananda, 2009).
Klasifikasi Kanker Serviks Menurut ( Novel S Sinta,dkk,2010), klasifikasi kanker dapat di bagi menjadi tiga, yaitu (1) klasifikasi berdasarkan histopatologi, (2) klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks, dan (3) klasifikasi berdasarkan stadium-stadium klinis menurut FIGO (The International Federation of Gynekology and Obstetrics) : 1). Klasifikasi berdasarkan histopatologi : CIN 1 (Cervical Intraepithelial Neoplasia) : perubahan sel-sel abnormal lebih kurang setengahnya. CIN 2 : perubahan sel-sel abnormal lebih kurang tiga perempatnya. CIN 3 : perubahan sel-sel abnormal hampir seluruh sel. 2). Klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks : ASCUS (Atypical Squamous Cell Changes of Undetermined Significance) : sel tampak tidak normal, tetapi perubahannya tidak terlalu terlihat/ tidak signifikan LSIL (Low-grade Squamous Intraepithelial Lesion) : ada sedikit perubahan ukuran dan bentuk sel dari sel normal HSIL (High Grade Squamous Intraepithelial Lesion) : ada perubahan ukuran dan bentuk sel yang sangat terlihat dari sel normal
3). Klasifikasi berdasarkan stadium klinis : Stadium 0 : karsinoma in situ atau infeksi awal HPV. Stadium I : proses infeksi mendalam pada serviks, IA : kedalaman invasi lebih dari 5 mm dan perluasan tidak lebih dari 7 mm, IB : secara klinis luka berukuran lebih kurang 4 cm. Stadium II : tumor menyebar keluar serviks, tetapi tidak sampai dinding panggul atau sepertiga bawah vagina, IIA : tidak ada invasi pada jaringan kearah samping serviks, IIB : invasi pada jaringan kearah samping serviks Stadium III : tumor menyebar kedinding panggul dan atau sepertiga bawah vagina yang menyebabkan hidronefrosis, IIIA : sudah menyebar sepertiga dibawah vagina, tetapi tidak sampai kedinding panggul, IIIB : sudah menyebar kedinding panggul sehingga menyebabkan hidronefrosis. Stadium IV : tumor sudah menyeber lebih luas, IVA : tumor menginvasi mukosa rektum dan keluar panggul, IVB : metastase sudah jauh.
ETIOLOGI KANKER SERVIKS Berbeda dengan penyakit lain pada umumnya, kanker serviks uteri adalah penyakit yang fatalsehingga tidak etis untuk melakukan percobaan klinis pada manusia. Dengan demikian, usahapencegahan dan pegobatan sangat bergantung pada data epidemiologik. Observasi untuk mencari penyebabnya terus berkembang mulai dari 150 tahun yang lalu di mana kaum biarawati jarang menderita kanker serviks hingga akhir-akhir ini pada infeksi HPV tipe tertentu. Sel kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel serviks yang mengalami mutasi genetik sehingga mengubah perilakunya. Sel yang bermutasi ini melakukan pembelahan sel yang tidak terkendali, imortal dan menginvasi jaringan stroma di bawahnya. Keadaan yang menyebabkan mutasi genetik yang tidak dapat diperbaiki akan meyebabkan pertumbuhan kanker ini.
HPV adalah penyebab utama kanker serviks, dengan hubungan yang penting antara terdapatnya galur HPV 16 dan 18 dan neoplasia intraepitel serviks (CIN). CIN memiliki potensi untuk berkembang menjadi karsinoma in situ dan kanker serviks invasif. CIN bukanlah suatu penyakit kanker. CIN merupakan suatu kondisi sebelum terjadinya kanker. Ada tiga jenis CIN. 1. CIN 1 – perubahan yang tidak normal yang mencakup 1/3 ketebalan kulit yang menutupi serviks 2. CIN 2 – mencakup 2/3 dari ketebalan serviks 3. CIN 3 – ketebalan serviks tercakup sepenuhnya
Jika CIN 3 tidak diobati dengan baik, terdapat peluang sekitar 40% di mana CIN tersebut bisa berkembang menjadi kanker.
DAFTAR PUSTAKA Buku maternitas
PATOFISIOLOGI Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital
yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998). PATHWAY
FAKTOR RESIKO Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks antara lain: aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan seksual dengan multipartner, merokok, mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif), penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas.
Usia > 35 tahun
Pada usia tersebut mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim. Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.
Usia pertama kali menikah
Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia > 20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks.
Wanita Dengan Aktivitas Seksual Yang Tinggi, Dan Sering Berganti-ganti Pasangan
Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak sehingga tidak terkendali sehingga menjadi kanker. Penggunaan Antiseptik Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker. Wanita Yang Merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru maupun serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher rahim. Riwayat Penyakit Kelamin Seperti Kutil Genitalia
Wanita yang terkena penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus HPV diduga sebagai penyebab utama terjadinya kanker leher rahim sehingga wanita yang mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko terkena kanker leher rahim. Paritas (Jumlah Kelahiran) Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.
MANIFESTASI KLINIS CA CERVIX Parida Pebruanti 1710711042, Diah Ayu T.A.G 1710711043, Riska Hidayattullah 1710711044, Sanaya Azizah Puteri 1710711079
1. Stadium Awal Ciri-ciri kanker serviks stadium awal tidak dapat dirasakan, dan tidak ditemukan adanya tanda terinfeksi kanker. Jadi, wanita disarankan untuk melakukan tes rutin seperti pemeriksaan sel HPV pada leher rahim apakah normal atau tidak. Prognosis (kesempatan pemulihan) yang tidak lain adalah kesempatan untuk sembuh akan sangat besar jika sel tersebut ditemukan di awal. 2. Stadium Sedang Gejala kanker serviks terdiri dari 6 indikasi: a. Pendarahan Pada Vagina Perdarahan vagina yang tidak teratur atau tidak normal (bukan haid) adalah ciri yang paling umum dari kanker serviks. Pendarahan dapat terjadi antara periode menstruasi atau setelah berhubungan badan atau kapan pun selama tidak berhubungan atau siklus mens anda. Kadang-kadang pendarahan pada vagina ini menunjukkan terdapat keputihan yang sedikit bercampur dengan darah, selain itu pendarahan saat haid juga akan berlangsung sedikit lebih lama dibandingkan biasanya. Pendarahan vagina juga dapat terjadi pada wanita
menopause yang tidak lagi memiliki periode menstruasi. Ini adalah tanda peringatan utama kanker serviks atau masalah lain yang harus anda konsultasikan dengan dokter. Ciri ciri pendarahan pada vagina yang disebabkan oleh kanker serviks: 1) Datang tidak pada periode haid 2) Terjadi pada saat berhubungan badan 3) Terjadi setelah masa menepause 4) Terdapat campuran keputihan di darah 5) Masa haid yang jauh lebih lama dari pada biasanya. b. Rasa sakit selama berhubungan suami istri Tidak “seperti biasanya” saat melakukan hubungan suami istri dan cenderung sangat sakit tanpa sebab yang berarti. Kecenderungan rasa sakit selama berhubungan juga menjadi salah satu faktor yang paling tinggi yang dapat menyebabkan kanker serviks. c. Nyeri di sekitar pinggul Nyeri pada pinggul juga dapat menjadi faktor penting yang harus diperhatikan dalam hubungannya yang dapat menjadi salah satu ciri umum kanker serviks. d. Pendarahan setelah menopause Pendarahan setelah menopause pasti harus diperiksa oleh dokter kandungan (Spog) untuk mengetahui penyebab pastinya. Jika tidak pasti lah akan menjadi sesuatu yang mungkin berdampak serius, salah satunya adalah kanker serviks. Ciri pendarahan setelah menopause merupakan salah satu yang sangat umum terjadi pada penderita kanker serviks. e. Keputihan yang abnormal (diluar biasanya) Namun jika keputihan jumlahnya sangat besar dan tidak seperti biasanya yang sangat mengganggu tentu ada sesuatu yang terjadi. Salah satu yang mungkin anda alami adalah kanker serviks. f. Pendarahan menstruasi yang lebih panjang dan lebih berat dari biasanya Mengalami masa menstruarsi yang ‘banyak’ pada haris pertama sampai dengan hari ketiga. Namun Jika anda terus ‘banyak’ sampai beberapa hari bahkan berminggu, setidaknya mulai melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah itu adalah salah satu gejala kanker serviks. 3. Stadium Lanjut Ciri ciri kanker serviks stadium lanjut biasanya sangat terlihat mulai dari fisik sampai dengan bentuk tubuh serta perasaan anda. Berikut adalah ciri cirinya: a. Sakit Punggung b. Nyeri tulang atau patah tulang c. Kelelahan d. Keluarnya urin atau feses dari vagina e. Nyeri pada kaki f. Kehilangan nafsu makan g. Nyeri panggul h. Kaki bengkak i. Menurunnya berat badan
Efek Samping : Riana Joulanda Mutiara Tobing 1710711085
1.Efek samping : 1. Menopause dini Menopause dini dapat terjadi apabila dilakukan pengangkatan saat pembedahan terhadap ovarium atau terjadi kerusakan pada ovarium akibat pengbatan radioterapi. Kebanyakan wanita mengalami menopause pada awal usia 50an. Menopause terjadi ketika varium berhenti memproduksi hormon esterogen dan progresteron. Gejala yang sering muncul : Vagina kering Mentruasi berhenti Kehilangan nafsu seksual Sensasi rasa panas dan berkeringat Kehilangan kemampuan menahan urine,kondisi ini disebut inkonrinensia urine. 2. Penyempitan vagina Radioterapi untuk mengobati kanker serviks sering dapat menyebabkan vgina menjadi lebih sempit. Hal ini dapat menyebabkan hubungan seks menyakitkan atau sulit. Pengobatan yang dapat dilakukan dengan mengoleskan krim hormon pada vagina untuk meningkatkan kelembapan pada vagina sehingga hubungan seks dapat menjadi lebih mudah. 3. Lymphoedema Kerja normal sistem limfotik dapat terganggu apabila dilakukan penganggakatan terhadap kelenjer getah bening di panggul. Salah satu fungsi dari sistem limfatik adalah untuk mengeringkan diri dari kelebihan cairan dari jaringan tubuh . gangguan ini dapat menyebabkan bagian tubuh terentu menjadi bengka, biasanya pada lengan dan kaki . hal ini dikenal sebagai lymphoedema ( NHL Wales, 2013 ) 4. Dampak emosional Dampak emsional yang hidup di kanker servik dapat terjadi dengan signifikan. Banyak orang yang melaporkan mengalami efek Rollercoaster . sebagai contoh, pasien mungkin merasa down ketika ia menerima diagonosis , tetapi merasa baik kembali ketika pengangkatan kanker telah dikomfirmasi, kemudian merasa down lagi ketika pasien mencoba untuk beradaptasi dengan efek setelah pengobatan ( NHL Wales ,2013 )
Komplikasi Peren Dita Sanli 1710711131 Chaerani 1710711096
2. Kanker Stadium Lanjut a. Nyeri Jika kanker menycbar ke ujung saraf, ulang, alau oot scring dapal menyebabkan nycri yang parah (NHL. Wales, 2013) b. Gagal ginjal Ginjal membuang limbah dari darah. Limbah dilewatkan keluar dari tubuh dalam urin melalui tabung yang disebut ret Fungsi ginjal dapat dipantau dengan tes darah sederhana yang disebut kadar kreatinin serum. Dalam beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, tumor kanker pertumbuhan jaringan abnormal) dapat menekan ureter menghalangi aliran urin dari ginjal. Penumpukam urin dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat menyehabkan ginja menjadi bengkak Kasus yang parah dapat menyebabkan hidronefrosis ginjal menjadi bekas luka, yang dapat menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi ginjal. Hal ini dikenal scbagai gagal ginjal (NIIL Wales, 2013). c.
Bekuan darah Kanker serviks, seperti kanker lainnya, dapat membua darah 'lebih lengket dan membuatnya lebih rentan terhadap penyumbatan. Istirahat di tempat tidur sctclah opcrasi dan kemotcrapi juga dapat meningkatkan risiko pembentukan bekuan. Suatu jenis gumpalan darah yang dikenal sebagai terjadi pada kasus kanker serviks. DVT adalah bekuan darah yang berkembang di salah satu pembuluh darah jauh di dalam tubuh, biasanya di kaki (NHL Wales, 2013) deep vein thrombosis . Perdarahan Kerusakan yang signifikan dan mengakibatkan perdarahan dapat terjadi apabila kanker menyebar ke dalam vagina, usus atau kandung kemih, dapat terjadi. Perdarahan dapat terjadi pada vagina, rektum, atau dapat erjadi lewatnya darah ketika buang air kecil (NHL. Wales, 2013) Fistula Fistula adalah komplikasi yang jarang terjadi dan biasanya di kaki.
d. Perdarahan Kerusakan yang signifikan dan mengakibatkan perdarahan dapat terjadi apabila kanker menyebar ke dalam vagina, usus, atau kandung kemih. Perdarahan dapat terjadi pada vagina, rektum, atau dapat terjadi lewatnya darah ketika buang air kecil. e. Fistula
Fistula adalah komplikasi yang jarang terjadi dan biasanya terjadi sebanyak 1 dalam 50 kasus kanker serviks stadium lanjut. Fistula adalah saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh. Dalam kebanyakan kasus yang melibatkan kanker serviks fistula berkembang antara kandung kemih dan vagina. Hal ini dapat menyebabkan keluarnya cairan terus-menerus dari vagina. Terkadang fistula berkembang antara vagina dan anus. f. Keputihan Keputihan dapat terjadi karena beberapa alasan, seperti kerusakan jaringan, kebocoran kandung kemih, atau infeksi bakteri dari vagina.
Daftar Pustaka NHL Wales. 2013. Cancer of The Servix.
PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pap Smear Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan brush kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak memberikan keluhan. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut (Prayetni,1999): 1. 2. 3. 4. 5.
Normal Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas) Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas) Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar). Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya)
Tujuan Pap Smear: 1. Menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi HPV . (Ramli, dkk: 2000). 2. Untuk mendeteksi adanya pra-kanker, ini sangat penting ditemukan sebelum seseorang menderita kanker. (Hariyono.W, 2008). 3. Mendeteksi kelainan – kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. 4. Mendeteksi adanya kelainan praganas atau keganasan servik uteri (Tim PKTP, RSUD Dr. Soetomo / FK UNAIR, 2000). Cara pengambilan sampel Pap Smear Pemeriksaan ini dilakukan di atas kursi pemeriksaan khusus ginekologis. Sampel sel-sel diambil dari luar serviks dan dari liang serviks dengan melakukan usapan dengan spatula yang terbuat dari bahan kayu atau plastik. Setelah usapan dilakukan, sebuah cytobrush (sikat kecil berbulu halus, untuk mengambil sel-sel serviks) dimasukkan untuk melakukan usapan dalam kanal serviks.Setelah itu, sel-sel diletakkan dalam object glass (kaca objek) dan disemprot dengan zat untuk memfiksasi, atau diletakkan dalam botol yang mengandung zat pengawet, kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Waktu pemeriksaan Waktu yang digunakan dalam pemeriksaan pap smear dapat dilakukan pada 2 minggu setelah menstruasi dan sebelum menstruasi berikutnya. Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi. Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran histopatologi nya.
b. Kolposkopi Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut.
Biopsi
Hasil kolposkopi
c. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat dan larutan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan dan akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang tidak normal.
d. Serviksografi Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK (sambungan skuamo kolumnar) tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash). Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%. Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi. Kombinasi servikografi dan kolposkopi dengan sitologi mempunyai sensitivitas masing-masing 83% dan 98% sedang spesifisitas masingmasing 73% dan 99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat digunakan sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker serviks. e. Gineskopi Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk pada tahun 1994 membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut: Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive positive value 88,5%; negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang digunakannya gineskopi oleh tenaga paramedis / bidan untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada. f. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT) Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 µL/ml, sedangkan kadar HCG abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah dan urine.
g. Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.
PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Operasi. Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini – Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam serviks. Hysterectomy radikal – Membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut – merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis. Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi. 2. Radiasi. Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membentuk sel kanker. Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy) dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi merupakan penatalaksaanaan terbaik. Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelcis termasuk nyeri lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.
3. Kemoterapi. Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine. Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi. Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause.
4. Kemoradiasi. Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis – efek terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama 2 tahun sebesar 43% ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh.
Fijri reski nandeswari 1710711093, Tari Gustika 1710711094, Siti nurazizah puspa t 1710711112, & Tiyas putri W 1710711144
ASUHAN KEPERAWATAN Klien Cancer Serviks Pengkajian a. Identitas pasien b. Riwayat keluarga c. Status kesehatan
Status kesehatan saat ini
Status kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit keluarga
d. Riwayat status perkawinan
Analisis Data 1. Data subjektif: •
Pasien mengatakan merasa sakit ketika senggama dan terjadi perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal
•
Pasien mengatakan merasa lemah pada ekstremitas bawah
•
Pasien mengatakan merasa nyeri pada panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah
•
Pasien mengatakan merasa nyeri ketika buang air kecil dan urine bercampur darah
•
Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
•
Pasien mengatakan merasa tidak bertenaga dan lemas
•
Pasien mengatakan kurang mengetahui mengenai kanker serviks
•
Pasien mengatakan merasa cemas tentang kondisinya serta kondisinya.
•
Pasien mengatakan merasa kurang perhatian dari keluarganya.
2. Data objektif •
TTV tidak dalam batas normal
•
Membran mukosa kering
•
Turgor kulit buruk akibat perdarahan
•
Ekspresi wajah pasien pucat
•
Pasien tampak lemas
•
Warna kulit kebiruan
•
Kulit pecah – pecah, rambut rontok, kuku rapuh
•
Ekspresi wajah pasien meringis
•
Pasien tampak gelisah
•
Tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia)
•
Terjadi inkontinensia urine
•
Terjadi inkontinensia alvi
•
Berat badan pasien tidak stabil
•
Mual ataupun muntah
•
Keluar cairan encer yang berbau busuk dari vagina.
Diagnosa Keperawatan Pre Op & pre radiasi 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks 2. Harga diri rendah situasional b.d gangguan citra tubuh
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh (penyakit kanker dan radiasi kemoterapi) Post operasi & post radiasi 1. Resiko infeksi b.d penyakit kronis (metastases sel kanker) 2. Resiko kerusakan integritas kulit b.d efek radiasi dan kemoterapi 3. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai proses penyakit kanker serviks, terapi, dan prognosisnya
Intervensi Pre Op & pre radiasi
Dx 1
: Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks
Tujuan
: Melaporkan nyeri berkurang
Kriteria Hasil : Klien tidak gelisah dan ekspresi wajah tidak tegang (Nic, 2102 hal.557) NO
INTERVENSI (Nic, 1400 hal.198)
1
Lakukan pengkajian nyeri komperhensif untuk mengethui seberapa tinginya skala yang
meliputi
onset/durasi,
lokasi,
RASIONAL
karakteristik nyeri, dan dapat terkontrolnya nyeri bila
frekuensi,
kualitas, hilang muncul
intensitas atau beratnya nyeri dan factor pencetus 2
awasi dan pantau TTV
3
ajarkan
klien
klien mengetahui sebab-sebab nyeri
relaksasi
dalam
dan mengurangi rasa nyeri
massage pada daerah sekitar nyeri 4
Berikan
informasi
mengenai
nyeri, Untuk mengantisipasi bila terjadi munculnya
seperti penyebab nyeri, berapa nyeri akan nyeri, klien bisa menanganinya sendiri dirasakan,
dan
antisipasi
ketidaknyamanan prosedur
dari
5
Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat Untuk mengimplementasikan tindakan yang dan tim kesehatan lainnya untuk memilih sudah dan
mengimplementasikan
dibuat
oleh
tim
medis
agar
tindakan terkendalinya nyeri yang timbul secara
penurunan nyeri non farmakologi sesuai mendadak atau nyeri yang tak terkendalikan kebutuhan
oleh pasien
Dx 2
: Harga diri rendah situasional b.d gangguan citra tubuh
Tujuan
: Harga diri klien meningkat
Kriteria Hasil : Komunikasi terbuka, tinkat kepercayaan diri meningkat NO
INTERVENSI(Nic, 5400
1
Dukung
pasien
hal 326)
untuk
mengidentifikasi kekuatan 2
RASIONAL bisa Untuk memperkuatkan tekat pasien bahwa jati diri seorang wanita
Kaji kemampuan klien yang bersifat Meningkatkan harga diri klien positif
3
Libatkan keluarga untuk memotifasi Sebagai support sistem untuk klien klien
4
Bantu untuk mengatur tujuan yang Untuk memotifasi pasien bahwa harga diri relistik dalam rangka mencapai harga dia pun sangat tinggi walaupun dengan riei yang lebih tinggi
5
keadaan efeksamping dari kemoterapi
Bantu pasien untuk mengatasi bullying Untuk tidak terjadinya ejekan dari teman atau atau ejekan
Dx 3
warga sekitar
: Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh (penyakit kanker dan radiasi
kemoterapi). Tujuan
: untuk meningkatkan persepsi klien
Kriteria Hasil : harga diri klien meningkat, keterbukaan klien terhadap tim medis dan
Keluarganya.
NO
INTERVENSI(Nic, 5220
hal 324)
RASIONAL
1
Tentukan harapan citra diri pasien Untuk mengetahui apa yang diharapkan didasarkan pada tahap perkembangan
2
Bantu
pasien
pasien
mendiskusikan Agar terbentuknya saling percaya dan untuk
perubahan perubahan dengan cara mendapatkan informasi pasien yang tepat 3
Identifikasi cara untuk menurunkan Untuk memperkuat mekanisme koping pada dampak dari adanya perubahan bentuk pasien dari pakaian, rambut palsu, atau kosmetik dengan cara yang tepat
4
Fasilitasi kontak dengan individu yang Untuk memperkuat perubahan fungsi tubuh mengalami perubahan yang sama pada pasien dalam hal citra tubuh
5
Tentukan apakah perubahan
citra Untuk mengontrol kepercayaan diri pasien
tubuh berkontribusi pada peningkatan pada lingkup masyarakat isolasi social
Post op & post radiasi Dx 1
: Resiko infeksi b.d penyakit kronis (rusaknya jaringan)
Tujuan
: Infeksi dapat dicegah
Kriteria Hasil
: Tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah luka
NO INTERVENSI (Nic, 6540 Hal. 134) 1
RASIONAL
Monitor tanda-tanda infeksi pada daerah Mengetahui ada atau tidaknya tanda-tanda luka
infeksi
2
Jaga kebersihan lokasi
Mencegah terjadinya infeksi
3
Rawat luka dengan teknik aseptik dan Mencegah transmisi mikroorganisme anti septic
Kolaborasi
4
dengan
medis
untuk Mencegah infeksi
menberikan antibiotic Anjurkan klien untuk mobilisasi fisik Untuk mempercepat penyembuhan luka
5
secara aktif
Dx2
: Resiko kerusakan integritas kulit b.d efek radiasi dan kemoterapi
Tujuan
: Agar integritas kulit dapat dipertahankan
Kriteria Hasil
: Kulit tampak untuh atau bersih
NO INTERVENSI (Nic, Hal. 525)
RASIONAL
1
Jaga kebersihan kulit
Mencegah transmisi mikroorganisme
2
Pertahankan hidrasi adekuat
Elastisasi kulit tetap terjaga
Kaji kulit terhadap efek samping terapi Efek merah, gatal-gatal dapat terjadi 3
kanker
dalam area radiasi
Jelaskan pada pasien untuk menghindari Mencegah iritasi
4
menggaruk Anjurkan pasien untuk menghindari krim Mencegah terjadinya iritasi
5
kulit apapun kecuali seizin doker : Didisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai proses
Dx 3
penyakit kanker serviks, terapi, dan prognosisnya Tujuan
: Untuk memberikan tambahan informasi terkait penyakit pada pasien
Kriteria Hasil
: Pasien mendapatkan informasi yang adekuat
NO
INTERVENSI (Nic, 5602 Hal.300)
RASIONAL
Jelaskan patofisiologi penykit dan Agar pasien mengetahui penyebab dan 1.
bagaimana
hubungannya
dngan factor pencetus penyakit
anatomi dan fisiologi, sesuai dengan kebutuhannya
2
Identifikasi kemungkinan penyebab, Agar mengetahui penyebab terjadinya sesuai dengan kebutuhan Berikan
3
informasi
pada
penyakit kanker serviks pasien Agar pasien mengetahui kondisi terkini
mengenai konsdisinya, sesuai dengan penyakitnya kebutuhan
Edukasi pasien mengenai tindakan Agar pasien mendapatkan pembelajaran 4
untuk mengontrol atau meminimalkan untuk mengontrol gejala kanker serviks gejala, sesuai kebutuhan
nya
Perkuat informasi yang diberikan Agar tidak terjadi kesalah pahaman 5
dengan anggota tim kesehatan lain, informasi sesuai kebutuhan
Implementasi Pre OP dan pre radiasi NO
IMPLEMENTASI 1.
1. Melakukan komperhensif
HASIL pengkajian yang
lokasi,
nyeri
meliputi
karakteristik
1. Lokasi nyeri terdapat pada perut
bagian
karakteristik
nya
bawah seperti
onset/durasi, frekuensi, kualitas,
tertusuk-tusuk karena adanya
intensitas atau beratnya nyeri
kanker pada serviks
dan factor pencetus
2. TTV terpantau setiap 8 jam sekali
2. Mengawasi dan pantau TTV
3. Klien 3. Mengajarkan
klien
relaksasi
dalam dan massage pada daerah sekitar nyeri
dapat
mempraktikan
relaksasi napas dalam dan massage daerah nyeri dengan baik
4. Memberikan
informasi
4. Klien telah diberikan informasi
seperti
mengenai rasa nyeri yang ia
penyebab nyeri, berapa nyeri
rasakan, dan informasi seputar
akan dirasakan, dan antisipasi
prosedur perawatan
mengenai
nyeri,
dari ketidaknyamanan prosedur 5. Mengkolaborasikan
dengan
pasien, orang terdekat dan tim kesehatan memilih
lainnya
untuk dan
mengimplementasikan tindakan
5. Keluarga klien telah diberi informasi mengenai cara-cara untuk menurunkan rasa nyeri.
penurunan
nyeri
non
farmakologi sesuai kebutuhan
6.
1. Mendukung pasien untuk bisa mengidentifikasi kekuatan 2. Mengkaji
kemampuan
1. Perawat berkolaborasi dengan keluarga
klien
untuk
mendukung pasien kapanpun dan dimanapun
yang bersifat positif
2. Bersama 3. Melibatkan
keluarga
untuk
memotifasi klien 4. Membantu tujuan
mengatur
relistik
dalam
rangka mencapai harga diri yang lebih tinggi 5. Membantu
dengan
klien
menggali kemampuan postif yang masih dapat dilakukan
untuk
yang
selalu
sebelum radiasi dan operasi. 3. Keluarga klien bersedia untuk selalu memotivasi klien 4. Bersama
pasien
untuk
mengatasi bullying atau ejekan
klien
perawat
membuat tujuan yang dapat dicapai klien 5. Bersama
klien
perawat
mendiskusikan
langkah-
langkah mengatasi bullying yang mungkin ia dapatkan 7.
1. Menentukan harapan citra diri
1. Bersama
klien
perawat
pasien didasarkan pada tahap
berdiskusi bersama menggali
perkembangan
harapan citra diri klien
2. Mengidentifikasi menurunkan
cara
untuk
dampak
dari
2. Perawat
mengidentifikasi
langkah-langkah
yang
adanya perubahan bentuk dari
mungkin dapat diambil untuk
pakaian, rambut palsu, atau
mengatasi dampak perubahan
kosmetik dengan cara yang tepat
bentuk fisik klien 3. Berdiskusi bersama klien cara-
3. Membantu mendiskusikan
pasien perubahan
cara
untuk
menurunkan
dampak dari perubahan bentuk yang terjadi padanya
perubahan dengan cara yang
4. Perawat berbagi pengalaman
tepat
klien yang juga mendapat perubahan bentuk tubuh untuk
4. Memfasilitasi kontak dengan individu
yang
semakin
mengalami
memotivasi klien
percaya diri
perubahan yang sama dalam hal
5. Perawat mengawasi perilaku
citra tubuh
klien terhadap perubahan citra 5. Menentukan apakah perubahan citra tubuh berkontribusi pada peningkatan isolasi social
tubuhnya
dengan
komunikasinya dengan orang lain.
Post OP/Post radiasi
Hari
/ Jam
No.Dx
Implementasi
Tanggal Senin,25
08.00
1&2
februari
a. Memonitor tanda-tanda vital Hasil : TD : 120/80 mmHg
2019
RR : 20x/menit Nadi : 88x/menit 08.15
1
b. Memonitor tanda-tanda infeksi pada daerah luka Hasil :
08.25
1
c.Merawat luka dengan teknik aseptik dan anti septic. Hasil : Luka dibersihkan menggunakan antiseptik dan
12.00
2
teknik steril
d. Menjelaskan pada pasien untuk menghindari 12.15
3
menggaruk. Hasil : pasien tidak menggaruk luka post operasi. e. Menjelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya dngan anatomi dan fisiologi, sesuai dengan kebutuhannya. Hasil : pasien memahami kondisinya
Selasa,26 08.00
1&2
februasri
a. Memonitor tanda-tanda vital Hasil : TD : 120/80 mmHg
2019 RR : 20x/menit Nadi : 88x/menit 08.15
1
b. Berkolaborasi dengan medis untuk menberikan antibiotic
08.30
2
Hasil : pasien mendapat terapi antibiotik 3xsehari c. Menjaga kebersihan lokasi
08.45
2
Hasil : kondisi bekas luka bersih dan steril d. Mempertahankan hidarsi adekuat.
09.00
3
Hasil : pasien mendapat terapi intravena e. Memberikan informasi pada pasien mengenai kondisinya, sesuai dengan kebutuhan Hasil : pasien mempercayai kesembuhannya kepada tim medis.
Rabu, 27 08.00 februasri 2019
1&2
a. Memonitor tanda-tanda vital Hasil TD : 120/80 mmHg RR : 20x/menit
Nadi : 88x/menit 08.15
1
b. Menganjurkan klien untuk mobilisasi fisik secara aktif
08.45
1
Hasil : Pasien mulai bergerak dengan perlahan. c. Merawat luka dengan teknik aseptik dan anti septic.
12.30
2
Hasil : Luka dibersihkan menggunakan antiseptik dan teknik d. Menganjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun kecuali seizin doker Hasil : pasien tidak memakai krim kulit selain yang
12.45
3
diresepkan oleh dokter. e. Mengedukasi pasien mengenai tindakan untuk mengontrol
atau
meminimalkan
gejala,
sesuai
kebutuhan Hasil : pasien tidak bingung lagi dengan kondisinya.
Evaluasi 1) Tidak ada tanda – tanda infeksi 2) Nyeri berkurang / hilang / teratasi 3) Nafsu makan meningkat 4) Pengetahuan tentang penyakit kanker meningkat 5) Turgor kulit normal 6) Cairan yang keluar pervagina tidak berbau busuk 7) Berat badan stabil 8) Ekspresi wajah klien tenang 9) Kulit lembab, rambut tidak rontok atau sudah tumbuh
DAFTAR PUSTAKA
Mahsunah, Hidayatul. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Servix. Gersik NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi &Klasifikasi 2015-2017, ED. 10 Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.