Deteksi Dini & Pencegahan Kanker Mulut Rahim Terkini Dr. dr. Imam Rasjidi, SpOG(K)Onk
Disampaikan di STIKES Kepanjen, Malang 21 Juli 2009
Dr. dr. Imam Rasjidi, SpOG (K) Onk lahir di Surabaya tahun 1960 Tahun 1986 lulus dokter di FK Unair Surabaya Tahun 1990-1995 pendidikan Spesialisasi Obstetri Ginekologi Unair Tahun 2000-2004 pendidikan konsultan Onkologi Ginekologi FK-UI Tahun 2000 pendidikan Displasia dan Onkologi di Royale Women Hospital Melbourne Australia Tahun 2008 Doktor FKM- UI Dosen Obstetri Ginekologi di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Pelita Harapan, Tangerang. Direktur Pusat Studi Reproduksi dan Kesehatan Wanita 07/25/09
2
07/25/09
3
Menurut WHO TIAP TAHUN, DI SELURUH DUNIA:
490,000 perempuan didiagnosa* menderita kanker serviks 240,000 di antaranya
MENINGGAL *80% terjadi di negara berkembang
07/25/09
4
Kanker Serviks di Indonesia Kanker yang paling sering di Indonesia ~
(34.4% dari kanker pada wanita)1 Hampir 70% datang dengan stadium lanjut 2, sehingga angka survival rendah 15.000 kasus baru, 8.000 kematian3; Perhari ~40 kasus baru, Perhari ~20 kematian Perjam ~1 kematian
Seluruh dunia Setiap 1 menit baru Setiap 2 menit kematian rjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Badan Registrasi Kanker IAPI,
san Kanker07/25/09 Indonesia. Kanker di Indonesia Tahun1998. Data Histopatologik. ochtarom M. Data registrasi Kanker Ginekologik. Bagian Obstetri dan Ginekologi.RSUPN /FKUI, Jakarta 1992 RC, Globocan 2002 database; Summary table by Cancer 2002. http://www-dep.iarc.fr/top.htm.Accessed Feb 1, 2007
1 kasus 1 5
KANKER SERVIKS DISEBABKAN OLEH HUMAN PAPILLOMAVIRUSa,1 120 Tipe HPV telah diketahui 30-40 Tipe HPV menyerang anogenital
Low risk type ( HPV 6 & 11 ) (tidak menyebabkan kanker) Menyebakan anogenital warts
High risk type ( HPV 16 & 18) Menyebabkan kanker serviks
Anogenital : area kelamin (termasuk kulit penis, mulut vagina & anus) Infeksi dengan HPV seringkali TIDAK menimbulkan gejala Banyak orang TIDAK tahu mereka terinfeksi HPV Banyak orang dapat menularkan HPV TANPA menyadarinya 07/25/09
6
Menurut WHO ada hubungan yang erat antara Kanker serviks dan HPV (Human Papilloma Virus) 99%
07/25/09
7
Jika Anda terinfkesi HPV 80% akan dibersihkan dengan sistem immun (kekebalan)
10- 20% berkemungkinan menjadi infeksi persisten (menetap)
Resiko menjadi kanker serviks Kebanyakan pria dan wanita yang telah berhubungan intim, beresiko terinfeksi HPV Lebih dari 75% wanita yg berhubungan intim, pernah terinfeksi HPV, puncak di antara umur 18-22 tahun 07/25/09
8
Angka kejadian HPV di Amerika Serikat makin meningkat 75% wanita yang secara seksual aktif terpapar HPV Prevalensi HPV usia 13-20 tahun 40% Mahasiswi 43% 07/25/09
9
Sering kambuh Beban psikologis bagi penderitanya Tingkat kesembuhan bervariasi4 Disebabkan HPV tipe 6 & 11. 07/25/09
10
Faktor Risi ko Kanker Leher Rahi m :
meroko k
Sistem imun menurun
Berganti-ganti Pasangan seksual
Ibu & saudara perempu terkena kanker leher rahim
Usia hub sex <20 tahun
07/25/09
Penyakit menular seksual
Riwayat papsmear sblmnya abN 11
07/25/09
12
07/25/09
13
WANITA YANG MEMPUNYAI RISIKO MENDAPAT KANKER LEHER RAHIM
07/25/09
14
Resiko Relatif CA Cervix dari Beberapa Faktor Faktor Risiko
Risiko relatif
Usia pertama hubungan seks (tahun) < 16 16 – 19 > 19
16 3 1
Jarak antara hubungan seks pertama dengan menarche (tahun) <1 1–5 6 – 10 > 10
26 7 3 1
Jumlah pasangan seks > 4 pasangan (dibandingkan 0 atau 1 pasangan)
3,6
Jumlah pasangan seks sebelum usia 20 tahun > 1 pasangan (dibandingkan tanpa pasangan) Genital warts Ada (dibandingkan tidak ada)
7 3,2
Merokok > 5 batang perhari
07/25/09 Selama > 20 tahun (dibandingkan < 1 tahun)
4
15
PERJALANAN PENYAKIT
07/25/09
16
Perjalanan alamiah penyakit Kanker Leher Rahim Kanker
Lesi Pra Kanker ------------------- 3-17 tahun -----------------------
Displasia Ringan
Displasia Sedang
Displasia Keras
Karsinoma Insitu
Kanker Serviks
SKRINING ! Deteksi Dini 07/25/09
17 17
Serviks Normal (Leher Rahim)
07/25/09
18
Lesi Pra Kanker
07/25/09
19
Kanker Serviks
07/25/09
20
Progresivitas dari CIN Regress
Persist
Progress to CIS
Progress to Invasion
CIN 1
57%
32%
11%
1%
CIN 2
43%
35%
22%
5%
CIN 3
32%
<56%
--
>12%
64 studies, 274 carcinomas, 15,473 CIN cases Follow-up <1-12 years
Dikutip dari: Ostor, Int J Gyne Path 1993 12:186-192 07/25/09
21
MODALITAS DETEKSI DINI KANKER SERVIKS
07/25/09
22
Deteksi Dini
Papsmear & IVA 07/25/09
23
Deteksi Dini Kanker Serviks/ Pencegahan Sekunder
• • •
07/25/09
Tes skrining Tes pelengkap Tes diagnostik
24
TES SKRINING Tes Pap Konvensional Papnet (skrining dibantu komputer) Thinprep (liquid base, thin layer cytology)
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) 07/25/09
25
TES PELENGKAP
Servikografi Tes HPV-DNA
07/25/09
26
TES DIAGNOSTIK KOLPOSKOPI
07/25/09
27
Pap Smear Pemeriksaan sitologi eksfoliatif
dari epitel serviks untuk mendeteksi lesi prakanker secara dini
07/25/09
28
Tes PAP 1. Usapan spatula Eyre pada ektoserviks dulu, Pulas di kaca benda 2. Usapan “Cytobrush” pada endoserviks, Pulas di kaca benda 3. Rendam kaca benda dalam alkohol 96%, minimal 30’ 07/25/09
2).
1).
29
Cara Pengambilan Pap Smear
07/25/09
30
07/25/09
31
Padanan dari klasifikasi Class I
Class II
Normal
Inflam
Normal
WNL
NEGATIF
07/25/09
Mild
Mod
Dysplasia
Class IV Sev CIS
Class V Cancer
CIN I CIN II Koilocytos is
CIN III
Cancer
AS CUS
LGSIL
HGSIL
HGSIL
Carcinom a
AS CUS
LGSIL
HGSIL
HGSIL
Carcinom a
Atypia Benign Cellular Change s
Class III
32
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
Melihat serviks untuk mendeteksi abnormalitas setelah pemakaian asam asetat 07/25/09
33
Asam asetat 35%
Epitel serviks abnormal Perubahan osmotik Ekstrasel hipertonik Membran kolaps DNA ↑
Cahaya
07/25/09
Epitel acetowhite
34
Penanggulangan Kanker serviks di indonesia
IVA
Provider IVA:
Non –invasif
•Bidan
Mudah— murah di Puskesmas Hasil LANGSUNG Sensitivitas, spesifisitas
•Perawat terlatih •Dokter umum •Dokter spesialis
Memadai untuk negara di sarana terbatas
Setelah dipulas Asam Asetat 07/25/09
3 – 5% 35
Sensitivitas, Spesifisitas? Studi Skrining Temuan IVA (1) First Author
Country
Nu. of women
Ottaviano et.al (2001) 8
Italy
2400
Belinson et al. JHPIEGO (1999) 9
China
1,997
71%
Univ.of Zimbabwe JHPIEGO
Zimbabw e
2,203
Denny et al. (2000) 10
S.Africa
Denny et al. (2002) 11
S.Africa
07/25/09
Level of Provider
Grade of Dis Detected
Colposcopist postgrad train
CIN I-II and more severe
74%
Gynecologic Oncologist
CIN II and more severe
77%
64%
Nurse Midwife
HSIL and more severe
2,944
58,%
83,%
Nurse
HSIL and More severe
2,754
58,3%
83,5%
Nurse
HSIL and More severe
Senstv.
Specificit y
36
STUDI IVA di INDONESIA Author
City
Numbe r
Sn (%)
Sp (%)
Provider
Length of Training
Jakarta
1,544
76,9
95,2
Gynecologist
Not informed
A.Zainul Saleh (2000
Palemban g
208
100
12.8
Gynecologist/G P
Not informed
Sastrowardoyo A (2000) Gandamihardja
Samarind a
152
57
84
Midwife
2 days
Bandung
215
87
95.5
Gynecologist/G P
Not informed
Jakarta
1.012
(95,4) ?
(86,7) ?
Midwife
2 days + guiding
Pademang an -Jakarta Jakarta
3,196
98,2
98,9
Midfiwe
2 days + guiding
GP, Midwife
2 weeks
Sjamsuddin (1995)
S (2002) Hanafi I/ Ocviyanti D (2001) Nuranna L (2005)
Female Ca Program(2005) 07/25/09
4,304 On going research
37
LAPORAN KEGIATAN BAKTI SOSIAL DALAM RANGKA HUT RI KE 60 PEMERIKSAAN IVA DAN USG TANGGAL
1/8/2005
2/8/2005
3/8/2005
4/8/2005
5/8/2005
6/8/2005
TOTAL
Total Kunj
17
17
15
31
10
27
117
IV positif
3
2
1
2
2
1
11
Pap’test
0
2
0
0
0
1
3
Radang/inf ksi
4
4
4
5
5
6
28
Kolposkopi
3
2
1
3
2
1
12
USG
10
10
6
10
3
3
42
Positif kanker 2.Ny. N( bagian gizi ) → Displasia sedang dengan Metaplasia Epitil yang Atypia (stadium 0) 3.Ny. H ( bagian kebidanan) → Well Differentiatit Epidermoid Carcinoma Cervixs Uteri 4.Ny. S ( bagian OK ) → Carcinoma Endometrium ( stadium II) 07/25/09 38
Metode skrining di Indonesia
S
afety
a cceptability F easibility E ffectiveness
07/25/09
IVA? 39
Inspeksi visualisasi dengan aplikasi asam asetat (IVA)
Meja ginekologi / tempat tidur Lampu sorot Spekulum Asam asetat 3-5% Kapas lidi 07/25/09
40
07/25/09
41
07/25/09
42
• Langkah langkah pemeriksaan IVA Pasien berbaring dalam posisi litotomi Di pasang spekulum cocor bebek yang kering tanpa pelumas Sumber cahaya dari belakang lampu sorot 100 watt, diarahkan kedalam lubang vagina sehingga serviks tampak jelas terlihat Pemeriksaan harus dapat menampakkan sambungan skuamokolumnar lama dan baru dimana daerah di antaranya disebut daerah transformasi Jika hasil inspekulo dicurigai terdapat infeksi pada serviks, maka pasien harus terapi terlebih dahulu dan diperiksa ulang satu minggu kemudian Diambil sedian sitologi dengan prosedur standar, yaitu Mengusap permukaan tumpul spatula ayre, dan kanalis servikalis dengan cytobrush Keduanya dihapuskan diatas kaca obyek yang telah di beri nomor sitologi Kemudian di fiksasi dalam botol alkohol 95% selama 30 menit Dikeringkan dalam udara terbuka dan diberi nama serta nomor urut 07/25/09
43
Setelah selesai mengambil sediaan sitologi, dilakukan pemeriksaan IVA dengan cara membasahi permukaan serviks dengan asam asetat 3%, selanjutnya sengan mata telanjang dilihat perubahan yang terjadi pada serviks : Normal : jika tidak terdapat bercak putih pada daerah transformasi (tes IVA negatif) Atifik : jika terdapat bercak putih pada daerah transformasi (tes IVA positif) Pengambilan sediaan sitologi dan pemeriksaan IVA harus dilakukan oleh orang yang sama Hasil temuan IVA dicatat pada status pasien Sediaan sitologi dikirim ke laboratorium sitologi Pada kasus dimana pemeriksaan IVA positif, pasien dirujuk untuk kolposkopi Pada kasus dimana hasil sediaan sitologi abnormal, pasien dirujuk untuk kolposkopi 07/25/09
44
TAMPILAN I V A I
NORMAL
II OVULA NABOTI
07/25/09
EKTOPI SERVIKS
45 45
TAMPILAN I V A
III. LESI PRA KANKER
07/25/09
Lesi intra epitel serviks derajat rendah ~ NIS I
46 46
TAMPILAN I V A IV. KANKER SERVIKS Invasif
07/25/09
47 47
07/25/09
48
Skrining kanker serviks Kolposkopi Visualisasi epitel dan perubahan vaskuler vagina dan serviks.
07/25/09
49
KOLPOSKOPI KOLPOSKOP I
07/25/09
50
Skrining kanker serviks Kolposkopi Keuntungan :
Kerugian :
07/25/09
Visualisasi daerah transformasi Visualisasi lesi Biopsi lebih terarah Peralatan mahal Membutuhkan pendidikan Kurang spesifik 51
Kolposkopi (4/9/06) : Lesi derajat tinggi. Dilakukan LEEP
07/25/09
52
Skrining Kanker Serviks Tesmolekuler DNA HPV
Metode menentukan tinggi.
tipe
HPV
untuk risiko
Spesifikasi lebih rendah dari tes Pap . Manfaat pada wanita usia > 35 tahun. Biaya mahal. 07/25/09
53
Tes HPV HPV sulit dikultur Tes deteksi dan tipe HPV 3 tes Hybrid Capture 2 ( HC2) Polymerase Chain Reaction (PCR) In Situ Hybridization (ISH) 07/25/09
54
Tipe HPV Ada 2 tipe HPV Risiko rendah, Risiko Tinggi
• Risiko Rendah – 6, 11, 42, 43, 44
• Risiko Tinggi – 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68 07/25/09
55
07/25/09
56
AutoCYT E PAP NET
07/25/09
57
Hasil Skrining PAP NET dengan AutoCyte
07/25/09
58
PAP NET
07/25/09
59
Hasil PAP NET setelah di baca oleh Ahli Sitologi
07/25/09
60
PAP NET • Pap Net meningkatkan akurasi skrining apusan serviks dengan mengurangi angka negatif palsu. • Reskrining Pap Net dari hasil negatif skrining manual didapatkan 4,8 % abnormal. (Ferenczy,dkk. 1996)
07/25/09
61
Kelebihan Pap Net ♦ Menurunkan angka negatif palsu dan positif palsu. ♦ Meningkatkan akurasi pemeriksaan Tes Pap. ♦ Menurunkan angka kesalahan skrining. ♦ Menurunkan waktu pemeriksaan skrining Tes Pap. ♦ Mengurangi angka kelelahan skrining. ♦ Jumlah sampel yang diperiksa dapat dalam jumlah besar.
Kekurangan Pap Net ♦ Harga mahal dan tidak ekonomis. ♦ Masih memerlukan tenaga ahli sitologi untuk 07/25/09
menegakkan diagnosis.
62
07/25/09
63
THIN PREP LIQUID BASED CERVICAL CYTOLOGY
07/25/09
64
Thin Prep Preparasi sediaan Tes Pap dengan teknik Thin-Layer dimana hasil smear dapat berupa satu lapisan sel-sel tidak bertumpuk dan tidak tertutup oleh darah, mukus, atau debris lainnya dengan. Tujuan Thin Prep 07/25/09
Untuk meningkatkan akurasi hasil
65
07/25/09
66
07/25/09
67
Pap konvensional 07/25/09
Thin prep 68
ASCUS
Pap konvensional
07/25/09
Thin prep
69
Kelebihan Thin Prep • Menurunkan angka negati palsu dan positif palsu • Menurunkan angka Kesalahan interpretasi • Meningkatkan akurasi Tes Pap • Mengurangi kelelahan skriner
Kekurangan Thin Prep • Harga mahal 07/25/09
70
Lesi Prakanker • Disebut: Lesi Intraepitel (Cervical Intraepithelial Neoplasia) • Awal perubahan menuju karsinoma serviks uteri • Diawali NIS I NIS II NIS III
07/25/09
71
Claficatio of Histopatological Findings
Di kutip dari: Frappart, et al. Histopathology and Cytopathology of the Uterine Cervix. Digital Atlas, Lyon, France: IARC Press, 2004. 07/25/09
72
CIN as Seen In Colposcopy
Di kutip dari: Wright TC Jr, Cox JT, Massad LS, et al, for the ASCCP-Sponsored Consensus Congress. JAMA. 2002;287:2120–2129. 07/25/09
73
Terapi Pengobatan Infeksi HPV
Dikutip dari : Prendiville W, Davies P, eds. The Health Professional’s HPV Handbook. 1: Human Papillomavirus and Cervical Cancer. London, UK: Taylor & Francis; 2004. 07/25/09
74
INOVASI PILOT PROJEK PENAPISAN KANKER LEHER RAHIM & PAYUDARA • • • •
Tujuan : menemukan lesi pra kanker leher rahim & benjolan pd payudara Sasaran : perempuan usia 30 – 50 thn Cakupan: 80% dari sasaran pd lokasi pilot projek dlm 5 thn Lokasi : - 2007: 6 Kab (Deli serdang, Gowa, Karawang, G. Kidul, Kebumen, Gresik). Masing-masing 4 PKM kecamatan. - 2008: 6 Kab (Deli serdang, Gowa, Karawang, G. Kidul, Kebumen, Gresik,) Replikasi Kabupaten (Malang, Pekalongan). Masing-masing 4 PKM kecamatan pengembangan.
•
Metode : Kunjungan tunggal (single visit approach) dg IVA + Krioterapi & CBE + rujuk • Pelaksana: dokter, bidan pkm (terlatih) • Supervisor: 1. Klinis (dokter Obsgyn & Bedah) 2. Dinkes Kab dan Prop 07/25/09
75
Mengapa “Single Visit Approach?” • Aman, mudah dilakukan dan tidak mahal • Bisa dipelajari oleh semua ahli
medis/tenaga kesehatan • Semua perlengkapan dan peralatan tersedia di tempat • Hasil deteksi dapat segera tersedia & dpt segera memberi pengobatan rawat jalan sehingga mengurangi opportunity loss • Cocok untuk tempat dengan sarana yang paling minim 07/25/09
76
11 Langkah SINGLE VISIT APPROACH Langkah 1 – Konseling Langkah 2 – Pemeriksan payudara klinis Langkah 3 – Pemeriksaan leher rahim dengan Spekulum Langkah 4 – Oleskan Asam Asetat 3-5 % pada Serviks Langkah 5 – Setelah 1 menit, periksa adanya lesi putih Langkah 6 – Diskusikan hasilnya dengan ibu. Tawarkan pilihan pengobatan bila hasil positif
07/25/09
77
11 Langkah SINGLE VISIT APPROACH (lanjutan) Langkah 7 – Pemeriksaan spekulum untuk melihat ulang serviks Langkah 8 – Pasang Cryoprobe dan bekukan (freeze) selama 3 mnt Langkah 9 – Defrost selama 5 menit Langkah 10 - Bekukan kembali (Re-freeze) selama 3 menit Langkah 11 – Pasca pengobatan dan petunjuk tindak lanjut
07/25/09
78
VAKSINASI HPV PENCEGAHAN PRIMER PADA KANKER MULUT RAHIM 07/25/09
79
ANCAMAN Tuberculos Diphtheri is a Pertussis Hepatitis B
Hepatitis A Smallpox Rabies
Tetanu s HPV
Influenz a Hib
Polio
HIV
Rotavirus
Cholera
Varicella Zoster Virus Yellow
Rubella Malaria
Fever Mumps
Measles
Pneumococcal Disease
07/25/09
80
Variola (Cacar)
07/25/09
81
Edward Jenner Bapak Vaksinasi modern Pertama kali berhasil melakukan vaksinasi small pox
07/25/09
82
Vaccine Milestones • 1796 • • • •
Edward Jenner mengembangkan vaksin smallpox 1885 Pasteur mengembangkan vaksin rabies 1955 Vaksin polio (injeksi) diperkenalkan 1962 Vaksin polio (Oral/ tetes) diperkenalkan 1979 Smallpox sudah tereradikasi
07/25/09
83
Vaccines through time…
Vaccine-preventable disease by year of vaccine development or licensure—United States, 1798–1995
World Health Organization: http://www.who.int/ vaccines-diseases/history/ history.shtml [Accessed September 16, 2002]. Centers for Disease Control and Prevention: MMWR 07/25/09 48(12):243−248, April 2, 1999.
Note: The list is not exhaustive
84
Vaksin Bivalent (Human Papiloma Virus tipe 16 & 18)
& Quadrivalent HPV (Human Papiloma Virus tipe 6, 11, 16 & 18) 07/25/09
85
Quadrivalent and Bivalent Vaccine Components Quadrivalent HPV types Doses in μg Technology used to produce L1 VLPs
Adjuvant
Adjuvant dose
6
11
16
Bivalent Vaccine2 18
20/40/40/20 Yeast Proprietary assembly/reassembly process increasing stability
1 6
18
20/20 Insect cell substrate
Amorphous aluminium hydroxyphosphate sulfate (Merck and Co., Inc.)
AS04: Aluminium hydroxide + 3-deacylated monophosphoryl lipid A (MPL, Corixa/GSK)
225 μg
500 μg/50 μg
07/25/09 1. Villa LL, Costa RLR, Petta CA, et al. Lancet Oncol. 2005;6:671–678. 2. Harper DM, Franco EL, Wheeler C, et al. Lancet. 2004;364:1757–1765.
86
Perkembangan vaksin HPV dimulai dengan… kurang lebih 15 tahun yang lalu
07/25/09
87
Vaksin HPV • 4 HPV tipe 6, 11, 16, 18 (Quadrivalent) • Vaksin recombinan (tidak mengandung virus hidup) • Dibuat melalui ragi (Saccharomyces cerevisiae) • Pemberian injeksi intra muscular • Dosis 0.5 cc • Jadwal pemberian 0-, 2-, 6- bulan 07/25/09
88
Structure of Human Papiloma Virus and HPV vaksin Noninfectious HPV VLP
Infectious HPV
Capsid proteins: L1
1. 2. 3. 4.
Lacks L2 protein
L2
Lacks viral DNA
Viral DNA
Stanley M. Vaccine. 2006;24(Suppl 1):S16–S22. Berzofsky JA, et al. J Clin Invest. 2004;114:450–462. 07/25/09 Baker TS, et al. Biophys J. 1991;60:1445–1456. Chen XS, et al. Mol Cell. 2000;5:557–567.
L1 VLPs Mimic the HPV Virion891–4
Cara Kerja Vaksin s
em
AB
Merangsang Antibodi respon kekebalan tubuh terhadap HPV
n e m
Antibodi
d
HPV
Masuk
Vaksin
pa l pe
iru v a
Serviks (Leher Rahim)
07/25/09
90
Immune Response to HPV Vaccine: A Proposed Mechanism1–4
1. 2. 3. 4.
Stanley M. Vaccine. 2006;24(Suppl 1):S16–S22. Batista FD, et al. EMBO J. 2000;19:513–520. Tyring SK. Curr Ther Res Clin Exp. 2000;61:584–596. Chen XS, et al. Mol Cell. 2000;5:557–567.
07/25/09
91
Ilustrasi Cara Kerja Vaksin
HPV HPV ditangkap Antibody
rahim)
07/25/09
HPV tidak dapat masuk Ke dalam sel serviks (leher 92
Neutralizing Antibodies Correlate With Prevention of HPV Infection Neutralizing antibodies prevent HPV infection
Nonneutralizing antibodies do not prevent infection
No antibodies— viral infection
Cell surface receptors
Antibody color legend: Blue = Neutralizing antibodies Yellow = Nonneutralizing antibodies
Chen XS, et al. Molecular Cell. 2000;5:557–567.
07/25/09
93
07/25/09
94
Ph II–P007 Dose-Ranging 16- to 23-year-old women
Antibody Response to Quadrivalent is Durable1
Long-term Persistence of Anti-HPV 16 cLIA Responses* Anti-human papillomavirus (HPV) 16 responses in 16- to 23year-old females through 5 years of follow-up Anti-HPV response (GMT levels with 95% CI [log10 scale])
10,00 0 1000
Quadrivalent n=78
100
10
0 23
67
12
18
24
Placebo (Sero (-) and PCR (-)) n=70
30
36
Months
54
60
61
60+1 week
Vaccination on day 0, at 2 and 6 months, and at 60 *In subjects naïve tomonths the relevant HPV type from day 1 through month 60. 1. Data on file, MSD. 07/25/09
95
Guideline and Recommendation
07/25/09
96
HPV Vote – Routine Vaccination • ACIP recommends routine vaccination for females 11-12 years of age with three doses of Quadrivalent • The vaccination series can be started as young as 9 years of age at the discretion of the provider 07/25/09
97
HPV Vote – Vaccination of Females 13-26 • Vaccination is recommended for females 13-26 years of age who have not been previously vaccinated • Ideally vaccine should be administered before sexual activity, but females who are sexually active should still be vaccinated 07/25/09
98
HPV Other Recommendations and Wording – Cervical cancer screening – no change • Vaccinated females could subsequently be infected with non-vaccines HPV types • Sexually active females could have been infected prior to vaccination – Decision to vaccinate should not be based on Pap testing, HPV DNA or HPV serologic testing 07/25/09
99
HPV Special Situations • Equivocal or Abnormal Pap Test • Vaccination recommended; however – Could already have been infected with a vaccine HPV type – Data do not indicate vaccine will have therapeutic effect on existing cervical lesions or HPV infection
• Positive HPV test • Vaccination recommended; however – Could already have been infected with a vaccine HPV type – Data do not indicate vaccine will have therapeutic effect on existing cervical lesions or HPV infection 07/25/09 100
HPV Special Situations • Genital Warts • Vaccination recommended; however – Data do not indicate vaccine will have therapeutic effect on existing genital warts or HPV infection
• Immunosuppression • Can be vaccinated – Not a live vaccine – Immune response and vaccine efficacy might be less than in immunocompetent persons
• Lactating women • Lactating women can receive vaccines
07/25/09
101
HPV Vaccination During Pregnancy Moved to Special Situations from Precautions and Contraindications • Pregnancy* • Initiation of the vaccine series should be delayed until after completion of the pregnancy • If a woman is found to be pregnant after initiating the vaccination series, completion should be delayed until after the pregnancy • If a vaccine dose has been administered during pregnancy, there is no indication for intervention •
07/25/09
* ACIP is creating working group to address vaccination during pregnancy specifically for all new vaccines 102
Penting untuk di-INGAT!!! • Kanker serviks adalah kanker yang banyak menyebabkan kematian pada perempuan • Kanker serviks dapat dicegah : – Deteksi sedini mungkin dengan PAP SMEAR – Edukasi mengenai kanker serviks – Vaksinasi HPV VAKSIN KONSULTASIKAN KEPADA DOKTER ANDA TENTANG KANKER SERVIKS & CARA PENCEGAHANNYA American Cancer Detailed Guide. American Cancer Society Online Publication. http://www.cancer.org
07/25/09
103
Small pox (cacar) sudah tereliminasi
Mungkin langkah selanjutnya
Kanker Serviks…?????
07/25/09
104
Mulailah Hari Ini Langkah Pertama Membantu Cegah Kanker Serviks!!! 07/25/09
105
TERIMA KASIH Edited By: 07/25/09
[email protected]
106