Hiv...docx

  • Uploaded by: putput
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hiv...docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,446
  • Pages: 14
1. Definisi Thalia Elisabeth 1710711105 Ummi Nurahmah 1710711111

AIDS adalah penyakit yang berat ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan di mana kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit. ( Carolyn,M. H. 1996:601) AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome ) Adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ). (Mansjoer, 2000:162) Infeksi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif, menyebabkan terjadinya infeksi opurtunistik dan kanker tertentu (terutama pada orang dewasa) HIV: Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang dan bertahap merusak sistem kekebalan tubuh dan berkembang menjadi AIDS. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan tanda atau gejala berat dan kompleks yang disebabkan oleh penurunan respon immunitas tubuh. “HIV tidak sama dengan AIDS”.

KLASIFIKASI Stadium I: (Window Period) o Rentang waktu pembentukan antibodi HIV 1-6 bulan (antara msknya HIV kedalam tubuh dan munculnya antibodi thd virus tersebut o Tidak terdapat tanda-tanda khusus tetapi virus tetap berkembang o Tidak ada gejala serius  normal o Dengan test HIV belum terdeteksi keberadaan virus menjadi AIDS Stadium II: (HIV + tanpa gejala pasti) o Penderita HIV menunjukkan gejala2 terkait HIV tetapi tidak spesifik kea rah HIV dan msh dapat beraktifitas normal o Terjadi sekitar 2-10 th sejak terinfeksi o Terjadi penurunan BBth terakhir

o Muncul ruam kecil di kulit Stadium III: (HIV + muncul gejala) o Munculnya penyakit terkait HIV dg ditandai dg pembesaran kelenjar limfe o Keringat berlebihan dan demam berkepanjangan o Diare kronis, flu dan penurunan BB o Sariawan o Penderita >50% hanya bisa berbaring Stadium IV: o Kondisi kekebalam tubuh sangat lemah ditandai dengan bermacam-macam penyakti o Mulai muncul AIDS o Muncul IO seperti : - Kanker kulit - Candidiasis - Herpes simplex - Nefrofati - Kardiomiopati 2. Etiologi 3. Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan/rehabilitasidan edukasi. a) Pengobatan Obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita HIV antara lain: 1) Obat Retrovirus a. Zidovudine (AZT)Berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian obatini dapat menguntungkan diantaranya yaitu Dapat memperpanjangmasa hidup (1-2 tahun), mengurangi frekuensi dan berat infeksioportunistik, menunda progresivitas penyakit, memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi resiko penularan perinatal,mengurangi kadar Ag p24 dalam serum dan cairan spinal. Efeksamping zidovudine adalah: sakit kepala, nausea, anemia,neutropenia, malaise, fatique, agitasi, insomnia, muntah dan rasatidak enak diperut. Setelah pemakaian jangka panjang dapat timbulmiopati. Dosis yang se006Barang dipakai 200mg po tid, dan dosisditurunkan menjadi 100mg po tid bila ada tanda-tanda toksik.6. b. Didanosine ( ddl ), VidexMerupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi terhadapAZT, atau bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata adakemungkinan respon terhadap AZT menurun. Untuk menundainfeksi oportunistik respon terhadap AZT menurun. Untukmenunda infeksi oportunistik pada ARC dan asimtomatik hasilnyalebih baik daripada AZT. Efek samping: neuropati perifer, pankreatitis

(7%), nausea, diare. Dosis: 200mg po bid ( untuk BB>60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg) Mulanya hanya dipakaiuntuk kombinasi denganAZT. Secara invitro merupakan obat yang paling kuat, tapi efek samping terjadinya neuropati ( 17-31%) dan pankreatitis. Dosis : 0,75mg po tid. 2) Obat-obat untuk infeksi oportunistik 1. Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila cCD4, 250mm/mm3. Dengan kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2tablet, atau dengan aerosol pentamidine 300mg, dan dapsone ataufansidar. 2. Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasienanergik. Dipakai INH 300mg po qd dengan vit.b6, atau rifampisin600mg po qd bila intolerans INH. 3. Profilaksis untuk MAI (mycobacterium avium intracelulare), bilaCD4 , 200/mm3, dengan frukanazol po q minggu, bila pernahmenderita oral kandidiasis, sebelumnya. 4. Belum direkomendasikan untuk profilaksis kandidiasis, karenacepat timbul resistensi obat disamping biaya juga mahal. 3) Obat untuk kanker sekunder Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV. UntukSakorma Kaposi, KS soliter:radiasi, dan untuk KSmultipel:kemoterapi. Untuk limfoma maligna: sesuai dengan penanganan limfoma paa pasien non HIV.

4) Pengobatan simtomatik supportif Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan pada seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain yang seringyaitu: analgetik, tranquiller minor, vitamin, dan transfusi darah. b) Rehabilitasi Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atauorang terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk: 1. Memberikan dukungan mental-psikologis 2. Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko. 3. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisamempertahankan kondisi tubuh yang baik. 4. Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimanamengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepadakeluarga dan orang terdekat. c) Edukasi

Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dankeluarganya tentang bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS,kemungkinan diskriminasi masyaratak sekitar, bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain. Pendidikan jugadiberikan tentang hidup sehat, mengatur diet, menghindari kebiasaanyang dapat merugikan kesehatan, antara lain: rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.

4. Komplikasi 5. Pemeriksaan penunjang a. Tes HIV antibodi-antigen Tes HIV Ab-Ag mendeteksi antibodi yang ditujukan terhadap HIV-1 atau HIV-2, serta protein yang disebut p24, yang merupakan bagian dari inti virus (antigen dari virus). Hal ini penting karena memerlukan waktu berminggu-minggu agar antibodi terbentuk setelah infeksi awal, walaupun virus (dan protein p24) ada dalam darah. Dengan demikian, pengujian Ab-Ag memungkinkan deteksi dini infeksi HIV. (hallosehat.com/apa saja jenis tes HIV yang mungkin dianjurkan dokter) Kedua spesies HIV yang menginfeksi manusia (HIV-1 dan -2) pada mulanya berasal dari Afrika barat dan tengah, berpindah dari primata ke manusia dalam sebuah proses yang dikenal sebagai zoonosis. HIV-1 merupakan hasil evolusi dari simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang ditemukan dalam subspesies simpanse, Pan troglodyte troglodyte. Sedangkan, HIV-2 merupakan spesies virus hasil evolusi strain SIV yang berbeda (SIVsmm), ditemukan pada Sooty mangabey, monyet dunia lama Guinea-Bissau. Sebagian besar infeksi HIV di dunia disebabkan oleh HIV-1 karena spesies virus ini lebih virulen dan lebih mudah menular dibandingkan HIV-2. Sedangkan, HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika barat. (wikipedia.com/HIV) Ada dua jenis utama T-cells. 1. sel-sel CD4, disebut juga sel-sel T4, adalah sel-sel penolong (helper). Mereka ini adalah sel-sel yang akan maju pertama kali jika terdapat infeksi dalam tubuh kita. 2. sel-sel CD8, disebut juga sel-sel T8, merupakan sel-sel supressor, sebagai bala bantuan bagi sel-sel CD4 yang telah maju duluan. Semacam pasukan khusus gitulah kalau di medan perang bah. Fungsi lain sel-sel CD8 juga sebagai team pembunuh, yang membunuh sel-sel kanker atau bahkan sel tubuh yang terinfeksi penyakit atau virus. Perbandingan (rasio) CD4 dan CD8 dalam kondisi normal seharusnya adalah jumlah CD4 lebih banyak daripada CD8, mirip dalam sistem pertahanan negara kan, prajurit selalu lebih banyak daripada pasukan khusus. Setelah terjadinya infeksi HIV, sel-sel CD4 akan berkurang secara drastis, karena virus HIV secara khusus akan “memakan” sel-sel CD4. Sehingga perbandingan antara CD4 dan CD8 akan menjadi tidak imbang.

Misalnya saat pemeriksaan CD4 diperoleh hasil jumlah CD4 200, ini artinya jumlah selsel CD4 hanya sekitar 14-15% dari total lymphocytes (bingung lagi kan, baca lagi ke atas ya). Dalam kondisi normal (tanpa suatu infeksi), jumlah CD4 adalah 460-1600, ada sumber lain yang mengatakan sekitar 500-1500, tidak jauh beda bukan? Tetapi sebenarnya hasil tes tersebut merupakan pendekatan dalam mengetahui kondisi sel-sel CD4 dalam tubuh. Dalam kondisi sesungguhnya sel-sel CD4 keluar masuk dari organ tubuh menuju pembuluh darah dan sebaliknya. Jadi yang bisa dihitung hanya jumlah sel-sel CD4 yang berada dalam pembuluh darah saja. Jumlah CD4 dalam aliran darah akan berubah-ubah dalam hitungan jam seiring para pasukan kecil ini keluar masuk jaringan tubuh untuk peperangan yang tiada henti. Prosentase CD4 (CD4%) Prosentase ini merujuk ke prosentase sel-sel lymphocyte yang merupakan sel-sel CD4. Di bagian atas tadi sudah dijelaskan bahwa lymphocytes atau sel-sel darah putih ada banyak jenisnya. Rata-rata manusia dewasa tanpa HIV hasil tes CD4% adalah 25%-65%. Rasio CD4:CD8 Penghitungan rasio perbandingan antara CD4 dengan CD8 kadangkadang juga dilakukan, walaupun jarang. Penghitungan ini hanya untuk melihat keseimbangan sistem pertahanan tubuh kita. Pada manusia tanpa infeksi HIV, jumlah rasio CD4:CD8 adalah 0.9 sampai 1.9, yang artinya setiap satu sel CD8 ada 1-2 sel CD4. (odhaberhaksehat.org/ berkenalan dengan CD4 dan CD8)

Untuk memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV. Skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di laboratorium. Jenis skrining untuk mendeteksi HIV adalah:  Tes antibodi. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.  Tes antigen. Tes antigen bertujuan mendeteksi p24, suatu protein yang menjadi bagian dari virus HIV. Tes antigen dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pasien terinfeksi. Bila skrining menunjukkan pasien terinfeksi HIV (HIV positif), maka pasien perlu menjalani tes selanjutnya. Selain untuk memastikan hasil skrining, tes berikut dapat membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. Sama seperti skrining, tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien, untuk diteliti di laboratorium. Beberapa tes tersebut antara lain:

Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Oleh karena itu, semakin sedikit jumlah CD4, semakin besar pula kemungkinan seseorang terserang AIDS. Pada kondisi normal, jumlah CD4 berada dalam rentang 500-1400 sel per milimeter kubik darah. Infeksi HIV berkembang menjadi AIDS bila hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah. (alodokter.com/ diagnosis HIV dan AIDS)

CD4 dilaporkan dalam bentuk jumlah total atau persentase. Jumlah CD4 500/ml atau persentase ≥ 29% dari limfosit total dianggap belum ada kerusakan berat. CD4 <200 (<14%) telah mempunyai risiko yang jelas terhadap infeksi oportunistik dan Kebanyakan pasien telah jatuh stadium AIDS . Tes CD4 sebaiknya diulang setiap 3-6 bulan untuk pasien yang belum diobati dengan ART dan jangka waktu dua sampai empat bulan pada pasien yang memakai ART. Tes tersebut sebaiknya diulangi bila hasil tidak konsisten dengan kecenderungan sebelumnya. Kalau tidak diobati, jumlah CD4 akan menurun rata-rata 4% per tahun. Persentase CD4 kadang kala dipakai sebagai pilihan mengganti CD4 mutlak karena hitungan ini mengurangi perbedaan pada satu ukuran. CD4 mutlak adalah prediktor paling berguna terhadap risiko untuk perkembangan infeksi oportunistik. CD4 mutlak dan persentase CD4 sesuai dicatat sebagai berikut : CD4 (nilai mutlak) : >500 setara dengan >29% (Persen), 200-500 setara dengan 14-28% dan <200 setara dengan <14%. (jurnal chapter II HIV/AIDS, Universitas sumatera Utara) b. Tes Serologi Tes serologi terdiri atas : ELISA ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay ), tes ini mendeteksi antibody yang dibuat tubuh terhadap virus HIV. Antibodi tersebut biasanya diproduksi mulai minggu ke 2 atau bahkan minggu ke 12 setelah terpapar virus HIV. Karena alasan inilah maka para ahli menganjurkan pemeriksaan ELISA dilakukan setelah minggu ke 12 sesudah melakukan aktivitas seksual yang berisiko tinggi atau tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi. Tes ELISA dapat dilakukan dengan sampel darah vena, air liur, atau air kencing. Tes ini biasanya dipakai sebagai uji penyaring untuk donor darah, dan beberapa orang mempunyai resiko tinggi menderita AIDS. Mereka yang menunjukkan hasil uji ELISA positif perlu perlu dikonfirmasi dengan uji western blot. ELISA merupakan tes HIV yang umumnya digunakan sebagai langkah awal untuk mendeteksi antibodi HIV. Sampel darah yang telah diambil akan dibawa ke laboratorium dan dimasukkan ke dalam wadah yang telah diberi antigen HIV.

Selanjutnya, enzim akan dimasukkan ke dalam wadah tersebut untuk mempercepat reaksi kimia antara darah dan antigen. Jika darah mengandung antibodi HIV, maka darah akan mengikat antigen tersebut di dalam wadah. Hasil dari tes HIV dengan ELISA biasanya memakan waktu satu sampai tiga hari, tapi ini bervariasi tergantung pada tes laboratorium. Rapid Test Rapid test adalah tes yang digunakan untuk mengetahui secara cepat ada atau tidaknya HIV di dalam tubuh kurang lebih dalam waktu 20 menit dan digunakan sebagai tes skrining. Rapid test membutuhkan sampel darah atau cairan mulut untuk mendeteksi adanya antibodi dan HIV. Tes ini dapat memberikan hasil yang salah jika immunoassay berada dalam window period (waktu setelah exposure tetapi sebelum tes menemukan antibodi). Tes immunoassays yang memberikan hasil positif akan menjalani follow up test. Western Blot Uji laboratorium untuk mengetahui adanya keberadaan antibody pada komponen virus individu dan mengetahui infeksi HIV yang sensitive dan spesifik. Digunakan untuk konfirmasi hasil reaktif ELISA atau hasil serologi rapid tes sebagai hasil yang benarbenar positif. Tes yang dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan protein antibodi yang diekstrak dari sel darah.

c. Tes virologis dengan PCR Tes virologis dilakukan dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Tes virologis penting dilakukan untuk pemeriksaan ibu hamil HIV-positif yang baru melahirkan atau bayi baru lahir. Bayi yang diketahui terpajan HIV sejak lahir dianjurkan untuk periksa dengasn tes virologis paling awal pada usia enam minggu. Selain itu, tes HIV ini direkomendasikan untuk mendiagnosis anak berumur kurang dari 18 bulan. Tes ini mungkin juga membantu dalam mendeteksi infeksi HIV dalam empat minggu pertama setelah terpapar, sebelum antibodi memiliki waktu untuk berkembang. Jika bayi dengan pemeriksaan virologis pertama hasilnya positif, maka terapi antiretroviral (ART) harus segera dimulai, pada saat yang sama dilakukan pengambilan sampel darah kedua untuk pemeriksaan tes virologis kedua. Tes virologis yang dianjurkan yaitu: HIV DNA kualitatif (EID)

Tes HIV DNA kualitatif dari darah lengkap atau Dried Blood Spot (DBS). Tes HIV ini mendeteksi keberadaan virus dan tidak bergantung pada keberadaan antibodi HIV. Tes ini digunakan untuk diagnosis pada bayi. HIV RNA kuantitatif Tes HIV RNA kuantitatif dengan menggunakan plasma darah. Tes HIV ini dilakukan untuk memeriksa jumlah virus di dalam darah (viral load) dan dapat digunakan untuk pemantauan terapi ART pada dewasa dan diagnosis pada bayi jika HIV DNA tidak tersedia. Terapi ART dilakukan untuk membuat viral load berkurang, idealnya sampai pada tingkat yang tidak terdeteksi. Metode tes HIV dengan PCR ini dilakukan dengan bantuan enzim untuk menggandakan virus HIV dalam darah. Kemudian reaksi kimia akan menandai virus. Penanda ini berbentuk pita (band) yang diukur dan digunakan untuk menghitung jumlah virus. Hasil pengujian RNA biasanya memakan waktu beberapa hari sampai seminggu. Pada umumnya, viral load Anda akan dinyatakan “tak terdeteksi” jika berada di bawah 40 sampai 75 kopi dalam sampel darah Anda. Angkat tepatnya akan tergantung pada lab yang menganalisa tes Anda. Ketika viral load Anda tinggi, Anda memiliki lebih banyak HIV dalam tubuh Anda, dan itu berarti sistem kekebalan tubuh Anda gagal melawan HIV dengan baik. Meskipun tes ini dapat dikatakan paling akurat, tapi tes ini tidak dilakukan sesering tes HIV lainnya karena harga yang cukup mahal.

6. Askep

Asuhan Keperawatan HIV – AIDS

Pengkajian a. Identitas pasien - nama - umur - tempat tanggal lahir

b.

Riwayat Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat - obatan

c.

Gejala Subjektif Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, lemah, lelah, keringat malam hari berulang kali, anoreksia, BB menurun, nyeri, dan sulit tidur.

d.

Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun,

e.

Kulit terdapat bercak merah.

diare.

Kasus Seorang klien dirawat diruangan perawatan umum dirumh sakit pemerintah. Klien dirawat dengan keluhan lemah, diare, demam, BB menurun. Seorang perawat melakukan anamnesa, didapatkan hasil sebagai berikut: klien mengatakan sakitnya sejak terlibat cinta satu malam dilokalisasi, terdapat limfadnofati, bercak merah pada kulit dan mulut sariawan, uji ELISA positif, klien mendapatkan ARV. Klien bertanya bagaimana bisa terkena penyakit ini. Diagnosis medis klien HV – AIDS stadium ARC, perawat dan dokter serta paramedic lainnya yang terkait melakukan perawatan secara integrasi untuk menghindari atau mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.

Data Fokus Data subjektif  Pasien mengatakan sakitnya sejak terlibat cinta satu malam dilokalisasi  Pasien mengatakan lemah, diare, demam dan berat badan menurun.  Klien bertanya bagaimana bisa terkena penyakit ini.

Data objektif  Terdapat limfedenofati  Terdapat bercak merah pada kulit dan mulut sariawan  Uji ELISA positif  Klien mendapatkan ARV  Pasien terlihat lemah

No

Data

Masalah

Etiologi

1

DS : - Pasien mengatakan sakitnya sejak terlibat cinta satu malam dilokalisasi - Pasien mengatakan demam DO:  Terdapat limfadenopati  Terdapat bercak merah pada kulit  Terdapat sariawan pada mulut

Resiko tinggi terhadap infeksi

Berhubungan dengan faktor : imunosupresi

2

DS :

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

b.d kurang asupan makanan

 Pasien mengtakan lemah  Pasien mengatakan diare  Pasien mengatakan BB menurun DO :  Data Tambahan :  Membran mukosa pucat 3

DS: - Pasien mengatakan lemah DO: - Diagnosa medis HIV-AIDS stadium ARC - BB menurun DT: - Pasien tampak keletihan

Intoleran Aktivitas

Berhubungan dengan fisik tidak bugar karena penyakit HIV - AIDS

4

DS : - Pasien bertanya bagaimana bisa terkena penyakit ini

devisiensi pengetahuan

Berhubungan dengan kurang informasi

Kekurangan Volume Cairan

Berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

5

DO : Data Tambahan : - Pasien tampak bingung DS :  Pasien mengeluh Lemah  Pasien Mengeluh Diare  Pasien mengeluh Demam  Pasien mengatakan lemah

DO : 

Pasien tampak lemah, kurus,

dan pucat  Turgor kulit pasien tidak elastis  Membran mukosa kering  Pasien BAB >6X/hari Data Tambahan : - Pasien tampak bingung

Diagnosa Keperawatan (Utama) 1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor : imunosupresi 2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan 3. Intoleran Aktivitas b.d fisik tidak bugar karena penyakit HIV –AIDS 4.

devisiensi pengetahuan b.d berhubungan dengan kurang informasi

5. Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

No

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Keperawatan 1

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor : imunosupresi

Setelah dilakukakan tindakan keperawatan 3 x 24 jam masalah keperawatan resiko tinggi terhadap infeksi b.d faktor : imunosupresi dapat teratasi, dengan kriteria hasil :  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Menunjukan kemampuuan untuk mencegah timbulnya infeksi  Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal

     

 2

ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam



Pertahankan teknik aseptik Batasi pengunjung bila perlu Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan Gunakan baju, sarung tangan, sebagai alat pelindung Monitor tanda dan gejala infeksi sisteemik dan local Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan dan panas Monitor adanya luka Kaji status nutrisi pasien

kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

3

Intoleran Aktivitas b.d fisik tidak bugar karena penyakit HIV – AIDS

ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis dapat teratasi dengan kriteria hasil:  Intake nutrisi tercukupi  Asupan makanan dan cairan tercukupi  Pasien mengalami peningkatan berat badan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah Intoleran aktivitas berhubungan dengan fisik tidak bugar karena penyakit HIV-AIDS dapat tertasi dengan kriteria hasil: 1. Tingkat kelelahan (NOC:575) Indikator : a. Kelelahan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5). b. Kelesuan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) 2. Istirahat (NOC:199) Indikator: a. Pola istirahat (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) b. Kualitas istirahat (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) c. Tampak segar setelah istirahat (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) 3. Kelelahan : efek yang mengganggu (NOC:122) Indikator : a. Malaise (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5). b. Gangguan dengan aktivitas



 

Berikan informasi yang tepat terhadap pasien tentang kebutuhan nutrisi yang tepat an sesuai Anjurkan pasien makan ssedikit tapi sering Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan tinggi zat besi seperti sayuran hijau

1. Manajemen Energi (NIC:177) Intervensi : a. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan. b. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara farmakologi maupun non farmakologis dengan tepat. c. Monitor/ catat waktu dan lama istirahat/ tidur pasien. d. Monitor intake / asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat. 2. Manajemen pengobatan (NIC:199) Intervensi : a. Tentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut resep/ protokol. b. Monitor efektifitas cara pembelian obat yang sesuai. c. Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat. 3. Manajemen berat badan

sehari-hari. (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5). c. Perubahan status nutrisi. (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5).

Intervensi : a. Diskusikan dengan pasien mengenai kondisi medis apasaja yang berpengarh terhadap berat badan. b. Hitung berat badan ideal pasien. 4. Bantuan perawatan diri (NIC :79) Intervensi : a. Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri. b. Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan perawatan diri mandiri.

4

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi dapat teratasi dengan kriteria hasil: a) Pengetahuan: Manajamen Penyakit Kronik  Faktor-faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi  Tanda dan gejala penyakit  Tanda dan gejala komplikasi  Strategi mencegah komplikasi  Tes laboratorium yang diperlukan

a) Bimbingan Antisipasif  Bantu klien mengidentifikasi kemungkinan perkembangan situasi dan efek krisis yang akan terjadi dan bias berdampak pada klien dan keluarga  Instruksikan klien mengenai perilaku dan perkembangan dengan cara yang tepat  Berikan informasi mengenai harapanharapan yang realistis terkait dengan perilaku pasien  Latih teknik yang digunakan untuk beradaptasi terhadap perkembangan situasi krisis, dengan klien secara tepat  Bantu klien untuk beradaptasi dengan adanya perubahan

5

Kekurangan Volume

Setelah dilakukan asuhan

. Manajemen cairan

Cairan Berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

keperawatan Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan kehilangan cairan aktif selama 1x24 jam dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. bb pasien akan bertambah dan diare teratasi 2. Keseimbangan intake dan output selama 24 jam

b. Menjaga intake yang akurat dan catat output c. Memberikan cairan dengan tepat d. Mendistribusikan asupan selama 24 jam e. Memonitor ttv

More Documents from "putput"