Kajian Ust Reza Ke-6 16agustus08

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kajian Ust Reza Ke-6 16agustus08 as PDF for free.

More details

  • Words: 872
  • Pages: 4
Majelis Ta’lim Sabtu Shubuh Kajian Management Nubuwwah (Pengelolaan Hidup Berbasis Keteladanan Nabi Muhammad) Oleh Ustadz H.M. Reza M. Syarief di Masjid Al-Fauzien Gema Pesona Depok Kajian ke-6 tanggal 16-08-2008 Rangkuman pembahasan selama ini bahwa kondisi Muhammad sebelum menjadi Nabi menghasilkan 6 nilai yang pada akhirnya membentuk karakter Al Amiin (dapat dipercaya. Ringkasnya sbb : Muhammad SAW sebelum Nabi, ada 3 kondisi (Ad Dhuha 5 – 7) : 1. Yatim o Hikmahnya : Mandiri dan Bersih o Hasil yang dicapai : Dukungan dan Perlindungan Allah. 2. Dhaallan (Bingung), 2 (dua) hal o Hikmahnya : Tulus / Ikhlas dan Pasrah o Hasil yang dicapai : Hidayah / petunjuk Allah

AL AMIIN

3. Aa’ilan (serba kekurangan / miskin) o Hikmahnya : Lebih Tangguh, Lebih Tegar, Lebih ulet o Hasil yang dicapai : Rahmat Allah Atau dengan kata lain, untuk mencapai Al Amiin (yang dapat dipercaya) maka harus : 1. Mandiri, tidak berafiliasi ke golongan atau kelompok tertentu. 2. Bersih dari Tahayul, Bid’ah, Khurafat 3. Tulus / pasrah dalam berniat 4. pasrah kepada Allah, bukan kepada makhluk 5. Tangguh, tegar, ulet dalam menghadapi kehidupan Implementasi dari Al Amiin Rasul mengajarkan bahwa kepemimpinan / leadership berjenjang sbb : o Self / personal leadership o Profesional leadership o Social leadership o Spiritual leadership, yang implementasi adalah wisdom leader (Pemimpin yang Bijak) Tiga aspek kehidupan dari implementasi Al Amiin: 1. Dalam berpolitik (Spiritual leadership) Salah satu kasusnya adalah saat Hajar Aswad copot / lepas dari Ka’bah. Semua kabilah berkeinginan untuk memasang kembali Hajar Aswad ke Ka’bah. Karena berebutan akhirnya disepakati yang berhak memasang kembali Hajar Aswad adalah orang diluar mereka semua, yang hadir pertama kali hadir di Ka’bah besok pagi. Orang tsb adalah Muhammad. Tetapi Muhammad menggunakan cara yang

bijak. Beliau menggelar surbannya, batu tsb diletakkan diatas surban. Kemudian seluruh kepala kabilah secara bersama-sama membawa batu tsb dengan cara mengangkat surban tsb. Dan Muhammad yang memasangnya. Dengan cara ini, tidak ada kabilah yang tersinggung, disepelekan dsb. Semua merasa puas. Inilah yang kemudian dikenal juga sebagai win-win solution. Kaidah yang perlu dipakai dalam kepemimpinan ini adalah bahwa kita tidak dapat memuaskan semua pihak tetapi yang bisa kita lakukan adalah memindahkan kepentingan pribadi menjadi dibawah kepentingan bersama. Bijaksana bisa terwujud jika ada keadilan. Adil bukanlah sama rata sama rasa tetapi menempatkan sesuatu pada tempatnya atau bersikap tidak zolim dan tidak bodoh (Al Ahzab 72). Bodoh, dapat juga dikatakan under estimate yakni menggunakan/mengambil kesempatan dibawah kemampuan yang dimiliki. Zalim, dapat juga dikatakan over estimate yakni menggunakan/mengambil kesempatan jauh diatas kemampuan yang dimiliki. Adil, yakni dimiliki.

menggunakan/mengambil

kesempatan sesuai kemampuan yang

2. Dalam bermasyarakat/Sosial (Social leadership) Rasul pada saat akan berhijrah ke Madinah, Beliau mengembalikan semua barang yang dititipkan pada Beliau. Nabi memiliki mental Keberlimpahan, yakni tidak punya perasaan dendam, benci, sakit hati. Ciri-cirinya : - Berpikiran terbuka. Tidak malu menerima hal-hal baru (kebenaran) dari orang lain, termasuk dari orang kafir, orang yang lebih muda, orang yang pangkatnya lebih rendah (QS.39:18). Salah satu contoh kasus dari Rasul SAW adalah saat perang Khandak, ide untuk menggali parit diberikan oleh Salman Al Farisi yang jauh lebih muda - Bertangan terbuka. Suka membantu, baik harta maupun tenaga. - Berhati terbuka. Terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah (QS.06:125). 3. Dalam berbisnis (Profesional leadership) Nabi adalah pengusaha yang terpercaya. Aset utama beliau dalam berbisnis adalah kepercayaan.

Tanya Jawab: 1. Bapak Buchori Nabi menikah usia 25 tahun, menerima gelar Al Amiin usia 35 tahun dan menerima wahyu usia 40 tahun. Secara psikologi apakah ada makna usia pencapaian tsb? Jawaban : Dewasa ada empat tingkatan : o Dewasa secara Biologis (secara Fiqh): Baligh (mengeluarkan sprerma dan haidh) o Dewasa secara psikologis yakni memiliki kematangan emosi a. Mengenal emosi diri sendiri b. Mengendalikan emosi diri sendiri c. Mengenal emosi orang lain d. Mengendalikan emosi orang lain e. Mempengaruhi emosi orang lain o Dewasa secara sosiologis - Bagaimana dia bisa bergaul dengan banyak lingkungan, tanpa harus ikut larut - Bisa menjalankan prinsipnya tanpa harus menimbulkan friksi dengan lingkungannya o Dewasa secara spiritual Bijaksana dalam mengambil keputusan. Al Amiin, secara ilmu marketing adalah personal branding, tetapi yang diberikan oleh masyarakat sehingga otomatis sudah diakui atau diterima. Corporate branding, adalah branding yang terkait dengan organisasinya. Kalau dihubungkan dengan kondisi masa Rasulullah maka bisa juga dikatakan sebagai Jamaah Branding. Rasulullah berhasil memindahkan personal branding ’Al Amiin’ menjadi Jamaah Branding. Hal ini terbukti ketika Rasulullah wafat, kegemilangan masa Rasulullah juga masih berlangsung dan bahkan meningkat. Personal Branding yang terlalu kuat tapi tidak berhasil dipindahkan kepada Corporate/Jamaah Branding maka jika pemilik personal branding tidak ada maka aktivitas akan terganggu. Disamping itu, nabi juga memiliki secara spritual branding yang hanya diberikan Allah kepada orang-orang yang dipilih-Nya. 2. Ibu Tri Saya pernah mendengar jika seseorang sudah mengetahui suatu ilmu / hukum tetapi tidak dilaksanakan atau diamalkan maka akan berdosa. Sehubungan dengan hal tsb apakah berarti lebih baik saya mengurangi ikut majlis ta’lim, khawatir semakin banyak tahu tetapi pengamalannya kurang maka akan berdosa? Jawaban : 1. Tetaplah ibu untuk giat mencari ilmu. Setan lebih menyukai orang ahli ibadah tetapi bodoh, dari pada orang alim/ahli ilmu tetapi ibadahnya kurang. Karena jika bodoh maka akan mudah dijerumuskan.

2. Jika ibu ilmunya cukup banyak maka pergunakan ilmu itu untuk menyelaraskan paradigma / cara pandang ibu tentang Islam yang benar. 3. Apa yang sudah ibu amalkan maka tingkatkan menjadi kebiasaan. Mulailah dari yang kecil.

Related Documents