Kado Tuhan

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kado Tuhan as PDF for free.

More details

  • Words: 673
  • Pages: 2
Kado Tuhan Oleh: Ilham Mashuri* Kado biasanya diberikan kepada seseorang yang sedang merayakan sesuatu, atau berada dalam hari bahagia, bisa hari ulang tahun, pernikahan, tahun baru atau hari-hari bahagia lainnya. Tahun baru kali ini Tuhan juga telah memberikan kado kepada bangsa ini, dan kado-Nya termasuk istimewa, “bencana” di sana-sini. Melalui kado-Nya, si Pemberi kado ingin agar si penerima kado mengingat-ingat kado tersebut, sehingga si penerima akan semakin arif menyikapi dan memperlakukan alamnya. Si pemberi kado seolah ingin terus mengingatkan kepada manusia Indonesia bahwa kado dalam bentuk bencana-bencana tersebut tidak semata-mata “murka dan amarah-Nya,” tetapi untuk mengingatkan kembali bahwa peristiwa tersebut tak lebih dari sikap dan ulah manusia sendiri yang terus menerus enggan menjaga lingkungannya. Kalau kita perhatikan secara seksama, dulu hujan adalah penyebab banjir, sekarang ia hanyalah di antara salah satu penyebab saja. Karena kini banjir lebih banyak disebabkan oleh gundulnya hutan, pembuangan sampah tidak pada tempatnya, dan eksploitasi alam secara besar-besaran, atau oleh rusaknya alam akibat ulah manusia (QS. Ar Rum: 41). Dan banjir tahun baru kali ini sudah menggenangi hampir seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah. ***** Tuhan hakikatnya menciptakan alam raya ini dengan satu sistem yang serasi. Ada siklus yang ditetapkan Tuhan dan yang menunjuk pada keterkaitan serta pengaruh mempengaruhi antara satu bagian dari alam dengan bagian lainnya. Dunia manusia memiliki hubungan yang erat dengan dunia lainnya, binatang, tumbuh-tumbuhan dan bagian-bagian alam yang lain, begitu juga sebaliknya. Contoh yang paling mudah adalah jika kita enggan menjaga kebersihan lingkungan, maka akan muncul pelbagai macam penyakit. Jika kita membunuh ular, maka tikus akan semakin banyak, populasi tikus yang besar akan menyerang tanaman padi, jagung dan lainnya. Jika kita menebang tumbuhtumbuhan akan menyebabkan banjir dan tanah longsor. Inilah hukum keseimbangan, satu bagian alam akan mempengaruhi bagian lainnya. Sebaliknya jika kita menjaga kebersihan lingkungan, melihara tanaman dan tanah dari gundul dan polusi, maka akan melahirkan hukum keseimbangan, yang ujung-ujungnya membuat hidup kita menjadi nyaman. Inilah pentingnya kita menjaga hukum keseimbangan dan keserasian alam, manfaatnya akan kembali kepada kehidupan kita sendiri. Kalau kita merujuk pada al Qur’an sebenarnya perilaku tidak menjaga hukum keseimbangan alam atau merusak alam harus dihukum dengan hukuman yang sangat berat (mati), karena perbuatan mereka telah menghilangkan nyawa manusia dalam jumlah besar dalam bentuk bencana banjir dan longsor. Ancaman hukum demikian dengan tegas dinyatakan dalam surat al Maidah ayat 32: barangsiapa yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi maka dia telah membunuh seluruh manusia. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya. Banjir dan longsor yang terjadi akibat penebangan hutan dan pembuangan sampah tidak hanya menghilangkan nyawa satu orang tetapi banyak orang, sehingga perilaku demikian harus memperolah balasan atau hukuman yang setimpal. Di sinilah urgensi penegakan hukum secara tegas bagi para pembalak liar atau para pembuang sampah sembarangan termasuk penghasil polusi. Di samping itu dari sisi hukum, mesti ada perubahan paradigma masyarakat menyangkut perlakuan mereka selama ini yang mengagung-agungkan “para penebang

Mutiara Jum’at/ Tahun Baru Hijriyah

1

hutan” dengan sebutan “raja kayu”, padahal mereka tak lebih sebagai penelantar sebagian besar manusia. Berikutnya adalah merubah kebiasaan masyarakat yang enggan membuang sampah pada tempatnya atau enggan menjaga kebersihan. Sadar akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya, salah satu kota di Jawa Timur mengusulkan agar ibu-ibu rumah tangga berprofesi menjadi pemulung. Maksudnya adalah memiliki kesadaran yang tinggi untuk memilah sampah yang bisa terurai dan yang tidak terurai, kemudian membuangnya di tempat yang sesuai. Bahkan ibu-ibu rumah tangga dengan teknologi sederhana bisa mengolahnya menjadi bahan yang bernilai jual tinggi. ***** Bencana-bencana yang terjadi selama ini adalah kado Tuhan untuk bangsa ini. Dan kita tidak tahu apakah tahun baru yang akan datang Tuhan masih memberikan kado yang sama kepada bangsa ini. Sedangkan langkah-langkah di atas hanya bisa terlaksana jika seluruh elemen masyarakat bahu membahu untuk mewujudnya, tanpa itu rasanya mustahil, Tuhan akan mengganti kado-Nya, yang berarti bencana akan tetap singgah di negeri ini. Wallahu a’lam bish shawab. *Penulis adalah Peminat Masalah Social Keagamaan dan bekerja di STAIN Kediri

Mutiara Jum’at/ Tahun Baru Hijriyah

2

Related Documents

Kado Tuhan
November 2019 15
Kado
October 2019 26
Tuhan
June 2020 30
Kado Ghelghele Zan
November 2019 16
Tuhan Palsu
April 2020 31
Keagungan Tuhan
November 2019 44