K U N J U N G A N

  • Uploaded by: Indonesiana
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View K U N J U N G A N as PDF for free.

More details

  • Words: 510
  • Pages: 2
K u n j u n g a n AKHIR-AKHIR ini, kotaku sering mendapat kunjungan pejabat tinggi. Aneka spanduk dibentangkan, baliho, poster dan ucapan selamat datang bertebaran, petugas keamaaan ramai berdiri di pinggir-pinggir jalan. Di lapangan, panggung besar didirikan. Pidato dan hiburan dipertontonkan. Ramai itu, pasti. Tapi yang lebih pasti, kunjungan semacam itu pasti menghabiskan banyak uang. Apakah arti kunjungan itu bagi rakyat sepertiku? Tak banyak, setidaknya untuk saat ini. Karena aku lebih membutuhkan perbaikan-perbaikan katimbang kunjungankunjungan. Diperbaiki tanpa dikunjungi jauh lebih menarik katimbang dikunjungi tanpa diperbaiki. Lagipula kunjungan semacam itu tak aku setujui dari berberapa segi. Pertama, tentu soal biaya tadi. Karena aku mendengar sebelumnya, seorang pejabat tinggi lain yang berkata tentang betapa gede utang Indonesia. ''Rp 1.300 trilyun,'' katanya. Rp 700 trilyun di antaranya habis untuk membayar krisis, dibagi untuk menambal ambruknya dunia perbankan, rusaknya sektor keuangan dan utang PLN yang mencapai Rp 50 Trilyun. Tapi apapun rinciannya, ongkos krisis sebesar itu benar-benar telah membuat negara ini bangkrut. Maka kunjungmengunjungi dengan panggung besar, upacara besar dan ritual-ritual mahal, tentu bukan cuma kegiatan kontra-produktif, tapi juga menghina deritaku, rakyat yang tengah menanggung krisis ini. Kedua, kunjungan-kunjungan itu selalu membuat sibuk daerahku. Jujur saja, ketenanganku menjadi sangat terganggu. Aku jadi melihat keramaian yang menakutkan. Jalan-jalan macet dan para petugas kemanaan tiba-tiba menjadi tampak tegang dan garang. Jika aku seorang yang bermobil, aku terpaksa harus rela berhenti untuk memberi iring-iringan petinggi itu jalan. Jika aku bermotor, aku cuma bisa menahan pengap dan guyuran asap kendaraan. Jika aku penumpang angkutan, keadaanku akan lebih buruk lagi. Panas berdesakan. Dari keadaan yang menyiksa ini, aku hanya bisa menatap konvoi sang petinggi dengan cemburu dan iri. Ketiga, aku sering melihat, kunjungan itu malah membuat sumber nafkah sebagian saudaraku terganggu. Karena watak kunjungan selalu membutuhkan kebersihan, ketertiban dan keamanan, tiga hal yang mestinya belum kita miliki dalam kualitas yang sesungguhnya. Maka segera disiapkanlah keadaan aman, tertib, dan bersih itu dalam semalam. Kemakamuran instan pun dicangkok hanya demi sebuah kunjungan. Isi kenyataan kita kemas dalam kardus, untuk kembali digelar setelah sang petinggi pergi. Kenapa kita tak mengajari diri kita untuk kuat, kuat ditatap pemimpinnya seperti apa adanya. Kenapa kita tidak juga mengajari pemimpin itu kuat, kuat untuk menatap kita seperti apa adanya. Berbahaya sekali jika hubungan rakyat dan pemimpinnya adalah hubungan saling menipu. Siapa sebetulnya yang memulai, rakyat yang memang gemar menipu atau pemimpin yang gemar ditipu. Keempat, kunjungan-kunjungan itu membingunkanku tentang beda petinggi negara dan petinggi golongan. Maka bendera-bendera yang berkibaran itu bisa menganggu mutu kepemilikanku atas pemimpinku. Sebagai rakyat, aku sungguh egois dan emoh dimadu! Kelima, aku ingin mencitai pemimpinku dengan caraku sendiri. Kunjungan-kunjungan itu, setidaknya untuk saat ini, mengancam merusak selera cintaku. Pemimpin yang boros, yang tidak peka suasana hati, yang lebih suka berpikir tentang golongannya, sungguh bukan tipe pemimpin idolaku. Maka, meskipun pemimpinku jauh, meskipun daerahku tak pernah dikunjungi, jika pemimpin itu terhindar dari watak-watak tadi, sungguh akan aku cintai. Gambarnya

akan kupajang di dinding-dinding rumah dengan rasa hormat yang sesungguhnya. Aku percaya, untuk jatuh cinta, rakyat dan pemimpinnya tak perlu berdekatan. Karena kabaikan akan tetap terasa walau kita saling berjauhan. (03) (PrieGS/)

Related Documents

K U N J U N G A N
November 2019 40
P E N G U M U M A N
June 2020 23
Map - U N Monuc
August 2019 34
U P N
November 2019 22
S U N I O N
November 2019 44
P E N G U M U M A N.docx
April 2020 18

More Documents from "Riiany Tanono"

Teman Masa Kecilku
November 2019 40
Diplomasi Kopiah
November 2019 37
Buatan Indonesia
November 2019 53
Nasihat Dari Cd Porno
November 2019 40
Andai Aku Engkau Percayai
November 2019 43