[APINDO TRAINING CENTER Vol. 9, April 2018
TANTANGAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DALAM ERA PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF & GENERASI MILENIAL
Oleh : M. Aditya Warman Head of Research APINDO Training Center Abstrak Ekonomi kreatif saat ini menjadi salah satu pondasi terkuat untuk membantu meningkatkan perekonomian bangsa Indonesia. Pemerintah negara juga telah menaruh perhatiannya pada 16 sub sektor Ekonomi Kreatif dengan wujud nyata pembentukan lembaga non kementerian yaitu Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF). Berbeda dengan pertumbuhan ekonomi yang terdahulu di mana kemajuan usahanya sangat bergantung pada ketersediaan hasil bumi, namun Ekonomi Kreatif ini justru sangat bergantung pada kreatifitas manusia. Berangkat dari kondisi ini maka Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi faktor utama keberlangsungan Ekonomi Kreatif. Bersamaan dengan hal tersebut saat ini juga tengah terjadi fenomena generasi yang patut menjadi perhatian bagi para pelaku usaha, hal tersebut adalah fenomena Generasi Y atau Generasi Milenial. Generasi ini memiliki karakteristik yang cukup berbeda dengan generasi sebelumnya yaitu Generasi Z. Berdasarkan penelitian, salah satu karakteristik yang melekat adalah Generasi Milenial dianggap tidak loyal terhadap pekerjaan atau perusahaan. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian penting bagi para pelaku usaha dalam kaitannya dengan Hubungan Industrial yang perlu dibangun harmonis di perusahaannya.
PENDAHULUAN Tanah Air kita Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kinerja enokomi luar biasa. Pada tahun 2015 lalu tercatat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 4,79%, di mana angka
ini lebih besar dari perkiraan pertumbuhan ekonomi global. Kondisi ini semakin menguatkan pemerintah untuk mengokohkan sektor industril riil yang dapat menyokong kehidupan ekonomi negara.
Gambar 1. Rata-rata Pertumbuhan PDB 2006 – 2015 Sumber : www.kemenkeu.go.id
Research by DPN APINDO - Apindo Training Center
Page 1
[APINDO TRAINING CENTER Vol. 9, April 2018
Sektor riil yang menjadi sasaran pemerintah adalah sektor Ekonomi Kreatif. Hal ini telah dibuktikan oleh Presiden Negara Republik Indonesia Joko Widodo dengan membentuk sebuah badan non
kementerian yaitu Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF). Sektor Ekonomi Kreatif dipandang memiliki peta pertumbuhan yang sangat baik karena sektor ini tidak bergantung pada sumber daya alam.
Gambar 2. Produk Domestik Bruto Sektor Ekonomi Kreatif Sumber : www.fakta.news.com
Sedikit memandang balik ke belakang, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya alam. Berbeda halnya dengan bidang
Ekonomi Kreatif yang bertumpu pada Sumber Daya Manusia, kreatifitas manusia menjadi kunci utama di sini.
Tabel 1. Pembagian Sub Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Negara The Government’s Department for Culture, Media and Sport (DCMS) of The United Kingdom (13 Kategori – 2001) 1. Periklanan 2. Arsitektur 3. Pasar Seni & Barang Antik 4. Kerajinan 5. Desain 6. 7.
Desain Fesyen Film & Video
SUBSEKTOR INDUSTRI KREATIF Framework for Cultural Statistic Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (FSC) UNESCO Indonesia (KBLI) (10 Kategori – 1986) (14 Kategori – 2006) 0.Peninggalan Budaya 1.Penerbitan & Percetakan 2 & 3. Musik & Seni Pertunjukan 4. Gambar Seni 5 & 6. Media Audiovisual (5 Sinema & Fotografi; & 6 Radio & Televisi) 7.Aktivitas Sosio-Kultural 8.Olah raga & Permainan Interaktif
Research by DPN APINDO - Apindo Training Center
1.Periklanan 2.Arsitektur 3.Pasar Seni & Barang Antik 4.Kerajinan 5.Desain 6.Fashion (Mode) 7.Film, Video & Fotografi
Page 2
[APINDO TRAINING CENTER Vol. 9, April 2018 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Piranti Lunak Permainan Interaktif Musik Seni Pertunjukan Penerbitan Piranti Lunak & Layanan Komputer Televisi & Radio
9.Lingkungan & Alam
8.Permainan Interaktif 9.Musik 10.Seni Pertunjukkan 11.Penerbitan & Percetakan 12. Layanan Komputer & Piranti Lunak 13. Radio & Televisi 14.Penelitian & Pengembangan
Sumber : Jurnal Talenta Baru Pemicu Daya Saing Daerah – Herie Saksono
Sedangkan di Indonesia terdapat 16 Sub Sektor Ekonomi Kreatif Indonesia berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif yaitu : 1. Aplikasi dan Pengembang Permainan 2. Arsitektur 3. Desain Interior 4. Desain Komunikasi Visual 5. Desain Produk 6. Fashion 7. Film, Animasi, Video 8. Fotografi 9. Kriya 10. Kuliner 11. Musik 12. Penerbitan 13. Periklanan 14. Seni Pertunjukan 15. Seni Rupa 16. Televisi & Radio
PEMBAHASAN Saat ini beberapa sub sektor Ekonomi Kreatif memiliki pekerja yang lebih banyak berusia antara 20-37 tahun. Rentang usia ini dikelompokkan dalam sub Generasi Y atau Generasi Milenial. Teori generasi yang pertama kali dipublikasikan oleh Karl Mannheim pada tahun 1923, mengatakan bahwa Generasi Y adalah kelompok manusia yang lahir di atas tahun 1980-an hingga 1997. Kelompok ini disebut milenial karena merupakan satu-satunya generasi yang pernah melewati milenium
kedua sejak teori generasi ini dideklarasikan pertama kali. Pada beberapa tahun terakhir ini penelitian terhadap Generasi Milenial terus dilakukan, baik penelitian dari sisi politik, ekonomi, hingga gaya hidupnya. Penelitian terkait gaya hidup menjadi yang paling erat kaitannya dengan kondisi Hubungan Industrial yang akan terbentuk dalam dunia kerja, khusunya badan usaha yang bergerak dalam industri ekonomi kreatif. Berbagai penelitian tentang generasi milenial telah banyak dilakukan di berbagai negara, terutama di Amerika. Salah satunya studi yang dilakukan oleh Boston
Research by DPN APINDO - Apindo Training Center
Page 3
[APINDO TRAINING CENTER Vol. 9, April 2018 Consulting Group (BCG) bersama University of Berkley tahun 2011 dengan mengusung tema American Millennials : Deciphering the Enigma Generation. Tahun sebelumnya, 2010, Pew Research Center juga merilis laporan riset dengan judul Millennials : A Portrait of Generation Next. Salah satu hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa Generasi Milenial dianggap cenderung tidak loyal namun bekerja efektif. Diperkirakan pada tahun 2025 Generasi Milenial akan menduduki porsi tenaga kerja di seluruh dunia sebanyak 75%. Pada kenyataannya saat ini tidak sedikit posisi pemimpin dan manajer diduduki oleh generasi muda. Seperti diungkap oleh riset Sociolab, kebanyakan generasi ini cenderung meminta gaji tinggi, jam kerja yang fleksibel, dan meminta promosi dalam waktu setahun. Generasi Milenial juga biasanya hanya bertahan di sebuah pekerjaan atau perusahaan kurang dari tiga tahun. Walaupun demikian, kaum milenial yang hidup di era informasi menjadikan mereka tumbuh cerdas, maka tidak sedikit perusahaan yang mengalami kenaikan pendapatan karena memperkerjakan para milenial. SIMPULAN Kondisi dunia kerja yang seperti ini memberikan tantangan tersendiri bagi para pengusaha dan pengelola Hubungan Industrial. Pertumbuhan Ekonomi Kreatif sangat bergantung pada kemampuan dan
kreatifitas manusia, sejalan dengan hal tersebut saat ini Generasi Milenial hampir menguasai porsi tenaga kerja di suatu perusahaan dengan karakteristik yang rendah angka loyalitasnya. Suatu sistem hubungan yang baik yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur Pengusaha, Pekerja/Buruh, dan Pemerintah tentu akan membentuk suatu Hubungan Industrial yang harmonis. Dengan adanya fenomena Generasi Milenial ini apakah para pengusaha telah siap dengan segala resikonya? Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan oleh para pengusaha khususnya bidang Ekonomi Kreatif agar dapat memperkokoh landasannya sebagai pondasi penting bagi perekonomian negara? Seperti yang telah dibahas pada paragraf sebelumnya dalam konteks Ekonomi Kreatif, Sumber Daya Menusia menjadi landasan utama sebagai sumber dari kreatifitas aktifitas usaha. Lantas dengan bertumbuhnya Generasi Milenial yang dianggap kurang loyal terhadap pekerjaannya, bagaimana 16 sub sektor Ekonomi Kreatif dapat memenuhi harapan pemerintah sebagai salah satu sumber kekuatan ekonomi bangsa? Tentu saja peran para pengusaha dan pelaku industri ini menjadi poin utama dalam menyediakan lapangan pekerjaan baru dan tentunya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat usia produktif dan generasi muda.
***
Research by DPN APINDO - Apindo Training Center
Page 4