September 2009
J URNAL T ET UM
PENGANTAR Bapak dan Ibu orang tua/wali murid yth, Bulan ke-3 bersekolah? Anak-anak sudah mulai merasa nyaman dengan situasi baru, dan kami pun sudah mengenal karakteristik mereka dengan lebih baik. Sekalipun seorang anak bersama kami sejak usia 2 tahun, kami selalu menyaksikan adanya perubahan ketika mereka masuk ke kelas baru. Memasuki bulan ke-3, kami mengundang Ibu Alzena Masykouri, M.Psi, psikolog mitra kami, untuk melakukan observasi pada beberapa anak yang kami identifikasi perlu mendapat perhatian khusus. Mereka adalah anak yang hiperatif dan mudah teralih, adanya masalah perilaku, adanya masalah wicara, adanya masalah motorik, dan adanya masalah akademik. Di luar kriteria tersebut, kami juga menaruh perhatian khusus terhadap anak dari keluarga labil. Tujuan dari observasi adalah untuk mendapatkan temuan gangguan pada perkembangan anak agar dapat dilakukan intervensi yang tepat . Dalam jurnal kali ini, yang jatuh di bulan Ramadan, kami khusus membahas tentang ”anak-anak yang khusus”. Menerima keunikan mereka adalah bentuk ketertundukan kita kepada Sang Pencipta. Selamat berlibur dan Selamat Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin Wassalam, Endah Soekarsono, Kepala Sekolah 10 September 2009
Daftar Isi: • • •
Pengantar 1 Tetum dan Anak Spesial 2 Sensori Integrasi 4
1
September 2009
TETUM
DAN
ANAK SPESIAL
”Dia autis, ya?” tanya seorang tamu Tetum. Anak yang dimaksud sedang berdiam diri, bersandar pada loker, menatap temantemannya yang sedang bermain, dan pandangan matanya mengikuti kami yang melintas di depannya, namun langsung menunduk ketika kami sapa. Dia ”anak spesial” tapi bukan autis. Di Tetum memang ada berbagai tipe anak, yang kerap mengundang tatap mata ingin tahu para tamu, termasuk orang tua murid. Rasa ingin tahu adalah suatu hal yang wajar, dan kami biasanya hanya menjelaskan kondisinya secara umum. Misalnya, ”Oh dia punya cara belajar berbeda” atau ”Dia punya kebutuhan bergerak yang tinggi.” Secara etika kami tidak akan menceritakan kondisi seorang anak yang ada di Tetum kepada siapa pun kecuali orang-orang yang terlibat dalam penanganan anak tersebut. Tetum adalah sebuah sekolah untuk semua anak, tanpa menyebut diri sekolah inklusi. Kami akan menerima setiap anak yang datang, asalkan kapasitas kelas masih memadai. Mengingat kondisi anak semakin beragam kini, dalam penerimaan murid baru di awal tahun ajaran ini kami melakukan observasi untuk melihat apakah ada kecenderungan hiperaktivitas, sulit berfokus, masalah wicara, masalah motorik dan masalah akademis. Pengamatan kami menjadi lebih kaya ketika proses belajar telah berlangsung selama sebulan dua bulan. Akan jelas terlihat apakah ketika guru membacakan cerita, anak mendengarkan? Apakah dalam pergaulan sehari-hari dengan teman dia cenderung impulsif? Apakah perkembangan bahasanya sesuai tahap usianya? Apakah dia bisa dengan bebas tak beralas kaki? Apakah dia dapat melakukan pengelompokan (sorting) dan kemampuan akademis lain?
2
September 2009
Kami juga menaruh perhatian khusus pada anak dari keluarga labil. Artinya, si anak berada dalam lingkungan keluarga yang masih dalam proses berpisah, atau yang cenderung melakukan kekerasan. Kasus-kasus yang kami identifikasi kami bahas bersama psikolog yang kemudian melakukan observasi dan pembicaraan dengan orang tua. Apabila diketahui adanya gangguan disfungsi sensori integrasi, kami akan merujuk ke pusat terapi. Apabila yang ditemukan adalah masalah pola asuh, penanganan cukup dilakukan di rumah, dengan memberikan stimulasi yang tepat bagi anak. Apabila putra-putri Bapak/Ibu termasuk dalam kelompok yang kami amati dengan cermat karena adanya indikasi tertentu, mohon tidak resah. Dengan diketahui lebih cepat, maka putra-putri Bapak/Ibu dapat tertolong lebih cepat. Ada pendapat sebagian orang tua bahwa anak akan berubah dengan sendirinya ketika dia besar; atau tidak perlu dicemaskan karena ayah atau ibunya dulu juga begitu. Perlu dicermati mengenai isu ”keturunan” ini. Sungguhkah anak dan orang tuanya mempunyai kasus sama? Sekalipun ya, orang tua zaman dulu tidak punya pilihan untuk melakukan penanganan bagi putra-putri merea karena belum terkuaknya pengetahuan tentang kasus-kasus berkebutuhan khusus. Anak pada generasi terdahulu tidak mempunyai tantangan sebesar anak sekarang. Anak dulu tidak terpapar radiasi dari medan elektromagnetik, seperti wifi, ponsel, dan sebagainya. Radiasi semacam itu mengakibatkan adanya gangguan pemusatan perhatian. Kalau anak sekarang –yang terdeteksi adanya gangguan—tidak mendapat arahan yang besar, maka kita telah menyia-nyiakan kesempatan dia untuk berkembang lebih baik, untuk survive dalam kehidupan yang tentu makin sulit. Semakin dini kita atasi masalah pada anak, semakin mudah baginya untuk berkembang. Tetum mengajak orang tua memberi stimulasi terbaik bagi generasi penerus kita, agar kelak kita mempunyai pemimpin yang sehat dan cakap.
PERTANYAAN
YANG
MUNGKIN
AKAN
DIAJUKAN
Tanya (T): Tetum sepertinya memberi perhatian khusus kepada anak spesial, apakah anak saya tetap akan diperhatikan?
Jawab (J): Tetum memberi perhatian khusus kepada setiap anak. Semua anak adalah spesial sekalipun dia tidak termasuk anak berkebutuhan khusus.
3
September 2009
SENSORI INTEGRASI Anak berkebutuhan khusus mengalami disfungsi sensori integrasi. Sensori integrasi adalah proses bagaimana otak kita menerima, mengatur dan menginterpretasikan informasi dari kelima indra. Sensori integrasi juga merupakan bahan dasar untuk membangun pengetahuan akademis dan mengatur perilaku. Bila informasi sensori diproses dengan benar, kita dapat merasakan apa yang kita lihat, dengar, sentuh dan rasakan. Seseorang yang tidak dapat merasakan apa yang mereka lihat, dengar, sentuh dan rasakan kerap merasa frustrasi dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Anak-anak dengan masalah ini pada umumnya menemui masalah ketika berpakaian, bermain dengan teman atau menggunakan pensil atau gunting.
Sensori integrasi mencakup kelima indra kita dan dua indra tambahan. Indra ini adalah penglihatan, penciuman, pengecap, pendengaran dan sentuhan. Dua indra yang khusus adalah indra gerakan dan indra posisi tubuh. Indra gerakan memungkinkan mata, kepala dan tubuh anak bekerja bersama secara otomatis dan memberi kemampuan keseimbangan kepada anak. Indra posisi tubuh memungkinkan anak menggerakkan tubuh tanpa harus mengamati setiap gerakan. Indra ini memungkinkan ia menulis dengan pensil dan makan dengan sendok tanpa harus melihat peralatan ketika menggunakan. Yang juga penting pada balita adalah indra sentuhan, gerakan dan posisi tubuh. Ketiga indra ini membantu memberikan dasar untuk perkembangan konsentrasi, belajar membaca dan menulis atau menalikan sepatu.
4