Jurnal Tesis Dudy Final Release

  • Uploaded by: Drs.Dudy Bagus Prasetyo, AP, MS
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jurnal Tesis Dudy Final Release as PDF for free.

More details

  • Words: 7,839
  • Pages: 10
0 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR TAMBANG PT ARUTMIN INDONESIA SATUI MINE DALAM PELAKSANAAN PROGRAM AKU HIMUNG PETANI BANUA* The Participation Factors of Local Society around PT Arutmin Indonesia Satui Mine area in Aku Himung Petani Banua Program Dudy Bagus Prasetyo1, Prof.DR.Ir. Athaillah Mursyid, MS.2, Ir. Eka Radiah, MP.3, Ir. Daniel Itta, MS.4 Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Jalan A. Yani Km.36 Banjarbaru (70714) – Kalimantan Selatan [email protected] Abstract The purposes of the research aimed to analyze correlation between social economy factor (income rank and education rank), and culture factor (work ethos) with the participation of local society in Aku Himung Petani Banua Program around PT Arutmin Indonesia Satui Mine area. The research was conducted in Bukit Baru village Satui district Tanah Bumbu regency and Sei Cuka village Kintap district in Tanah Laut regency – South of Kalimantan province from August to October 2008. The respondents for the research consisted of 33 respondents from 104 persons selected by proportional random sampling which they were joined in Aku Himung Petani Banua Program. The local society participation rank was analyzed using 3 item indicators of participation in Aku Himung Petani Banua Program, and there are illumination activity, training activity and the local society respons for demploting assistance. Second, the correlation between social economy factors (income rank and education rank), and culture factor (work ethos) with the participation of local society around PT Arutmin Indonesia Satui Mine area in that program were analyzed using spearman rank as applied. The results showed that the participation of local society was in hight rank category at 84,85%. The spearman rank correlation analisys showed that the social economy factors (income rank and education rank), and culture factor (work ethos) were not correlated with the local society participation in Aku Himung Petani Banua Program. The research implies that the social economy factors (income rank and education rank), and culture factor (work ethos) were not fully justified correlated with the participation of local society in Aku Himung Petani Banua Program around PT Arutmin Indonesia Satui Mine area. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan) dan faktor budaya (etos kerja) terhadap tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Penelitian dilaksanakan di Desa Bukit Baru Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu dan Desa Sei Cuka Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan yang dimulai sejak bulan Agustus sampai dengan Oktober 2008. Responden untuk penelitian terdiri dari 33 orang responden dari 104 orang yang terpilih secara proporsional acak. Tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang dalam Program Aku Himung Petani Banua diukur melalui 3 indikator partisipasi dalam Program Aku Himung Petani Banua, yaitu kegiatan pelatihan, kegiatan penyuluhan dan respon masyarakat terhadap bantuan demplot. Tujuan kedua, yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan) dan faktor budaya (etos kerja) dengan tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam program tersebut dengan menggunakan spearman rank. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat termasuk dalam kategori tinggi. Analisa data dengan menggunakan spearman rank menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor sosial ekonomi dan faktor budaya dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Riset ini memiliki implikasi bahwa ternyata faktor sosial ekonomi dan faktor budaya (etos kerja) tidak memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

Kata Kunci : Partisipasi, Masyarakat Sekitar Tambang, Sosial Ekonomi, Budaya (Etos Kerja). * Tesis Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat. 1 Mahasiswa Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – Program Pascasarjana Program Universitas Lambung Mangkurat. 2 Ketua Komisi Pembimbing Tesis, Ketua Pengelola dan Pengajar pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat. 3 Anggota Komisi Pembimbing Tesis dan Pengajar pada Fakultas Pertanian dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat. 4 Anggota Komisi Pembimbing Tesis dan Pengajar pada Fakultas Kehutanan dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan masyarakat lokal sekitar tambang mungkin sebuah istilah yang baru bagi kita. Makna-makna pengembangan masyarakat lokal terkait dengan pelaksanaan program community development sering dikaitkan dengan konteks pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan sosial. Salah-satu bentuk implementasi pembangunan kesadaran akan pentingnya kesejahteraan sosial adalah dengan dikenalnya tak lama ini dengan istilah “community development” atau lazim kita kenal dengan istilah “Pengembangan Masyarakat”. Terkait dengan mekanisme pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, sering kita dengar bahwa masyarakat dipandang hanyalah sebagai obyek yang menerima resiko (dampak) dari eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan manusia. Eksploitasi terhadap sumberdaya alam yang berlebihan sering menimbulkan dampak-dampak yang merugikan, di sisi lainnya eksploitasi sumberdaya ini dilakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Contoh riilnya adalah eksploitasi Batubara yang saat ini sedang marak dilakukan hampir di seluruh kawasan Indonesia. Kenyataan menunjukkan bahwa kegiatan ekploitasi tambang batu bara ini sering menimbulkan banyak konflik kepentingan. Di satu sisi, sumber daya alam dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan peningkatan pendapatan daerah (PAD) guna penyelenggaraan pembangunan (Pusat dan Daerah). Di sisi lainnya, akibat eksploitasi sumber daya alam mengakibatkan kerusakan pada alam dan bencana akibat degradasi lingkungan, dan tentunya masyarakat yang lebih banyak menerima resiko tersebut. Keadaan ini secara langsung atau tidak langsung akan mengakibatkan terjadinya eksploitasi kekayaan sumber daya alam dan ekosistemnya, sehingga pada gilirannya akan memacu keadaan lingkungan menjadi berada pada taraf membahayakan kehidupan masyarakat (Hasan, 2001). Kegiatan pertambangan umumnya beroperasi di daerah terpencil dan berhimpitan dengan kegiatan masyarakat seharihari. Masalah muncul ketika masyarakat menganggap bahwa perusahaan telah merebut lahannya, dan kegiatan tambang menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Keadaan tersebut seringkali menimbulkan konflik dalam kehidupan masyarakat lokal. Kedatangan perusahaan pertambangan bahkan sejak tahap eksplorasi seringkali menimbulkan harapan yang tinggi, khususnya berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat di sekitar operasional tambang, baik dalam bentuk penyerapan tenaga kerja, ketersediaan fasilitas infrastruktur yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar bahkan hingga masalah peningkatan perekonomian daerah serta kesejahteraan masyarakat sekitar tambang. Asumsi yang berkembang selama ini adalah dengan kekayaan sumber daya alam yang tereksploitasi, maka semestinya masyarakat akan merasakan manfaat langsung dari keberadaan perusahaan tambang batu bara beroperasi di kawasan tersebut. Namun kenyataan menunjukkan hal lain, yaitu bahwa pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar. Ternyata di kawasan yang tereksploitasi sumberdaya alamnya masih banyak ditemui masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan masyarakat sekitar tambang sering menjadi issue sosial yang sering menjadi pemicu terjadinya konflik sosial antara perusahaan dan masyarakat. Kedatangan perusahaan tambang pada suatu kawasan memicu terjadinya perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat lokal. Kebiasaan (pola hidup) masyarakat sekitar tambang yang senantiasa menggantungkan hidup pada alam dengan bekerja sebagai Petani atau Peladang berubah drastis seiring dengan perubahan sosial yang terjadi di kawasan yang menjadi pusat operasional tambang. Perubahan yang sangat mencolok dan dapat dilihat adalah perubahan pergeseran pola hidup (kebiasaan) masyarakat. Semula pola hidup masyarakat bersifat tradisional dan banyak bergantung dengan alam berubah drastis menjadi masyarakat yang terkontaminasi modernitas perusahaan. Akibatnya, mereka banyak

terpinggirkan karena tidak mampu bersaing dengan masyarakat pendatang untuk memperoleh pekerjaan. Kehidupan mereka semakin terpinggirkan tatkala sebagian lahan tempat mereka menggantungkan hidup telah beralih fungsi menjadi areal pertambangan. Fenomena ini sering tidak terpikirkan atau dipandang hanya sebelah mata oleh pihak-pihak terkait. Ketika semua masalah terakumulasi maka keadaan ini berubah menjadi sebuah issue pemicu terjadinya konflik (baik vertikal dan horizontal) dari berbagai pihak yang berkepentingan dengan kelancaran operasional tambang di kawasan tersebut. Untuk menjembatani berbagai kepentingan berbagai pihak, seperti Pemerintah, Pengusaha (Pihak Swasta) dan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam di daerah maka dikumandangkanlah issue tanggungjawab sosial dan lingkungan, atau lazim dikenal dengan istilah CSR (Corporate Social Responbility) di lingkungan perusaahaan operasional pertambangan. Salah-satu bentuk konsep pelaksanaan tanggungjawab sosial (Corporate Social Responbility) adalah Program Aku Himung Petani Banua yang dilaksanakan oleh PT Arutmin Indonesia Satui Mine. Dilaksanakannya Program Aku Himung Petani Banua ini mengandung harapan, yaitu dapat membuka akses peluang (kesempatan) kepada masyarakat untuk menggeluti pekerjaan mereka yang sebelumnya pernah mereka tinggalkan, yaitu sebagai Petani (Peladang) di sektor pertanian dan di sektor lainnya, seperti : perikanan dan peternakan. Berdasarkan pengamatan sementara yang dilakukan penulis diperoleh fakta bahwa belum pernah dilakukan sebuah penelitian sebelumnya yang bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Hal yang dapat dilihat di lokasi penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Aku Himung Petani Banua beragam. Hal ini diindikasi dari adanya perbedaan motivasi dan persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua itu sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan adanya fakta bahwa sebagian masyarakat sekitar tambang kurang begitu tertarik untuk berpartisipasi aktif dalam program tersebut. Alasannya, karena program yang berbasis pada usaha budidaya di bidang pertanian, perikanan dan peternakan memerlukan jangka waktu yang cukup lama untuk dipetik hasilnya. Berbeda sekali dengan masyarakat pendatang yang justru menganggap program ini sebagai suatu kesempatan dan akses peluang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka adalah masyarakat pendatang, seperti masyarakat transmigran dari Jawa, Sunda, Batak, Flores dan Bugis yang justru menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Keberagaman tingkat partisipasi masyarakat ini tentu merupakan suatu permasalahan yang mungkin patut dikaji lebih mendalam. Sehingga diduga tinggi atau rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Aku Himung Petani Banua berhubungan dengan faktor sosial ekonomi dan faktor budaya masyarakat sekitar tambang itu sendiri. Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan, sebagai berikut : 1. Sejauhmana tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. 2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dirumuskan, sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

2 2. Untuk mengetahui apakah faktor sosial ekonomi yang meliputi variabel pendapatan dan pendidikan, serta faktor budaya (Etos Kerja) yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Hipotesis 1. Diduga tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua PT Arutmin Indonesia Satui Mine masih rendah. 2. Diduga : a. Terdapat hubungan antara faktor sosial ekonomi masyarakat (tingkat pendidikan, tingkat pendapatan masyarakat sekitar tambang dengan tingkat partisipasi masyarakat. b. Terdapat hubungan faktor budaya (Etos Kerja) masyarakat sekitar tambang dengan tingkat partisipasi masyarakat. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Bukit Baru Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu dan Desa Sei Cuka Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut yang merupakan wilayah tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang menjadi kawasan pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Agustus s.d Oktober 2008. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data sekunder dan primer. Data primer adalah data yang bersumber langsung dari masyarakat sekitar tambang batubara PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang kawasan tempat tinggalnya menjadi basis pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua yang didapatkan melalui teknik wawancara terstruktur (menggunakan kuesioner), sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti hasil-hasil penelitian, studi pustaka dan informasi dari lembaga terkait. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan metode survei. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber langsung dari masyarakat sekitar tambang batubara PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang kawasan tempat tinggalnya menjadi basis pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua yang didapatkan melalui teknik wawancara terstruktur (menggunakan kuesioner), sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti hasil-hasil penelitian, studi pustaka dan informasi dari lembaga terkait. Metode Pengambilan Sampel Populasi Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang terdaftar sebagai peserta binaan dalam Program Aku Himung Petani Banua sebanyak 104 orang yang berdomisili di 2 (dua) lokasi yang menjadi obyek penelitian. Sampel Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Proporsional Random Sampling terhadap sampel berdasarkan kelompok etnis (suku) dengan menerapkan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menghitung jumlah populasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang selama ini menjadi anggota binaan (peserta) Program Aku Himung Petani Banua. b. Menentukan besarnya sampel secara acak berimbang (proportional random sampling) dengan tujuan untuk menentukan keterwakilan dari masing-masing kelompok yang akan diteliti.

c.

Penentuan anggota sampel sebesar 30% disesuaikan dengan jumlah sampel pada tiap kelompok sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2003) yang menjelaskan bahwa jika peneliti mempunyai beberapa ratus subyek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25% – 30% dari jumlah subyek tersebut. Definisi Operasional

Untuk memperoleh batasan yang jelas serta memudahkan dalam pengukuran variabel penelitian yang akan dilaksanakan secara rinci pada uraian berikut : 1. Tingkat partisipasi masyarakat adalah tingkat keikutsertaan masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua dengan indikator : 1) Tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan. 2) Tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan. 3) Respon masyarakat terhadap bantuan Tehnis Demplot yang diberikan dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. 2. Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat meliputi : 1) Tingkat pendapatan masyarakat, yaitu pendapatan ratarata rumah tangga per bulan.  Dikategorikan Tinggi, apabila pendapatan rata-rata per bulan yang diperoleh responden ≥ Rp.500.000,per bulan.  Dikategorikan Rendah, apabila pendapatan rata-rata per bulan yang diperoleh responden < Rp.500.000,per bulan. 2) Tingkat pendidikan masyarakat, yaitu jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh masyarakat.  Dikategorikan Tinggi, apabila responden pernah menempuh pendidikan formal yaitu pernah masuk SLTP/ Tamat SLTP, atau pernah mengikuti pendidikan Paket B, dan/ atau pernah masuk SLTA/ Tamat SLTA atau pernah mengikuti pendidikan Paket C.

3.

 Dikategorikan Rendah, apabila responden pernah menempuh pendidikan formal yaitu masuk SD/ Tamat SD, atau pernah mengikuti pendidikan Paket A. Faktor Budaya, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan nilainilai etos kerja masyarakat. Dari 37 sifat yang mencerminkan etos kerja yang baik (Sinamo, 2005) hanya dipilih 6 (enam) sifat etos kerja, yaitu : 1) Motivasi, yaitu motif (tujuan) atau latar belakang minat masyarakat bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua. 2) Keaktifan, yaitu berkaitan keaktifan masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. 3) Konsistensi, yaitu kesanggupan responden untuk mematuhi ketentuan dan mekanisme yang berlaku dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. 4) Kerjasama, yaitu kemauan untuk bekerjasama selama mengikuti pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. 5) Semangat, yaitu antusiasme masyarakat terhadap berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua. 6) Tepat Waktu, yaitu ketepatan waktu untuk menghadiri seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Untuk pengukuran variabel faktor budaya (Etos Kerja) dilakukan dengan menghitung total skor jawaban responden pada beberapa pertanyaan yang terkait dengan etos kerja masyarakat sebagaiman dilakukan sama untuk tingkat partisipasi masyarakat, dan diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu tinggi dan rendah dengan kriteria :  Dikategorikan Tinggi, apabila persentase rata-rata responden ternyata lebih dari > 70%.

3 Dikategorikan Tinggi, apabila persentase rata-rata responden ternyata lebih dari ≤ 70%.



Pengolahan dan Analisa Data 1.

Di mana :

Tujuan Pertama, yaitu untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua =



rs =



X

2

2

 Y    X  Y



2

2

di

2

2

Keterangan :



X

2



Y

2

T=

n

3

-n 12 n3 -n  12 

-



TX

-



TY

t3 - t 12

Di mana : t = banyaknya observasi yang berangka sama/seri pada suatu ranking tertentu. T = Faktor koreksi yang berangka sama pada suatu ranking Tertentu. Hipotesis pengujian disusun sebagai berikut : H0 : rs = 0 H1 : rs ≠ 0 Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : 1. H0 ditolak, apabila rshitung > rtabel (5%) 2. H1 : diterima, apabila rshitung ≤ rtabel (5%) Untuk pengujian koefisien korelasi Spearman jika sampel yang digunakan ≥ 10 dapat digunakan tabel t, dimana nilai t sampel dapat dihitung dengan rumus (Hadi, 2004) :

rs = Koefisien korelasi rank Spearman N = Jumlah pasangan (rank)

Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : 1. 2.



100% ∑ − Untuk penarikan kesimpulan, maka hasil analisis tersebut dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori dengan kriteria (Hartono, 2006) : 1) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua tergolong Tinggi, jika tingkat partisipasinya > 70%. 2) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua tergolong Rendah, jika tingkat partisipasi yang diperoleh ≤ 70%. 2. Untuk menjawab tujuan kedua, yaitu mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi yang meliputi variabel pendapatan dan pendidikan, serta faktor budaya (etos kerja) yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua dilakukan dengan menggunakan uji korelasi tata jenjang (Rank Spearman) berdasarkan nomor urut atau peringkat distribusi masing-masing faktor. Langkah-langkah perhitungan yang harus dilaksanakan adalah pertama-tama mengurutkan atau meranking nilai-nilai dari hasil pengamatan. Misalnya dari penelitian didapat pasangan data (X1, Y1), (X2,Y2),...(Xn,Yn). Nilai-nilai variabel X1 kemudian disusun menurut besarnya nilai dari sikap variabel yang terbesar dari rank 1, terbesar kedua diberi rank 2, tebesar ketiga diberi rank 3, dan seterusnya sampai pada nilai terkecil yang diberi rank n, demikian juga untuk variabel Y. Apabila dari data hasil pengamatan setelah diranking ternyata banyak yang bernilai sama, artinya ada rank yang sama baik pada rank X, maupun rank Y, maka perhitungan koefisien rank Spearman dilaksanakan melalui perhitungan (Hadi, 2004), sebagai berikut :

N - 2 1 - r2

t = rs

H0 = ditolak, apabila thitung > ttabel (5%) H1 = diterima, apabila thitung ≤ ttabel (5%) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 104 orang, yang diambil secara purposive random sampling terdiri dari 33 orang anggota masyarakat peserta binaan dalam Program Aku Himung Petani Banua. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa masing-masing responden memiliki karakteristik yang cukup beragam. Identitas responden dapat diuraikan, sebagai berikut : 1.

Jenis Kelamin Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin  

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah

Responden 27 6 33

Persentase 81,81 18,19 100

Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Dari data pada Tabel 1 diatas terdapat sebanyak 27 orang atau 18,18 % responden berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 6 orang atau 81,82 % responden berjenis kelamin laki-laki. Data di atas mengindikasikan bahwa ternyata Program Aku Himung Petani Banua lebih banyak melibakan masyarakat berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Tingginya persentase laki-laki daripada perempuan dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua karenakan lebih banyak masyarakat berjenis kelamin laki-laki yang terlibat aktif dalam program tersebut bila dibandingkan yang berjenis perempuan. Hal ini terjadi karena kaum laki-laki memposisikan diri mereka sebagai kepala rumah tangga yang harus bekerja dan mencari penghidupan yang layak untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, dan karena itulah mereka terdorong bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua untuk merubah kehidupannya. 2. Umur Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Umur Responden Persentase 11 – 20 1 3,03 21 – 30 10 30,30 31 – 40 11 33,33 41 – 50 5 15,15 51 – 60 3 9,09 61 – 70 3 9,09 Jumlah 33 100 Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Secara umum Tabel 2 menunjukkan dari 33 responden yang diteliti masih termasuk ke dalam kelompok berusia produktif (usia kerja), yaitu diantara umur 17 s/d 50 tahun, dan sebagian kecil responden berusia lanjut. 3. Tingkat Pendidikan Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Jenjang Pendidikan Formal Responden Persentase  Tidak Pernah Sekolah 1 3,03  SD / Tidak Tamat SD, atau 24 72,73 Kejar Paket A  SLTP / Tidak Tamat SLTP, 5 15,15 atau Kejar Paket B  SLTA / Tidak Tamat SLTA, 3 9,09 atau Kejar Paket C Jumlah 33 100 Sumber : Data Primer Tahun 2008.

4

4.

Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 8 (delapan) orang atau 24,25% masyarakat pernah menempuh pendidikan SLTP / Tidak Tamat SLTP, atau Kejar Paket B dan SLTA / Tidak Tamat SLTA, atau Kejar Paket C. Sedangkan lainnya sebanyak 25 orang atau 75,75% hanya pernah menempuh pendidikan SD / Tidak Tamat SD, atau Kejar Paket A dan termasuk mereka yang tidak pernah menempuh pendidikan formal sama sekali. Tingkat Pendapatan

Pada Tabel 6 terlihat bahwa masyarakat peserta Program Aku Himung Petani Banua terdiri dari beberapa kelompok etnis (suku) yang beragam. Dapat dilihat pada Tabel 8 bahwa terdapat kelompok etnis (suku) Jawa sebanyak 17 orang atau 51,52%, suku Banjar sebanyak 11 orang atau 33,33%, suku Sunda sebanyak 2 orang atau 6,06%, dan untuk suku Bugis, Batak serta Flores masingmasing sebanyak 1 orang atau 3,03%. Data di atas menunjukkan bahwa masyarakat dari kelompok etnis (suku) Jawa lebih banyak daripada kelompok etnis Banjar, Sunda, Batak dan Flores. Tingginya populasi kelompok etnis Jawa dibandingkan kelompok etnis (suku) lainnya karena pada 2 (dua) lokasi penelitian tersebut adalah merupakan kawasan transmigrasi yang umumnya didatangkan dari pulau Jawa sehingga mayoritas penduduknya lebih banyak yang beretnis (suku) Jawa dan telah lama menetap di kawasan tersebut hingga sekarang.

Tabel 4

 

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan Pendapatan per Bulan Responden Persentase ≥ Rp.500.000,- per bulan 24 72,7 < Rp.500.000,- per bulan 9 27,3 Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Pada Tabel 4 menunjukkan terdapat sebanyak 24 orang (72,7%) masyarakat memiliki pendapatan ratarata ≥ Rp.500.000,- per bulan, sedangkan lainnya sebanyak 9 orang (27,3%) masyarakat memiliki pendapatan rata-rata ≥ Rp.500.000,- per bulan. Data diatas mengindikasikan tingkat pendapatan rata-rata masyarakat termasuk dalam kategori tinggi. Karena tingkat pendapatan masyarakat rata-rata per bulan di atas Rp.500.000,-. Tingginya pendapatan rata-rata per bulan masyarakat karena banyaknya masyarakat yang bekerja tidak pada satu jenis pekerjaan saja. Misalnya, mereka yang bekerja sebagai petani juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang sayur-mayur di pasar Sungai Danau, atau ada juga yang merangkap bekerja sebagai buruh bangunan atau tenaga harian lepas pada perusahaan-perusahaan di sekitar desanya, dan sebagainya. Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine tidak saja bekerja pada satu bidang pekerjaan saja namun mereka juga memiliki pekerjaan sampingan lain sehingga dengan pekerjaannya itu mereka dapat memperoleh pendapatan rata-rata lebih dari Rp.500.000,- pada tiap bulannya. 5. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan responden, yaitu jenis mata pencaharian yang digeluti masyarakat setiap hari dan menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Distribusi responden menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5, sebagai berikut : Tabel 5

Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan   

Petani / Peternak / Nelayan Pekerja Kayu Sibitan / Buruh Lain-Lain Jumlah

Jumlah

Persentas e

25

75,7

2

6,1

6 33

18,2 100

Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa sebanyak 25 orang atau 75,7% memiliki pekerjaan sebagai petani, peternak dan pembudidaya ikan (Nelayan), sebanyak 2 (dua) orang atau 6,1% bekerja sebagai pengumpul sibitan kayu ulin dan sebanyak 6 (enam) orang atau 18,2% bekerja tidak tetap atau tidak jelas apa pekerjaannya. 6. Kelompok Etnis (Suku) Tabel 6 Etnis Jawa Banjar Sunda Bugis Batak Flores Jumlah

Distribusi Responden Menurut Kelompok Etnis (Suku) Bukit Baru Sei Cuka Jumlah Persentase 2 15 17 51,52 7 4 11 33,33 2 2 6,06 1 1 3,03 1 1 3,03 1 1 3,03 9 24 33 100

Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Partisipasi Masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua adalah derajat keterlibatan aktif atau keikutsertaan seorang atau sekelompok masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satu Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Tingkat partisipasi dihitung berdasarkan skor partisipasi masyarakat dalam kegiatan pelatihan, kegiatan penyuluhan dan tanggapan masyarakat terhadap bantuan demplot. Nilai skor kriteria tingkat partisipasi digolongkan menjadi tingkat partisipasi rendah dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data, sebagai berikut : Tabel 7 Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua Tingkat Partisipasi - Pelatihan - Penyuluhan - Bantuan Demplot

Nilai Yang Didapat 5,61 7,09 7,67 6,79

Nilai Ideal

Persentase

Kategori

7 9 8

80,09 78,79 95,83

Tinggi Tinggi Tinggi

8

84,85

Tinggi

Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Berdasarkan hasil penelitian, skor yang didapat pada 3 (tiga) komponen kegiatan partisipasi masyarakat dalam Program Aku Himung Petani Banua adalah didapat rata-rata sebesar 6,79 dengan skor ideal 8, sehingga diperoleh persentase skor sebesar 84,85%. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka nilai persentase di atas termasuk kategori tinggi. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat tersebut ditunjukkan dengan data pada Tabel 7 di atas bahwa lebih dari 50% masyarakat terlibat langsung dan berperan aktif dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua. Hipotesis sebelumnya dinyatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua masih rendah. Namun hasil penelitian justru menunjukkan hal yang berbeda. Hasil penelitian justru menunjukkan bahwa menolak hipotesis awal, yakni tingkat partisipasi masyarakat termasuk kategori rendah. Partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua diukur dari tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan, pelatihan, dan penerimaan bantuan demplot5. Hasil penghitungan skor tingkat partisipasi masyarakat diperoleh nilai skor masing-masing sebesar 80,09% dan 78,79% pada indikator tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan, sedangkan pada indikator tanggapan masyarakat terhadap bantuan demplot diperoleh skor sebesar 95,83%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan serta

5

Demplot adalah demontration plot atau kegiatan demontrasi percontohan petak lahan.

5 respon yang diberikan masyarakat terhadap bantuan demplot termasuk dalam kategori tinggi. Tingginya persentase yang diperoleh dari ketiga indikator terebut menjadi indikasi bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua termasuk dalam kategori tinggi. Tingginya tingkat kehadiran masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan didorong oleh inisiatif dari diri petani itu sendiri untuk menambah pengetahuan yang berhubungan dengan usaha budidaya yang dilakukannya. Selain itu, karena adanya keinginan (kemauan) mereka untuk memperbaiki usaha tani yang telah mereka tekuni selama ini. Dengan mengikuti kegiatan pelatihan dan penyuluhan tersebut mereka dapat memperoleh tambahan pengetahuan yang dirasakan bermanfaat bagi usaha budidaya pertanian yang dilakukannya. Materi-materi pelatihan yang diberikan dalam kegiatan tersebut, meliputi :  Tehnis Budidaya Pertanian Tanaman Pangan dan Tanaman Tahunan  Tehnis Budidaya Perikanan Keramba dan Jala Apung  Tehnis Budidaya Peternakan Sapi Potong, Ayam Broiller dan Ayam Petelur  Tehnis Pengolahan Limbah Kotoran Sapi Untuk Tehnologi Biogas, dan ;  Tehnis Manajemen Usaha Ekonomi Produksi Pertanian Terpadu. Pada kegiatan pelatihan terungkap bahwa tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan termasuk tinggi, yaitu 69,7%, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam setiap pertemuan yang dilaksanakan mereka selalu aktif mengajukan berbagai pertanyaan mengenai materi yang disampaikan dalam kegiatan pelatihan tersebut. Mereka juga aktif menyampaikan setiap masalah yang mereka hadapi di lapangan. Dengan dilaksanakannya kegiatan pelatihan tersebut mereka mengharapkan adanya pemecahan terhadap masalahmasalah yang terkait dengan usaha budidaya yang ditekuninya. Hal positif lainnya adalah mereka dapat saling bertukar informasi dan pengalaman dengan anggota masyarakat dari wilayah lainnya terhadap beberapa permasalahan usaha budidaya yang pernah mereka alami sebelumnya. Kondisi inilah yang mendorong mereka ingin bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua dan selalu menghadiri kegiatan-kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dalam program tersebut. 30,3% 69,7%

Kategori Tinggi, sebanyak 23 Orang Kategori Rendah, Sebanyak 10 Orang

Gambar 1 Tingkat Kehadiran Masyarakat Dalam Kegiatan Pelatihan

Gambar 1 menunjukkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan tergolong tinggi, dimana terdapat 23 orang atau 69,7% menunjukkan tingkat kehadiran yang tinggi dalam kegiatan pelatihan. Tingginya tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan dikarenakan umumnya masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine merasa tertarik dan terstimulasi untuk mengikuti kegiatan pelatihan, karena mereka ingin belajar dan ingin mengetahui materi-materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan pelatihan tersebut. Alasannya adalah mereka ingin mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru sesuai sektor kegiatan yang diikutinya. Harapannya adalah dengan materi pelatihan yang diperolehnya maka mereka pengetahuan dan pengalaman mereka akan bertambah sehingga produkvitas lahannya akan lebih meningkat di masa yang akan datang. Kondisi inilah yang mendorong keinginan kuat mereka untuk bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua dan selalu menghadiri kegiatan-kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dalam program tersebut. Hal ini sesuai pendapat Djatmiko, et.al. (2003) yang mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dipengaruhi kemampuan dan kemauan mereka untuk berpartisipasi dalam program.

Terungkap bahwa sebelum mereka bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua, ternyata banyak di antara mereka atau para petani sekitar tambang sering mengalami gagal panen. Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan tentang tehnis budidaya mereka selama ini. Selain tidak mendapatkan hasil panenan ternyata usaha budidaya pertanian yang mereka tekuni semakin terpuruk karena terjerat hutang Saprodi (sarana produksi pertanian) dengan para tengkulak. Akibatnya, harga panen yang mereka peroleh sering dipermainkan oleh para tengkulak karena mereka harus membayar modal usaha pertanian yang telah diinvestasikan oleh para tengkulak tersebut. Permasalahan inilah yang menjadi perhatian PT Arutmin Indonesia Satui Mine untuk memecahkan kesulitan masyarakat sekitar tambang yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Salah-satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan sebuah program pengembangan masyarakat (community development), yaitu Program Aku Himung Petani Banua. Program ini memfokuskan kegiatannya untuk membantu dan memberikan pendampingan tehnis kepada masyarakat sekitar tambang terutama untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para petani. Komponen lain yang digunakan indikator untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat adalah tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan. Terungkap bahwa tingkat kehadiran yang masyarakat dalam kegiatan pelatihan termasuk tinggi, yaitu 67,7%, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2, sebagai berikut : 33,3% 67,7%

Kategori Tinggi, sebanyak 22 Orang Kategori Rendah, Sebanyak 11 Orang

Gambar 2 Tingkat Kehadiran Masyarakat Dalam Kegiatan Penyuluhan

Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 22 orang atau 66,7% masyarakat menyatakan bahwa mereka sering menghadiri kegiatan penyuluhan pada tiap minggunya. Data di atas menjadi indikasi bahwa ternyata tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan masih termasuk dalam kategori tinggi. Informasi yang didapatkan bahwa kegiatan penyuluhan rutin dilaksanakan 2 (dua) kali dalam sebulan, dan kegiatan tersebut dilaksanakan terjadwal pada kelompok tani binaan oleh tim pendamping tehnis yang disediakan oleh PT Arutmin Indonesia Satui Mine. Hal ini dilakukan karena ternyata masyarakat sekitar tambang yang umumnya bekerja sebagai petani tidak pernah menerima kunjungan dari petugas PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) dari instansi pemerintah setempat. Untuk mengatasi masalah tersebut maka PT Arutmin Indonesia Satui Mine melakukan kerjasama dengan Fakultas Pertanian dan Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tim pendamping tehnis ini memiliki tugas dan tanggungjawab memberikan saran dan bantuan tehnis pembinaan kepada masyarakat terkait dengan sektor kegiatan dalam Program Aku Himung Petani. Tingginya tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan karena mereka merasa tertarik perlu menyampaikan segala permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan penyuluhan terutama yang terkait dengan usaha budidaya yang dilakukannya. Alasannya, karena ingin mempelajari materi dan pengetahuan dari para pendamping tehnis dan sekaligus menerapkannya di lahan yang mereka miliki. Ada indikasi bahwa mereka berkeinginan hadir dalam kegiatan penyuluhan karena mereka tidak ingin gagal panen lagi seperti saat mereka belum tergabung dalam program tersebut. Tingginya kehadiran masyarakat pada kegiatan penyuluhan tersebut memicu peningkatan pengetahuan terhadap materi penyuluhan yang diberikan, dan pada gilirannya dapat meningkatkan partisipasi terhadap

6 pelaksanaan program. Hal tersebut menunjukkan indikasi bahwa intensitas komunikasi masyarakat dalam kegiatan penyuluhan dengan para Tenaga Pendamping Tehnis Program Aku Himung Petani dapat memicu timbulnya perubahan dalam diri masyarakat untuk semakin meningkatkan pengetahuannya. Faktor sosial yang juga penting agar terjadi partisipasi adalah komunikasi (Dwiyanti, 2005). Liliweri (2002) mengemukakan bahwa kehidupan manusia di masyarakat ditandai oleh dinamika komunikasi, kita bertukar informasi, gagasan dan pikiran melalui komunikasi. Melalui akses informasi maka akan meningkatkan partisipasi. Syamsi (1994 dalam Dwiyanti, 2005) berpendapat bahwa faktor komunikasi sebagai salah-satu cara untuk menyampaikan informasi merupakan sarana untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Karena, hasil dari proses komunikasi dapat merubah sikap dan perubahan sosial masyarakat yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pembangunan. Komponen kegiatan terakhir yang digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua yang digunakan adalah tanggapan (respon) masyarakat terhadap bantuan demplot yang diberikan. Tanggapan masyarakat terhadap bantuan demplot dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua dapat dilihat pada Gambar 3, sebagai berikut : 15,1%

84,9%

Kategori Tinggi, sebanyak 28 Orang Kategori Rendah, Sebanyak 5 Orang

Gambar 3 Tanggapan Masyarakat Terhadap Bantuan Demplot

Gambar 3 di atas mengungkapkan bahwa terdapat sebanyak 28 orang atau 84,9% masyarakat menunjukkan tanggapan (respon) yang termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa bantuan demplot yang diberikan dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua umumnya direspon atau ditanggapi secara baik oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat yang tergabung sebagai peserta binaan dalam Program Aku Himung Petani Banua menyatakan bahwa bantuan demplot yang diberikan PT Arutmin Indonesia Satui Mine sangat bermanfaat bagi usaha budidaya pertanian yang mereka tekuni saat ini. Bantuan saprodi tersebut membuat mereka bergairah kembali untuk menekuni usaha budidaya pertanian, sehingga dapat dikatakan bahwa melalui bantuan demplot yang diberikan akan memicu dan memacu masyarakat akan lebih meningkatkan partisipasinya dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Tingginya tanggapan masyarakat tersebut juga mendukung tingginya partisipasi terhadap pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini sesuai dengan Poston dalam Mardikanto (1994) yang berpendapat bahwa perbaikan kondisi hidup masyarakat dan upaya memenuhi kebutuhan untuk dapat menggerakkan partisipasi usaha yang dilakukan adalah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata, yaitu dijadikan stimulasi terhadap masyarakat yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban atau respon yang dikehendaki. Hal ini juga menguatkan pendapat Paul (1987, dalam Soemarwoto et.al., 2001) yang mengatakan bahwa partisipasi sebagai suatu proses aktif yang memperlihatkan bagaimana pihak-pihak yang mendapat manfaat ikut mempengaruhi arah dan pelaksanaan proyek, bukan hanya sekedar mendapat keuntungan dari proyek. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua Pendidikan formal adalah jenjang terakhir yang pernah diikuti oleh masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan formal yang pernah diikuti oleh masyarakat dari tidak tamat SD sampai dengan SMU/ Sederajat. Secara umum,

pendidikan masyarakat tergolong rendah diperoleh oleh 24 responden dan sisanya 9 orang tergolong berpendidikan tinggi. 27,27% 72,73%

Kategori Tinggi, sebanyak 24 Orang Kategori Rendah, Sebanyak 9 Orang

Gambar 4 Tingkat Pendidikan Masyarakat

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi rank Spearman antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat diperoleh rhitung 0,250, thitung 1,228 dengan ttabel = 2,040 pada taraf kepercayaan 95% (Lampiran 4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung = 1,228 < ttabel = 2,040 maka hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah tidak menjadi halangan untuk mereka berpartisipasi dalam kegiatan program Program Aku Himung Petani Banua yang dilaksanakan. Sebab keinginan kuat masyarakat bergabung dan meningkatkan kesejahteraan keluarga lebih besar dan terpatri kuat dalam diri masyarakat. Berbeda dengan pendapat Tjokroamidjojo (1985) bahwa ada hubungan yang erat antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi. Hal senada dikemukakan Suryani, et.al. (1987) yang berpendapat bahwa tingkat pendidikan dan kemiskinan adalah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat. Berbeda pula dengan pendapat Inkeles (1969) yang mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan individu, semakin luas pengetahuannya dan kesadarannya pada masalah-masalah kemasyarakatan. Hal ini disinyalir terjadi karena seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua lebih mengedepankan pola pengembangan masyarakat yang bersifat sederhana dan dapat diterima oleh semua kalangan. Kegiatan dalam Program Aku Himung Petani Banua diselenggarakan dengan menggunakan metode yang sangat sederhana dan jauh dari hal-hal yang bersifat tehnis yang memerlukan pengkajian yang mendalam dalam pelaksanaannya di lapangan. Kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua ini lebih difokuskan pada proses pembelajaran yang bersifat terapan dan praktek langsung di lahan yang dimiliki oleh masyarakat binaan yang tergabung dalam program tersebut, atau lebih dikenal dengan isitilah “learning by doing”. Melalui metode ini seluruh materi budidaya yang diberikan lebih efektif dapat diserap dan dicerna oleh masyarakat dengan mudah serta memberikan peluang kepada masyarakat untuk mempraktekannya secara langsung di lahan yang mereka miliki. Hal inilah yang mendorong mereka selalu hadir dan aktif mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua. Artinya, untuk berpartisipasi aktif dalam Program Aku Himung Petani Banua maka tingkat pendidikan seseorang bukan menjadi ukuran untuk menilai tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program tersebut. Karena program kegiatan sudah sesuaikan secara sederhana agar mudah disserap langsung oleh masyarakat sekitar tambang. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua Pendapatan rata-rata perbulan responden adalah pendapatan per bulan yang diperoleh responden sesuai jenis pekerjaan yang digeluti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 24 orang masyarakat termasuk ke dalam kategori tinggi, dan sisanya sebanyak 9 orang termasuk dalam kategori rendah.

7

27,27% 72,73%

Kategori Tinggi, sebanyak 24 Orang Kategori Rendah, Sebanyak 9 Orang

Gambar 5 Tingkat Pendapatan Masyarakat Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi menggunakan rank Spearman antara tingkat pendapatan dengan partisipasi masyarakat diperoleh rhitung = 0,338, thitung 1,648 dengan ttabel = 2,040 pada taraf kepercayaan 95% (Lampiran 3). Hasil tersebut menunjukkan bahwa thitung = 1,648 < ttabel = 2,040 maka hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendapatan dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua. Apabila dilihat dari tingkat kehadiran masyarakat terhadap kegiatan Program Aku Himung Petani Banua, sebagian besar tingkat kehadirannya termasuk dalam kategori tinggi. Selain itu, ada juga masyarakat yang menunjukkan tingkat kehadiran dalam kategori rendah dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan. Ketidakhadiran sebagian masyarakat tersebut disebabkan mereka harus mencari nafkah untuk keperluan hidup seharihari. Namun demikian, orang yang mempunyai tingkat pendapatan atau tingkat ekonomi yang rendah maupun tingkat pendapatannya tinggi, sebagian besar dari mereka masih bisa meluangkan waktunya untuk mengikuti semua kegiatan Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pendapatan tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Artinya, semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat tidak serta merta tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua akan semakin tinggi. Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yang baik mempunyai kecenderungan untuk berpartisipasi dibandingkan dengan orang yang tingkat sosial ekonominya masih kurang (King, 1983 ; Isbal 1989 dalam Dwiyanti, 2005). Hasil penelitian ini berbeda pula dengan pendapat Gaffar ; Akbar (1989 dalam Dwiyanti, 2005) yang menyatakan bahwa dari berbagai macam studi yang dilakukan ada hubungan yang erat antara tingkat pendapatan dengan meningkatnya partisipasi. Tidak terdapatnya hubungan antara tingkat pendapatan terhadap tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine diindikasi atau disebabkan oleh faktor lain yang mungkin menjadi pemicu dan mendorong mereka berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Sebagian anggota masyarakat yang bekerja sebagai Petani, Peternak dan Nelayan mengungkapkan bahwa mereka bergabung sebagai anggota binaan dalam Program Aku Himung Petani Banua karena mereka berkeinginan untuk semakin meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya, dan salah-satu upaya yang dapat dilakukannya adalah dengan meningkatkan produktivitas lahan yang mereka miliki. Agar upaya tersebut berhasil, maka hal yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penambahan modal usaha budidaya dan ekstensifikasi lahan yang dimiliki sehingga produktivitasnya akan meningkat. Hal ini akan dapat tercapai apabila mereka dapat memperoleh modal usaha tambahan, dan salah-satu upaya untuk mewujudkannya adalah dengan bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua. Karena hal yang membuat mereka tertarik bergabung dalam program tersebut adalah adanya bantuan demplot yang diberikan cuma-cuma berupa bantuan demplot (saprodi) dari PT Arutmin Indonesia yang disertai dengan kegiatan pelatihan dan penyuluhan yang akan membimbing mereka menuju keberhasilan dari usaaha budidaya yang dilakukannya.

Hal di atas mengindikasikan motif ekonomi menjadi pendorong masyarakat bergabung dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Selain itu, keinginan kuat mereka untuk lebih mengembangkan usaha budidaya serta keinginan untuk meningkatkan produktivitas lahan yang dimiliki mendorong mereka berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua. Hal inilah yang dapat menjelaskan bahwa tingkat pendapatan masyarakat bukan menjadi faktor penentu yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Hubungan Antara Etos Kerja Masyarakat Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua Hasil penelitian menunjukkan bahwa etos kerja Hasil penelitian terhadap etos kerja masyarakat diperoleh skor ratarata sebesar 18,9 dengan skor rata-rata ideal sebesar 22 sehingga diperoleh persentase etos kerja sebesar 85,95%. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka nilai persentase tersebut termasuk kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya, etos kerja masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 8 Etos Kerja Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua Faktor Budaya

- Etos Kerja Rata-rata

Nilai Yang Didapat

624 18,9

Nilai Ideal

726 22

Persentase

85,95 85,95

Kategori

Tinggi Tinggi

Sumber : Pengolahan Data Tahun 2008. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi menggunakan rank Spearman antara tingkat etos kerja dengan partisipasi masyarakat diperoleh rhitung 0,093, thitung 0,427 dengan ttabel = 2,040 pada taraf kepercayaan 95% (Lampiran 5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung = 0,427 < ttabel = 2,040 maka hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara etos kerja dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini menunjukkan bahwa etos kerja masyarakat yang tinggi tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat partisipasi masyarakat. Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Hikmat (2001) yang mengatakan bahwa perbedaan latar belakang kultur (budaya) memang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda terhadap suatu objek yang ditafsirkan. Seperti halnya yang terjadi pada pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua, dimana beberapa kelompok etnis (suku) yang bergabung dalam program tersebut memberikan tingkat partisipasi yang tidak berbeda. Berbeda pula dengan pendapat Sukriyanto (2000) bahwa ada keterkaitan yang erat antara etos kerja dengan survivalitas (daya tahan hidup) manusia di bidang ekonomi. Artinya, semakin progresif etos kerja suatu masyarakat maka akan semakin baik hasil-hasil yang dicapai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Terungkap dalam penelitian ini bahwa sejak masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesi Satui Mine berdomisili secara turun menurun hingga datangnya berbagai perusahaan tambang batubara di kawasan tersebut ternyata mereka kurang mendapatkan perhatian instansi setempat, terutama dengan halhal yang terkait dengan program-program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di wilayah terpencil yang didukung dengan minimnya pelayanan sosial dan infrastruktur yang dapat dinikmati oleh masyarakat sekitar tambang. Posisi mereka semakin termarjinalkan tatkala kawasan hutan tempat mereka menggantungkan kehidupannya sehari-hari telah berubah fungsi menjadi areal pertambangan batubara sehingga membuat hidup mereka semakin terpuruk akibat tergerus perubahan sosial yang drastis terjadi di sekitar tempat tinggalnya.

8 Dengan adanya bantuan demplot dan pendampingan tehnis yang diberikan dalam Program Aku Himung Petani Banua membuat hidup mereka bergairah kembali. Karena bantuan dalam bentuk apapun dan dari pihak manapun sangat mereka harapkan selama ini. Dengan dilaksanakannya Program Aku Himung Petani Banua oleh PT Arutmin Indonesia Satui telah memberikan kesempatan akses peluang dan harapan bagi mereka untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya ke arah yang lebih baik. Hal inilah yang membuat masyarakat sekitar tambang, baik masyarakat lokal maupun pendatang dengan ciri khas budaya (etos kerja) masing-masing tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat partisipasi mereka dalam Program Aku Himung Petani Banua. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor budaya (etos kerja) masyarakat sekitar tambang dalam kondisi mereka saat ini bukan menjadi faktor penentu terhadap tinggi atau rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Merujuk pada hasil penelitian dan memperhatikan hubungan antara faktor sosial budaya yang meliputi tingkat pendidikan dan tingkatan pendapatan serta faktor budaya (etos kerja), maka hal-hal yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan terhadap pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua, antara lain : 1. Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua perlu terus dipertahankan dan dikembangkan lagi dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine. 2. Konsep kesederhanaan dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua terutama dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan serta pemberian bantuan demplot perlu terus dipertahankan agar tujuan dilaksanakannya Program Aku Himung Petani Banua benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar tambang, dan salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan lebih memfokuskan bentuk kegiatan yang lebih mengarah upaya peningkatan taraf perekonomian masyarakat sekitar tambang secara mandiri dan berkelanjutan. 3. Memberikan kompensasi sosial atau penghargaan sosial (social award) kepada masyarakat sekitar tambang untuk semakin mendorong masyarakat sekitar tambang untuk lebih berprestasi dalam meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya melalui Program Aku Himung Petani Banua, dan pada gilirannya akan mendorong mereka untuk meningkatkan partisipasinya dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua dikategorikan tinggi dengan persentase partisipasi masyarakat sebesar 84,85%. 2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor sosial ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Hal yang sama pada faktor budaya (etos kerja) bahwa hasil peneilitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, untuk beberapa hal yang patut dipertimbangan dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua, sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua perlu terus dipertahankan dan dikembangkan lagi dalam rangka peningkatan kesejateraan masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia.

2. Konsep kesederhanaan dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua terutama dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan serta pemberian bantuan demplot perlu terus dipertahankan agar tujuan dilaksanakannya Program Aku Himung Petani Banua benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar tambang, dan salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan lebih memfokuskan bentuk kegiatan yang lebih mengarah upaya peningkatan taraf perekonomian masyarakat sekitar tambang secara mendiri dan berkelanjutan. 3. Memberikan kompensasi sosial atau penghargaan sosial (social award) kepada masyarakat sekitar tambang untuk semakin mendorong masyarakat sekitar tambang untuk lebih berprestasi dalam meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya melalui Program Aku Himung Petani Banua, dan pada gilirannya akan mendorong mereka untuk meningkatkan partisipasinya dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Djatmiko, Ari, Benyamin, Agus, Syarifudin, Lif, 2003. Identifikasi Hubungan Faktor-Faktor Kemampuan dan Kemauan Masyarakat Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Program Penataan Kawasan Kumuh Perkotaan (P2K2P) Studi Kasus : Kelurahan Sukapura, Cigondewah Kidul, Cibangkong, dan Kebon Jeruk. Jurnal Infomatek Volume 5 Nomor 2,Juni 2003, Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pasundan, Bandung. Dwiyanti, Lili. 2005. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Ruang Terbuka Hijau di Kota Banjarmasin. Tesis Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Program Pasca Sarjana Universitas Lambung Mangkurat, Banjar Baru. Hadi, Sutrisno, 2004. Metodologi Research (Jilid – 3). ANDI Yogyakarta, Yogyakarta. Hasan, A. M., 2002. Pelestarian Sumber Daya Alam Menyosong Pelaksanaan Otonomi Daerah. Prosiding Seminar Nasional Biologi I Di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Jember tanggal 28 April 2001, Jember. Hartono, Rudi. 2006. Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Kelompok Tani Di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Skripsi Fakultas Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Hikmat, R. Harry. 2001 Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press, Bandung. Inkeles, A. 1969. Making Man Modern : On the Causes and Consequenses of Individual Change in Six Developing Countries. American Journal of Sociology. Liliweri, ALO, 2003. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. LKIS, Yogyakarta. Mardikanto, Totok. 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan, dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan (Ed. Ida Yustina dan Adjat Sudradjat), IPB Press – Bogor. ------------, 1994. Bungai Rampai Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press, Surakarta. Paul, S. 1987. Community Partisipation in development Project. The World Bank Experience. The World Bank, Washington, D.C. Sinamo, Jansen, 2005. 8 Etos Kerja Profesional: Navigator Anda Menuju Sukses. Institut Darma Mahardika, Jakarta. Soemarwoto, Otto, 2001. Atur Diri Sendiri, Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. ------------, 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan, Jakarta.

9 Sukriyanto. 2000. Etos Kerja Salah Satu Faktor Survivalitas Peternak Sapi Perah. Studi Kasus Di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu Kota Batu Kabupaten Malang. Thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang. Suryani, M, R.R. Ahmad, dan R. Munir, 1987. Lingkungan : Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan. LIPI Press, Jakarta. Tjokroamidjojo, Bintoro, 1977. Perenacanaan Kelembagaan. Gunung Agung, Jakarta.

Related Documents


More Documents from "Haiara Lv"