SHORT MOVIES ISLAMIC (SMI) SEBAGAI TAYANGAN PENUNJANG MEDIA DAKWAH MELALUI AUDIO VISUAL SECARA LOGISTIK, KREATIF, INOVATIF (Analisa Film Pendek “Takdir Doa” Juara Film Pendek Islami se-Asia Tenggara-Afrika)
Oleh: Siti Juniafi Maulidiyah Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Tulungagung
[email protected]
Anam Miftakhul Huda Dr. M.I.Kom
[email protected]
ABSTRAK Zaman globalisasi telah merangkak sangat cepat dalam kehidupan, berbagai media massa yang salah satunya adalah televisi telah mengalami perkembangan sangat pesat didalam tayangan-tayangan yang dipertontonkan. Telivisi adalah salah satu media penunjang sistem komunikasi dan informasi yang bersifat audio visual. Sebagai masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam tentunya sangat penting belajar berdakwah guna meningkatkan tali persaudaraan dan terlebih-lebih guna mengajak kedalam kebaikan di jalan-Nya. Kesimpang siuran antara fakta dan ajaran membuat penulis berfikir untuk membuat sebuah solusi melalui media yang bisa dikonsumsi seluruh lapisan masyarakat muslim yaitu dengan Short Movie Islamic (SMI). Kajian ini merupakan library reseach (kajian pustaka) di mana kajian yang mengutamakan buku-buku atau sumber kepustakkan sebagai teknik dokumentasi dengan cara menggali informasi dari buku, makalah, majalah dan yang lain yang memiliki relevansi dengan tema kajian (Moleong, 1989:4). Dan alur kajian ini mengikuti skema sebagai berikut:1) Mengamati Fakta di lapangan. 2) Kajian terhadap AlQur'an, hadist dan referensi terkait. 3) Membuat sebuah tawaran solusi dengan Short Movie Islamic (SMI). Dari fenomena di atas, menunjukkan perlu adanya solusi dari berbagai aspek salah satunya dengan pembuatan media audio visual yang dikemas dalam dunia perfilman. Ide ini muncul karena masyarakat saat ini lebih akrab dengan media televisi ataupun jejaring sosial yang disuguhkan dalam film. Tentunya film tersebut tidak disajikan terlalu panjang berdurasi di bawah 50 menit (Gotot Prakosa, 1997) atau disebut dengan Short Movie Islamic (SMI).
A. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Zaman globalisasi telah merangkak sangat cepat dalam kehidupan, berbagai media massa yang salah satunya adalah televisi telah mengalami perkembangan sangat pesat didalam tayangan-tayangan yang dipertontonkan. Telivisi adalah salah satu media penunjang sistem komunikasi dan informasi yang bersifat audio visual. Sebagai masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam tentunya sangat penting belajar berdakwah guna meningkatkan tali persaudaraan dan terlebih-lebih guna mengajak kedalam kebaikan di jalan-Nya. Era modern seperti sekarang ini juga tentu banyak mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya dan salah satunya adalah teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan penggunaan multimedia dalam menyebarkan informasi dan komunikasi berpengaruh terhadap tatanan kehidupan masyarakat di dunia, baik sosial budaya maupun sosial psikologis. Menyebarnya informasi dari waktu ke waktu sudah menembus segala penjuru dunia, hal tersebut mengakibatkan wawasan masyarakat terhadap peristiwa dunia makin terbuka. Secara langsung maupun tidak langsung suasana tersebut berpengaruh terhadap pergeseran nilai dan norma yang berlaku sehingga timbul persoalan moral. Suatu proses untuk mengajak, menyeru dan membimbing umat manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya disebu dengan dakwah. Dakwah dalam upaya tersebut dilakukan dengan sengaja dan direncanakan secara matang yang mana dakwah tersebut dilakukan oleh individu maupun organisasi dengan sasaran umat perorangan atau sekelompok orang agar mereka mengetahui, mengimani dan mengamalkan ajaran islam dalam semua aspek kehidupan. Seiring perkembangan media ternyata jika ditelaan dakwah sudah bisa dilakukan oleh siapa saja, namun ternyata jika ditelaah lebih jauh lagi nampak keberhasilan dakwah masih sangat minim. Konten dakwah yang saat ini banyak tersebar sebagian besar sudah banyak di salah maknakan hanya untuk keperluan organisasi ke-Islaman yang saat ini sudah merebak luas serta peranan dakwah yang seharusnya bisa ditinjau jauh lebih dalam ranah pengetahuan dan pengaruh media sosial dalam budaya karakter bangsa.
Maka untuk itu penulis beranggapan bahwa akan sangat menarik jika hal diatas dibahas lebih jauh lagi dengan menggunakan sebuah kajian terhadap salah satu media yang berisikn dakwah, yakni “Short Movies Islamic (SMI) sebagai tayangan penunjang terhadap media dakwah melalui audio visual secara lokretif (Logistik, Kreatif, Inovatif)” (Analisa Film Pendek “Takdir Doa” Juara Film Pendek Islami se-Asia Tenggara-Afrika).
b. Rumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk penerapan Short Movies Islamic (SMI) sebagai tayangan penunjang terhadap media dakwah melalui audio visual secara lokretif (Logistik, Kreatif, Inovatif)? 2. Bagaimanakah peranan dakwah yang terkandung dalam film ‘Takdir Doa’?
c. Dasar Pemikiran Jurnal ini ditulis berdasarkan hasil penelitian terhadap berbagai macam pola perilaku dakwah yang ada pada saat ini. terutama sistema dakwah yang ditayangkan di berbagai video dengan pola yang monoton dalam bentuk ceramah, atau kalaupun disajikan dalam bentuk sinema, maka sinema yang ditayangkan adalah sinema berseries yang penulis rasa tidak efektif untuk di tonton dalam waktu jangka panjang. Mengapa demikian? Karena sinema berseries selain memiliki durasi tayang yang lumayan lama, terkadang jika dalam proses produksi mengalami masalah dengan aktor pemeran utama, maka biasanya penayangan film tersebut akan dihentikan. Jika sinema tersebut adalah sinema yang berkaitan dengan dakwah, maka penulis juga merasa akan sangat tidak efektiv dalam hal penyampaiannya. Maka dari itu, dalam jurnal ini penulis memberikan sebuah kajian berupa Short Movies Islamic analisa film ‘Takdir Doa’ yang dapat menunjang penyampaian dakwah itu sendiri. Film ini merupakan salah satu film yang dibuat dalam rangka perlombaan film pendek Islami se Asia Tenggara dan film ini berhasil meraih juara 1, sehingga setelahnya film ini mendapat perhatian khusus dari para penonton.
d. Teori Yang Relevan Dalam penulisan jurnal ini sendiri diperlukan adanya kajian yang membahas teori yang relevan dengan permasalahan yang diangkat, hal ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan penulis yang nantinya akan mengacu pada hasil penelitian sebelumnya. Dengan menggunakan bantuan bukubuku refrensi dan beberapa literatur kepusatakaan, penulis nantinya dapat menganalisis jauh lebih luas ranah kajian mengenai Short Movies Islamic sebagai tayangan penunjang terhadap media dakwah melalui audio visual secara lokretif (Logistik, Kreatif, Inovatif). Kajian jurnal ini menggunakan metode penelitian Library Research dimana metode penelitian ini menggunakan beberapa refrensi dan literatur sebagai subjek penelitian. Dan juga menggunakan metode Field Research guna mengamati berbagai macam situasi dan fenomena yang ada di lapangan. Karenanya dalam kajian paper ini penulis merasa tidak cukup jika hanya berpacu pada metode penelitian kepustakaan saja, penelitian kepustakaan mengenai teori dakwah, perfilman dan teori yang berkaitan dengan media sosial saja tidak akan cukup untuk memperkuat keabsahan jurnal ini. Maka kemudian sangat diperlukan sekali objek penelitian yang ada dilapangan untuk menambah tingkat kekuatan tulisan dalam paper ini, agar nantinya ada s inkronanisasi antara literatur yang ada dengan fenomena yang telah terjadi di dunia nyata.
e. Metode Penelitian Setiap kegiatan penelitian tentunya akan menggunakan sebuah metode guna untuk mengetahui arti pentingnya riset penelitian dan dapat menilai hasilhasil penelitian yang sudah ada yaitu untuk mengukur sampai seberapa jauh hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dalam kajian jurnal ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dinakaman penelitian kualitatif (Moleong, 1989). Proses dan makna (prespektif subjek) lebih di perlihatkan dalam penelitian kualitatif ini. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemberi arah agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. Selain itu
landasan teori ini juga bermanfaat untuk memberikan gambaran secara umum tentang fenomena inti penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Metode penelitian biasanya akan menjadi mudah dipahami dan mudah digunakan apabila di sertakan berbagai model desain penelitian. Salah satu model desain penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah ‘Desain Case Study’. Desaign ‘Case Study’ itu sendiri adalah desaugn yang dapat diajabarkan dalam bentuk penelitian yang mendalam mengenai suatu aspek lingkungan sosial yang termasuk manusia didalamnya dinamakan bentuk penelitian ‘Case study’ termasuk manusia didalamnya. Bentuk desaign Case study dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu (misalnya suatu keluarga), segolongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial. Case study dapat mengenai perkembangan sesuatu atau dapat pula memberi gambaran tentang keadaan yang ada (Nasution, 2001: 25)
B. PEMBAHASAN a. Pengertian Dakwah Secara etimologi Dakwah berasal dari bahasa Arab yang يدعو- دعاmenjadi bentuk masdar دعوةyang berarti Seruan, Ajakan, atau Panggilan. Seruan yang digunakan dalam dakwah bertujuan untuk mengajak seseorang baik dalam melakukan sesuatu kegiatan atau dalam merubah pola serta kebiasaan hidup. Dari kata Seruan, Dakwah memiliki banyak arti yang bisa digunakan secara luas tidak hanya dalam Agama, dimana kata Dakwah sering digunakan namun Seruan yang diberikan bisa dimaknai dalam hal positif maupun negatif. Pengertian dakwah menurut Al-qur'an sebagai seruan yang mengajak seseorang meyakini dan mengamalkan aqidah serta menegakkan Syariat Islam. Seruan ini dalam bentuk lisan maupun perbuatan. Adapun metode yang digunakan bisa berbagai macam. Syekh Ali Mahfud menjelaskan bahwa dakwah adalah suatu proses pemberian motivasi kepada objek dakwah dalam hal manusia untuk melakukan kebaikan sesuai dengan petunjuk. Seruan dalam dakwah identik dengan melakukan kebajikan dan mencegah daripada kemungkaran. Tujuan dari pelaksanaan ini untuk mencapai kebahagian dunia dan Akhirat.
Dakwah sendiri tidak terlepas dari kata ‘Komunikasi’ karena dakwah dan komunikasi adalah sepasang kalimat yang tak bisa dipisahkan namun jika ditelaah lebih jauh ranah keilmuannya sangat berbeda. Jika dakwah bisa dikatakan sebagai sebuah komunikasi, maka komunikasi belum tentu bisa dikatakan sebagai dakwah. Sedikit kembali menjelajah ke masa dahalu, yakni mengapa dakwah atau dalam bahasanya disebut dengan ‘Retorika’ hanya ada pada masa Islam saja? Dan mengapa pula istilah tersebut cenderung digunakan sebagai istilah dalam penyebaran Islam saja?, unik bukan, maka karenanya, Komunikasi dan dakwah adalah suatu cakupan keilmuan yang tidak bisa saling bersinggungan. Dakwah tanpa adanya komunikasi yang baik tentu tidak akan tersampaikan dengan efektif dan begitupun komunikasi tanpa disertai dakwah juga akan menjadi komunikasi yang tidak bernilai akhirat. Dalam bukunya, H.M Arifin mengatakan bahwa dakwah adalah suatu kegiatan, ajakan baik, dalam bentuk lisan maupun tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam sebuah untuk usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individu maupun kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, pemahaman, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamatan mengenai eksistensinya tanpa mengandung unsur-unsur paksaan. (Arifin ,1994: 6).
b. Pengertian Film Indonesia dengan begitu banyaknya penduduk dengan tingkat konsumsi media yang sangat tinggi sehingga begitu banyak khalayak yang memanjakan diri untuk mengisi waktu luang dengan membuka youtube maupun televisi guna menonton sinema, musik maupun yang lain. Sebelum merebak jauh menuju pembahasan inti tentang Short Movies Islamic, maka akan lebih menarik apabila penulis mempaparkan terlebih dahulu mengenai penjabaran film dan bagaimana bentuk penyebarannya. Dalam beberapa refrensi yang penulis dapatkan, penulis menulis kesimpulan bahwa film itu sendiri adalah bentuk pengaplikasian realita, dimana film merupakan media yang paling tua daripada media lainnya, apalagi film telah berhasil menunjukkan berbagai macam gambar hidup yang seolah-olah memindahkan fakta realita ke dalam layar yang begitu besar. Keberadaan film
telah menciptakan inovasi sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar-benar disukai dari mula pertama diwujudkan hingga sampai sekarang. Lebih dari 70 tahun terakhir ini film telah memasuki kehidupan khalayak manusia yang sangat luas dengan begitu banyak aneka ragam (Liliweri, 1991:153). Menurut Kridalaksana dalam bukunya (1984:232), film merupakan lembaran tipis, bening dan mudah lentur yang dilapisi dengan lapisan antihalo, digunakan untuk keperluan fotografi dan alat media massa yang mempunyai sifat melihat dan mendengar (audio-visual) yang dengannya mampu mencapai khalayak yang banyak. Film dalam realisasinya merupakan gambar bergerak (Muving Picture) yang kemudian dijabarkan menurut Effendi (1986:239) yakni film diartikan sebagai hasil nyata budaya dan alat penyampaian ekspresi kesenian. Film sebagai bentuk perantara komunikasi massa merupakan kombinasi gabungan dari berbagai teknologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa dan seni teater sastra, arsitektur maupun seni musik. Penjabaran Film disebutkan sebagai fenomena sosial, psikologi, dan estetika kompleks dimana mencakup dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar yang diiringi kata-kata maupun musik, sehingga film menjadi produksi yang multi dimensional serta kompleks. Dengan adanya kehadiran film di tengah kehidupan manusia era milenial ini, membuat penyebaran serta peningkatan kualitas film semakin penting dan harus setara dengan media lain. Keberadaan film dari masa ke masa menjadi semakin praktis, hampir dapat disamakan dengan kebutuhan akan sandang pangan. Dapat dikatakan juga bahwa hampir tidak ada kehidupan sehari-hari yang dialami manusia yang berbudaya maju tidak tersentuh dengan adanya media ini. Berdasarkan penelitian penulis lebih lanjut, ternyata kehadiran film yang saat ini sudah menjadi bagian dari konsumen media menjadikan film itu sendiri berada di posisi utama dalam mempengaruhi kehidupan. Bagaimana tidak? Segala aspek kehidupan bahkan hingga tingkah laku dalam kepribadian seseorang sangat dipengaruhi oleh sinema/film apa yang mereka konsumsi setiap hari, baik itu melalui televisi mapun youtube.
c. Jenis-jenis Film Sebagai pengkonsumsi film hendaknya kita semua tahu bahwa film tidak hanya memiliki satu jenis, bahkan selama ini kita menganggap bahwa semua film sama saja tanpa ada pengelompokkan-pengelompokkan tersendiri. Maka karenanya dalam jurnal ini, penulis menjabarkan bahwa film ternyata dikelompokkan menjadi beberapa, yakni sebagai berikut: Effendy dalam bukuya menulis bahwa film dikelompokkan berdasarkan jenis film cerita, film berita, film dokumenter dan film kartun (Effendy, 2003:210), pengertian dari masing-masing jenis film tersebut adalah sebagai berikut: 1. Film Cerita. Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita lazim yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan artis-artis yang terkenal dan didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang biasanya diangkat kedalam topik film ini bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi pemerannya. 2. Film berita atau (newsreel) adalah film yang berisikan mengenai fakta dari peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifat dari film ini berupa, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita. Kriteria maupun unsur yang harus terkandung dalam film ini adalah penting dan menarik. 3. Robert Flaherty mendefinisikan Film dokumenter sebagai ”Karya ciptaan mengenai kenyataan” (creative treatment of actuality). Tentunya berbeda dengan film berita yang isinya merupakan rekaman kenyataan, maka dari itu, film documenter merupakan hasil interpretasi pribadi dimana pembuatnya sangat mampu mengenai kenyataan tersebut.
d. Sejarah Film Pendek Istilah film pendek menjadi sangat populer sejak tahun 50-an, sedangkan alur perkembangan film pendek bermula dari Jerman dan Perancis. Para penggagas film pendek ialah Manifesto Oberhausen di Jerman dan kelompok Jean Mitry di Perancis. Kemudian hadir Oberhausen Kurzfilmtage yang sekarang karyanya menjadi festival film pendek tertua di dunia, tepatnya berada di kota
Oberhausen sendiri. Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, Paris pun menjadi saingan dengan kemunculan Festival du Court Metrage de ClermontFerrand yang acaranya diadakan tiap tahun. Festival-festival film pendek di Eropa ini menjadi ajang tontonan utama yang sarat pengunjung, apalagi dengan dukungan yang ditandai dengan munculnya cinema house bervolume kecil. Dengan adanya Cinema House, Masyarakat pun dapat menyaksikan pemutaran film-film pendek ini di hampir setiap sudut kota di Eropa. Dari sejarah singkat film pendek yang ada di belahan Eropa, penulis akan mengajak pembaca untuk beranjak ke Indonesia. Di Indonesia film pendek sampai saat ini masih menjadi sosok yang termarjinalkan dari sudut pandang pemirsa. Film pendek yang ada di Indonesia mulai muncul dari kalangan pembuat film yang berasal dari Indonesia sendiri, yakni sejak munculnya pendidikan sinematografi di IKJ. Hal ini menimbulkan Perhatian para film-enthusiasts di era tahun 70-an bisa dikatakan cukup baik dalam membangun dasar-dasar positif bagi perkembangan film pendek di kota Jakarta pada waktu itu. Bahkan,
dengan
adanya hal itu, Dewan Kesenian Jakarta kemudian mengadakan Festival Film Mini setiap tahunnya semenjak tahun 1974, dimana format film yang diterima hanyalah berupa seluloid yang berukuran sekitar 8mm. Tapi dibalik itu, sangat disayangkan karena pada tahun 1981 Festival Film Mini berhenti karena kekurangan dana. Menuju ke tahun 1975, mulai muncullah Kelompok Sinema Delapan yang digagas oleh Johan Teranggi dan Norman Benny. Kelompok ini secara bertahap terus mengkampanyekan kepada masyarakat dengan mengatakan bahwa seluloid 8mm dapat digunakan sebagai media ekspresi kesenian. Hingga kemudian pada tahun 1984 muncullah sebuah hubungan internasional diantaranya berisi dengan para film maker Eropa terutama dengan Festival Film Pendek Oberhausen. Adanya hal ini, membuat film pendek mulai berani tampil menunjukkan wajahnya dimuka dunia. Keadaan demikian ini kemudian memancing munculnya Forum Film Pendek di Jakarta, dalam forum itu berisikan para seniman, praktisi film, mahasiswa dan para penikmat film dari berbagai kampus untuk secara intensif dan kemauan keras membangun jejaring yang baik di kalangan pemerhati film.
Akan tetapi, tetap saja hal itu tidak berlangsung lama karena Forum Film Pendek hanya bertahan selama dua tahun saja. Secara garis besar, keadaan film pendek di Indonesia memang sangat ironis. Karena film pendek yang ada di Indonesia hampir tidak pernah tersampaikan ke pemirsa hal ini ditinjau dari lokalnya yang secara luas dan juga karena saking miskinnya ajang-ajang eksibisi dalam negeri. Akan tetapi di sisi lain, di dunia internasional film pendek Indonesia cukup mampu berbicara dan eksis. Hal ini dibuktkan dari sejak berbagai karya Slamet Rahardjo, Gotot Prakosa, Nan T. Achnas, Garin Nugroho, sampai ke generasi Riri Riza dan Nanang Istiabudi mampu memecah mata dunia dalam hal produksi film. Perlu diketahui bhwa film pendek bukanlah merupakan singkatan dari film dengan cerita panjang, atau sebagai wahana pelatihan bagi pemula yang baru masuk kedunia perfilman. Namun, film pendek itu sendir memiliki ciri-ciri maupun karakteristik sendiri sehingga membuatnya berbeda dengan film cerita panjang, bukan karena tidak luas dalam pemaknaan atau bahkan dilihat dari segi pembuatannya yang lebih mudah serta anggaran yang minim. Akan tetapi, karena film pendek memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih leluasa untuk para pemainnya. Cerita fiksi (fiction) menurut The Grolier International Dictionary berarti: “A literary work whose content is produced by the imagination and is not necessarily base on fact. The category of literature comprising works of this kind, including novels, short stories and plays.” Yang apabila diterjemahkan menjadi; (Sebuah karya sastra yang isinya diproduksi oleh imajinasi dan belum tentu mendasarkan pada fakta. Kategori sastra yang terdiri dari karya-karya semacam ini, termasuk novel, cerita pendek dan drama). Slomith Rimmon Kenan dalam bukunya Narrative Fiction, ia membahas mengenai sastra dengan titik pusat fiksi, dimana sastra selalu menggandengkan kata fiction dengan kata narrative yang apabila disatukan menjadi narrative fiction. Dalam berbagai wacana kesastraan, penggabungan antara dua kata yang dilakukan Rimmon-Kenan itu sangat tepat. Sebab selama ini orang-orang kebanyakan hanya mengatakan kata ‘fiksi’ saja. Padahal, tidak semua fiksi itu terkait dan berarti jenis karya sastra. Di lain pihak, kata narrative (narasi) juga tidak selalu terkait dengan sastra. Narration (cerita) tidak selalu terkait dengan sastra. Sebab memang banyak cerita, kisah yang tidak tergolong karya sastra. Jadi
pengertian film pendek fiksi naratif adalah sebuah film yang berdurasi dibawah 60 menit yang diiringi oleh narasi dimana yang menceritakan sebuah kejadian fiksi.
e. Analisis Short Movies Islamic Pada penjabaran diatas dapat kita ketahui bahwa hingg saat ini ranah perfilman di Indonesia masih minim yang menghadirkan basic ke-Islaman, terlebih-lebih dalam Short Movies itu sendiri. Maka dari itu tentu nantinya dapat dijadikan rujukan dalam ranah pembuatan Short Movies Islamic itu sendiri. Short Movies Islamic ini sendiri dapat di tarik garis lurus sejajar dengan pemahaman film cerita (Story Film). Mengapa demikian?, karenan nantinya Short Movies Islamic ini akan mengahadirkan sebuah film fiktif ataupun kisah nyata yang nantinya akan dilakukan sedikit modifikasi dalam naskah, sehingga dapat menciptakan sebuah chemistry yang maksimal. Short Movies Islamic adalah salah satu pengupayaan media penyalur dakwah yang dihadirkan dalam bentuk tayangan. Penamaan Short Movies Islamic adalah satu-satunya media penyalur yang menurut penulis dapat menyampaikan pesan dakwah dengan logis, kreativ dan inovatif. Logis karena dakwah sejatinya bukan penyampaian dan bukan ajakan dalam ranah ke-Islaman dengan mengadaada, maka dengan menggunakan media penyalur dakwa berupa Short Movies Islamic maka penulis mengupayakan nantinya cerita yang dihadirkan logis sesuai dengan kenyataan yang ada. Short Movies Islamic juga merupakan media penunjang yang memerlukan kreativitas tinggi untuk menghadirkan tayangan-tanyang yang berbeda dengan sebelumnya. Merujuk pada pengertian jenis film cerita, bahwa film cerita sendiri adalah film yang juga dilakukan pemodifikasian, maka dalam ranah Short Movies Islamic ini perlu adanya kreativitas yang tinggi agar kelak pemodifikasian tersebut tidak terlalu hiperbolis sehingga menimbulkan unsur ‘kenyataan’ yang terkandung dalam film tersebut nantinya. Short Movies Islamic sendiri juga bisa dikatakan sebagai salah satu inovasi yang diberikan penulis guna mengahadirkan tayangan yang simple, tidak membosankan namun tetap menghadirkan unsur dakwah, karena melihat dari
perkembangan dunia saat ini, konten dan konteks dakwah itu sendiri sudah banyak disalah tafsirkan.
B. ANALISIS FILM ‘TAKDIR DOA’ Ranah perfilman di Indonesia pada dasarnya memiliki berbagai macam nilai tayang yang berbeda-beda. Sebagian besar industri pertelevisian yang khususnya ranah perfilman hanya mementingkan rating. Sangat jarang atau bahkan minim sekali industri perfilman di Indonesia yang hadir dalam bentuk upaya sebagai sarana pembelajaran maupun sarana edukasi bagi para konsumen televisi. Televisi merupakan salah satu media elektronik yang masih banyak di minati oleh para konsumen media karena dianggap televisi dapat memberikan informasi serta hiburan yang memanjakan. Ranah perindustrian televisi di Indonesia ada baiknya jika kelak dilakukan perbaikan dengan menayangkan berbagai tayangan yang memiliki unsur pendidikan dan memberikan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berpendirian bahwa “Tahu” lebih baik daripada “Tidak Tahu” tentang apapun juga. Pengetahuan yang diperoleh harus disebar luaskan dan menjadi milik umum dan tidak boleh dirahasiakan atau dijadikan milik pribadi maupun kelompok. Pengetahuan juga bukan untuk diperjual belikan atau diperdagangkan akan tetapi harus diberikan dengan cuma-cuma kepada siapa yang menginginkannya (Nasution, 2001: 7). ‘Takdir Doa’ sebuah tayangan yang berbentuk Short Movies Islamic yang dibuat dalam ajang lomba film pendek islami se-asia Tenggara-Afrika ini mampu memberikan alur yang smoothy dan memberikan pesan yang menusuk penontonnya. Peneliti mengambil film pendek ini sebagai objek penelitian karena penulis merasa karya-karya seperti inilah yang patut ditayangkan di industri perfilman Indonesia. Takdir doa adalah tayangan religi berbentuk Short Movies Islamic yang dibuat dalam rangka lomba film pendek antar mahasiswa setimur tengah. Tayangan ini bertemakan hijrah yang di ambil di lokasi Kairo-Mesir. Kru dalam proses pembuatan film ini adalah sebagai berikut: KRU SHORT MOVIE ISLAMIC TAKDIR DOA
Produser
Safieqni Hananta
Director
Miftah Wibowo
Casts
- Abdullah Fikri -Saidah Fiddaroin - Rahmah Rasyidah - Ramie Taha - Pangeran Arsyad - Mufida Inas Aulia - Zuhdan - Roda Rizki Adha - Abduh - Muhammad Islami - Muhammad Sibyan - Arif (Buuts)
Costum and Makeup
- Aisha Haras - Assabiqunal Awwalun
Editor
Lembayung PJ
Director and
- Zulfikar Fawzi
photography
- Surya Fajrin - M Rizkullah Hilman
Audio Director
M Zaini Arifin
Thanks to
- Indomie - Rabbani
Takdir Doa sebagai tayangan religi yang mampu meraih juara satu dalam lomba ini mampu menghadirkan kesan emas yang dapat menarik perhatian penonton mulai dari awal penayangan hingga didetik terakhir. Kisah ini menggunakan alur campuran sehingga mampu memgaduk-aduk emosi penonton. Dialog antara pemeran satu dengan pemeran yang lain sangat mudah dipahami dan mudah dicerna oleh penonton serta ekspresi dan acting yang dihadirkan sangat natural sehingga seolah-olah kejadian itu benar adanya. Namun satu hal yang mengganjal adalah prolog yang disampaikan di awal tayangan tidak ada
sangkut pautnya dengan alur cerita diakhir. Namun secara keseluruhan, tayangan ini sungguh sangat mampu menggugah hati para penontonnya.
C. Tanggapan Khalayak Tentang Film ‘Takdir Doa’ Sebagai peniliti tentu dibutuhkan narasumber sebagai titik pengamat yang nantinya akan di simpulkan bagaimanakah efektivitas ‘Takdir Doa’ sebagai film pendek yang inovatif yang dapat menumbuhkan nilai religi dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi konsumen televisi. Dari beberapa narasumber, peniliti mengambil 5 sampel yang responsive terhadap film pendek yang berjudul ‘Takdir Doa’. Lima sampel narasumber yang diambil ini sebagian besar berpendapat bahwa film pendek ‘Takdir Doa’ adalah film pendek yang sangat menginpirasi dan film ini mampu menyampaikan pesan yang sangat smoothy kepada khalayak. Menurut beberapa sampel ini juga menyatakan bahwa film ini layak di jadikan tayangan yang nantinya ditayangkan di media pertelevisian Indonesia sebagai tayangan religi yang mendidik dan memberikan nilai-nilai positif. Tayangan ini juga dikatakan tayangan yang Logis karena alur dan cerita yang diangkat masuk akal serta tidak dibuat-buat dengan hiperbolis, sehingga khalayak sungguh menikmati tayangan ini. Film ini juga merupakan film yang kreatif karena proses pengambilan alur tidak mudah ditebak serta cerita yang diangkat adalaah cerita yang sebelumnya tidak pernah ditayangkan. Film ini juga dapat dikategorikan sebagai film religi yang inovatif karena film ini disajikan di ranah tayangan hiburan yang sebelumnya hanya mengangkat cerita-cerita yang sudah ada lalu di tambakan beberapa alur yang sangat dibuatbuat sehingga sebuah film yang seperti itu akan mengurangi tingkat keindahan dalam cerita yang ada.
C. PENUTUP a. Kesimpulan Dari penjabaran paper penelitian diatas, maka dapat ditarik benang merah bahwasanya ranah dakwah dalam media sudah berkurang tingkat kefektivannya
serta ranah sajian perfilm an di Indonesia juga kehilangan eksistensi nilai kepositifannya. Maka untuk itu Short Movies Islamic ini hadir sebagai masukan kepada para pekerja media agar kembali menayangankan tayangan yang layak tonton yang bersifat mendidik terutama dalam ranah dakwah, menghibur secara sehat dan memberikan informasi yang baik terutama dalam bidang ke-Islaman.
b. Saran Setelah paper ini ditulis penulis jauh berpikir agar paper penelitian ini dapat dijadikan wacana dan masukan bagi para pekerja media agar dapat memproduksi tayangan yang menjadi tototan yang layak konsumsi seperti yang tercantum dalam UU Penyiaran No. 33 Tahun 2004. Serta dengan adanya kehadiran Short Movies Islamic ini nanti penulis berharap kegiatan dakwah baik itu dalam segi konten maupun konteks dapat dikemas menjadi sebuah penyampaian penuh makna dalam sebuah tayangan yang bersifat logistik, kreatif dan inovatif
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Arifin. 1994. Strategi Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung: CV. ARMICO Arsyad. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers Effendy, Onong Uchjana. 1986. Televisi Siaran, Teori dan Praktek. Bandung: tt Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Liliweri, Alo. 1991. Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti McQuail, Dennis. 1997. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Moleong.
1989.
Metodologi
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
PT.
RemajaRosdakarya Offset Prakosa, Gatot. 1977. Film Pinggiran. Jakarta: FFTV-IKJ Pers Nasution. 2001. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara