Jurnal Kelompok B.docx

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jurnal Kelompok B.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,550
  • Pages: 11
Telaah Jurnal

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Oleh: Putri M.K.I Dunda, S.Ked

04084821820047

Jessica Jaclyn Ratnarajah, S.Ked

04084821820052

Pavitra Subramaniam, S.Ked

04084821820053

Shivaraj Gobal, S.Ked

04084821820054

Kang Yee Ming, S.Ked

04084821820056

Pembimbing: Dr. H. Adnan Abadi, Sp.OG (K)

BAGIAN/DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Mastitis di Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat kepaniteraan klinik di Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. H. Adnan Abadi, Sp.OG (K) selaku pembimbing yang telah memberikan masukan dan pengayaan selama penulisan dan penyusunan laporan kasus ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Palembang,

Juli 2018

Penulis

TELAAH KRITIS JURNAL

1. Judul Jurnal Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Mastitis di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 2. Pendahuluan Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Mastitis diperkirakan dapat terjadi pada 3-20% ibu menyusui. Dua hal yang perlu diperhatikan pada kasus mastitis adalah pertama, karena mastitis biasanya menurunkan produksi ASI dan menjadi alasan ibu untuk berhenti menyusui. Kedua, mastitis berpotensi meningkatkan transmisi vertikal pada beberapa penyakit. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir (paling sering pada minggu ke-2 dan ke-3), meskipun mastitis dapat terjadi sepanjang masa menyusui bahkan pada wanita yang sementara tidak menyusui. Tahun 2005 Word Health Organisation (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus infeksi payudara yang terjadi pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrocustik terus meningkat dimana 12% diantaranya merupakan infeksi payudara berupa mastitis pada wanita pasca post-partum. Sedangkan di Indonesia hanya 0,001/100.000 angka kesakitan akibat infeksi berupa mastitis. Menurut Organisasi kesehatan dunia (2008), memperkirakan lebih dari 1,4 juta orang terdiagnosis menderita mastitis. The American Society memperkirakan 241.240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis. Sedangkan di Kanada jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis sebanyak 24.600 orang dan di Australia sebanyak 14.791 orang. Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis mastitis adalah

berjumlah 876.665 orang dan di Sumatra Utara berkisar 40-60% wanita terdiagnosis mastitis. Studi terbaru menunjukkan kasus mastitis meningkat hingga 12-35% pada ibu yang puting susunya pecahpecah dan tidak diobati dengan antibiotik. Namun, bila minum obat antibiotik pada saat puting susunya bermasalah kemungkinan untuk terkena mastitis hanya sekitar 5%. Penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Adapun faktor predisposisi yang menyebabkan mastitis diantaranya adalah umur, paritas, serangan sebelumnya, melahirkan, gizi, faktor kekebalan dalam ASI, stress dan kelelahan, pekerjaan di luar rumah serta trauma. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Margono Soekarjo menunjukkan bahwa jumlah ibu nifas pada tahun 2012-2013 sebanyak 5.148 orang, jumlah tersebut terdiri dari ibu nifas normal sebanyak 4561 orang dan ibu nifas patologi sebanyak 542 orang. Jumlah ibu nifas dengan infeksi nifas pada tahun 2012-2013 sebanyak 108 orang dari 542 ibu nifas patologi, jumlah tersebut terdiri dari ibu nifas dengan mastitis sebanyak 45 orang, peritonitis 31 orang, endometritis 31 orang dan tromboflebitis sebanyak 1 orang.

3. Metode Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia, paritas, pekerjaan dan riwayat mastitis sebelumnya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian mastitis. Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional. Observasional merupakan metode penelitian yang tidak memberikan intervensi kepada objek dan hanya mengamati kejadian yang sudah ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan case control atau kasus kontrol yaitu suatu penelitian

(survei) analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas dengan mastitis tahun 2012-2013 sebanyak 45 orang dan ibu nifas normal tahun 2012-2013 sebanyak 5.148 orang. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dimana pengukuran dilakukan oleh peneliti atau bagian dari populasi dimana faktafakta diukur dan akan dijadikan dasar untuk penarikan kesimpulan. Besar sampel pada penelitian ini dengan perbandingan 1:1 yaitu besar sampel pada kelompok kasus adalah 45 orang dan kelompok kontrol 45 orang. Prosedur dan teknik pengambilan sampel yang dilakukan untuk kelompok kasus dan kelompok kontrol adalah dengan menggunakansimple random sampling yaitu prosedur peneliti mengambil sampel secara acak sampai didapatkan jumlah sampel yang diinginkan. Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan check list yaitu suatu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Check list yang digunakan berisi kolom usia, paritas dan kejadian mastitis yang akan diberikan simbol/tanda √ (centang) pada setiap gejala yang muncul. Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan pengetahuan, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan dan pemberian kolostrum menggunakan distribusi frekuensi. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian kolostrum menggunakan uji Chi Square. Analisis pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent menggunakan regresi logistik.

4. Hasil Hasil analisis univariat didapatkan ibu nifas sebagian besar pada kategori usia berisiko sebanyak 87,8%, paritas ibu nifas sebagian besar pada kategori berisiko sebanyak 57,8%, pekerjaan ibu nifas yang paling banyak yaitu tidak berisiko sebanyak 54,4% dan ibu nifas paling banyak memiliki riwayat mastitis sebelumnya yaitu 55,6%. Usia ibu nifas yang dianggap berisiko terkena mastitis adalah pada rentang umur 20-35 tahun dimana diketahui bahwa rentang usia tersebut merupakan usia reproduksi sehat. Sebuah studi retrospektif menunjukan bahwa wanita berumur 2035 tahun lebih sering menderita mastitis daripada wanita dibawah usia 20 tahun dan di atas 35 tahun. Studi retrospektif lain mengidentifikasi wanita berumur 30-34 tahun memiliki insiden mastitis tinggi, bahkan bila paritas dan kerja purnawaktu telah dikontrol.

5. Diskusi Hal itu sesuai dengan pendapat Evans (1995), primipara ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya mastitis karena primipara merupakan seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan sehingga tubuh yang mengalami perubahan akibat melahirkan belum memiliki kekebalan terhadap infeksi bakteri yang datang dalam hal ini adalah infeksi bakteri Staphilococcus aureus terhadap payudara primipara. Menurut Depkes RI (2003), pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif dimana pemberian ASI secara eksklusif akan mencegah terjadinya stasis ASI yang merupakan penyebab dari terjadinya mastitis. Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk mendapatkan informasi tentang pemberian ASI eksklusif yang dapat mencegah terjadinya mastitis. Mastitis berulang adalah mastitis yang disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi berimbang, serta mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui.

Penilaian PICO VIA (Population, Intervention, Comparison, Outcome, Validity, Importance, Applicability)

1. Population Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas dengan mastitis tahun 2012-2013 sebanyak 45 orang dan ibu nifas normal tahun 2012-2013 sebanyak 5.148 orang.

2. Intervention Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dimana pengukuran dilakukan oleh peneliti atau bagian dari populasi dimana fakta-fakta diukur dan akan dijadikan dasar untuk penarikan kesimpulan.

3. Comparison Penelitian ini membandingkan faktor-faktor yang mempengaruhi mastitis pada ibu nifas normal dan ibu nifas dengan mastitis.

4. Outcome Hasil analisis didapatkan ibu nifas sebagian besar pada kategori usia berisiko sebanyak 87,8%, paritas ibu nifas sebagian besar pada kategori berisiko sebanyak 57,8%, pekerjaan ibu nifas yang paling banyak yaitu tidak berisiko sebanyak 54,4% dan ibu nifas paling banyak memiliki riwayat mastitis sebelumnya yaitu 55,6%.

5. Study Validity a. Research questions Is the research question well-defined that can be answered using this study design? Ya. Sebuah studi retrospektif menunjukan bahwa wanita berumur 20-35 tahun lebih sering menderita mastitis daripada wanita dibawah usia 20 tahun dan di

atas 35 tahun. Studi retrospektif lain mengidentifikasi wanita berumur 30-34 tahun memiliki insiden mastitis tinggi, bahkan bila paritas dan kerja purnawaktu telah dikontrol

Does the author use appropriate methods to answer their question? Ya. Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan check list yaitu suatu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya (Arikunto, 2010). Check list yang digunakan berisi kolom usia, paritas dan kejadian mastitis yang akan diberikan simbol/tanda √ (centang) pada setiap gejala yang muncul.

Is the data collected in accordance with the purpose of the research? Ya. Data ini diperoleh dari 5.148 ibu nifas di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Randomization Was the randomization list concealed from patients, clinicians, and researchers? Randomisasi tidak dijelaskan secara rinci pada jurnal ini.

c. Interventions and co-interventions Were the performed interventions described in sufficient detail to be followed by others? Ya. Penelitian ini mendeskripsikan intervensi yang dijalankan cukup detil sehingga dapat dimengerti. Semua peserta dalam penelitian ini menerima intervensi yang sama.

6. Importance Is this study important? Ya. Penelitian ini penting karena dengan adanya pengelompokan stratifikasi populasi dalam kelompok resiko rendah, menengah, dan tinggi bisa menentukan arah terapi berdasarkan protokol yang mempertimbangkan preferensi lokal dan ekonomi kesehatan.

7. Applicability Are your patients so different from these studied that the results may not apply to them? Tidak. Studi ini juga bisa diaplikasikan pada perempuan di Indonesia, karena kriteria inklusi yang diharuskan dapat dipenuhi dengan menggunakan perempuan di Indonesia.

Kesimpulan: Jurnal ini valid, penting, dan dapat diterapkan sehingga jurnal ini dapat digunakan sebagai referensi.

Related Documents