Penggunaan Kata Tidak Baku dan Bahasa Asing pada Saluran Youtube Mario Teguh dalam Video yang Berjudul “Melupakan yang Sulit Dilupakan” Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Bahasa Indonesia Dosen Pengampu : Dewi Yanti, M.Pd
Oleh: Safira Asyarisyah Putri
11180960000007
Sandi Septian
11180960000020
Rafida Aisyah Fitri
11180960000022
Ismawati
11180960000026
Program Studi Kimia (A) Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018
Penggunaan Kata Tidak Baku dan Bahasa Asing pada Saluran Youtube Mario Teguh dalam Video yang Berjudul “Melupakan yang Sulit Dilupakan” Safira Asyarisyah Putri
[email protected] Sandi Septian
[email protected] Rafida Aisyah Fitri
[email protected] Ismawati
[email protected] UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ABSTRAK Pelaksanaan penelitian ini berdasarkan pada ketertarikan penelitian pada penggunaan kata tidak baku dan bahasa asing seorang tokoh motivator Indonesia yang bernama Mario Teguh karena diketahui bahwa beliau menggunakan kata baku pada setiap penyampaian motivasinya kepada pendengar. Penggunaan bahasa tidak baku memang biasa digunakan sebagai bahasa sehari-hari dan maraknyanya penggunaan bahasa asing pada anak muda yang belakangan ini dikenal sebagai bahasa anak Jak-sel atau Jakarta Selatan yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, artinya dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan cara mendengarkan objek penelitian yang kemudian data dicatat dan dibentuk dalam kolom data kata tidk baku dan bahasa asing. Berdasarkan
penelitian Mario Teguh masih menggunakan kata tidak baku dan bahasa asing saat beliau menyampaikan motivasinya. Abstract The implementation of this research are based on the interest of reasearchers on the use of the word raw and not a foreign language a prominent motivational speaker from Indonesia named Mario Teguh . because it is known that he used the word baku on each submisson of his motivation to the listener. The use of language is not regular is indeed used as raw everyday language. And the rampant use of foreign languages on a young boy who later became known as the languages of child Jak-sel (South Jakarta) encourages researchers to conduct research. This research method using qualitative research methods, meaning that in this study the researchers collected data by means of listening to the object of research data is recorded and then formed in columns of data are not raw and foreign languages. Based on research of Mario Teguh still uses the word raw and not a foreign language when he delivered his motivation. Keywords : Mario Teguh, Tidak Baku, Bahasa Asing, Saluran Youtube.
PENDAHULUAN Menurut Yendra dalam bukunya yang berjudul “ Mengenal Ilmu Bahasa (Linguistik) “ disebutkan bahwa dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Bahasa diarrtikan sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (KBBI offline 1.5). Sementara Dalam kamus Oxford (2000:752), bahasa diartikan sebagai “the system of communication in speech and writing that is used by people of a particular country”. Artinya bahasa merupakan sebuah sistem komunikasi lisan dan tulisan yang digunakan manusia pada masingmasing negara
Dari pengertian tersebut berarti bahasa merupakan alat yang penting dalam berkomunikasi, tanpa bahasa setiap individu tidak dapat berinteraksi satu sama lain. Setiap negara memiliki bahasa masing-masing, seperti negara kita Indonesia bahasa nasionalnya adalah bahasa Indonesia. Setiap individu dapat mempelajari bahasa nasionalnya negara lain, hal inilah yang biasa disebut bahasa asing, bahasa yang bukan termasuk dalam bahasa yang digunakan sehari-hari dalam suatu negara. Dalam buku yang berjudul “ Sekilas Tentang Bahasa Indonesia “ karya Fahrurrozi dan Andri Wicaksono dijelaskan bahwa bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan seluruh bangsa. Oleh sebab itu, merupakan alat mengungkapkan diri baik secara lisan maupun tulisan, dari segi rasa harsa dan cipta serta piker baik secara efektif dan logis. Semua warga negara Indonesia harus mahir dalam menggunakan bahasa Indonesia karena itu merupakan kewajiban bergaul di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu kita harus memajukan kepribadian Indonesia di dalam maupun di luar negeri. Bahasa Indonesia tentu saja memiliki karakter khusus karena dia berakar dari tradisi etnik lokal yang kemudian dimodifikasi dan diadopsi menjadi bahasa persatuan yang berfungsi sebagai perekat keberagaman etnik. Pada masa sekarang masyarakat Indonesia mulai menyampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing, salah satunya bahasa Inggris. Salah satu pencampuran bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris yang terkenal di kalangan masyarakat khususnya anak muda adalah bahasa anak Jak-Sel (Jakarta Selatan). Disebut Bahasa anak Jak-Sel karena bahasa ini dipopulerkan oleh masyarakat khususnya anak muda yang tinggal di daerah Jakara Selatan. Fenomena ini membuat banyak anak muda tertarik dan mulai menerapkannya dalam kehiduapan sehari-hari. Karena bahasa Inggris adalah bahasa Internasional dan pada masa ini sangat diperlukan untuk beberapa pekerjaan maupun lainnya. Tetapi sebagai masyarakat Indonesia kita tidak boleh melupakan bahasa nasional kita sendiri. Setiap individu harus tetap mempelajari bahasa Indonesia, karena pada kenyataannya masih banyak individu yang salah mengartikan sebuah kata. Bahkan ada
individu yang tidak mengetahui bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat kata tersebut. Masyarakat Indonesia harus peduli akan bahasa nasionalnya sendiri, jangan sampai kita mengerti bahasa asing, tetapi tidak mengerti bahasa nasional sendiri. Pengertian bahasa baku dalam buku yang berjudul “ Kamus Saku Bahasa Indonesia “ karya R.H. Widada dan Icuk Prayogi, bahasa baku adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya. Salah satu wujud bahasa baku Indonesia adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun secara sistematis oleh Pusat Bahasa, sebuah lembaga di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Adapun fungsi Bahasa Baku dikemukakan oleh Drs. Anton Moeliono, M.A., tiga fungsi bersifat sebagai pelambang, sedangkan satu lagi bersifat objektif: (1) fungsi pemersatu bangsa, (2) fungsi kepribadian masyarakat Indonesa, (3) fungsi penambah wibawa, Dan (4) fungsi kerangka acuan (frame of reference). Bahasa baku bukan hanya dalam bentuk tulisan, tetapi lisan juga. Bahasa baku biasa digunakan pada saat kegiatan formal seperti, rapat, seminar, pembelajaran di dalam kelas maupun bercengkrama dengan orang yang umurnya di atas kita. Meskipun begitu, tetap ada individu yang menggunakan bahasa baku dalam aktivitas sehari-hari, hal ini dikarenakan individu tersebut sudah terbiasa menggunakan bahasa baku. Menurut pengertian bahasa baku pada buku yang berjudul “ Kamus Saku Bahasa Indonesia “ disebutkan bahwa bahasa baku digunakan oleh individu yang memiliki pengaruh dan berwibawa. Hal ini bebar adanya karena seorang presiden yang memiliki pengaruh dan berwibawa menggunakan bahasa baku pada pidatonya maupun menjawab pertanyaan awak media. Tokoh yang berpengaruh dan berwibawa lainnya adalah motivator. Tetapi teekadang
seorang
motivator
menggunakan
bahasa
tidak
baku
disela-sela
pembicaraannya. Bahasa tidak baku dapat dikenal juga sebagai bahasa nonbaku dan bahasa nonstandar. Andri Wicaksono menyebutkan dalam bukunya yang berjudul “ Pembelajaran Bahasa Indoesia di Perguruan Tinggi “ bahwa bahasa nonstandar menurut Richards, Jhon, Dan Heidi (1985:193) berpendapat bahwa bahasa nonstandar adalah Bahasa Yang digunakan Dalam berbicara Dan menulis Yang berbeda pelafalan, Tatabahasa, Dan kosakata dari Bahasa Baku dari suatu Bahasa (nonstandard, used of speech or writing which differs in pronunciation, grammar, or vocabulary from the standard variety of the language).
Bahasa tidak baku sering dijumpai dalam percakapan sehari-hari. Bahkan pada masa sekarang masyarakat umumnya kaum muda menggunakan bahasa yang disebut bahasa gaul. Bahasa gaul ini sering dijumpai dalam percakapan anak muda seperti, kamseupay, meneketehe, modus, woles, dan lain sebagainya. Di mana kata-kata tersebut ada yang tidak termasuk kata baku bahkan kata tidak baku. Kata-kata tersebut populer di kalangan masyarakat dan sudah menjadi bahasa keseharian. Hal ini ditakutkan akab berdampak akan tersisihnya bahasa nasional kota baik yang baku maupun yang tidak baku. Hal ini juga menunjukkan bahwa bahasa terus berkembang menyesuaikan zaman meskipun begitu, kita tetap harus mengetahui bahasa yang dijadikan sebagai bahasa nasional.
TINJAUAN PUSTAKA Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian. Kata bahasa yang terdapat pada kalimat bisa menunjuk pada beberapa arti atau kategori lain. Seperti yang dikemukakan Kridalaksana “ Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk
bekerjasama,
berkomunikasi,
dan
mengidentifikasi
diri”.(Chaer,2011). Penggunaan bahasa baku menjadi harapan pecinta bahasa Indonesia. Salah satu wujud bahasa baku adalah penggunaan kata yang mengikuti kaidah yang sudah ditetapkan.(Miftahuddin,2014). Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun, pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. “Kita berusaha agar dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu jugadalam situasiyang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku”. (Pateda,1997:30). Berdasarkan dengan judul penelitian mengenai “JUDUL“ uraian diatas maka diperlukan penjelasan tentang ragam bahasa, bahasa baku dan tidak baku, kata baku dan tidak baku, bahasa prokem, serta hubungan bahasa Indonesia dengan Bahasa Asing. Ragam Bahasa Indonesia
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa, misalnya siapa pembicaranya, pendengar yang dihadapi, kondisi, situasi, ruang dan waktu. Komunikasi antara raja dan hamba akan berbeda dengan antar rekan sejawat, demikian pula berkomunikasi secara berhadapan akan berbeda dengan berkomunikasi melalui surat. Apa yang disampaikan pada suatu rapat belum tentu dapat dimengerti orang yang tidak hadir pada rapat tersebut. Hal ini melahirkan sejumlah ragam bahasa. Adanya bermacam-macam ragam bahasa, ini sesuai dengan fungsi, kedudukan serta lingkungan yang berbeda-beda. Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya dan bermacam ragam penuturnya, mau tidak mau, takluk pada hukum perubahan. Arah perubahan itu tidak selalu tak terelakkan karena kita pun dapat mengubah secara berencana. Faktor sejarah dan perkembangan masyarakat turut pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka macam itu masih tetap disebut “bahasa Indonesia” karena masing-masing inti sari bersama yang umum. Ciri dan kaidah tata bunyi,pembentukan kata, tata makna, umumnya sama. Itulah sebabnya kita masih dapat memahami orang lain yang berbahasa Indonesia walaupun di samping itu kita dapat mengenali beberapa perbedaan dalam perwujudan bahasa Indonesianya (Moelliono,1988). Istilah ragam dapat disejajarkan dengan variasi. Seperti halnya jika orang mengatakan bahwa modelnya sangat beragam, di dalamnya terkandung maksud bahwa modelnya sangat bervariasi. Adanya ragam atau variasi mengimplikasikan bahwa dari berbagai ragam atau variasi itu terdapat satu model yang menjadi acuannya. Dengan demikian,bagaimanapun model variasinya pastilah terdapat intisari atau ciri-ciri umum yang sama. Jika variasi itu sudah menyimpang jauh dari inti yang menjadi acuannya, itu berarti bahwa sudah bukan variasi dariacuannya, melainkan merupakan model baru (Suharsono, 1993).
Macam-macam Ragam Bahasa Mengingat fungsi dan situasi yang berbeda-beda dalam setiap kounukasi anatarmanusia, maka tersedia bermacam-macam ragam bahasa. Pertama dari segi pembicara/penulis, ragam bahasa dapat dirinci berdasarkan (1) daerah, (2)
pendidikan, dan (3) sikap. Kedua, dari segi pemakaiannya ragam bahasa diperinci berdasarkan (1) pokok persoalan, (2) sarana, dan (3) gangguan campuran.
Ragam Baku Ragam baku disebut juga ragam ilmiah. Ragam ini merupakan ragam bahasa orang berpendidikan yakni bahasa dunia pendidikan. Ragam ini jugalah yang kaidah-kaidahnya paling lengkap diperikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain. Ragam itu tidak saja ditelaah dan diperikan, tetapi juga diajarkan di sekolah. Apa yang dahulu disebut bahasa Melayu Tinggi dikenal juga sebagai bahasa sekolah. Sejarah umum perkembangan bahasa menunjukkan bahwa ragam itu memperoleh gengsi dan wibawa yang tinggi karena ragam itu juga yang dipakai oleh kaum yang berpendidikan dan yang kemudian dapat menjadi pemuka diberbagai bidang kehidupan yang penting. Pejabat pemerintah, hakim, pengacara, perwira, sastrawan, pemimpin perusahaan,wartawan, guru, generasi demi generasi terlatih dalam ragam sekolah itu. Ragam itulah yang dijadikan tolok ukur bagi pemakai bahasa yang benar. Fungsinya sebagai tolok menghasilkan nama bahasa baku atau bahasa standar baginya (Moeliono, 1988). Ada dua macam ragam bahasa baku, yaitu bahasa baku lisan dan bahasa baku tulisan. Adakalanya bahasa baku lisan suatu bahasa tidak sama dengan bahasa baku tulisnya (Badudu, 1992). Tradisi baku dalam bahasa Indonesia adalah bahasa tulis. Berbahasa lisan yang baku dalam kegiatan resmi ialah berbahasa seperti bentuk dan susunan bahasa tulis.Aturan bahasa baku tulis itulah yang dituliskan dalam buku-buku tata bahasa. Menyimpang dari aturan itu disebut tidak baku atau nonbaku. (Jamilah,2017)
Fungsi dan Ciri-ciri Bahasa Baku Bahasa baku mendukung empat fungsi, tiga diantaranya bersifat pelambang atau simbolik, sedangkan yang satu lagi bersifat objektif. (1) Fungsi pemersatu, pemakaian bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa. (2) Fungsi pemberi kekhasan, pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya. (3)
Fungsi pembawa kewibawaan, pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya. (4) Fungsi sebagai kerangka acuan, bahasa baku menjadi tolak ukur bagi benar atau tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang. Sedangkan ciri-ciri bahasa baku menurut Ernawati Waridah (2014:60) dalam bukunya yang berjudul Pedoman Kata Baku & Tidak Baku Dilengkapi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) menyebutkan ada delapan ciri-ciri. (1) Tidak dipengaruhi bahasa daerah, (2) tidak dipengaruhi bahasa asing (3) bukan merupakan ragam bahasa percakapan, (4) pemakaian imbuhan secara eksplisit atau tegas, (5) pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat, (6) tidak mengandung makna ganda, tidak rancu, (7) tidak mengandung arti pleonasme, dan
(8)
tidak
mengandung
hiperkorek
(kerapihan
yang
berlebihan).
(Waridah,2014)
Ragam Bahasa Non Baku Istilah bahasa nonbaku ini terjemahan dari "nonstandard language" Istilah bahasa nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah "ragam subbaku", "bahasa nonstandar, "ragam tak baku”,” bahasa tidak baku", "ragam nonstandar". Richards, Jhon dan Heidi (1985:193) berpendapat bahwa bahasa nonstandar adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tata bahasa, dan kosakata dari bahasa baku dari suatu bahasa (nonstandard, used of speech or writing which differs in pronunciation, grammar, or vocabulary from the standard variety of the language). Sejalan dengan hal di atas, Crystal (1985:286) menyatakan bahwa bahasa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak memenuhi norma baku, yang dikelompokkan sebagai subbaku atau nonbaku (linguistic forms or dialects which do not conform to this norm are then refered to as sub-standard or nonstandard). Di lain pihak, Suharianto (1981:23) memberikan pengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi. Pendapat lain menyatakan bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa
yang biasa memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan (Alwasilah. 1985:116) Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Kata Baku Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata adalah rangkaian bunyi terkecil yang ada artinya dan merupakan unsur kalimat.(Badudu,1996:625). Sedangkan baku adalah yang menjadi pokok, yang utama, dan standard (Badudu,1996:114). Menurut pendapat lain kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia umum yang sudah laazim digunakan atau frekuensi penggunaannya cukup tinggi(Chaer,2000:6). Menurut Nababan dalam bukunya berpendapat bahwa “Kata baku adalah kata-kata yang cara pengucapannya dan penulisannya
sesuai
dengan
kaidah
bahasa
Indonesia
yang
berlaku.
(Nababan,2008:44). Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata baku adalah kata-kata yang pengucapannya dan penulisannya sudah lazim digunakan dan sudah ditetapkan dalam kaidah bahasa Indonesia yang menjadi patokan bagi pemakai bahasa Indonesia. Konteks penggunaannya kata baku digunakan dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Kata baku ditentukan berdasarkan atas tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati. (Miftahudin,2014) Kata Tidak Baku Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Konsteks penggunaanya adalah dalam bahasa percakapan sehari-hari atau bahasa tutur. (Miftahudin,2014)
Hubungan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Asing Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang terpenting diantara berates-ratus bahasa daerah yang jumlah penuturannya berkisar antara beberapa ratus orang (misalnya di Irian Jaya) dan tujuh puluh juta orang (bahasa Jawa). Disamping itu ada sejumlah bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Arab, China, Jepang, dan Belanda, yang digunakan oleh kalangan masyarakat tertentu. Ketiga golongan bahasa itu masing-masing menjelaskan fungsi kemasyarakatan yang khusus. Diantara fungsi kemasyarakatan yang penting dapat disebutkan (1) fungsi bahasa resmi pada taraf negara atau daerah, (2) fungsi bahasa perhubungan luas, (3) fungsi bahasa pendidikan formal, (4) fungsi bahasa kesenian, dan (5) fungsi bahasa keilmuan dan keteknologian. Dalam upaya memperkaya kosakata bahasa Indonesia, kita sering tidak dapat terlepas dari pengaruh dunia internasional karena komunikasi antarbangsa memang tidak dapat dicegah. Kontribusi dari bahasa asing ke dalam suatu bahasa sebenarnya merupakan suatu hal yang lumrah dan tidak perlu dikhawatirkan selama kita tetap waspada terhadap penyalahgunaanya. Bahasa dapat berkembang karena adanya kontak dengan bahasa dan budaya lain sehingga perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dapat diikutinya. Satu hal yang perlu dijaga adalah bahwa dalam mengembangkan bahasa nasional ini, di satu pihak kita harus bersikap terbuka, tetapi di pihak lain, kita harus tetap waspada. Menurut Eka Zul (2009), bahasa prokem adalah bahasa sandi yang dipakai dan hanya dimengerti kalangan remaja. Bahasa ini konon berasal dari kalangan preman. Kata prokem berasal dari kata “preman” yang mendapat sisipan kata “ok”. Awalan pr-, disisipi –ok, dilanjutkan –em, dan –an dihilangkan, sehingga menjadi pr(ok)em[an] = prokem. Bahasa prokem ini digunakan oleh kalangan remaja agar orang dari kelompok lain tidak mengetahui tentang apa yang dibicarakannya. Kosakata bahasa prokem remaja sering diambil dari kosakata yang hidup dilingkungan tertentu. Pembentukan kata dan maknanya beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya. Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para
pemakainya. Selain itu dengan menggunakan bahasa prokem mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat eksklusif. Keaktifan sehari-hari para remaja, lebih banyak berkaitan dengan kehidupan keluarga, pendidikan, serta masalah-masalah kenakalan remaja. Ini menyiratkan bahwa kosakata yang timbul kemudian mengacu pada hal dan masalah di lingkungan yang terungkap dengan istilah kekerabatan, karena bahasa ini hanya merupakan suatu gejala yang serupa dengan gejala-gejala bahasa gaul lainnya.
METODOLOGI Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Nazir (1988: 63) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut Bodgan dan Taylor (1993: 30), metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek yang diamati. Tujuan dari metode ini untuk memahami secara mendalam terhadap suatu masalah. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mengungkapkan suatu peristiwa fakta yang terjadi saat penelitian berlangsung dan dipaparkan sesuai dengan data yang sebenarnya. Metode yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data dengan cara menonton isi video Mario Teguh dari awal sampai akhir. Peneliti memaparkan deskripsi mengenai bahasa baku dan bahasa asing yang terdapat pada saluran Youtube Mario Teguh seorang motivator Indonesia. Kemudian peneliti mengelompokkan data dalam bentuk tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah peneliti melakukan pengumpulan data dari media sosial saluran Youtube, yaitu akun dari Mario Teguh. Berikut merupakan hasil pengumpulan data yang telah diteliti Tabel 1. Kata Tidak Baku No.
Durasi
Kata Tidak Baku
1.
00:27
Menjleb
2.
01:21
Kalo
3.
02:05
Kalo
4.
02:32
Gitu loh
5.
02:43
Dah
6.
03:00
Nyampur
7.
04:01
Liat
8.
05:13
Nggak
9.
05:25
Nggak
10.
05:30
Nggak
11.
05:40
Gitu
Tabel 2. Bahasa Asing No.
Durasi
Bahasa Asing
1.
01:56
The experiences
2.
01:57
The moment
3.
01:59 – 02:00
Not the person
4.
02:13 – 02:16
The moment, beautiful, happy
5.
02:24
The moment
6.
02:26
The person
7.
02:41
The moment
8.
02:49
The moment
9.
03:02
The moment
10.
03:04
The bad person
11.
03:40
A bad person
12.
05:18
You
Peneliti pada akhirnya mengumpulkan data-data setelah menganalisa video saluran Youtube milik Mario Teguh, yang mana disetiap pembicaraannya menggunakan bahasa baku namun juga disisipi dengan kata tidak baku dan bahasa asing. Dari hasil analisa peneliti, data-data diatas didapatkan sebagai topik pembahasan dalam artikel jurnal yang menitik beratkan pada penggunaan kata tidak baku dan bahasa asing. Penggunaan Bahasa Tidak Baku a) Kata tidak baku berbentuk imbuhan Bentuk kata tidak baku pada video Youtube Mario Teguh yang berjudul “Melupakan yang Sulit Dilupakan” terdapat dalam bentuk kata imbuhan merupakan kata imbuhan yang diucapkan dan telah mengalami proses morfologi dan proses pengimbuhan atau afiksasi. Data 01 : Menjleb Data 06 : Nyampur Data 07 : Liat Berdasarkan bentuk kata diatas “Menjleb” merupakan sebuah kata imbuhan meNyang tidak mengalami perubahan bentuk kata dasar maupun bunyi. Dan diketahui juga kata turunan pada bentuk kata diatas berupa imbuhan yang ditulis serangkaian dengan kata dasarnya yang berfonem awal /j/ “meN + jleb = Menjleb”.
Pada kata “Menjleb” terletak kata turunan yang bermakna menyentuh atau menusuk yang mana kata tersebut menggunakan kata dasar “jleb” yang menurut pemahaman oleh orang-orang zaman milenial ini adalah nusuk, menusuk hati, atau tepat sasaran yang mana kata tersebut memiliki makna yang dalam sekali. Seharusnya saat pengucapan dengan menggunakan bahasa baku tidak disisipi dengan bahasa tidak baku karena merupakan kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Kata tidak baku “Menjleb” seharusnya menggunakan kata baku yaitu “Menusuk hati”. Pada data keenam bentuk kata tidak baku “Nyampur” seharusnya diganti menjadi “Menyampurkan”, dimana kata dasar “Campur” menurut KBBI yaitu beraduk, berbaur, berkacau. “Nyampur” merupakan sebuah maksud dari kata imbuhan “Menyampurkan” yang kata dasarnya adalah “Campur” sehingga jika me(N)-kan ditambahkan pada kata dasar yang berfonem /c/ bentuknya menjadi “meN + campur + kan = Menyampurkan”. Kata tidak baku “Liat” yang seharusnya diganti menjadi “Melihat” adalah sebuah kata kerja berbentuk imbuhan me- dimana dalam kalimat jika predikatnya berbentuk kata kerja , maka sudah dipastikan kalimat tersebut adalah kalimat aktif. Sehingga dapat dikatakan, imbuhan me- berfungsi membentuk kalimat. Kata “Melihat” yang berkata dasar “Lihat”, jika me- ditambahkan pada kata dasar yang berfonem/l/ bentuknya menjadi “me- + lihat = Melihat”. b) Kata tidak baku berbentuk konjugasi Konjugasi merupakan suatu kata atau ungkapan yang menghubungkan dua jenis kata-kata, dua frasa dalam bahasa Indonesia, dua klausa dalam bahasa Indonesia. Pada video “Melupakan yang Sulit Dilupakan” Mario Teguh menggunakan kata tidak baku yang berbentuk kata konjugasi. Konjungsi dapat dibedakan dari penggunaan fungsi-fungsi
konjungsi, yaitu: penambahan, urutan, pilihan,
gabungan, perlawanan, temporal, perbandingan sebab, akibat, syarat, tak bersyarat, pengandaian, harapan, perluasan, penghantar objek, cara, perkecualian, dan penghantar wacana.
Data 02 : Kalo Data 03 : Kalo Berdasarkan bentuk kata dari data diatas “Kalo” merupakan salah satu kata konjungsi yang tergolong dalam konjungsi subordinatif yang mana sebagai kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih dengan status yang tidak sama derajatnya, diantaranya : ketika, sejak, biar, seperti, setelah, andai, kalau, supaya, bagai, ibarat, sehingga, karena, dsb. Penggunaan kata tidak baku “Kalo” seharusnya diganti menjadi kata baku “Kalau”. Menurut KBBI, “Kalau” merupakan sebuah kata penghubung menandai syarat.“Kalau” adalah salah satu konjungsi subordinatif yang berfungsi sebagai konjungsi syarat. Konjungsi syarat adalah kata penghubung yang menjelaskan suatu hal biasa terpenuhi apabila syarat yang ada dipenuhi atau dijalankan. c) Kata tidak baku berbentuk homonim Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homofon, tetapi jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homograf. Contoh homonim antara lain (nama kalendaer atau nama satelit) Data 04 : Gitu loh Data 11 : Gitu Berdasarkan data diatas keduanya sama-sama menggunakan kata tidak baku “Gitu” sedangkan bentuk kata bakunya adalah “Begitu”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Begitu” merupakan sebuah homonim karena artiartinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. “Begitu” memiliki arti dalam kelas pronomina atau kata ganti sehingga begitu dapat menggantikan nomina atau frasa nomina. “Begitu” termasuk dalam ragam bahasa cakapan.
Dapat dibuktikan bahwasanya pada data keempat, kata “Gitu” atau “Begitu” berarti seperti itu. Sedangkan, pada data kesebelas maksud dari kata “Gitu” atau “Begitu” adalah demikian itu. d) Kata tidak baku yang berbentuk bahasa prokem atau bahasa gaul Prokem adalah bahasa sandi yang dipakai dan digemari oleh kalangan remaja tertentu. Bahasa ini digunakan sebagai sarana komunikasi remaja dalam kelompoknya. Konon bahasa prokem sendiri diambil dan diadopsi dari bahasa preman, atau bahasa preman. Fungsi bahasa prokem sendiri ialah sebagai sarana komunikasi yang tertutup yang hanya dimengerti oleh kalangan tertentu yang masuk dalam suatu kelompok tertentu, supaya orang lain yang bukan menjadi anggota kelompok tidak mengerti sehingga apa yang mereka bicarakan aman. Data 04 : Gitu loh Data 05 : Dah Berdasarkan data diatas kata tidak baku “Loh” dari kalimat tidak baku “Gitu loh” serta kata tidak baku “Dah” merupakan sebuah kata prokem atau bahasa gaul yang partikelnya sering dipakai karena sebagian dari partikel-partikel bahasa prokem yang membuatnya terasa lebih hidup dan membumi, berbeda dengan orang-orang yang berbahasa baku. Kata “Dah” asalnya dari kata “Sudah” yang diucapkan singkat menjadi deh, dah, atau udah. Namun, dalam berbagai konteks kata “Dah” ini sebagai penekanan atas pernyataan. Kata tidak baku “Loh” merupakan kata seru yang menyatakan keterkejutan. Bisa digabung dengan kata tanya. Tergantung intonasi yang digunakan, partikel ini dapat mencerminkan bermacam-macam ekspresi baik sebagai kata informatif yang berfungsi untuk memastikan atau menekankan suatu hal dan berdiri sendiri untuk menyatakan keheranan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. e) Kata tidak baku dalam bentuk kata penolakan Data 8 : Nggak
Data 9 : Nggak Data 10 : Nggak Kata tidak baku “Nggak” seharusnya diubah menjadi kata baku “Tidak”. Karena kata “Tidak” merupakan partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan dan sebagainya. Yang mana dalam bahasa Inggris sebagai penyangkalan dari kata kerja atau dikenal sebagai adverb, dan juga merupakan bentuk negatif dari kata sifat. Kata tidak baku bisa muncul karena beberapa penyebab. Dan hal itu karena kita sering tidak sadar telah menggunakan kata tidak baku tersebut baik dalam penulisan maupun percakapan. Biasanya mereka yang sering tidak sadar telah menyebabkan munculnya kata tidak baku ini bila tidak segera berusaha untuk memperbaiki kesalahan dari kata-kata yang ia ucapkan maupun tuliskan sehingga kata tak baku ini menjadi selalu ada. Kadang juga ada yang secara tidak sengaja terbawa oleh orang yang sering menggunakan kata tidak baku tersebut. Biasanya orang seperti itu adalah artis, public figure, dan masih banyak lagi. Selain itu, mereka juga tidak mengetahui bahwa kata-kata yang telah mereka ucapkan merupakan kata yang tidak baku dan telah menjadi kebiasaan mereka dengan menggunakan kata tidak baku untuk percakapan sehari-hari. Kata baku merupakan macam-macam kata yang telah diterima oleh masyarakat dan digunakan ketika situasi-situasi resmi dalam perkantoran atau juga dalam perundang-undangan, surat-menyurat, rapat-rapat resmi, dan lain sebagainya. Dalam mempersatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah memiliki banyak sekali bahasa yaitu sekitar lebih dari 400 bahasa daerah. Bahasa Baku Indonesia memiliki peran yang sangat penting. Akan tetapi untuk zaman sekarang ini, bahasa Indonesia yang baku mulai terkikis sedikit demi sedikit oleh bahasa pasar, bahasa populer maupun yang lebih fenomenal. Hal itulah yang menyebabkan orang menjadi bingung dan sering tidak sadar menukar kata antara kata baku dan kata tidak baku.
Pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah penggunaan yang sesuai dengan fungsi dan situasinya. Seperti diketahui bahwa bahasa Indonesia mempunyai banyak ragam. Jika digunakan ragam resmi dalam suasana nonresmi mungkin bahasa yang digunakan menurut tata bahasa baik, tetapi ragamnya tidak tepat. Begitu juga misalnya, jika dipakai ragam lisan dalam laporan resmi, berkesan janggal. Jadi bahasa yang baik menurut tata bahasa dan benar menurut ragamnya. Dengan mengingat semua itu, maka yang dimaksud dengan menguasai bahasa adalah dapat menggunakan ragam bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya. Bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat diartikan sebagai ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar. Untuk dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar harus diperhatikan situasi pemakaian dan ragam bahasa yang digunakan. Penggunaan Bahasa Asing Dalam video saluran Youtube akun Mario Teguh yang berjudul “Melupakan yang Sulit Dilupakan” ada beberapa penggunaan bahasa asing disela pengucapan dengan menggunakan bahasa baku dan tidak baku. Yaitu seperti “The Experiences” yang artinya sebuah pengalaman, kata “The Moment” sering diucapkan dalam video monolog Mario Teguh sebanyak enam kali, maksud dari “The Moment” ialah waktu atau suasananya. Kata dasar “beautiful” dan “happy” juga disebutkan didalam monolog yang berarti keindahan dan kebahagiaan. Dalam video tersebut juga diucapkan kata yang mengarah kepada sebuah subjek yaitu “Not the person” yang diartikan bukan orangnya yang mana menyatakan penyangkalan atas sebuah objek,”The person” yang dimaksud adalah orang tersebut atau seseorang. “The bad person” dan “A bad person” merupakan arti yang sama dan subjek yang sama yaitu orang yang buruk, orang jahat, atau orang yang tidak baik, dan subjek “You” dalam video monolog Mario Teguh yang berarti kamu merupakan sebuah subjek untuk
seseorang yang sebagai orang kedua yang bertatap langsung atau menonton video tersebut.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari mulai tergeser karena maraknya penggunaan bahasa asing. Masyarakat Indonesia lebih mengutamakan mempelajari bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Bahkan beberapa perusahaan mengutamakan pegawai bisa berbahasa asing khususnya bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Padahal dibeberapa universitas di dunia mulai memasukkan bahasa Indonesia sebagai mata kuliah di universitas tersebut. Sedangkan masyarakat Indonesia sendiri belum banyak yang memahami kaidah bahasa Indonesia. Digunakannya bahasa Indonesia sebagai mata kuliah di universitas luar negeri memberikan dampak positif bagi Indonesia seperti, bahasa Indonesia mulai dikenal oleh dunia internasional dan meningkatnya terjemahan buku-buku ke dalam bahasa Indonesia. Di samping dampak positif yang ada, perkembangan bahasa khususnya bahasa Indonesia juga memiliki dampak negatif dalam hal globalisasi seperti, masyarakat Indonesia tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan bercampurnya bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa asing karena generasi muda lebih minat mempelajari bahasa asing. Beberapa bahasa asing dijadikan sebagai kata serapan di Indonesia, kata serapan ini memang menambah kosa-kata bahasa Indonesia. Namun, penyerapan atau peminjaman kata asing tersebut dalam penggunaannya menimbulkan kekeliruan, kesalahpahaman, atau kerancuan.
Simpulan Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam memberikan motivasi atau nasihat tokoh Mario Teguh menggunakan bahasa tidak baku dan bahasa asing disela-sela perkataannya. Sebagai seorang tokoh yang memiliki pengaruh dan dikenal berwibawa
seharusnya Mario Teguh menggunakan bahasa baku dalam perkataannya. Meskipun begitu, dapat dilihat bahwa Mario Teguh mengikuti perkembangan bahasa di masyarakat, beliau menggunakan bahasa tidak baku agar pendengar merasa lebih santai. Tetapi untuk penggunaan bahasa asing ini ditakutkan ada pendengar yang tidak mengetahui artinya dan akhirnya tidak mengetahui isi dari motivasi atau nasihatnya. Secara tidak sadar banyak orang menggunakan kata tidak baku dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengatasi masalah ini diperlukan pendidikan sejak usia dini baik dari orang tua maupun instansi-instansi sekolah. Jangan sampai kita terbawa pengaruh yang buruk, yang membuat kita menggunakan bahasa Indonesia yang buruk pula.
Daftar Pustaka Alwi, Hasan, dkk.1998.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka.
Chaer, Abdul.2011.Linguistik Umum.
Fahrurrozi, dan Andri Wicaksono.2016.Sekilas Tentang Bahasa Indonesia. Yogyakarta:Garudhawaca.
Hidayah, Nurul.2016.Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.Yogyakarta:Garudhawaca. Ismiyati.2011.BAHASA PROKEM DI KALANGAN REMAJA KOTAGEDE. Jogjakarta:UNY Press
Jamilah.2017.Penggunaan Bahasa Baku Dalam Karya Ilmiah Mahasiswa.Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmu Kependidikan)Vol.6 No.2.
Miftahudin, Ade.2014.Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Baku Dalam Pembelajaran Menulis Laporan Perjalanan Siswa Kelas VIII di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta.
Prastowo, Andi. 2016. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Risanaya, Risa.2017. Analisis Ragam Bahasa Indonesia Non-Baku Dalam Laporan Karya Tulis Ilmiah Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 1 Gatak.
Sugihastuti.1996.Bahasa Baku: Bahasa Laporan Penelitian.Humaniora III
Waridah, Ernawati.2014.Pedoman Kata Baku dan Tidak Baku Dilengkapi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).Jakarta:Ruang Kata.
Widada, dan Icuk Prayogi.2010.Kamus Saku Bahasa Indonesia.Yogyakarta: Bentang.
Yendra. 2018. Mengenal Ilmu Bahasa (Linguistik). Yogyakarta: Deepublish. Link Video (https://youtu.be/YTuFAMOBPso)