Home Profile Berita Foto Artikel
“Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Meningkatkan Hasil Panen Melalui Program Gapoktan (gabungan kelompok tani) di kecamatan Moyudan. 05.32 Profile 14 comments BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era yang semakin berkembang ini, salah satu tuntutan bagi sebuah negara berkembang adalah pembangunan nasional. Pembangunan nasional akan terlaksana dengan baik apabila ada koordinasi dari segenap masyarakatnya. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia atau individu seutuhnya dan masyarakat selutuhnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2 juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. UU no. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 3 bab II asas dan tujuan berbunyi: “Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan : (1) meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup; (2) memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian; (3) meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial; (4) meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; (5) meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; dan (6) meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial”. Sunyoto Usman (2008:33-40) di dalam masyarakat, dapat dikemukakan dua macam keadaan : (1) terdapat kemiskinan sekaligus kesenjangan, atau (2) tidak terdapat kemiskinan tapi boleh jadi masih ada kesenjangan. Upaya penanggulangan kemiskinan sangat kompleks dan rumit, dan upaya menanggulangi kemiskinan sekaligus kesenjangan jauh lebih kompleks dan lebih rumit. Secara teorotis, faktor
penting lain yang ditengarai membuat desa menjadi tidak berdaya adalah produktivitas yang rendah dan sumber daya manusia yang lemah. Perbandingan antara hasil produksi dan jumlah penduduk menjadi tidak seimbang. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial juga dapat berjalan seperti apa yang sudah dicita-citakan. Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Kajian keadaan pedesaan secara partisipatif adalah salah satu tahap dalam upaya meningkatkan kemandirian, hasil panen dan kesejahteraan masyarakat dalam hidupnya. Kajian keadaan pedesaan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi serta menganalisa situasi, potensi dan masalahnya sendiri. Dalam kajian keadaan pedesaan secara partisipatif melalui Pemberdayaan Masyarakat, masyarakat dapat memanfaatkan informasi dan hasil kajian yang dilakukan bersama oleh masyarakat bersama tim fasilitator, untuk mengembangkan rencana kerja masyarakat petani agar lebih maju dan mandiri. Hal ini sangat berbeda dengan pendekatan top-down yang sering kali dipakai oleh lembaga-lembaga yang mengumpulkan informasi dari masyarakat melalui Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat untuk kepentingan kelancaran program mereka. Dalam program semacam ini masyarakat hanya diikutkan tanpa diberikan pilihan. Hasil dari kajian keadaan pedesaan secara partisipatif berupa gambaran tentang masalah yang dihadapi masyarakat, potensi serta peluang pengembangan. Hasil ini sebagai dasar untuk tahapan berikutnya dalam proses pemberdayaan masyarakat. Ukuran keberhasilannya adalah kemajuan fisik atau luasan tanaman, yang belum menyentuh pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) petani dan kelembagaan, belum memanfaatkan kearifan tradisional sebagai modal sosial (social capital), belum mengakomodasi tata nilai dan kelembagaan informal masyarakat lokal sebagai pondasi kelembagaan formal pengelolaan lahan, serta belum diadaptasikan dengan keragaman karakteristik bio-fisik lokasi, sosial dan budaya masyarakat lokal. Sehingga partisipasi masyarakat dalam pelestarian lahan menjadi sangat minim dan terabaikan. Akibatnya tingkat keberhasilan pembangunan usaha budidaya tanaman sangat rendah dan sekaligus masyarakat tetap miskin atau malah menjadi tambah miskin. Efek negatif berikutnya kemiskinan tersebut telah memicu semakin maraknya penebangan liar, perambahan kawasan, dan lain-lain yang semakin mengakibatkan parahnya kerusakan lahan. Sementara itu keberadaan dan ketergantungan masyarakat lokal terhadap sumber daya alam sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan tanaman pertanian atau pengelolaan lahan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Dengan kata lain sasaran pengelolaan lahan secara maksimal tidak dapat dicapai tanpa memperhatikan partisipasi dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Dari hal di atas, masyarakat petani di kawasan kecamatan Moyudan yang tergabung dalam program Gapoktan (gabungan kelompok tani) merupakan masyarakat yang perlu diberdayakan. Diharapkan melalui program Gapoktan ini, masyarakat petani dapat lebih berdaya dan dalam segi hasil panen maupun finansial serta kesejahteraan hidupnya dapat meningkat. Dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka peniliti mengambil penelitian “pemberdayaan masyarakat petani dalam meningkatkan hasil panen melelui program Gapoktan (gabungan kelompok tani) di kecamatan Moyudan. B. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut 1. Banyaknya petani yang tingkat ekonominya masih rendah 2. Rendahnya hasil panen petani menyebabkan menurunnya tingkat ekonomi. 3. Kurangnya pengetahuan petani tentang cara pengolahan sawah yang tepat menyebabkan rendahnya hasil panen 4. Kurangnya inovasi petani dalam upaya meningkatkan hasil panen. 5. Potensi-potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam belum dieksplor secara maksimal atau belum diberdayakan. C. Pembatasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, tidak seluruhnya dikaji dalam penelitian ini. Mengingat adanya keterbatasan waktu, kemampuan dan dana. Agar penelitian ini lebih mendalam, maka penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat petani dalam usaha meningkatkan hasil panen melalui program gabungan kelompok tani di kecamatan Moyudan. D. Rumusan masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan secara operasional permasalahan sebagai berikut 1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan? 2. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan program gapoktan di kecamatan moyudan? 3. Bagaimana keberhasilan pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan di kecamatan moyudan 2. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan program gapoktan di kecamatan moyudan
3. Mengetahui tingkat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan F. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah di bidang Pendidikan Luar Sekolah pada konsep pemberdayaan masyarakat 2. Manfaat praktis Sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya serta sebagai penambah pengalaman dan wawasan khususnya bagi penulis, umumnya bagi masyarakat tentang pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian pustaka 1. Tinjauan pemberdayaan masyarakat petani a. Pengertian pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri (wikipedia-indonesia). Pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling) (Ambar T. Sulistyani, 2004:79) Priyono (1996) memberikan makna pemberdayaan masyarakat sebagai upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baikdalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi, psikologi dan lain-lain. Memberdayakan masyarakat mengandung mak-na mengembangkan, memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar-menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Menurut definisinya, oleh Mas’oed (1990), pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau kekuatan (strengthening) kepada masya-rakat. Sehubungan dengan pengertian ini, Sumodiningrat (1997) mengartikan keberdayaan masyarakat sebagai kemam-puan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat dengan keberdayaan yang tinggi, adalah masya-rakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, dan memiliki nilai-nilai intrinsik yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti sifat-sifat kekeluargaan, kegotongroyongan, dan (khusus bagi bangsa Indonesia) adalah keragaman atau kebhinekaan.
Keberdayaan masyarakat, adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat mampu bertahan (survive) dan (dalam pengertian yang dinamis) mampu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-tujuannya. Karena itu, memberdaya-kan masyarakat merupakan upaya untuk (terus menerus) me-ningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat “bawah” yang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan masyarakat adalah mening-katkan kemampuan dan meningkatkan kemandirian masyara-kat. Sejalan dengan itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendali-kan kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung-gugat (accountable) demi perbaikan kehidupannya Empowerment atau pemberdayaan secara singkat dapat diartikan sebagai upaya untuk memberiikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice). Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna meningkatkan skala/upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan. Dasar pemikiran suatu obyek atau target group perlu diberdayakan karena obyek tersebut mem-punyai keterbatasan, ketidakberdayaan, keterbelakangan dan kebodohan dari berbagai aspek. Oleh karenanya guna meng-upayakan kesetaraan serta untuk mengurangi kesenjangan diperlukan upaya merevitalisasi untuk mengoptimalkan utilitas melalui penambahan nilai. Penambahan nilai ini dapat mencakup pada ruang bidang aspek sosial, ekonomi, kese-hatan, politik dan budaya. Pemberdayaan dapat dimaknai sebagai proses tumbuhnya kekuasaan serta kemampuan baik individu maupun kelompok masyarakat yang masih miskin, terpinggirkan dan belum berdaya. Melalui proses pemberdayaan diharapkan kelompok masyarakat masyarakat bawah dapat terangkat menjadi kelompok manusia yang menengah dan atas. Hal tersebut dapat terjadi bila mereka diberikan kesempatan serta fasilitas dan bantuan dari pihak yang terkait. Kelompok masyarakat miskin di pedesaan sulit untuk melakukan proses pemberdayaan tanpa adanya bantuan dan fasilitas. b. Tujuan pemberdayaan masyarakat Untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Pemberdayaan masyarakat hendaknya mengarah pada pembentukan kognitif masyarakat yang lebih baik. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seorang atau masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan sikap perilaku masyarakat yang terbentuk yang diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pembangunan dan pemberdayaan. Kondisi afektif adalah merupakan sense yang dimiliki oleh masyarakat yang diharapkan dapat
diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya pendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas pembangunan. Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (kognitif, konatif, afektif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada tercapainya kemandirian masyarakat yang dicita-citakan.(Ambar T. Sulistyani, 2004:80). Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membuat masyarakat menjadi mandiri, dalam arti memiliki potensi untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi, dan sanggup memenuhi kebutuhannya dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar, baik pemerintah maupun organisasi-organisasi non-pemerintah. c. Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhati-kan sedikitnya 4 (empat) unsur pokok , yaitu: 1) Aksesibilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya dengan peluang, layanan, penegakan hukum, efektivitas negosiasi, dan akuntabilitas. 2) Keterlibatan atau partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka terlibat dalam kese-luruhan proses pembangunan. 3) Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan dengan meng-atas-namakan rakyat. 4) Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja-sama, mengorganisir warga masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi. d. Syarat Tercapainya Tujuan Pemberdayaan Masyarakat Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masya-rakat terdapat tiga jalur kegiatan yang harus dilaksanakan, yaitu : 1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Titik-tolaknya adalah, pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakatnya memiliki potensi (daya) yang dapat dikembang-kan. 2) Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memberikan motivasi, dan membang-kitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya. 3) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). 2. Tinjauan hasil panen a. Pengertian hasil panen Dalam ekonomi pertanian, hasil usaha tani, hasil panen, atau sangat sering disingkat hasil saja, adalah besaran yang menggambarkan banyaknya produk panen usaha tani yang diperoleh dalam satu luasan lahan dalam satu siklus produksi. Satuan hasil biasanya adalah bobot (massa) per satuan luas, seperti kg per hektare (= kg/ha atau kg.ha-1), kuintal (desiton, dt) per hektare, dan (metrik-)ton per hektare.
Wujud fisik hasil berbeda-beda tergantung komoditi. Untuk tanaman penghasil bijibijian (serealia dan legum) hasil yang dihitung adalah bulir atau biji yang telah dikeringkan. Pada berbagai tanaman sayuran hasil yang dihitung adalah buah atau daun atau seluruh bagian di atas permukaan tanah. Sisa panen di bagian atas permukaan tanah yang tidak dihitung sebagai hasil usaha tani diberi istilah brangkasan.( Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). b. Upaya peningkatkan hasil panen • Strategi berikut dapat diadopsi untuk meningkatkan produktivitas padi di berbagai negara: Penekanan dapat diberikan pada pendekatan sistem tanam daripada pendekatan pengembangan tanaman tunggal .. • Perbanyakan tanaman teknologi spesifik lokasi produksi di berbagai agro-klimatik zona. • Penggantian potensi rendah / hama varietas lama rentan dengan varietas unggul baru dengan potensi hasil menjanjikan. • Untuk mendorong budidaya padi hibrida melalui demonstrasi dan biji membuat tersedia bagi petani. • Memotivasi para petani untuk menyediakan irigasi hidup hemat untuk tanaman sedapat mungkin selama musim kering panjang. • Meningkatkan kesuburan tanah. • Penekanan pada penggunaan nutrisi yang seimbang tanaman bersama dengan mempopulerkan sistem manajemen pabrik terintegrasi. • Penggunaan bio-pupuk. • Mempopulerkan menabur garis di daerah padi gogo melalui pembentukan cocok penyemaian perangkat dari tingkat yang diinginkan dari populasi tanaman, mudah dalam pengendalian gulma dan aplikasi teknik manajemen lainnya. • Mendorong penggunaan mesin serta lembu ditarik dan menyerahkan alat dioperasikan. • Pengendalian yang efektif terhadap hama dan penyakit dengan menekankan kebutuhan aplikasi berbasis pestisida. • Lebih menekankan pada penerapan non-moneter masukan seperti menabur tepat waktu, menjaga populasi tanaman optimal, irigasi tepat waktu, efisiensi penggunaan pupuk, langkah-langkah perlindungan tanaman dan pemanenan tepat waktu panen dll 3. Tinjauan gapoktan c. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
b. Pengertian gapoktan Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha (Gapoktan sesuai Permentan No. 273 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani). c. Tujuan gapoktan • Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM melalui pendidikan pelatihan dan study banding sesuai kemampuan keuangan Gapoktan • Meningkatkan kesejahteraan anggotanya secara keseluruhan tanpa kecuali yang terlibat dalam kepengurusan maupun hanya sebagai anggota, secara materiil maupun non material sesuai dengan kontribusi/andil/masukan yang diberikan kepada pengembangan Organisasi Gapoktan • Menyelenggarakan dan mengembangkan usaha dibidang pertanian dan jasa yang berbasis pada bidang pertanian. • Dalam membangun kerjasama dengan berbagai pihak, hams diketahui dan disepakati oleh rapat angota, dengan perencanaan dan analisa yang jelas dan harus berpedoman Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. d. Prinsip-Prinsip Organisasi Petani Dibentuk untuk mempermudah anggota-anggotanya mencapai sebagian apa yang dibutuhkan dan/atau diinginkan, Dengan kesadaran semacam itu setiap anggota menginginkan dan akan berusaha agar kelompoknya dapat benar-benar efektif dalam menjalankan fungsinya, dengan meningkatkan mutu interaksi/kerjasamanya dalam memanfaatkan segala potensi yang ada pada anggota dan lingkungannya untuk mencapai tujuan kelompok. e. Manfaat Gapoktan • Memudahkan para penyuluh pertanian melakukan pembinaan dalam memfasilitasi para petani dalam mengembangkan usahanya. • Memudahkan para pengambil kebijakan melaksanakan program-program yang akan dikembangka • Memudahkan penyuluh pertanian melakukan pemberdayaan terhadap petani. B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian tentang pemberdayaan masyarakat ini, sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian terkait hal tersebut, diantaranya adalah: 1. Penelitian milik Siti Jariyah (2011) yang berjudul “pemberdayaan masyarakat dan mobilitas sosial di padukuhan pugeran, maguwoharjo, depok, sleman, yogyakarta” menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberdayaan masyarakat dan mobilitas sosial adalah adanya kegiatan pemberdayaan secara tidak langsung berpengaruh terdapat peningkatan status dan peran eseorang atau masyarakat dalam kehidupan. Berbagai macam fasilitas maupun saluran yang ada di masyarakat dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.
2. Hasil penelitian milik Oktarina Dwi Handayani (2010) yang berjudul “pemberdayaan perempuan melalui program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan (PNPM MD) dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa pesalakan, kecamatan bandar, kabupaten batang” adalah konsep pembangunan pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua teknik, yaitu : partisipasi masyarakat dan pembangunan masyarakat. Kedua teknik ini dapat diartikan proses pemberdayaan merupakan pembangunan yang bersumber dari, oleh dan untuk masyarakat.sedangkan partisipasi masyarakat diartikan sebagai partisipasi dari masyarakat sebagai pemanfaat program. Partisipasi tersebut tidak hanya pada pelaksanaan program, tapi dimulai dari tahap penggalian gagasan, tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai pada tahapan pelestarian kegiatan. 3. Penelitian milik Kristinah Prasetia Ningsih (2010) dengan judul “implementasi pemberdayaan keluarga melalui pendidikan anak usia dini pada pos pemberdayaan keluarga di dusun saman desa bangunharjo kecamatan sewon kabupaten bantul” disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat desa merupakan program pembangunan yang perlu menghiraukan dan memperhitungkan pola kehidupan yang sedang berlangsung di masyarakat, kondisi ini harus diberi nilai dan jangan sekalikali diubah dengan cara perombakan. Kondisi masyarakat setempat perlu dihargai yaitu diberi apresiasi, penghargaan dan pemberian nilai pada kondisi kehidupan masyarakat tersebut adalah salah satu cara untuk suksesnya pengembangan masyarakat desa sebagaimana yang diharapkan. C. Kerangka berpikir Dalam era sekarang ini banyak sekali masalah-masalah sosial yang timbul. Dari banyaknya masalah, paling sering kita dengar ialah masalah sosial ekonomi. Masyarakat dalam kalangan menengah ke bawah-lah yang sering menemui masalah ini. Dikatakan seperti karena masyarakat dalam kalangan menengah ke bawah belum cukup berdaya. Untuk menjawab permasalahan di atas, dicetuskannya program pemberdayaan masyarakat. Masyarakat yang perlu diberdayakan sangatlah beragam profesinya mulai dari pemuda sampai pada mereka yang sudah usia lanjut. Dalam hal ini, pemberdayaan yang diprogramkan ialah program pemberdayaan bagi mereka masyarakat petani. Masyarakat petani di kawasan pinggiran atau desa masih belum berdaya. Tidak sedikit dari mereka yang masih belum sejahtera. Dengan adanya kasus tersebut, pemerintah merespon tuntutan petani dengan menggulirkan program gapoktan (gabungan kelompok tani) yang mana dengan adanya program tersebut masyarakat petani menjadi lebih berdaya, mandiri serta dapat meningkatkan hasil panen dan kemudian mencapai tujuan akhir yang dicitacitakan yaitu meningkatnya kesejahteraan.
Timbul masalah-masalah soaial pada petani
Program pemberdayaan masyarakat
Masyarakat petani
program Gapoktan (gabungan kelompok tani)
Meningkatkan hasil penen
Meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan D. Pertanyan penelitian Sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini, maka peneliti membuat rumusan pertanyaan umum yang nantinya akan mengisi pembahasan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan? a. Bagaimana rekruitmen anggota program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan? b. Apa saja usaha yang dilakukan anggota program pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen? c. Bagaimana program pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan? 2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan? 3. Bagaimana tingkat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan? a. Dilihat dari ketercapaian tujuan dan tanggapan dari petani anggota gapoktan dalam upaya meningkatkan hasil panen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang ilmiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif menekankan makna (Sugiyono, 2011:15). (Suharsimi A, 1998:209) mendefinisikan metode kualitatif yaitu pendekatan dengan cara memandang objek penelitian sebagai suatu sistem, artinya objek kajian dilihat dari satuan yang terdiri dari unsur yang saling terkait dan mendiskripsikan fenomenafenomena yang ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti bermaksud mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan di kecamatan Moyudan, Sleman, Yogyakarta. B. Setting dan Waktu Penelitian 1. Setting Penelitian Setting penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah di pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan di kecamatan Moyudan Sleman Yogyakarta dengan alasan sebagai berikut : a. Gapoktan merupakan suatu program dari pemerintah yang ada di kecamatan Moyudan sebagai wadah pembinaan dan mengembangkan potensi masyarakat petani dalam meningkatkan hasil panen serta dapat hidup lebih mandiri dan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan. b. Mudah dijangkau peneliti sehingga memungkinkan lancarnya proses penelitian. c. Keterbukaan dari pihak Gapoktan dan masyarakat petani sehingga memungkinkan lancarnya dalam memperoleh informasi atau data yang berkaitan dengan penelitian. C. Subyek Penelitian Suharsimi A (1990:119) menyebutkan bahwa subyek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sentral karena pada subyek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperolah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi dalam mengumpulkan data, maka sumber data adalah kata-kata atau tindakan orang yang diwawancarai, sumber data tertulis dan foto. Subyek sasaran penelitian ini adalah pengelola, tutor dan petani yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen mmelalui program gapoktan di kecamatan Moyudan. Pemilihan subyek penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan subyek penelitian yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian. Pertimbangan lain dalam pemilihan subyek adalah subyek memiliki waktu apabila peneliti membutuhkan
informasi untuk pengumpulan data dan dapat menjawab berbagai pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. D. Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1. Sumber data Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah : a. Pihak internal gapoktan kecamatan Moyudan (pengelola, tutor dan petani yang menjadi anggota). b. Pihak eksternal gapoktan kecamatan Moyudan (masyarakat dan lingkungan sekitar). c. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oetani dalam upaya meningkatkan hasil panen memalui program gapoktan. 2. Metode pengumpulan data Metode pengumplan data dalam penelitian ini ada beberapa cara agar data yang diperoleh merupakan data yang sahih atau valid, yang merupakan gambaran yang sebenarnya dari kondidi pemberdayaan masyarakat oetani dalam upaya meningkatkan hasil panen memalui program gapoktan di kecamatan Moyudan. Metode yang digunakan meliputi : pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. a. Pengamatan (observasi) pengamatan dilakukan sejak awal penelitian dengan mengamati keadaan fisik lingkungan maupun diluar lingkungan itu sendiri. b. Wawancara dalam wawancara, peneliti menggali sebanyak mungkin data yang terkait dengan masalah subyek. Pada penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam pemberdayaan masyarakat petani melalui program gapoktan (gabungan kelompok tani) di kecamatan Moyudan. c.Dokumentasi Metode dokumentasi ini merupakan metode bantu dalam upaya memperoleh data. Kejadian-kejadian atau peristiwa tertentu yang dapat dijadikan atau dipakai untuk menjelaskan kondisi didokumentasikan oleh peneliti. E. Instrumen Pengumpulan Data 1. Pengertian instrumen pengumpulan data Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kaitannya dalam mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan diperrmudah olehnya (Suharsimi A, 2003:134). 2. Instrumen yang digunakan Instrumen untama yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi terstruktur yang dibuat sendiri oleh peneliti dibantu dosen pembimbing. F. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu data utama dan data pendukung. Data utama diperoleh melalui subjek penelitian, yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan sebagai fokus penelitian. Sedangkan data pendukung bersumber dari dokumen-dokumen berupa catatan, rekaman, gambar, atau foto serta bahan-bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini. Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut: 1. Reduksi data, dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, disusun lebih sistematis, sehingga data dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. 2. Penyajian data, agar dapat melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data lebih mudah kebenarannya dengan cara memperolah data itu dari sumber data lain, misalnya dari pihek kedua, ketiga, dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbedabeda. Trianggulasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda, misalnya dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan adany trianggukasi ini tidak sekedar menilai kebenaran data, akan tetapi juga dapat untuk menyelidiki validitas tafsiran penulis mengenai data tersebut, maka dengan data yang ada akan memberikan sifat yang reflektif dan pada akhirnya dengan trianggulasi ini akan memberikan kemungkinan bahwa kekurangan informasi yang pertama dapat menambah kelengkapan dari data yang sebelumnya. Tujuan akhir trianggulasi ini adalah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Cara ini juga dapat mencegah dari anggapan maupun bahaya subyektifitas. PEDOMAN OBSERVASI Hal Deskripsi 1.Lokasi dan Keadaan Penelitian a. Lokasi dan Alamat b. Status Bangunan c. Kondisi Bangunan d. Fasilitas 2. Visi dan Misi Program 3. Tujuan Program 4. Struktur Kepengurusan Gapoktan 5. Keadaan Pengurus Program 6. Tutor/pelatih 7. Data Anggota Gapoktan
8. Pendanaan 9. Kegiatan program Gapoktan a. Kegiatan b. Manfaat c. Hasil
Pedoman Wawancara I. Identitas Diri 1. Nama : (Laki-laki/Perempuan) 2. Jabatan : 3. Usia : 4. Agama : 5. Pekerjaan : 6. Alamat : 7. Pendidikan terakhir : II. Identitas Diri Lembaga 1. Kapan Gapoktan kecamatan Moyudan berdiri? 2. Bagaimana sejarah berdirinya Gapoktan kecamatan Moyudan? 3. Apakah tujuan berdirinya Gapoktan kecamatan Moyudan? 4. Apakah visi dan misi dari Gapoktan kecamatan Moyudan? 5. Berapa jumlah tenaga pengelola Gapoktan kecamatan Moyudan? 6. Apakah jumlah tenaga tersebut sudah mencukupi untuk melaksanakan programprogram yang dimiliki Gapoktan kecamatan Moyudan? 7. Adakah persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi pengelola Gapoktan kecamatan Moyudan? 8. Bagaimana cara rekruitmen pengurus/pengelola/anggota dilakukan? 9. Bagaimana peran pengelola dalam penyelenggaraan program pemberdayaan masyarakat petani? 10. Apakah Gapoktan kecamatan Moyudan selama ini bekerjasama dengan pihakpihak lain? III. Sarana dan Prasarana 1. Dana a. Berapa besar dana yang diperlukan untuk pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat petani ? b. Dari manakah sumber dana tersebut? c. Bagaimanakah pengelolaan dana tersebut? 2. Tempat peralatan
a. Siapa pemilik (status) tempat didirikannya bangunan Gapoktan kecamatan Moyudan? b. Apa saja fasilitas yang ada di Gapoktan kecamatan Moyudan? c. Darimana asal fasilitas tersebut? IV. Anggota Gapoktan kecamatan Moyudan 1. Berapa jumlah anggota Gapoktan kecamatan Moyudan? 2. Bagaimana cara rekruitmen anggota Gapoktan kecamatan Moyudan? 3. Bagaimana motivasi anggota Gapoktan kecamatan Moyudan dalam mengikuti program pemberdayaan? 4. Bagaimana bentuk motivasi anggota Gapoktan kecamatan Moyudan agar mau terlibat secara penuh dalam setiap kegiatan? 5. Apakah program-program yang telah dirancang oleh anggota Gapoktan kecamatan Moyudan telah mampu menjawab kebutuhan petani? 6. Bagaimana pengelolaan kegiatan pemberdayaan anggota Gapoktan kecamatan Moyudan? 7. Bagaimana hasil yang dicapai sejauh ini dari Gapoktan kecamatan Moyudan? 8. Apa saja faktor pendukung dalam setiap pelaksanaan kegiatan Gapoktan kecamatan Moyudan? 9. Apa saja faktor dan penghambat dalam setiap pelaksanaan kegiatan Gapoktan kecamatan Moyudan? 10. Harapan apa yang ingin dicapai anggota Gapoktan kecamatan Moyudan dalam setiap pelaksanaan pelaksanaan kegiatan?
DAFTAR PUSTAKA Lexi, J Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung : PT. Persada Rosa Karya Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Usman, Sunyoto.(2008). Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sulistiyani, Ambar Teguh. (2004). Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.Yogyakarta : Gava Media