Jor Joran Meikarta.docx

  • Uploaded by: mzakialamsyah wika
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jor Joran Meikarta.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,982
  • Pages: 20
TUGAS MAKALAH BUSSINES WRITING KEPRIBADIAN MANAJERIAL

KELOMPOK 3 KELAS EKSEKUTIF MM-UNJ XIV

NAMA: 1. ZAKI 2. DIAN LESTARI 3. RADITIYO WICAKSONO 4. SITI RAHMAH

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Banyak perusahaan di seluruh dunia menggunakan internet untuk mempromosikan produknya menggunakan peran sosial media dan Indonesia juga mengikutinya dikarenakan tools tersebut memiliki peran utama dalam mengkomunikasikan dan mensosialisasikan pemasaran di era digital (Wijaya dan Chianasta, 2014). Pada pertengahan bulan Mei 2017 publik Jakarta dibombardir dengan berbagai materi promosi penjualan properti, yaitu Meikarta. Baliho baliho meikarta bertebaran di tempat tempat strategis yang terlihat jelas dari ruas ruas jalanan utama ibukota. Setiap hari, beberapa media cetak (Koran, tabloid dan majalah), online dan TV juga menampilkan iklan dihalaman dan waktu utama (primetime). Belum lagi radio yang memperdengarkan iklan, adlips maupun talkshow tentang Meikarta. Ditambah, materi materi iklan online Meikarta (pop ups, link video, banner and link website) yang tiba tiba hadir di smartphone, tablet atau laptop. Perusahaan yang innovative dan kreatif selalu gencar mempromosikan produknya untuk menarik konsumen agar mereka sadar untuk mengenali produk dan merek perusahaannya (Wijaya dan Chianasta, 2014). Brand Meikarta akhirnya masuk dalam benak dan pikiran sebagian warga Indonesia pada umumnya. Meikarta menjadi pembicaraan di sudut sudut ruang aktivitas sebagian orang. Dalam waktu yang relative singkat, orang orang mulai mencari informasi lebih lanjut tentang Meikarta. Mesin pencari google menampilkan 2.580.000 laman yang terkait kata kunci Meikarta, jumlah ini fantastis dibandingkan dengan kata kunci Grand Kamala Lagoon yang hanya menghasilkan 399.000 laman, atau Grand Dhika City dengan 1.110.000 laman. Perusahaan yang baik selalu gencar mempromosikan produknya untuk menarik konsumen agar mereka sadar untuk mengenali produk dan merek perusahaannya (Wijaya dan Chianasta, 2014). Harga apartemen Meikarta sangat kompetitif karena Lippo tidak hanya mengandalkan hasil penjualan apartemen tersebut. Lippo menciptakan komunitas. Dari situ, akan muncul kebutuhan terhadap pendidikan (sekolah), kesehatan (rumah sakit), tempat

perbelanjaan (mal), restoran, perkantoran, dan lain-lain. Dari pelayanan itulah Lippo memberikan subsidi harga (Beritasatu, 2017). Berdasarkan data Frontier Consulting Group (2012) mengenai biaya iklan di Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 22% dibandingkan pertumbuhan iklan global sebesar 3.8% di tahun 2011. Meikarta dinilai sebagai produk hunian properti yang dijual dengan modal biaya iklan yang besar. Meikarta dibangun karena terinspirasi oleh Midan City di Korea Selatan (CNN, 2017). Kota tersebut didesain konsep kota mandiri dengan pusat hiburan dan bisnis dikawasan Asia timur laut. Luas kawasan meikarta mencapai 2.7 juta meter persegi Kota mandiri ini direncanakan dalam master plan dengan berbagai sarana pendidikan, rumah sakit, pusat perdagangan, rekreasi, dan industrial research center. Sehingga kota modern Meikarta memiliki berbagai model pemasaran seperti promosi, publikasi, iklan yang masif, terstruktur dan sistematis mengangkat nama Meikarta menjadi brand yang tadinya belum dikenal menjadi sangat dikenal masyarakat. Meikarta dinilai telah banyak menghasilkan prestasi yang dinilai menjadi value added berupa berbagai penghargaan yang telah diterima. Pengembang Meikarta mendapatkan penghargaan The Most Innovative Marcom Company oleh Indonesia Public Relations Excellence Award (IPRA) 2017 (Meikarta, 2017). Penghargaan tersebut merupakan hasil dari keberhasilan meikarta dalam pemberitaan dan citra positif. Selain penghargaan dari IPRA, kota mandiri ini mendapat Apresiasi Inovasi Award dari Koran Sindo dikarenakan meikarta memberikan solusi untuk tinggal di kota modern dengan harga hunian yang terjangkau (Meikarta, 2017). Meikarta juga mendapatkan penghargaan dari Bank Tabungan Negara (BTN) berupa Best Innovative Marketing Strategy karena berhasil menjaga momentum pertumbuhan bisnis property di Indonesia (Meikarta, 2017). Semua penghargaan tersebut tidak melupakan peran E-Marketing yang gencar dilakukan oleh Lippo Group. Sehingga adanya analisis tentang perilaku pengguna internet pada jaringan internet global adalah salah satu critical factor yang membantu membuat website berhasil mengkomunikasikan pemasaran atas produk tertentu (Jan dan Farooq, 2012). Berdasarkan penelitian tersebut Meikarta telah benar menggunakan peluang di era digital untuk meningkatkan pemasaran produk hunian properti nya.

Meikarta adalah nama kawasan hunian/properti yang dikembangkan oleh group Lippo sebuah perusahaan yang bergerak di berbagai jenis usaha termasuk properti. Berlokasi di

pinggiran ibukota, tepatnya di perbatasan Cikarang dan Karawang, Jawa Barat, Meikarta merupakan sebuah kawasan kota terpadu dengan luas 500 hektar. Disebut kawasan kota terpadu Meikarta terdiri dari kawasan hunian, industri dan komersial/bisnis yang terintegrasi dengan beragam pilihan moda transportasi yang dikembangkan pemerintah diantaranya; kereta api cepat Jakarta-Bandung, jalan tol Jakarta – Cikampek elevated highway, belum lagi sederet fasilitas seperti Bandara internasional Kertajati dan Patimban Deep seaport Namun, Meikarta dinilai belum mendapat kepastian perizinan dari pemerintah Provinsi Jawa Barat dan telah dilarang oleh Kemenko Perekonomian dikarenakan telah melakukan pemasaran terselubung pada instansi Pemerintahan (Katadata, 2017). Menurut Pasal 42 ayat 2 Undang- Undang No 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun, meikarta telah melanggar aturan pemasaran dikarenakan pengembang yaitu Lippo Group belum memiliki kepastian peruntukan ruang, hak atas tanah, status penguasaan rumah susun, perizinan pembangunan rumah susun, serta jaminan pembangunan rumah susun dari lembaga penjamin. Kontroversi Meikarta yaitu perizinan yang belum selesai dan adanya kelemahan pada perlindungan konsumen. Pengembangan kota modern tersebut menerapkan strategi pemasaran pre project selling atau disebut pemasaran produk property sebelum dibangun (inden). Alasan pengembang selain kebutuhan atas modal, yaitu test the water atau tes pasar. Konsumen dalam memilih produk properti seharusnya memahami beberapa dokumen seperti nomor sertifikat tanah dari BPN, Surat Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (SIPPT) dengan tujuan memastikan pengembang secara fisiki dan legal telah menguasai lokasi tanah yang akan dibangun (Tirto, 2017). Berdasarkan Pasal 10 e dan f dalam Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2014 tentang pengelolaan pembangunan dan pengembangan metropolitan dan pusat pertumbuhan di Jawa Barat mengatur bahwa Meikarta masuk dalam wilayah Bekasi sehingga masuk dalam Bodebekkarpur yang merupakan salah satu pengembangan kawasan metropolitan di Jawa bagian Barat.

Gambar

1

diatas

merupakan

salah

satu

website

meikarta

dengan

url

www.meikarta.com, www.meikartacity.co.id dan www.meikarta-theworldofours.com sebagai langkah Meikarta dalam memasarkan produk huniannya. Strategi E-Marketing digunakan untuk mendorong masyarakat guna mengetahui produk yang ditawarkan oleh Lippo Group. Berikut ini contoh brosur yang terdapat pada website meikarta (Gambar 2) dan berita mengenai biaya iklan Meikarta (Gambar 3) : Gambar 2

Gambar 3

Meikarta dikerjakan oleh pengembang PT. Mahkota Sentosa Utama (anak usaha dari Lippo Cikarang, Tbk). Proyek Meikarta mulai dipasarkan di Televisi sejak tanggal 13 Mei 2017, apabila dikalkulasikan iklan meikarta 1.5 bulan terakhir yaitu telah diputa sebanyak 782 Kali di 11 Stasiun televise nasional (Tirto, 2017). Nilai rupiah atas iklan Meikarta di televisi mencapai 93.7 Milyar Rupiah dan merektur ribuan tenaga pemasaran. Adanya iklan besar-besaran tenaga pemasaran pada akhirnya biaya tersebut akan ditanggung oleh konsumen. Sebagaian besar perusahaan yang sukses secara ketat mengikuti tujuan perusahaanya, yaitu tujuan untuk bertahan hidup. (Jan dan Farooq, 2012). Termasuk anak usaha Lippo Group yang mengerjakan meikarta, perusahaan tersebut mampu mengketatkan program pemasaran sehingga mendapatkan benefit yaitu terjualnya hunian produk properti.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitian ini dapat ditentukan rumusan masalah (research question) sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi marketing Meikarta dalam mempromosikan kota mandiri sehingga dapat mendapatkan kepercayaan oleh Calon konsumen? 2. Apakah cara terdapat kontroversi dalam mempromosikan Meikarta oleh Lippo Group sehingga melanggar aturan yang ada?

C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, berikut ini tujuan penelitian: 1. Menentukan strategi efektif dan efisien Meikarta sehingga mendapatkan kepercayaan dari Konsumen disaat kondisi perizinan belum terpenuhi 2. Pro kontra promosi Meikarta dibahas secara objektif supaya mendapatkan esensi dari cara yang efektif dalam mempromosikan produk.

BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Teoritis 1. E – Marketing Tujuan

utama

pemasaran

menurut

Taiwo

dan

Shaibu

(2015)

adalah

mengidentifikasi kebutuhan dan kepuasan konsumen atas kebutuhan mereka. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produknya yaitu lingkungan eksternal dan variabel internal pemasaran (Irum, 2016). Adanya penolakan produk perusahaan, keadaan politik dan perekonomian adalah contoh kasus pengaruh dari sisi eksternal. Faktor internal dapat terjadi berasal dari dalam perusahaan seperti kemampuan ekonomi, personalia, harga, promosi, dan cara distribusi. Setelah melihat faktor-faktor pemasaran diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh agen pemasar untuk menyalurkan produknya sehingga dapat memuaskan konsumen dan dapat menguntungkan. Sedangkan menurut Taiwo dan Shaibu (2015) Pemasaran adalah filosofi hidup, kedisplinan, seperti fungsi dari mengorganisasi. Marketing dianggap sebagai salah satu aspek terpenting dalam bisnis properti (Wijaya dan Chianasta, 2014). Bisnis properti saat ini lebih menggunakan media elektronik, sehingga munculah E-Marketing. Studi ini mencerminkan bahwa dengan meningkatnya pertumbuhan situs web Jejaring Sosial, orang-orang memilih untuk berbagi lebih banyak informasi dan pertumbuhan ini membuka jalan bagi organisasi untuk menembus wilayah baru tersebut. (Jan dan Farooq, 2012). `Perilaku konsumen atau pembeli dan penyebab perubahan permintaan dipengaruhi oleh pasar Metode agen periklanan konvensional ditinggalkan sehingga bergerak menuju periklanan digital (Motik dan Saputra, 2013). Perusahaan yang baik selalu gencar mempromosikan produknya untuk menarik konsumen agar mereka sadar untuk mengenali produk dan merek perusahaannya (Wijaya dan Chianasta, 2014). Penerapan strategi pemasaran menurut Novita dan Yuliani (2017) dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Segmentasi Pasar (Market Segmentation), adalah tindakan membagi pasar menjadi kelompok pembeli berbeda dengan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku berbeda yang mungkin memerlukan produk atau bauran pemasaran terpisah;

2. Penetapan Target Pasar (Market Targeting), yaitu proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen yang akan dilayani, 3. Diferensiasi dan Posisi Pasar (Differentiation & Positioning),perusahaan harus memutuskan bagaimana mendiferensiasikan penawaran pasarnya untuk setiap segmen sasaran dan posisi apa yang ingin ditempatinya dalam segmen tersebut, posisi produk adalah tempat yang diduduki produk relatif terhadap pesaingnya dalam pikiran konsumen, pemasar ingin mengembangkan posisi pasar unik bagi produk mereka.

2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Menurut Sunyoto (2013) marketing mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran,

variabel

yang

dapat

dikendalikan

oleh

perusahaan

untuk

memengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen. Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin dalam melakukan tugas pemasarannya. Dengan demikian perusahaan tidak hanya sekedar memiliki kombinasi kegiatan yang terbaik saja, tetapi dapat mengkoordinasikan

berbagai

variabel

marketing

mix

tersebut

untuk

melaksanakan program pemasaran secara efektif. Keempat unsur marketing mix adalah strategi produk,stretegi harga, strategi distribusi, dan stretegi promosi. 2.1 Promosi Promosi adalah mengkomunikasikan informasi antara penjual dan pembeli potensial atau orang lain untuk mempengaruhi sikap dan perilaku (Cannon, dkk,2008). Konsep lain promosi adalah komunikasi perusahaan kepada konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkan dalam usaha untuk membangun hubungan yang menguntungkan (Kotler dan Amstrong, 2008). Tjiptono (2008) mendeskripsikan promosi adalah aktivitas pemasaran

yang berusaha menyebarkan

informasi,

mempengaruhi/

membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Kotler dan Keller (2009) mendeskripsikan promosi adalah sarana dimana perusahaan berusaha informasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara

langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual.Sedangkan menurut Ginting (2012), promosi adalah semua kegiatan perusahaan

produsen

untuk

meningkatkan

mutu

produknya

dan

membujuk/merayu konsumen agar membeli produknya.

2.2 Strategi Promosi Strategi promosi merupakan rencana untuk penggunaan yang optimal dari elemen-elemen promosi : periklanan, hubungan masyarakat, penjualan pribadi dan promosi penjualan. Di dalam memasarkan produk terdapat beberapa strategi promosi yang dilakukan oleh perusahaan. Kegiatan ini merupakan variabel-variabel strategi promosi yang disebut dengan bauran promosi (Promotional Mix). Menurut Angipora (2007), promotional mix adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, dan alat-alat promosi lainnya, yang kesemuanya dirancang untuk mencapai tujuan program penjualan. Melalui kegitan promotion mix ini, perusahaan berusaha meningkatkan minat beli konsumen terhadap produk yang di tawarkan perusahaan, beberapa cara yang dilakukan perusahaan

dalam

mempromosikan

produknya

seperti

periklanan

(advertising), pemasaran langsung (direct selling), penjualan personal (personal selling), promosi penjualan (sales promotion) dan hubungan masyarakat (public relation).

2.2.1 Periklanan (Advertising) Periklanan merupakan semua bentuk terbayar dari presentasi non pribadi dan promosi ide, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu. Advertising memiliki beberapa sifat khusus, seperti dikemukakan oleh kotler (dalam Rusmini, 2013) yaitu: (1) Public Presentation (penampilan umum). Kegunaan advertising disampaikan

dan

ditujukan

kepada

umum

karena

pesan

dan

penyampaiannya harus dapat diterima dan dimengerti oleh umum. (2) Pervasiveness (daya serap). Periklanan mempunyai daya serap sangat kuat sebagai media komunikasi sehingga memungkinkan bagi produsen untuk mengulang pesannya sampai beberapa kali. Dengan

demikian memungkinkan perusahaan untuk menyampaikan sesuatu yang positif mengenai citra perusahaan, (3) Amplified Expresiveness (pengungkapan perusahaan).Kegiatan advertising dapat menimbulkan kesan mendalam kepada calon konsumen mengenai perusahaan dan produk melalui pesan, seni gambar, suara maupun warna dari rancangan iklan yan dibuat perusahaan tersebut. (4) Impersonality (non personal). Kegiatan periklanan dilaksanakan secara monolog, tidak secara dialog karena sifatnya non personal sehingga tidak menciptakan penjualan yang seketika. Menurut Kotler dan Armstrong (2008) tujuan periklanan adalah tugas komunikasi tertentu yang dicapai dengan pemirsa sasaran tertentu selama periode waktu tertentu. Tujuan periklanan bisa digolongkan berdasarkan tujuan utama,yaitu : (1) Periklanan informatif bertujuan untuk mengomunikasikan nilai pelanggan, memberitahukan produk baru ke pasar, membangun merek dan citra perusahaan. (2) Periklanan persuasif bertujuan untuk membujuk

pelanggan

untuk

membeli

sekarang,

meyakinkan

pelanggan agar memberitahu orang lain mengenai merek, mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk. (3) Periklanan pengingat bertujuan untuk memelihara hubungan pelanggan, menjaga merek dalam pikiran pelanggan selama musim sepi, mengingatkan konsumen dimana harus membeli produk.

2.2.2 Menetapkan Biaya Periklanan Kotler dan Keller (2009) Faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan anggaran sebagai berikut : (1) Tahap dalam siklus hidup produk. Produk baru pada umumnya mendapat anggran iklan besar untuk menciptakan kesadaran dan membuat pelanggan mencoba produk.merek yang sudah mapan biasanya didukung dengan anggaran iklan yang rendah, diukur sebagai rasio terhadap penjualan.

(2) Pangsa pasar dan basis konsumen. Merek dengan pangsa pasar yang tinggi biasanya memerlukan pengeluaran iklan yang lebih sedikit sebagai persentase penjualan untuk mempertahankan pangsa. Untuk membangun pangsa dengan meningkatkan ukuran pasar diperlukan pengeluaran yang lebih besar. (3) Persaingan dan kerumunan. Didalam pasar dengan jumlah pesaing yang banyak dan pengeluaran iklan yang tinggi, merek harus berikan kencang agar didengar. Bahkan kerumunan sederhana iklan yang tidak bersaing secara langsung dengan merek menciptakan kebutuhan iklan yang banyak. (4) Frekuensi iklan. Jumlah repetisi yang diperlukan untuk melewatkan pesan merek kepada konsumen mempunyai dampak jelas bagi angggran iklan. (5) Kemampuan penggantian (substitusi) produk. Merek yang kurang terdiferensiasi atau kelas produk semacam komoditi memerlukan iklan besar-besaran untuk menanamkan citra berbeda. Menurut Kotler dan Armstrong (2008) langkah-langkah utama dalam seleksi media iklan (advertising media) adalah: (1) memutuskan jangkauan, frekuensi, dan dampak; (2) memilih media utama; (3) menyeleksi wahana media tertentu; dan (4) memutuskan waktu media. Penggunaan evaluasi iklan memiliki tujuan komunikasi sebuah iklan yaitu, pengaruh potensial terhadap kesadaran, pengetahuan, atau preferensi.

2.2.3 Promosi Penjualan (Sales Promotion) Umar menyatakan (dalam Rusmini, 2013) Promosi penjualan dalah insentif jangka pendek untuk meningkatkan pembelian atau penjualan suatu produk dan jasa dimana pembelian diharapkan sekarang juga. Menurut Kottler dan Amstrong (2008) tujuan promosi penjualan sangat beragam. Penjual bisa menggunakan promosi pelannggan untuk mendorong pembelian jangka pendek atau meningkatkan hubungan pelanggan jangka panjang) alat promosi

konsumen utama meliputi sampel produk, kupon, pengambilan tunai, harga khusus, premi, barang khusus iklan, penghargaan dukungan, pajangan dan Pengaruh Strategi Promosi demonstrasi di titik pembelian dan kontes, undian serta permainan (Kotler dan Armstrong, 2008). Dalam mengembangkan suatu program promosi penjualan, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: (1) pemasar harus menentukan besarnya insentif yang akan diberikan (2) pemasar harus menetapkan syarat-syarat keikutsertaan para peserta (3) pemasar harus memutuskan bagaimana cara mempromosikan dan menyebarluaskan program promosi itu sendiri (4) pemasar harus menetapkan lamanya waktu berpromosi (5) pemasar harus menetapkan anggran promosi penjualannya (Rusmini, 2013).

2.2.4 Penjualan Personal (Personal Selling) Tjiptono

(2008)

berpendapat,penjualan

perorangan

atau

personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap

produk

sehingga

mereka

kemudian

akan

mencoba

membelinya. Menurut Kotler dan Armstrong (2008) langkah-langkah yang diikuti wiraniaga ketika melakukan penjualan meliputi: (1) Langkah pertama dalam proses penjualan adalah memilih prospek mengidentifikasi pelanggan potensial yang berkualitas. (2) Prapendekatan, sebelum mengunjungi calon pelanggan, wiraniaga harus belajar sebanyak mungkin tentang organisasi dan pembelinya. (3) Pendekatan, langkah dalam proses penjualan dimana wiraniaga bertemu dengan pelanggan untuk pertama kalinya. (4) Presentasi dan demonstrasi. Langkah dalam proses penjualan dimana wiraniaga menceritakan “kisahproduk” kepada pembeli, menekankan manfaat produk bagi pelanggan.

(5) Mengatasi keberatan. Langkah dalam proses penjualan dimana wiraniaga mencari, mengklarifikasi, dan mengatsi keberatan pelanggan untuk membeli. (6) Penutupan. Langkah dalam proses penjualan dimana wiraniaga meminta pelanggan mengajukan pesanan. (7) Tindak lanjut. Langkah terakhir dalam proses penjualan dimana wiraniaga

menindaklanjuti

setelah

penjualan

untuk

memastikan

kepuasaan pelanggan dan mengulangi bisnis.

2.2.5 Berita Dari Mulut Ke Mulut (Word Of Mouth) Menurut Kolter dan Keller (2009) bahwa ada hal-hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh berita dari mulut ke mulut, yaitu: (1) “Membayar‟dengan umpan balik. (2) Memaksa untuk terbuka. (3) Menuntut kejujuran. (4) Membantu pelanggan menceritakan kisah. (5) Jangan menggunakan skenario. (6) Jangan merencanakan. (7) Jangan Menjual. (8) Jangan mengabaikan. Ada dua manfaat utama dalam melakukan Word of Mouth (WOM), Pertama, sumber dari mulut ke mulut meyakinkan, Kedua sumber dari mulut ke mulut memiliki biaya yang rendah (Kotler dan Armstrong,2008: 261).

2.2.6 Keputusan Pembelian Menurut Peter dan Olson (dalam Mahendrayasa dkk.,2014) menyatakan

bahwa,

keputusan

pembelian

merupakan

proses

terintegrasi yang dilakukan unutk mengkombinasikan pengetahuan guna mengevaluasi dua atau lebih alternative dan memilih satu diantaranya, sehingga keputusan pembelian dapat diartikan sebagai penetapan pilihan oleh konsumen terhadap dua atau lebih alternative pilihan untuk memenuhi kebutuhannya.

Schiffman dan kanuk (dalam, Sangadji dan Sopiah, 2013) menyebutkan tiga tipe pengambilan keputusan konsumen, yaitu (1) pemecahan masalah yang diperluas (extensive problem soving), (2) pemecahan masalah yang terbatas (limited problem solving), dan (3) pemecahan masalah rutin (routinized response behavior). Sangadji dan Sopiah (2013) keputusan membeli atau mengonsumsi suatu produk dengan merek tertentu akan diawali dengan langkah-langkah sebagai berikut: pengenalan kebutuhan, waktu, perubahan situasi, kepemilikan produk, konsumsi kroduk, perbedaan individu, pengaruh pemasaran

B. Analisa 1. Strategi Efektif dan Efisien Meikarta Mesin pencari google menampilkan 2.580.000 laman yang terkait kata kunci Meikarta, jumlah ini fantastis dibandingkan dengan kata kunci Grand Kamala Lagoon yang hanya menghasilkan 399.000 laman, atau Grand Dhika City dengan 1.110.000 laman. Dilihat dari jumlah pencarian via Google, dapat disimpulkan bahwa promosi Meikarta telah berhasil membawa calon konsumen untuk membeli unit hunian yang ditawarkan. Harga apartemen Meikarta yang menyasar kalangan menengah kebawah dinilai sangat kompetitif karena Lippo menciptakan komunitas dari kawasansehingga akan muncul kebutuhan terhadap pendidikan (sekolah), kesehatan (rumah sakit), tempat perbelanjaan (mal), restoran, perkantoran, dan lain-lain. Oleh karena itu harga tiap unit hunian Meikarta dapat tersubsidi. Prestasi Meikarta dinilai menjadi value added bagi pengembang, disaat terdapat beberapa issue yang merendahkan posisi Meikarta. Belum adanya perizinan dari pemerintah Provinsi Jawa Barat dan adanya larangan oleh Kemenko Perekonomian menjadi pemikiran bagi konsumen yang cerdas. Konsumen harus melihat apakah terdapat perlindungan konsumen akibat dari pre project selling atau memasarkan produk properti sebelum dibangun (inden). Penggunaan E-Marketing oleh pengembang Lippo Group seperti penggunaan website meikarta dengan url www.meikarta.com, www.meikartacity.co.id dan www.meikarta-theworldofours.com. Web tersebut sebagai langkah Meikarta dalam memasarkan produk huniannya sehingga dapat mendorong masyarakat guna mengetahui produk yang ditawarkan dan akan memutuskan untuk membeli produk Lippo Group. Setelah melakukan strategi pemasaran sejak Mei 2017, Meikarta berhasil melakukan penjualan sebesar 2.4 Triliun sepanjang semester 1 2017 (Moneter, 2017). Hal ini membuktikan bahwa dalam waktu 3 bulan setelah launching promosi, Meikarta berhasil menarik minat masyarakat untuk membeli produknya. Kalau bulan Mei lalu, Lippo Group berhasil mencetak angka penjualan 16.800 unit apartemen dalam sehari acara peluncuran penjualan perdananya, maka Kamis (17/8) lalu, Lippo mengedeklarasikan sudah berhasil menjual apartemennya hampir 100.000 unit sejak penjualan Mei lalu tersebut. Realisasi penjualan ini maksudnya adalah yang telah melakukan booking melalui pengambilan nomor urut pemesanan

(NUP) yang ditandai dengan penyetoran dana senilai Rp2 juta untuk pembelian satu unit apartemen. 2. Pro Kontra Promosi Meikarta Frontier Consulting Group (2012) mengenai biaya iklan di Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 22% dibandingkan pertumbuhan iklan global sebesar 3.8% di tahun 2011. Promosi Meikarta dinilai terlalu berlebihan ditandai oleh banyak baliho bertebaran di tempat strategis, iklan di media cetak, maupun media elektronik seperti sosial media, siaran iklan di Televisi menampilkan iklan maupun talkshow tentang Meikarta. Berdasarkan penelitian Wijaya dan Chianasta (2014) perusahaan yang innovative dan kreatif itu selalu gencar mempromosikan produknya untuk menarik konsumen agar mereka sadar untuk mengenali produk dan merek perusahaannya. Proyek Meikarta mulai dipasarkan di Televisi sejak tanggal 13 Mei 2017, apabila dikalkulasikan iklan meikarta 1.5 bulan terakhir yaitu telah diputa sebanyak 782 Kali di 11 Stasiun televise nasional (Tirto, 2017). Nilai rupiah atas iklan Meikarta di televisi mencapai 93.7 Milyar Rupiah dan merektur ribuan tenaga pemasaran. Adanya iklan besar-besaran tenaga pemasaran pada akhirnya biaya tersebut akan ditanggung oleh konsumen. Sebagaian besar perusahaan yang sukses secara ketat mengikuti tujuan perusahaanya, yaitu tujuan untuk bertahan hidup. (Jan dan Farooq, 2012). Sementara itu terdapat beberapa pihak diantaranya YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) yang menyarankan Meikarta menghentikan promosi dan pemasaran nya karena proyek properti yang dijual belum dibangun (pre project selling). Proyek Meikarta yang belum mengantongi izin pemerintah provinsi Jawa Barat semakin menguatkan alasan penghentian pemasaran unit Meikarta. Menurut Pasal 42 ayat 2 Undang- Undang No 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun, meikarta telah melanggar aturan pemasaran dikarenakan pengembang yaitu Lippo Group belum memiliki kepastian peruntukan ruang, hak atas tanah, status penguasaan rumah susun, perizinan pembangunan rumah susun, serta jaminan pembangunan rumah susun dari lembaga penjamin.

Ombudsman Republik Indonesia (ORI) yang berwenang untuk mengawasi penyelenggaran pelayanan public baik pemerintahan maupun swasta menyarankan agar pihak Meikarta menghentikan promosi dan iklannya yang dianggap tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Pada khususnya area proyek seluas 500 hektar yang ternyata hanya 84.6 hektar. Pihak Ombudsman berharap Lippo Group mengkoreksi iklan-iklan yang ditayangkan agar tidak hanya menjual visi semata kepada public apalagi menjanjikan konsumen dengan data yang tidak sesuai dengan kenyataan.

BAB III. KESIMPULAN

Kerja Marketing adalah memetakan target market. Dalam memetakan target market ini, manajer pemasaran harus mampu menilai siapa calon investor yang disasar, seberapa besar potensi mereka, lalu bagaimana daya belinya. Menjual sebuah produk tentu saja membutuhkan strategi pemasaran yang tepat sasaran agar tingkat penjualan dapat maksimal. Tentu saja penerapan strategi pemasaran yang massif, struktur, dan luas membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal ini harus benar-benar dipikirkan agar dana promosi menjadi lebih efisien dan efektif. Selain itu menentukan harga jual dan target pasar juga harus dilakukan agar produk yang dijual lebih cepat terserap di masyarakat. Akan tetapi, etika dan aturan dalam pemasaran sebuah produk juga harus diperhatikan agar konsumen mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan. Bukan tidak mungkin penerapan strategi pemasaran yang tidak sesuai dengan etika dan aturan yang berlaku malah akan menjadi kontraproduktif dan membuat citra perusahaan menjadi buruk. Apalagi konsumen saat ini lebih kritis dan mudah mendapatkan informasi terhadap sebuah produk yang dijual

Daftar Pustaka

Angipora, M.P. 2007. Dasar-dasar Pemasaran. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Kotler, P dan G. Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi Kedua Belas.Jilid 2. Erlangga. Jakarta Cannon, Joseph P., William D. Perreault Jr. dan Jerome McCarthy. 2008. Alih Bahasa : Diana Angelica dan Ria Cahyani. Pemasaran Dasar-Dasar : Pendekatan Manajerial Global. Buku 2. Edisi 16. Jakarta. Salemba Empat. Ginting, Nembah F. Hartimbul. 2012. Manajemen Pemasaran. Cetakan 2. Bandung. Yrama Widya Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1. Edisi Keduabelas. Jakarta. Erlangga. Kotler, P dan K. Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi Ketiga Belas. Jilid 2. Erlengga. Jakarta Irum. 2016. Pengaruh Bauran Promosi terhadap Volume Penjualan Rumah pada Perumahan Cassablanca di Samarinda. eJournal Administrasi Bisnis. Vol. 4(2) : 550-604 Jan, Z dan Farooq, F. 2012. The Impact of Social Networking to Influence Marketing through Product Reviews. International Journal of Information and Communication Technology Research. Vol.2(8). Mahendrayasa, A.C, S. Kumadji dan Y. Abdillah. 2014. Pengaruh Word Of Mouth Terhadap Minat Beli Serta Dampaknya Pada Keputusan Pembelian. Jurnal Administrasi Bisnis12 (1):1-7 Novita, D dan Yuliani, N. 2017. Studi Keberhasilan Sistem Perencanaan Strategi Pemasaran Pada Foot.Lo.Gue. Jurnal Ulmiah Econosains. Vol. 15(1) : 14-34. Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2014 tentang pengelolaan pembangunan dan pengembangan metropolitan dan pusat pertumbuhan di Jawa Barat Rusmini. 2013. Strategi Promosi Sebagai Dasar Peningkatan Respons Konsumen. Jurnal Pengembangan Humaniora 13(1):73-79.

Sangadji M.E dan Sopiah. 2013. Perilaku Konsumen. Penerbit Andi. Yogyakarta Sunyoto, 2013. Pengaruh Bauran Pemasaran TerhadapKepuasan Konsumen dan perilaku pembelian ulang pada Studi Kasus pada Produk Pasta Gigi Merek Pepsodent di Kota Denpasar. Universitas Negeri Bali Taiwo dan Shaibu (2015). A Survey Of Important Attributes For Marketing Real Estate Developments In Metropolitan Ibadan Property Market, Nigeria. European Journal of Business and Social Sciences. Vol. 4(4):25-40 Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta. Andi Offset. Wijaya, S dan Chianasta, F.P. 2014. The Impact of Marketing Promotion through Social Media on People’s Buying Decision of Lenovo in Internet Era: A Survey of Social Media Users in Indonesia. Vol.4(1). International Journal of Scientific and Research Publications. www.frontier.co.id Diakses pada tanggal 6 Oktober 2017 www. Beritasatu.com Diakses pada tanggal 6 Oktober 2017 www.katadata.com Diakses pada tanggal 7 Oktober 2017

.

Related Documents


More Documents from ""